Etika dan Tanggung Jawab Auditor

Etika dan Tanggung Jawab Auditor
Agung Widiyart
Agung_widiyart@yahoo.com
Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi
Universitas Islam Indonesia
Audit membutuhkan pengabdian yang besar pada masyarakat dan komitmen
moral yang tinggi. Masyarakat menuntut untuk memperoleh jasa para auditor publik dengan
standar kualitas yang tinggi, dan menuntut mereka untuk bersedia mengorbankan diri. Itulah
sebabnya profesi auditor menetapkan standar teknis dan standar etika yang harus dijadikan
panduan oleh para auditor dalam melaksanakan audit. Standar etika diperlukan bagi profesi
audit karena auditor memiliki posisi sebagai orang kepercayaan dan menghadapi
kemungkinan benturan – benturan kepentingan.
Kode etik atau aturan etika profesi audit menyediakan panduan bagi para auditor
profesional dalam mempertahankan diri dari godaan dan dalam mengambil keputusan –
keputusan sulit. Jika auditor tunduk pada tekanan atau permintaan tersebut, maka telah terjadi
pelanggaran terhadap komitmen pada prinsip – prinsip etika yang dianut oleh profesi.
Oleh karena itu, seorang auditor harus selalu memupuk dan menjaga
kewaspadaannya agar tidak mudah takluk pada godaan dan tekanan yang membawanya ke
dalam pelanggaran prinsip – prinsip etika secara umum dan etika profesi. etis yang tinggi;
mampu mengenali situasi – situas yang mengandung isu – isu etis sehingga
memungkinkannya untuk mengambil keputusan atau tindakan yang tepat.

Pentingnya Nilai – Nilai Etika dalam Auditing
Beragam masalah etis berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan
auditing. Banyak auditor menghadapi masalah serius karena mereka melakukan hal – hal
kecil yang tak satu pun tampak mengandung kesalahan serius, namun ternyata hanya
menumpuknya hingga menjadi suatu kesalahan yang besar dan merupakan pelanggaran serius
terhadap kepercayaan yang diberikan.

Auditing – Kode Etik dan Tanggung jawab Auditor

Page 1

Untuk itu pengetahuan akan tanda – tanda peringatan adanya masalah etika akan
memberikan peluang untuk melindungi diri sendiri, dan pada saat yang sama, akan
membangun suasana etis di lingkungan kerja.
Masalah – masalah etika yang dapat dijumpai oleh auditor yang meliputi permintaan atau
tekanan untuk :
1. Melaksanakan tugas yang bukan merupakan kompetensinya
2. Mengungkapkan informasi rahasia
3. Mengkompromikan integritasnya dengan melakukan pemalsuan, penggelapan,
penyuapan dan sebagainya.

4. Mendistorsi obyektivitas dengan menerbitkan laporan – laporan yang menyesatkan
Hal – hal yang Berkaitan Dengan Hukum Sehubungan Dengan Pekerjanaan Auditor
Tanggung Jawab Auditor dalam hal terjadinya pelangaran yang dilakukan oleh
seorang Akuntan Publik dalam memberikan jasanya, baik atas temuan – temuan bukti
pelanggaran apapun yang bersifat pelanggaran ringan hingga yang bersifat pelanggaran berat,
berdasarkan PMK No. 17/PMK.01/2008 hanya dikenakan sanksi administratif, berupa: sanksi
peringatan, sanksi pembekuan ijin dan sanksi pencabutan ijin. Penghukuman dalam
pemberian sanksi hingga pencabutan izin baru dilakukan dalam hal seorang Akuntan Publik
tersebut telah melanggar ketentuan – ketentuan yang diatur dalam SPAP dan termasuk juga
pelanggaran kode etik yang ditetapkan oleh IAPI, serta juga melakukan pelanggaran
peraturan perundang-undangan yang berlaku yang berhubungan dengan bidang jasa yang
diberikan, atau juga akibat dari pelanggaran yang terus dilakukan walaupun telah
mendapatkan sanksi pembekuan izin sebelumya, ataupun tindakan-tindakan yang menentang
langkah pemeriksaan sehubungan dengan adanya dugaan pelanggaran profesionalisme
akuntan publik.
Selama melakukan audit, auditor juga bertanggungjawab :
a. Mendeteksi kecurangan
1. Tanggung jawab untuk mendeteksi kecurangan ataupun kesalahan – kesalahan yang
tidak disengaja, diwujudkan dalam perencanaan dan pelaksanaan audit untuk


Auditing – Kode Etik dan Tanggung jawab Auditor

Page 2

mendapatkan keyakinan yang memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari
salah saji material yang disebabkan oleh kesalahan ataupun kecurangan.
2. Tanggung jawab untuk melaporkan kecurangan jika terdapat bukti adanya kecurangan.
Laporan ini dilaporkan oleh auditor kepada pihak manajemen, komite audit, dewan
direksi.
b. Tindakan pelanggaran hukum oleh klien
1. Tanggung jawab untuk mendeteksi pelanggaran hukum yang dilakukan oleh klien.
Auditor bertanggung jawab atas salah saji yang berasal dari tindakan melanggar hukum
yang memiliki pengaruh langsung dan material pada penentuan jumlah laporan
keuangan. Untuk itu auditor harus merencanakan suatu audit untuk mendeteksi adanya
tindakan melanggar hukum serta mengimplementasikan rencana tersebut dengan
kemahiran yang cermat dan seksama.
2. Tanggungjawab untuk melaporkan tindakan melanggar hukum. Apabila suatu tindakan
melanggar hukum berpengaruh material terhadap laporan keuangan, auditor harus
mendesak manajemen untuk melakukan revisi atas laporan keuangan tersebut. Apabila
revisi atas laporan keuangan tersebut kurang tepat, auditor bertanggung jawab untuk

menginformasikannya kepada para pengguna laporan keuangan melalui suatu pendapat
wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar bahwa laporan keuangan
disajikan tidak sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.
Auditor memiliki beberapa tanggung jawab yaitu :
a. Tanggung jawab terhadap opini yang diberikan.
Tanggung jawab ini hanya sebatas opini yang diberikan, sedangkan laporan keuangan
merupakan tanggung jawab manajemen. Hal ini disebabkan pengetahuan auditor terbatas
pada apa yang diperolehnya melalui audit. Oleh karena itu penyajian yang wajar posisi
keuangan, hasil usaha dan arus kas sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum,
menyiratkan bagian terpadu tanggung jawab manajemen.
b. Tanggung jawab terhadap profesi.
Tanggung jawab ini mengenai mematuhi standar/ketentuan yang telah disepakati IAI,
termasuk mematuhi prinsip akuntansi yang berlaku, standar auditing dan kode etik
akuntan Indonesia.
c. Tanggung jawab terhadap klien.
Auditor berkewajiban melaksanakan pekerjaan dengan seksama dan menggunakan
kemahiran profesionalnya, jika tidak dia akan dianggap lalai dan bisa dikenakan sanksi.
d. Tanggung jawab untuk mengungkapkan kecurangan.
Bila ada kecurangan yang begitu besar tidak ditemukan, sehingga menyesatkan, akuntan
publik harus bertanggung jawab.

e. Tanggung jawab terhadap pihak ketiga

Auditing – Kode Etik dan Tanggung jawab Auditor

Page 3

Tanggung jawab ini seperti investor, pemberi kredit dan sebagainya. Contoh dari tanggung
jawab ini adalah tanggung jawab atas kelalaiannya yang bisa menimbulkan kerugian yang
cukup besar, seperti pendapat yang tidak didasari dengan dasar yang cukup.
f. Tanggung jawab terhadap pihak ketiga atas kecurangan yang tidak ditemukan.
Dengan melihat lebih jauh penyebabnya, jika kecurangan karena prosedur auditnya tidak
cukup, maka auditor harus bertanggung jawab.
Berikut ini defenisi mengenai kegagalan bisnis, kegagalan audit dan risiko audit :
a. Kegagalan bisnis
Adalah kegagalan yang terjadi jika perusahaan tidak mampu membayar kembali utangnya
atau tidak mampu memenuhi harapan para investornya, karena kondisi ekonomi atau
bisnis, seperti resesi, keputusan manajemen yang buruk, atau persaingan yang tak terduga
dalam industri itu.
b. Kegagalan audit
Adalah kegagalan yang terjadi jika auditor mengeluarkan pendapat audit yang salah

karena gagal dalam memenuhi persyaratan-persyaratan standar auditing yang berlaku
umum.
c. Risiko Audit
Adalah risiko dimana auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan disajikan dengan
wajar tanpa pengecualian, sedangkan dalam kenyataannya laporan tersebut disajikan salah
secara material.
Bila di dalam melaksanakan audit, akuntan publik telah gagal mematuhi standar
profesinya, maka besar kemungkinannya bahwa business failure juga dibarengi oleh audit
failure. Dalam hal yang terakhir ini, akuntan publik harus bertanggung jawab. Sementara,
dalam menjalankan tugasnya, akuntan publik tidak luput dari kesalahan. Kegagalan audit
yang dilakukan dapat dikelompokkam menjadi ordinary negligence, gross negligence, dan
fraud.
Ordinary negligence merupakan kesalah yang dilakukan akuntan publik, ketika
menjalankan tugas audit, dia tidak mengikuti pikiran sehat ( reasonable care ). Dengan kata
lain setelah mematuhi standar yang berlaku ada kalanya auditor menghadapi situasi yang
belum diatur standar. Dalam hal ini auditor harus menggunakan “ common sense ” dan
mengambil keputusan yang sama seperti seorang ( typical ) akuntan publik bertindak.
Sebagian besar profesional akuntan setuju bahwa bila suatu audit gagal
mengungkapkan kesalahan yang material dan oleh karenanya dikeluarkan jenis pendapat
yang salah, maka kantor akuntan publik yang bersangkutan harus diminta mempertahankan

kualitas auditnya. Jika auditor gagal menggunakan keahliannya dalam pelaksanaan auditnya,
Auditing – Kode Etik dan Tanggung jawab Auditor

Page 4

berarti terjadi kegagalan audit, dan kantor akuntan publik tersebut atau perusahaan
asuransinya harus membayar kepada mereka yang menderita kerugian akibat kelalaian
auditor tersebut.
Kesulitan timbul bila terjadi kegagalan bisnis, tetapi bukan kegagalan audit.
Sebagai contoh, jika sebuah perusahaan bangkrut, atau tidak dapat membayar hutangnya,
maka umumnya pemakai laporan keuangan akan mengklaim bahwa telah terjadi kegagalan
audit, khususnya bila laporan audit paling akhir menunjukkan bahwa laporan itu dinyatakan
secara wajar. Lebih buruk jika terdapat kegagalan bisnis dan laporan keuangan yang
kemudian diterbitkan salah saji, para pemakai akan mengklaim auditor telah lalai sekalipun
telah melaksanakannya sesuai dengan standar auditing yang berlaku umum.
Beberapa faktor utama yang menimbulkan kewajiban hukum bagi profesi audit diantaranya
adalah :


Meningkatnya kesadaran pemakai laporan keuangan akan tanggung jawab akuntan public




Meningkatnya perhatian pihak-pihak yang terkait dengan pasar modal sehubungan dengan
tanggung jawab untuk melindungi kepentingan investor



Bertambahnya kompleksitas audit yang disebabkan adanya perubahan lingkungan yang
begitu pesat diberbagai sektor bisnis, sistem informasi, dsb



Kesediaan kantor akuntan publik untuk menyelesaikan masalah hukum diluar pengadilan,
untuk menghindari biaya yang tinggi.

Sumber:
Ariyanto, Dodik, and Ardani Muta Jat. “ Pengaruh Indepedensi, Kompetensi, dan Sensitvitas Etka
Profesi Terhadap Produktvitas Kerja Auditor Eksternal (Studi Kasus Pada Auditor Perwakilan BPK RI
Provinsi BaliPage 5 of 5.” Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis 5.2 (2010).

5|K o d e E t k d a n Ta n g g g u n g J a w a b A u d i t o r

Auditing – Kode Etik dan Tanggung jawab Auditor

Page 5