Proses Adaptasi Fisiologi dan Perubahan

Pokok Bahasan
Sesi I
A. Prakonsepsi
Perencanaan prakonsepsi yang baik meningkatkan hasil
kehamilan yang optimum. Perencanaan prakosepsi yang diinisiasi
tenaga kesehatan harus diberikan setiap diperlukan selama tahun
kehamilan karena perencanaan ini memfasilitasi perubahan gaya
hidup dan mempertahankan kesempatan kesehatan sebelum
konsepsi.
1. Waktu pemberian konseling prakonsepsi
Berikan konseling prakonsepsi saat:
a. Pemeriksaan tahunan
b. Setiap wanita datang dengan hasil uji kehamilan negatif
c. Setiap kunjingan wanita yang masih aktif secara seksual
dan tidak memakai kontrasepsi yang efektif
d. Kelas pendidikan kesehatan
2. Aspek perawatan prakonsepsi
a. Nutrisi untuk meningkatkan tujuan kesehatan
1) Anjurkan wanita tersebut mengkonsumsi makanan
sehat.
2) Anjurkan vegetarian memperlihatkan kombinasi

makanan untuk membuat menu protein komplit
3) Anjurkan wanita yang memiliki riwayat atau
mengalami gangguan makan untuk berkonsultasi
kepada ahlinya
a) Anoreksia
b) Bulinia
c) Riwayat atau perilaku sering puasa
d) Obesitas berat
4) Berikan konseling kepada pasien bila perbandingan
antara berat dan tinggi badannya tidak seimbang
5) Beritahukan bahwa mengkonsumsi vitamin yang
mengandung asam folat akan mengurangi resiko
defek tabung saraf sampai 70%
b. Tren gaya hidup yang merusak hasil kehamilan yang
baik, seperti:
1) Merokok lebih dari lima batang per hari dapat
memengaruhi kesehatan janin dan bayi secara
langsung
2) Mengkonsumsi minuman beralkohol yang berlebihan
dapat memicu perkembangan janin yang abnormal.

3) Bahaya ditempat kerja, seperti pajanan timbal,
bahan pelarut, sinar x, dan zat kimia lain dapat
memyebabkan defek kelahiran bahkan sebelum
wanita tersebut mengetahui bahwa ia hamil.
4) IMS dapat berpengaruh buruk pada hasil kehamilan.
Anjurkan pasien untuk menghindari pasangan yang
memiliki banyak pasangan seksual, pasangan
biseksual, penggunaan obat-obatan, serta pasangan
yang memiliki pasangan lain.
5) Kucing dapat menjadi karier toksoplasmosis yang
dibawanya lewat feses serta dapat menyebabkan
defek kelahiran pada anak.

1

c.

Obat-obatan yang diresepkan, obat yang dijual bebas,
obat penenang, serta obat ilegal. Beberapa obat-obatan
ini dapat menyebabkan defek kelahiran, persalinan

prematur, atau adiksi pada janin.
d. Riwayat medis
1) Riwayat individu: bila wanita memiliki riwayat
individu berupa gonore, klamidia, herpes, sifilis atau
kondiloma, wanita harus menjalani rangkaian
pemeriksaan untuk memeriksa bila terdapat lesi,
massa, atau rabas yang abnormal.
2) Epilepsi
a) Tanyakan kapan pasien terakhir kejang
b) Klarifikasi pengobatan; pantau kadar folat dan
obat antiepilepsi untuk memeriksa apakah telah
mencapai kadar teurapetik.
c) Pastikan bahwa wanita tetap meneruskan
pengobatannya karena kejang lebih beresiko
pada janin dan ibunya.
3) Diabetes
Bila pasien dalam pengobatan insulin, rujukan ke ahli
endokrin
untuk
evaluasi

dan
kemungkinan
penyesuaian dosis insulin.
4) Hipertensi
a) Periksa tekanan darah; bila dalam batas normal
dan memiliki tinggi badan yang seimbang
dengan berat badan diskusikan tentang diet dan
latihan.
b) Rujuk pasien bila tekanan darah pasien tinggi.
5) Penyakit jantung: rujuk pasien ke ahli penyakit dalam
untuk evaluasi jantung sebelum hamil.
6) Lupus
Periksa autoantibodi yang dapat menyebabkan
okulasi jantung kongenital, antibodi antikardiolipin
dapat menyebabkan keguguran dan preeklamsia.
7) Penyakit lain seperti asma, penyakit ginjal, atau
penyakit tiroid harus di stabilkan dahulu sebelum
hamil.
e. Riwayat genetik
Dari riwayat dasar yang diperoleh, terlihat kebutuhan

spesifik untuk melakukan skrining yang di dasarkan pada
ras, etnik, dan riwayat keluarga. Kuncinya adalah
menetapkan bahwa setiap bayi memiliki kesempatan
mengidap suatu suatu penyakit genetik. Apabila faktor
risiko tertentu terdeteksi, maka perlu dirujuk ke konselor
genetik.
f.
Lain-lain
1) Periksa titer rubela. Bila pasien belum diimunisasi,
imunisasi pasien, anjurkan menunda kehamilan
selama 1 bulan.
2) Bila pernah mengalami pe nganiayaan fisik atau
seksual, rujuk untuk konseling karena umumnya
penganiayaan
akan
semakin
meningkatnya
insidensnya selama kehamilan.
Bila hobi atau pekerjaan menyebabkan pajanan timah atau zat
kimia toksik lain, anjurkan untuk menghentikan aktivitas tersebut

sebelum hamil.

2

B. Konsepsi
Konsepsi disebut juga dengan fertilisasi atau pembuahan.
Pengertian konsepsi adalah
peristiwa
bertemunya sel
telur (ovum) dan sperma. Peristiwa konsepsi terjadi di ampula
tuba.
Pada
hari
ke
11-14
terjadi
ovulasi dari siklus
menstruasi normal. Ovulasi adalah
peristiwa
matangnya sel

telur sehingga siap untuk dibuahi.
1.

Sel telur (ovum)
Pertumbuhan embrional oogonium yang kelak menjadi
ovum terjadi digenital ridge. Menurut umur wanita, jumlah
oogonium adalah :
a. BBL = 750.000
b. Umur 6 – 15 = 439.000
c. Umur 16 – 25 tahun = 159.000
d. Umur 26 – 35 tahun = 59.000
e. Umur 35 – 45 tahun = 39.000
f.
Masamenopause = semuahilang
Urutanpertumbuhanovum (oogenesis) :
a. Oogonium
b. Oosit pertama (primary oocyte)
c. Primary ovarian follicle
d. Liquar folliculi
e. Pematangan pertama ovum

f.
Pematangan kedua ovum pada waktu sperma membuahi
ovum

2.

Sel mani (spermatozoa)
Sperma bentuknya seperti kecebong, terdiri atas
kepala berbentuk lonjong agak gepeng berisi inti (nucleus)
leher yang menghubungkan kepala dengan bagian tengah
dan ekor yang dapat bergetar sehingga sperma dapat
bergerak dengan cepat. Panjang ekor kira – kira sepuluh kali
bagian kepala.
Secara embrional, spermatogonium berasal dari sel –
sel primitif tubulas testis. Setelah bayi laki – laki lahir, jumlah
spermatogonium yang ada tidak mengalami perubahan
sampai masa akil baliq. Pada masa pubertas dibawah
pengaruh sel – sel interstial leyding. Sel – sel
spermatogonium ini mulai aktif mengadakan mitosis dan
terjadilah spermatogenesis.

Urutan pertumbuhan sperma (spermatogenesis) :
a. Spermatogonium (membelah dua)
b. Spermatosit pertama (membelah dua)
c. Spermatosit kedua (membelah dua)
d. Spermatid, kemudian tumbuh menjadi
e. Spermatozoa (sperma)

3.

Pembuahan (konsepsi =fertilisasi)
Pembuahan adalah suatu peristiwa penyatuan antara
sel mani dengan sel telur di tuba fallopi, umumnya terjadi di
ampula tuba, pada hari ke sebelas sampai empat belas
dalam siklus menstruasi. Wanita mengalami ovulasi
(peristiwa matangnya sel telur) sehingga siap untuk dibuahi,
bila saat ini dilakukan coitus, sperma yang mengandung

3

kurang lebih seratus sepuluh sampai seratus dua puluh juta

sel sperma dipancarkan ke bagian atas dinding vagina terus
naik ke serviks dan melintas uterus menuju tuba fallopi
disinilah ovum dibuahi.
Hanya satu sperma yang telah mengalami proses
kapitasi yang dapat melintasi zona pelusida dan masuk ke
vitelus ovum. Setelah itu, zona pelisuda mengalami
perubahan sehingga tidak dapat dilalui oleh sperma lain.
Proses ini diikuti oleh penyatuan ke dua pronuklei yang
disebut zigot, yang terdiri atas acuan genetic dari wanita dan
pria. Pembuahan mungkin akan menghasilkan xx zigot
menurunkan bayi perempuan dan xy zigot menurunkan bayi
laki – laki.
Dalam beberapa jam setelah pembuahan, mulailah
pembelahan zigot selama tiga hari sampai stadium morula.
Hasil konsepsi ini tetap digerakkan kearah rongga rahim oleh
arus dan getaran rambut getar (silia) serta kontraksi
tuba. Hasil konsepsi tuba dalam kavum uteri pada tingkat
blastula. (Rustam Mochtar, 1998 : 18-19)
Untuk menentukan masa subur, dipakai 3 patokan, yaitu :
a. Ovulasi terjadi 14 ± 2 hari sebelum haid yang akan

datang
b. Sperma dapat hidup & membuahi dalam 2-3 hari setelah
ejakulasi
c. Ovum dapat hidup 24 jam setelah ovulasi
Pertemuan / penyatuan sel sperma dengan sel telur
inilah yang disebut sebagai pembuahan atau fertilisasi.
4.

Implantasi
Implantasi atau nidasi adalah masuknya atau
tertanamnya hasil konsepsi ke dalam endometrium. Sel telur
yang telah dibuahi (zigot) akan membelah diri membentuk
blastomer (bola padat yang terdiri atas sel-sel anakan yang
lebih kecil). Pada hari ke-3, bola tersebut terdiri atas 16 sel
blastomer (morula), pada hari ke-4 di dalam bola tersebut
mulai terbentuk rongga (blastula).
Dua struktur penting dalam blastula, adalah :
a. Lapisan luar (trofoblast), yang akan menjadi plasenta
b. Embrioblast (inner cell mass), yang akan menjadi janin.
Pada akhir minggu pertama ( hari ke 5 sampai ke 7 )
zygot mencapai cavum uteri. Pada saat itu uterus sedang
berada dalam fase sekresi lendir dibawah pengaruh
progesteron dari korpus luteum yang masih aktif. Sehingga
lapisan endometrium dinding rahim menjadi kaya pembuluh
darah dan banyak muara kelenjar selaput lendir rahim yang
terbuka dan aktif. Kontak antara zigot stadium blastokista
dengan dinding rahim pada keadaan tersebut akan
mencetuskan berbagai reaksi seluler, sehingga sel – sel
trofoblast zigot tersebut akan menempel dan mengadakan
infiltrasi pada lapisan epitel endometrium uterus
(terjadi
implantasi).
Setelah implantasi, sel– sel trofoblas yang tertanam
di dalam endometrium terus berkembang membentuk
jaringan bersama dengan sistem pembuluh darah maternal
untuk menjadi plasenta, yang kemudian berfungsi sebagai
sumber nutrisi dan oksigenasi bagi jaringan embrioblas yang
akan tumbuh menjadi janin.

4

Nidasi atau implantasi adalah proses tertanamnya
embrio pada endometrium. Terjadi pada saat blastosist
sampai di uterus. Sehari sampai dua hari masih terapung
dalam lumen, dan pada hari ke 6-7 setelah fertilisasi ia
menyentuh endometrium dan tertanam lewat jaringan
tropoblastdi daerah embrioblast. Nidasi terjadi ketika
endometrium menempuh fase sekresi. Ketika embrio
berumur 9 hari tropoblast berdiferensiasi menjado
syncyctictropohoblast
dan
cytotrophoblast.
Synctiotrophoblast menggerogoti lapisan epitel endometrium
sehingga blastosist menerobos masuk. Cytotrophoblast
berdelaminasi
ke
dalam
membentuk
extraembryonicmesoderm. Seluruh tropoblast bersama
extraembryonic mesoderm melapisi bagian dalamnya
disebut chorion. Sementara nidasi berlangsung embrioblast
tumbuh jadi 2 lapis benih (germ layers): ectoderm sebelah
luar dan endoderm sebelah dalam. Cytotrophoblast yang
berhadapan dengan embrioblaast kemudian membentuk
kantung yang ,enyelaputi embrio sendiri, disebut amnion.
Dari endoderm tumbuh kantong yolk, yang kemudian akan
menyusut dan ikut membina tali pusat. Seluruh endometrium
yang berhubungan dengan nidasi embrio disebut decidua.
Decidua basalis berhadapan dengan tropoblast, decidua
capsularis menyelaputi embrio. Chorion yang berhadapan
dengan decidua basalis disebut chorion frondosum,
sedangkan yang berhadapan dengan decidua capsularais
disebut chorionleave. Setelah tumbuh amnion dan kantung
yolk tumbuh allantois, tempat penyimpanan sementara
ampas metabolisme. Allantois ini akan menyusut, tnggal
pembuluh darahnya yang dipakai menjadi vena umbilicus
dan arteri umbilicus pada tali pusat (umbilical cord).
Struktur Sperma

Struktur sperma terdiri atas kepala, bagian tengah,
dan ekor. Bagian kepala mengandung nukleus yang ujungnya
ditutupi akrosom dan mengandung enzim yang membantu
sperma menembus sel telur. Pada bagian tengah, terdapat
mitokondria yang menyediakan energi bagi gerakan ekor
(flagel) untuk bergerak menuju sel telur (ovum).
Struktur Ovum

5

Ovum terdiri dari:
1.
2.
3.

Nucleus atau nukleus adalah bagian esensial sebuah sel
yang berisi kromosom.
Cytoplasm atau sitoplasma adalah seluruh protoplasma
yang ada di dalam sebuah sel, kecuali nukleus.
Beberapa lapisan pelindung, yaitu
a. Membran Vitellin yaitu lapisan transparan di bagian
dalam ovum.
b. Zona Pellusida yaitu lapisan pelindung ovum yang
tebal dan terletak di bagian tengah. Terdiri dari
protein
dan
mengandung
reseptor
untuk
spermatozoa.
Korona Radiata yaitu merupakan sel-sel granulosa
yang melekat disisi luar oosit dan merupakan mantel
terluar ovum yang paling tebal.

Sesi II
C. Struktur Selaput dan Cairan Amnion
Selaput amnion merupakan jaringan avaskular yang lentur
tetapi kuat. Bagian dalam selaput yang berhubungan dengan
cairan merupakan jaringan sel kuboid yang asalnya ektoderm.
Jaringan ini berhubungan dengan lapisan interstisial mengandung
kolagen I, III, dan IV. Bagian luar dari selaput ialah jaringan
mesenkim yang berasal dari mesoderm. Lapisan amnion ini
berhubungan dengan korion laeve.
Lapisan dalam amnion merupakan mikrovili yang
berfungsi mentransfer cairan dan metabolik. Lapisan ini
menghasilkan kolagen sehingga selaput menjadi lentur dan kuat.
Di samping itu, jaringan tertentu menghasilkan sitokin IL-6,IL-8,
MCP-1 (monosit chemoattractant protein-1); zat ini berfungsi
untuk melawan bakteri. Selaput amnion juga menghasilkan zat
vasoaktif: endotelin-1 (vasokonstriktor), dan PHRP (parathyroid
hormone related protein), suatu vasorelaksan. Dengan demikian,
selaput amnion mengatur peredaran darah dan tonus pembuluh
lokal.

6

Selaput amnion juga meliputi tali pusat. Sebagian cairan
akan berasal pula dari difusi pada tali pusat. Pada kehamilan
kembar dikorionik-diamniotik terdapat selaput amnion dari
masing-masing yang bersatu. Namun ada jaringan korion leave
ditengahnya (pada USG tampak seperti huruf Y, pada awal
kehamilan); sedangkan pada kehamilan embar dikorionmonoamniotik (kembar satu telur) tidak akan ada jaringan korion
di antara kedua amnion (pada USG tampak gambaran huruf T)
Cairan amnion merupakan pelindung dan bantalan untuk
proteksi sekaligus menunjang pertumbuhan. Osmolalitas, kadar
natrium, ureum, kreatin tidak berbeda dengan kadar pada serum
ibu, karena kadar cairan amnion merupakan hasil difusi dari
ibunya. Cairan amnion mengandung banyak sel janin (lanugo,
verniks kaseosa).
a) Pembentukan cairan amnion
Volume cairan amnion pada kehamilan aterm rata-rata adalah
800 ml. Cairan amnion mempunyai pH 7,2 dan massa jenis
1,008. Setelah 20 minggu, produksi cairan berasal dari urin
janin. Sebelumnya, cairan amnion juga banyak berasal dari
rembesan kulit, selaput amnion, dan plasenta. Janin juga
meminum cairan amnion (diperkirakan 500 ml/hari). Selain
itu, terdapat cairan yang masuk ke paru-paru, sehingga
penting untuk perkembangannya.
b) Fungsi amnion:
Fungsi amnion saat kehamilan berlangsung adalah sebagai
berikut:
1. Nutrisi (makanan dan minuman bagi janin)
2. Memberikan kesempatan bagi janin untuk berkembang
bebas ke segala arah tanpa saling menekan satu sama
lain, tanpa menekan dinding uterus
3. Mempertahankan suhu yang tetap bagi janin
4. Melindungi fetus dari trauma
5. Menjaga tali pusat dari tekanan
6. Menyeimbangkan tekanan intrauteri dan bekerja sebagai
peredam goncangan
7. Mencegah agar tidak timbul perlekatan antara amnion dan
janin
Menghambat bakteri, kareba mengandung zat seperti
fosfat dan seng
D. Oligohidramnion
1. Definisi
Pada keadaan tertentu banyaknya air ketuban
berkurang dari normal. Bila sampai kurang dari 500cc disebut
oligohidramnion. Biasanya cairannya kental, keruh, bewarna
kuning kehijau-hijauan. (Prawirohardjo, 2005)
Oligohidramnion adalah suatu keadaan ketika cairan
amnion sangat sedikit. Kondisi ini biasanya terjadi akibat
insufisiensi uteroplasenta. Dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan antara volume cairan yang kecil dengan
peningkatan angka kematian perinatal. (Varney., dkk, 2007)

7

Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air
ketuban kurang dari normal, yaitu kurang dari 0,5 liter.
(Mochtar, 1998)
Jika air ketuban kurang dari 500cc disebut
oligohidramnion. (Bagian obstetri dan ginekologi FK UNPAD,
1982)
Mark dan Divon (1992) dalam buku Obstetri Williams,
Ed. 21, Vol.2 (2005) menemukan oligohidramnion yang
didefinisikan sebagai indeks cairan amnion sebesar 5cm atau
kurang.
Oligohidramnion dengan kriteria jumlah air ketuban
kurang dari 200cc, kental dan bercampur mekonium.
(Manuaba, 2007)
2. Penyebab
Berikut adalah kondisi yang beresiko tinggi menyebabkan
oligohidramnion:
a. Anomali kongenital (misal, agenesis ginjal, sindrom Potter)
b. Penyakit virus
c. IUGR
d. Insufiensi uteroplasenta
e. Pecah ketuban dini (minggu ke-24 sampai ke-26)
f. Meresponi indosin sebagai suatu tokolitik
g. Hipoksia janin
h. Aspirasi mekonium dan cairan yang becampur mekonium
i. Sindrom pascamatur
Jika produksi amnion makin berkurang, disebabkan beberapa
hal diantaranya:
a. insufisiensi plasenta
b. kehamilan postpartum
c. gangguan organ perkemihan ginjal
d. janin terlalu banyak minum sehingga dapat menimbulkan
makin berkurangnya jumlah air ketuban intra uteri
3. Gejala dan tanda oligohidramnion adalah sebagai berikut:
a. “Molding” uterus mengellilingi janin.
b. Janin dapat diraba dengan mudah.
c. Tidak ada efek pantul (ballotement) pada janin.
d. Penambahan tinggi fundus uteri berlangsung lambat.
Gejala dan tanda tersebut didasarkan pada fakta bahwa
cairan amnion yang ditemukan berada di bawah jumlah yang
normal untuk usia kehamilan tertentu. Pada kehamilan
normal, volume cairan amnion wanita bervariasi dan dapat
mengalami fluktuasi. Umumnya cairan amnion meningkat
hingga mencapai 1000 mililiter pada trimester ketiga
kehamilan. Menginjak usia kehamilan 34 minggu, jumlah
tersebut mulai berkurang secara bertahap dan menyisakan
sekitar 800 ml pada usia cukup bulan.
Oligohidramnion dapat dikaitkan dengan berbagai variasi
perlambatan frekuensi denyut jantung janin. Perlambatan ini
kemungkinan terjadi karena cairan yang menjadi bantalan
bagi tali pusat berkurang sehingga pergerakan janin atau
kontraksi uterus dapat menyebabkan penekanan sementara
pada saluran tali pusat.
Gambaran klinis:
a. Perut ibu kelihatan kurang membuncit

8

b.
c.
d.
e.

Ibu merasa nyeri di perut pada tiap pergerakan anak
Persalinan lebih lama dari biasanya
Sewaktu his akan terasa sakit sekali
Bila ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali, bahkan
tidak ada yang keluar
f. Rahim lebih kecil dari sesuai dengan tuanya kehamilan
g. Bunyi jantung janin sudah terdengar sebelum bulan ke 5
dan terdengar dengan lebih jelas.
4. Diagnosis
Untuk mengetahui oligohidramnion dengan jelas dapat
dilakukan tindakan “amnioskopi” dengan alat khusu
amnioskop. Indikasi amnioskopi adalah:
a. Usia kehamilan sudah di atas 37 minggu
b. Terdapat preeklampsia-berat atau eklampsia
c. Bad Obstetrics History
d. Terdapat kemungkinan IUGR
e. Kelainan ginjal
f. Kehamilan post date
Hasil yang diharapkan adalah:
a. Kekeruhan air ketuban
b. Pewarnaan dengan mekoneum
Komplikasi tindakan amnioskopi adalah:
a. Terjadi persalinan prematur
b. Ketuban pecah, menimbulkan persalinan prematur
c. Terjadi perdarahan, perlukaan kanalis servikalis
d. Terjadi infeksi asendens
Teknik diagnosis oligohidramnion dapat mempergunakan
Ultrasonografi yang dapat menentukan:
a. Amniotic Fluid Index (AFI) kurang dari 5 cm
b. AFI kurang dari 3 cm disebut moderate oligohidramnion
c. AFI kurang dari 2-1 cm disebutnya severe oligohidramnion
5. Penanganan
Salah satu bentuk oligohidramnion adalah akibat
ketuban
pecah
menjelang
aterm
sehingga
dapat
menimbulkan komplikasi serius pada janin. Untuk mengurangi
tekanan langsung otot rahim terhadap tali pusat/plasenta
yang menimbulkan fetal distres dilakukan upaya “amniotic
infusion” suatu terapi yang bersifat sementara untuk
mengurangi kompresi.
Selain itu dapat dilakukan penanganan dengan cara
memberi infus cairan ketuban dengan memasukkan kateter
ke dalam rahim untuk memasukkan lebih banyak cairan. Pada
beberapa kasus dimana kelahiran bayi sudah dekat, induksi
persalinan atau operasi sectio sesaria dilakukan untuk
melahirkan bayi.
Bentuk amniotic infusion adalah:
a. Bolus amniotic infusion:
 Berikan infus sebanyak 10-15 cc/menit sampai
tercapai jumlah 800 cc
 Tetesan dikurangi sampai terdapat tambahan 250 cc,
untuk mengurangi kompresi terhadap tali pusat dan
lainnya

9

Teknik bolus amniotic infusion, dapat menurunkan kejadian
fetal distres dan meningkatkan kemungkinan persalinan
pervaginam.
b. Continous amniotic infusion
 Diberikan 10 cc/menit selama 1 jam
 Diikuti
3 cc/menit sampai tercapai
kompresi
menghilang
Amniotic infusion ada kemungkinan berhasil, tetapi jika tetap
terjadi fetal distres, peningkatan Bandle tidak terjadi
penurunan, maka tindakan obstetrinya adalah dilakukan seksio
sesarea.
6. Rujukan
Diskusi dengan dokter, konsultasikan mencakup:
a. Identifikasi
b. penyebab oligohidramnion dan pertimbangan strategi
penatalaksanaan yang didasarkan pada penyebab dan
usia kehamilan.
Penatalaksanaan secara konservatif meliputi: pemberian
cairan cukup, asupan nutrisi yang seimbang, pemantauan
kesejahteraan janin, pengukuran volume cairan amnion
dengan USG secara teratur, dan induksi.
E. Ketuban pecah dini
1. Deskripsi
 Ketuban pecah dini atau spontaneous/early/premature
rupture of the membrane (PROM) adalah pecahnya
ketuban sebelum in partu yaitu bila permukaan pada primi
kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm.
(Mochtar, 1998 hal 255)
 Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum
terdapat tanda persalinan mulai dan ditunggu satu jam
sebelum terjadi in partu. (Manuaba dkk, 2008 hal 112)
 Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput
ketuban sebelum persalinan. (Prawirohardjo,2013 hal 677)
 Ketuban pecah dini adalah bocornya cairan amnion
sebelum memulainya persalinan, terjadi pada kira-kira 712% kehamilan. (Taber, 1994 hal 368)
 Ketuban pecah dini premature adalah ketuban pecah
sebelum usia kehamilan 37 minggu. (Prawirohardjo,2013
hal 677)
2. Penyebab Ketuban pecah dini
Secara umum disebabkan oleh :








Multi atau grandemulti
Overdistensi ( hidramnion, hamil ganda)
Disproporsi sefalopelvis
kelainan letak (lintang, sungsang)
pendular abdomen (Manuaba dkk, 2008 hal 112)
kontraksi uterus dan peregangan berulang
Perubahan biokimiayang menyebabkan selaput ketuban
inferior rapuh, bukan karena seluruh selaput ketuban
rapuh.

10

Perubahan struktur , jumlah sel, dan katabolisme kolagen
menyebabkan
aktifitas
kolagen
berubah
dan
menyebabkan ketuban pecah. (Prawirohardjo,2013 hal
677)
Beberapa penyebab ketuban pecah dini yaitu :












Serviks inkompeten
Overdistensi uterus
Faktor keturunan
 ion Cu serum rendah,
 vitamin C rendah,
 kelainan genetic
infeksi genitalia
meningkatnya enzim proteriotik (Manuaba dkk, 2008 hal
112)
faktor anatomis (selaput ketuban terlalu tipis dan tidak
mampu menahan tegangan.
Trauma (terjatuh)
Oligohidramnion (Friedman dkk, 1996 hal 170)

3. Patogenesis
Taylor dkk. Telah menyelidiki hal
hubungan dengan hal-hal berikut :








ini

ternyata

adanya

Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjasi
sebelum ketuban pecah. Penyakit-penyakit seperti
pielonefritis,sistitis,sevisitis,
dan
vaginitis
terdapat
bersama-sama dengan hipermotilitas rahim ini.
Selaput ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban)
Infeksi (amnionitis atau korioamnionitis)
Faktor-faktor
lain
yang
merupakan
predisposisi:
multipara,malposisi, disporsisi, serviks inkompeten dan
lain-lain.
Ketuban pecah dini artificial (amniotomi) dimana ketuban
dipecahkan terlalu dini

Kadang-kadang sulit atau meragukan apakah ketuban benar
sudah pecah atau belum, apalagi bila pembukaan kanalis
servikalis belum ada atau kecil. Cara menentukannya adalah
dengan :









Memeriksa adanya cairan yang berisi mekoneum, verniks
kaseosa, rambut lanugo, atau bila telah terinfeksi berbau
Inspekulo : lihat dan tentukan apakah memang air
ketuban keluar dari kanalis servisis dan apakah ada
bagian yang sudah pecah
Gunakan kertas lakmus
o Bila menjadi biru (basa) – air ketuban
o Bila menjadi merah (asam) – urin
Pemeriksaan pH forniks posterior pada PROM Ph adalah
basa (air ketuban)
Pemeriksaan histopatologi air (ketuban)
Aborization dan sitologi air ketuban
(Mochtar, 1998 hal 255)

11

4. Pengaruh PROM
a) Terhadap janin
Walaupun ibu belum menunjukan gejala-gejala infeksi
tetapi mungkin janin sudah terkena infeksi, karena infeksi
intrauterine lebih dahulu terjadi (amnionitis, vaskulitis)
sebelum gejala pada ibu dirasakan. Jadi akan meninggikan
mortalitas dan mobiditas perinatal.
b) Terhadap ibu
Karena jalan telah terluka, maka dapat terjadi infeksi
intrapartal, apalagi bila terlalu sering diperiksa dalam.
Selain itu juga dapat dijumpai infeksi puerpuralis (nifas),
peritonitis dan septicemia, serta dry-labor. Ibu akan meras
lelah karena terbaring ditempat tidur, partus akan menjadi
lama, maka suhu badan naik, nadi cepat dan terlihat
gejala-gejala infeksi.
Hal-hal diatas akan meninggikan angka kematian dan angka
morbiditas pada ibu. (Mochtar, 1998 hal 255)
5. Gejala ketuban pecah dini
 semburan atau kebocoran cairan dari vagina yang terjadi
tiba-tiba.
 Tidak ada nyeri maupun kontraksi uterus. (Taber, 1994 hal
368)
 Cairan yang keluar tidak dapat di tahan.
6. Penatalaksanan untuk PROM
a) Bila anak belum viable (kurang dari 36 minggu) penderita
dianjurkan untuk beristirahat di tempat tidur dan berikan
obat-obat antibiotika profilaksis, spasmolitika, dan
roboransia dengan tujuan untuk mengundur waktu sampai
anak viable.
b) Bila anak sudah viable ( lebih dari 36 minggu), lakukan
induksi partus 6-12 jam setelah lag phase dan berikan
antibiotika profilaksis. Pada kasus-kasus tertentu dimana
induksi partus dengan PGE2 dana atau drips sintosinol
gagal, maka lakukanlah tindakan operatif. (Mochtar, 1998
hal 255)
7. Penanganan oleh bidan mandiri
Pasien dengan keluarnya cairan dari vagina
Bidan harus mengkonfirmasikan pecahnya selaput amnion
apabila dicurigai secara klinis, bedakan cairan dari
ketuban atau urin. Tentukan pecahnya selaput ketuban,
dengan melakukkan pemeriksaan Ph cairan yang
berkumpul pada vagina dengan :
 kertas Nitrazine ; jika bersifat alkalis, kemungkinan
merupakan cairan amnion. ( Friedman, 1998 hal 170)
 Pemeriksaan Ph vagina dengan menggunakan kertas
lakmus merah menjadi biru berarti bersifat basa,
menandakan cairan amnion. (Prawirohardjo,2013 hal
677)
Jika diperlukan lakukan juga :


12











Hitung darah lengkap, hitung diferensial,
Hitung darah putih
Protein C-reaktif Serum
Kultur cairan amnion
Apusan dengan pewarnaan Gram atau Wrigth
Pemeriksaan paru-paru janin
Ultrasonografi
Jika pecahnya selaput amnion tidak membahayakan, maka
lanjutkan perawatan prenatal dengan pengawasan intensif
Jika pecahnya selaput amnion membahayakan, rujuk ke
rumah sakit.
(Friedman, Acker, dan Sachs, 1998 hal 170)

8. Penanganan di rumah sakit
a) Tentukan adanya infeksi intrauterine
Dapatkan
contoh
cairan
amnion
untuk
pemeriksaanapusan dengan pewarnaan Gram dan Wright
serta kultur. Penentuan kadar Protein C-reaktif dapat
menandakan korioamnionitis. Jika infeksi dicurigai atau
ditemukan, maka obati dengan antibiotik. Lalu lakukan
induksi persalinan.
b) Jika tidak ada infeksi, tentukan usia kehamilan dan
maturitas janin dengan riwayat menstruasi, catatan
antenatal, dan ultrasonografi. Analisis fosfolopid vagina
membantu menentukan maturitas paru-paru janin. Jika
khamilan aterm atau mendekati aterm, maka tentukan
kemampuan induksi persalinan. Jika keadaan menandakan
dapat dilakukan induksi maka lakukan induksi persalinan.
c) Jika janin preterm dan imatur, berikan kortikosteroid.
Pemberian kostikosteroid dapat menghindari sindroma
gawat pernapasan jika persalinan diperlukan. Lalu periksa
kembali keadaan janin. Awasi secara berkala untuk
timbulnya infeksi.
d) Amati oligohidramnion. Pecahnya selaput amnion sebelum
waktunya sebelum janin dapat hidup sering diperberat
oleh oligohidromnia yang diakibatkan oleh keluarnya
cairan yang melebihi pembentukan, berhubungan dengan
prognosis neonates yang buruk. Oligohidramnion tidak
berat maka ulangi pencairan infeksi intrauterine. Jika
oligohidramnion berat, maka percepat kematangan janin
lalu induksi persalinan. (Friedman, Acker, dan Sachs, 1998
hal 170)

LAMPIRAN
A. Sesi I : Prakonsepsi
1. Syahrina : Apa yang dimaksud dengan resiko defek tabung
saraf ? Dan seperti apa defek tabung saraf itu ?
Jawaban :
Defek tabung saraf adalah sebuah kelainan kongenital yang
disebabkan oleh perkembangan abnormal pada tabung saraf

13

2.

3.

4.

5.

6.

atau struktur embrio yang berkembang menjadi otak dan
sumsum tulang belakang. Cacat tabung saraf adalah salah
satu cacat lahir yang paling banyak menyebabkan kematian
bayi dan kecacatan serius. Cacat tabung saraf yang umum
adalah anensefali, spina bifida, dan ensefalokel.
Alifa : Mengapa setelah diberi titer rubella, kehamilan harus
ditunda selama 1 bulan ?
Jawaban :
Menunda satu bulan kehamilan setelah diberikan vaksin itu
agar vaksin dapat bekerja maksimal dan memberi
perlindungan pada wanita yang akan hamil, juga agar tidak
mencederai kehamilan.
Alsi : Apa yang dimaksud dengan adiksi janin ? Dan obat apa
yang dapat menyebabkan adiksi pada janin ?
Jawaban :
Adiksi janin adalah ketergantungan atau kecanduan janin
terhadap obat. Contoh obatnya yaitu seperti antibiotik.
Tambahan : Adiksi biasanya terjadi pada pasangan pecandu
narkoba.
Wulan : Jika ingin hamil apakah IMT harus dinormalkan
terlebih dahulu atau tidak ?
Jawaban :
Dianjurkan
bagi
yang
ingin
memiliki
anak,
untuk
menyeimbangkan IMT (Indeks Massa Tubuh) terlebih dahulu
agar tidak menjadi penyulit pada kehamilan.
Tambahan : Normal IMT (Indeks Massa Tubuh) = 18. Konseling
ynag diberikan berupa asupan nutrisi yang baik untuk tubuh.
Dini : Kenapa tinggi badan dan berat badan yang tidak
seimbang berpengaruh pada kehamilan ?
Jawaban :
Jika tinggi badan dan berat badan tidak seimbang maka akan
beresiko pada kehamilan. Seperti obesitas atau kegemukan
itu kelebihan jaringan lemak sehingga meningkatkan over
produksi hormon estrogen, akibatnya hormon yang terbentuk
menjadi tidak seimbang dan mengganggu siklus ovulasi,
terlihat dari tidak teraturnya siklus menstruasi. Tetapi jika
badan terlalu kurus maka akan berdampak pada kesuburan.
Terlalu kurus memiliki resiko mengalami gangguan reproduksi
lebih buruk dibanding yang obesitas, dan memiliki
kesempatan rendah untuk bisa hamil karena diakibatkan oleh
penurunan hormon estrogen serta ada kemungkinan embrio
susah melekat.
Dewi : Apakah ada asuhan prakonsepsi pada pria ? jika ada
seperti apa asuhannya ?
Jawaban :
Ada, sama seperti pada wanita, pria juga diberikan konseling
tentang asupan nutrisi agar bisa menghasilkan sperma yang
berkualitas baik sehingga bisa menghasilkan keturunan.
Tambahan : Asuhan prakonsepsi itu berlaku untuk calon
pasangan yang akan menikah, pasangan yang menikah
muda, pasangan yang telah yang berencana memiliki anak,
dan pasangan menikah yang telah memiliki anak dan
berencana untuk memiliki anak lagi.

B. Sesi II : Konsepsi
1. Indah : Mengapa jumlah oogonium dari sejak bayi baru lahir
hingga menopause terus berkurang ?

14

Jawaban :
Pada saat embrio awal terbentuk 1.700 butir primordial germ
cells, pada saat gonad berdiferensiasi menjadi ovarium
primordial germ cells yang berproliferasi dengan cara mitosis
menjadi 600.000. saat embrio 5 bulan bertambah menjadi 7
juta oosit primer. saat bayi lahir terjadi atresia sehingga
tinggal 2 juta oosit primer dan pada saat berusia 7 tahun
jumlahnya susut lagi menjadi sekitar 300.000. Pada saat
wanita akil baligh ovum itu mulai berkurang karena
mengalami pematangan dan berovulasi. Dari 300.000 ovum
hanya sekitar 450 butir yang akan berovulasi seumur hidup
seorang wanita.
2. Sintia : Bagaimana bisa menentukan jenis kelamin pada
janin ?
Jawaban :
Tambahan : Jenis kelamin janin sudah ditentukan sejak
terjadinya fertilisasi.
3. Wulan : Mengapa usia kehamilan dihitung dari hari pertama
haid terakhir bukan dari hari terakhir haid ?
Jawaban :
Seharusnya dihitung dari saat fertilisasi, tetapi fertilisasi tidak
dapat diketahui karena tidak ada tandanya. Jadi usia
kehamilan dihitung dari hari pertama haid terakhir dan
dikurangi 2 minggu.

15