Kaya dan Miskin dan kaya (1)

KAYA DAN MISKIN
Marisi Angelina Simangunsong
Kata “Kaya” dan “Miskin” merupakan kata yang memiliki
arti yang berbeda kalau dilihat dari artinya. Pada umumnya
arti Kaya adalah banyak uang dan materiil sedangkan arti
Miskin adalah memiliki sedikit uang dan materiil. Arti Kaya
dan Miskin seperti ini sudah sering kita dengar maupun kita
lihat sendiri secara langsung. Berarti kalau berbicara materiil
memiliki nilai yang berarti uang. Simpelnya Karna keduanya
dibutuhkan dan dinginkan manusia.
Pertanyaannya, apakah nilai itu? Nilai adalah pelbagai
macam kebutuhan manusia dan rasa menuntut pemenuhan
atau pemuasannya dalam berbagai hal, sehingga hal ini
menjadi bernilai bagi manusia; banyak sedikitnya; kadar;
mutu.1 Di sini saya ingin mengkritisi “rasa menuntut
pemenuhan atau pemuasannya dalam berbagai hal”
bukankah itu menjadi hal dasar dan sifat nature manusia
sendiri untuk memenuhi kebutuhannya dan keinginan
(hasrat)? tentu saja karena dalam kebutuhan manusia
memiliki beraneka ragam kebutuhan yang berusaha untuk
dipenuhi dan biasanya kebutuhan dan keinginan (hasrat)

manusia itu sangat sulit untuk membedakannya.
Materiil adalah berupa kebendaan; bersifat fisik. 2 Jadi,
materiil itu memiliki nilai yang dapat di perjualbelikan dengan
uang. Kenapa harus dengan uang? Karena uang sendiri
memiliki nilai dan segala sesuatu yang biasanya digunakan
dan diterima secara umum sebagai alat penukar atau standar
pengukur nilai, standar daya beli, standar utang, garansi
penanggung utang.3 kalau meteriil tidak bernilai maka tidak
akan diciptakan dan tidak berlaku untuk diperjualbelikan.
Apa sih bedanya kebutuhan dengan keinginan (hasrat)?
Kalau menurut saya, kebutuhan adalah yang menjadi priority
yang harus dipenuhi sedangkan keinginan (hasrat) yang
berlebihan
dan
kebanyakan
hasrat
mendatangkan
ketidakpuasan dan hasrat berusaha untuk menemukan
1 B. N. Marbun, Kamus Politik (Jakarta: Sinar Harapan, 2013), hlm 336.
2 Ibid. B. N. Marbun, Kamus Politik (Jakarta: Sinar Harapan, 2013), hlm 307.

3 Ibid. B. N. Marbun, Kamus Politik (Jakarta: Sinar Harapan, 2013), hlm 489.

“tuhan” dalam hidupnya misalnya cinta uang, cinta materi,
dll di dalam penyembahan berhalanya. Penyembahan berhala
disini bisa dari kesenangan, penghiburan, dll. Saya ingin
meluruskan kembali, bahwa saya bukan anti uang maupun
materiil, terus terang saja uang maupun materiil membantu
saya makan, sekolah, kuliah, berseni, dsb. Tetapi uang dan
materiil tidaklah menjadi priority dan segalanya bagi saya.
Untuk menjelaskan penyembahan berhala itu seperti apa:
penyembahan berhala adalah upaya untuk membangun
identitas kita di atas sesuatu selain Allah. Sebuah berhala
adalah apa pun yang merebut tempat Allah yang benar
dalam hidup. Sebuah berhala adalah apa pun atau siapapun
yang Anda anggap, dalam hati Anda, harus dimiliki agar
hidup
Anda
menjadi
bermakna,
bernilai,

aman,
menggairahkan, atau bebas.
Inilah satu cara untuk mengenali berhala Anda: pikirkan
tentang apa pun dalam hidup Anda yang, jika Anda
kehilangan itu, akan membuat Anda ingin berhenti hidup atau
positifnya. Anda sebenarnya hidup untuk apa? Apa yang
padanya Anda bergantung untuk membuat hidup itu layak
dijalani? Pada akhirnya, jika itu adalah apa pun atau siapapun
selain dari Yesus, maka itu telah menjadi sebuah berhala.
Kebanyakan berhala sendiri sebenarnya adalah hal-hal
baik, pemberian yang baik dari Allah – pasangan kita, anakanak kita, pengharapan dan impian kita, pekerjaan kita,
kesuksesan kita, keterampilan kita, penampilan kita, reputasi
kita. Yang menjadi masalahnya datang, ketika kita mengubah
ini menjadi hal yang utama. Kita akhirnya bergantung ini dan
orang-orang
ini
untuk
memberi
kita
arti,

tujuan,
kemerdekaan, keamanan dan keberartian yang hanya dapat
diberikan Yesus.
Pada dasarnya persetujuan dan penerimaan manusia
bukanlah hal buruk. Bahkan, mereka semua adalah
pemberian Allah. Tetapi kita telah mengubah mereka menjadi
berhala dengan menjadikan mereka sebagai sumber utama
kita yang kita maknakan, nilai, keberhargaan dan
keberartian.

He
Warning:
Yesus
berkata
Ia
datang
untuk
membebaskan para tawanan. Ia datang untuk membebaskan
kita dari perbudakan. Ini menjelaskan alasan mengapa Allah
begitu bergairah tentang menghancurkan berhala-hala

manusia. Jadi apa yang sedang Anda percayai, selain dari
Yesus untuk mendapatkan penerimaan dan persetujuan,
untuk mengalami keamanan dan keberartian, untuk
menemukan arti dan tujuan, untuk menemukan identitas dan
arah?4

Mari kembali lagi tentang nilai dari perspektif lain dari sisi
nilai-nilai ekonomis atau gugus nilai-nilai ekonomi adalah
sesuatu yang bernilai secara ekonomis tergantung dari
apakah sesuatu itu menguntungkan atau tidak, atau malahan
merugikan. Jadi, kriterianya adalah untung rugi. Yang artinya
tersebut menentukan sistem nilai moral khas setiap
kepribadian, setiap kelompok sosial dan setiap kebudayaan.
Dalam arti ini, nilai-nilai merupakan kekuatan-kekuatan
integratif manusia, masyarakat dan budaya. 5 Di dalam tulisan
ini Saya tidak bermaksud memberi sebuah sejarah “Kaya dan
Miskin” yang disingkat (lebih disederhanakan). Artinya disini
hanya untuk menggambarkan perspektif yang dapat kita lihat
dalam kehidupan sehari-hari.
Jadi, Kaya dan Miskin hal yang berbeda sekali kalau

dilihat dari pengertian, definisi perspektif manusia sendiri
bahkan arti Kaya dan Miskin dapat di empiriskan. Kalau
menurut saya sendiri Kaya dan Miskin bukanlah apa yang
dimiliki atau yang dipertahankan seperti nilai, uang dan
materiil karna itu semuanya tidak bertahan lama.
Saya lebih focus melihat sisi Kaya dan Miskin sendiri
dilihat dari Jiwa, hati dan karakter manusia itu sendiri. Jiwa,
hati dan karakter orang Kaya adalah yang suka berkontribusi
dan memberi baik banyak atau sedikit yang dimilikinya, tidak
menuntut dan tidak menunjukkan siapa dirinya kepada orang
4 Tullian Tchividjian, Yesus + Nihil = Segalanya (Jesus + Nothing Is Everything), hlm 4647.
5 Franz Magnis Suseno, Pijar-Pijar Filsafat (Yogyakarta: Kanisius, 2005), hlm 135.

lain untuk berkontribusi atau menolong siapapun. Prinsip
sederhananya adalah: “minimum in dan maximum out” nya
(menyalurkan berkat selalu).
Sedangkan Jiwa, hati dan
karakter yang Miskin adalah yang terus-menerus menuntut
(complain), tidak suka berkontribusi dan hanya memikirkan
keuntungan. Dan prinsip sederhananya adalah: “minimum in

dan maximum out” nya (dengan modal sesedikit mungkin,
mendapat untung sebesar mungkin).
“Ajari Aku untuk selalu berkata
bersyukur dan berterima kasih
padamu oh Bapaku Yesusku”.
~ Marisi Angelina Simangunsong
“Semua hati kita adalah pabrik
pembuat berhala”.
~ John Calvin