Kemiskinan dan kota kemiskinan (1)
STRATEGI PERCEPATAN
PENGURANGAN KEMISKINAN
Direktur Penanggulangan Kemiskinan dan Kesejahteraan Sosial
viviyulaswati@bappenas.go.id
Rapat TKPKD Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan
5 oktober 2017
1
KISAH PENGANTAR…
Ibu Nani, 55 tahun, tinggal di desa nelayan di Bone Sulawesi Selatan
tinggal dengan 3 anak. Anak laki-laki tertua putus sekolah di SMP, bekerja
serabutan
www.bappenas.go.id
Ita, 18 tahun, tinggal di perbatasan Kalimantan, dengan ibunya
yang sakit-sakitan.
Pengangguran, putus sekolah SMA
2
TIGA ISU UTAMA
• Kemiskinan:
– Terdapat 6 juta rumah tangga seperti Ibu Nani.
– Terdapat 48.7 juta orang seperti Ita, kelompok usia produktif yang tidak
memiliki keterampilan dan rentan.
Apakah mereka tahu tentang
program-program yang dapat
membantu dan cara
mengaksesnya?
• Kerentanan:
– Meskipun bekerja, Ibu Nani adalah kepala rumah tangga perempuan
dengan beban keluarga cukup besar.
– Ita tidak layak menerima PKH atau BSM, berisiko menjadi korban
perdagangan manusia (trafficking) atau pekerjaan lain yang bergaji
sangat rendah.
• Kesenjangan:
– Tinggal di desa terpencil, dengan layanan dasar terbatas (sekolah,
puskesmas, air bersih, listrik).
www.bappenas.go.id
Jaring pengaman/sistem
perlindungan seperti apa
yang tersedia?
Layanan dasar terdekat
apa yang dapat mereka
akses?
3
CAPAIAN DAN INDIKASI PENURUNAN TINGKAT KEMISKINAN PER PROVINSI
TAHUN 2015-2017
No
Provinsi
Realisasi Tingkat
Kemiskinan*)
Jumlah Kab
dengan
kemiskinan
>= 10%
Jumlah
Kabupaten
No
2016
2017
2016
NTB
17,1
16,48
16.07
8
10
19
NTT
22,61
22,19
21.85
21
22
19
20
Kalimantan Barat
8,03
7,87
4.73
5
14
3
3
12
11
21
Kalimantan Tengah
5,94
5,66
5.37
-
14
22
Kalimantan Selatan
4,99
4,85
4,43
13.19
-
13
16
17
17,32
14,29
16.45
13.69
23
Kalimantan Timur
6,23
6,11
6.19
9
13
10
15
1
10
24
Kalimantan Utara
6,24
6,23
7.22
-
5
5,4
5,22
5.2
-
7
25
Sulawesi Utara
8,64
8,34
8.1
5
15
26
Sulawesi Tengah
14,66
14,45
13,34
11
13
6,24
3,93
9,53
5,98
3,75
8,95
6.06
3.77
8.71
1
1
13
7
6
27
27
Sulawesi Selatan
9,38
9,4
9.38
10
24
28
Sulawesi Tenggara
12,89
12,88
12.81
11
14
29
30
31
32
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
18,32
12,39
19,51
6,83
17,72
11,74
19,18
6,33
17.65
11.3
18.45
6.35
5
3
10
2
6
6
11
10
33
Papua Barat
25,83
25,43
25.1
13
13
34
Papua
28,16
28,54
27.62
29
29
Indonesia
11,22
10,86
10.64
293
511
2017
2016
1 Aceh
17,08 16,73
16.89
22
23
18
2 Sumatera Utara
10,53
10,35
10.22
22
33
3 Sumatera Barat
7,31
7,09
6.87
1
4 Riau
5 Jambi
Sumatera
6
Selatan
7 Bengkulu
8 Lampung
8,42
8,86
7,98
8,41
7.78
8.19
14,25 13,54
17,88
14,35
Kep. Bangka
Belitung
10 Kep. Riau
11 DKI Jakarta
12 Jawa Barat
13 Jawa Tengah
13,58 13,27
13.01
26
35
14
15
16
17
14,91
12,34
5,9
4,74
13.02
11.77
5.45
4.25
3
25
-
5
38
8
9
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Jumlah
Kabupaten
2015
2016
2015
9
Provinsi
Jumlah Kab
dengan
Realisasi Tingkat Kemiskinan*)
kemiskinan >=
10%
14,05
12,05
5,42
4,25
Keterangan:
*) Realisasi angka kemiskinan bulan Maret.
4
KONDISI KEMISKINAN DI PROVINSI SUMSEL
Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin
Jumlah Penduduk Miskin Kab/Kota Tahun 2016
25
0
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
0
Kota Palembang
Musi Banyuasin
Banyu Asin
Muara Enim
0
Jumlah Penduduk Miskin (000)
Persentase Penduduk Miskin
Sumber: BPS, Angka Maret
10
5
Ogan Komering Ilir
0
15
12.04
11.72
12.4 20.47 25.89 30.17 31.05 36.95 38.42 46.97 55.5 57.01 67.83 73.93 82.35 95.99106.78127.54191.95
Ogan Komering Ulu Timur
5
200
16.03
50
Lahat
400
13.56
11.29
Ogan Ilir
10
13.8
10.95
9.19
Musi Rawas
14.24 13.78 14.24 13.91 14.25 13.54
13.19
11.44
12.54
14.3
13.29
13.99
Ogan Komering Ulu
600
15
14.26
Ogan Komering Ulu
Selatan
16.28 15.47
150
100
17.27
17.11
Musi Rawas Utara
17.73
20
20
20
Kota Lubuklinggau
800
19.15
1,146 1,101
1,087
1,075 1,057 1,110 1,101
200
Empat Lawang
1000
1,168 1,126
Penukal Abab Lematang
Ilir
1200
25
Kota Prabumulih
1,250
Kota Pagar Alam
1400
Persentase Penduduk Miskin (%)
Jumlah Penduduk Miskin (Ribu Jiwa)
250
1,332
Jumlah dan persentase penduduk miskin di Provinsi Sumatera Selatan mengalami penurunan pada tahun 2017
Jumlah penduduk miskin Kab. Muara Enim menduduki peringkat ke-13 terkecil di Sumsel dengan tingkat kemiskinannya masih berada
di atas tingkat kemiskinan provinsi pada tahun 2016
5
100
118
106
17.98
104
108
100
18.00
106
99
87
82
16.00
15.96
80
14.51
60
13.71
14.26
13.21
14.00
14.54
13.76
13.56
12.00
40
10.00
20
8.00
0
2008
Tahun
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2009
2010
2011
2012
2013
Penduduk Miskin Usia
>15th yang Tidak Bekerja
(%)
0.00
2.90
2.68
28.54
29.76
34.26
34.81
34.16
34.56
2014
2015
2016
Penduduk Miskin Usia
>15th yang Bekerja di
Sektor Informal
72.02
71.74
77.55
60.14
59.24
52.33
52.64
45.05
46.06
3.45
Persentase Penduduk Miskin (P0)
120
4.00
20.00
140
Persentase Penduduk Miskin (%)
Jumlah Penduduk Miskin (Ribu Jiwa)
KONDISI KEMISKINAN DI KABUPATEN MUARA ENIM
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
3.50
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
3.00
2.62
2.39
2.50
2.10
1.96
2.25
2.22
0.54
0.52
2015
2016
1.95
1.74
2.00
1.50
1.00
0.84
0.76
0.51
0.50
0.35
0.33
2009
2010
0.63
0.41
0.00
2008
Penduduk Miskin Usia
>15th yang Bekerja di
Sektor Formal
27.98
25.35
19.78
11.31
11
13.42
12.55
20.79
19.38
2011
2012
2013
2014
35.36
36.46
43.26
34.67
Rumah Tangga Miskin
Menggunakan Jamban
Layak
34.68
47.66
37.47
39.22
49.85
26.41
62.15
35.86
40.52
43.89
64.62
46.76
Rumah Tangga Miskin
Menggunakan Air Bersih
6
Sumber: BPS, Angka Maret
RENCANA SEBARAN LOKASI PELAKSANAAN PROYEK PRIORITAS
NASIONAL PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) TAHUN 2018
(514 Kabupaten/Kota di 34 Provinsi)
No
PROVINSI
KABUPATEN
101
SUMATERA
SELATAN
MUARA ENIM
KPM
PERLUASAN
ALOKASI
ANGGARAN
19,043
Rp
17,995,861,685
KPM
EKSISTING
ALOKASI
ANGGARAN
11,999
Rp
22,678,110,000
TOTAL KPM
31,042
TOTAL
ANGGARAN
Rp
40,673,971,685
RENCANA SEBARAN LOKASI PELAKSANAAN PROYEK PRIORITAS
NASIONAL BANTUAN PANGAN NON TUNAI (BPNT) TAHUN 2018
TAHUN 2018 (98 Kota dan 118 Kabupaten di 33 Provinsi)
No
5
75
185
189
202
Nama Provinsi
SUMATERA SELATAN
SUMATERA SELATAN
SUMATERA SELATAN
SUMATERA SELATAN
SUMATERA SELATAN
Nama Kabupaten/ Kota
PALEMBANG
OGAN KOMERING ULU
LUBUKLINGGAU
PRABUMULIH
PAGAR ALAM
Batch
1 (12 bulan-Januari sd Desember)
2 (11 bulan-Februari sd Desember)
4 (5 bulan-Agustus sd Desember)
4 (5 bulan-Agustus sd Desember)
4 (5 bulan-Agustus sd Desember)
KPM BPNT
79,396
15,037
9,441
9,679
6,035
Alokasi Anggaran
104,802,720,000
18,194,770,000
5,192,550,000
5,323,450,000
3,319,250,000
7
PERLUASAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN
10 Juta
Keluarga
6 Juta
Keluarga
1.
Arahan Presiden dalam SidKab Paripurna 4 April 2017, cakupan PKH
ditingkatkan 10 Juta Keluarga (persentil 15, untuk keluarga eligible dengan
anak balita, usia sekolah, lansia dan/atau disabilitas).
2.
PKH dipandang efektif menurunkan kemiskinan dan ketimpangan:
6 Juta
Keluarga
3,5 Juta
Keluarga
4.743.636
2016
NON TUNAI
www.bappenas.go.id
2017
2018
TUNAI
Untuk jangka pendek program memberikan tambahan pendapatan
(direct effect) Keluarga Penerima
•
Untuk jangka lebih panjang terjadi perbaikan perilaku melalui
kondisionalitas yang mendukung peningkatan kualitas kesehatan dan
pendidikan anak (price effect).
•
Terjadi pengurangan pekerja anak.
•
Peningkatan kualitas pelayanan melalui complementary perbaikan
akses pendidikan dan kesehatan oleh Pemda
•
Mempercepat pencapaian SDGs (kemiskinan, akses pendidikan,
kesehatan ibu hamil dan balita, peningkatan kesetaraan jender, dan
ketimpangan).
3.
Penyaluran PKH secara non tunai dan terintegrasi dengan bantuan lainnya
mendorong akumulasi aset/tabungan dan akses layanan keuangan lainnya.
4.
Perluasan membutuhkan dukungan lintas sektor dan Pemda untuk
meningkatkan kualitas layanan dasar, penguatan pengelolaan,
pendampingan, dan perluasan Family Development Sessions.
1,256,364
2015
•
8
8
11
HAK DAN KEWAJIBAN PENERIMA SERTA MEKANISME PEMBAYARAN
Penyaluran PKH secara Non Tunai
1.PKH diberikan kepada 10 juta keluarga miskin
dengan ibu hamil, anak balita, anak usia sekolah,
lansia, dan disabilitas.
2.Besar rata-rata bantuan Rp.1,89 Juta/Keluarga/
Tahun; diberikan dalam 4 kali penyaluran melalui
Bank.
3.Keluarga penerima harus memenuhi persyaratan:
a. Memeriksakan kesehatan (anak, lansia, dan
disabilitas) dan imunisasi di
puskesmas/posyandu
PKH
Bantuan Lainnya
Bantuan dalam
bentuk uang
Rekening
Tabungan
Penarikan
b. Kehadiran minimal 85% di sekolah
c. Mengikuti family development sessions (FDS)
setiap bulannya, untuk peningkatan kapasitas
ibu penerima (modul: pendidikan, keuangan
keluarga, kesehatan, perlindungan anak)
Penerima
Manfaat
non tunai
e-voucher
MerchantEnergi
Bank
ATM
DAMPAK PROGRAM KELUARGA HARAPAN
Peningkatan kelahiran dibantu tenaga
medis (6,1%) dan kelahiran di faskes
(4,3%)
Penurunan angka putus sekolah di
Sekolah Dasar sebesar 1,1%.
Peningkatan kehadiran anak SD
sebesar 1,3% dan SMP sebesar 0,3%
PENDIDIKAN
KESEHATAN
Peningkatan proporsi anak terimunisasi
lengkap (4,5%) dan kunjungan rawatjalan ke faskes publik (0,8%)
Meningkatkan pengeluaran per kapita RT
sebesar 3,3%
Penurunan tenaga kerja anak sebesar
1,3%
TENAGA KERJA
ANAK
10
KONSUMSI RT
3,4% diantaranya digunakan untuk
konsumsi makanan, dan 0,9% diantaranya
untuk konsumsi makanan berprotein
Peningkatan kelahiran dibantu tenaga medis dan kelahiran di faskes, pemberian imunisasi lengkap pada
batita, serta kunjungan rawat jalan, diantara ibu non-penerima PKH yang tinggal di kecamatan PKH.
Peningkatan angka partisipasi kasar SD, serta angka partisipasi murni dan kasar SMP diantara anak dari
keluarga sangat miskin non-PKH yang ada di kecamatan PKH.
SPILLOVER
Perluasan Bantuan Pangan 2018
KETERANGAN
LOKASI
JUMLAH
KPM
1.
Perluasan ke seluruh kota/
kabupaten berdasarkan
kesiapan infrastruktur dan
fasilitas non tunai.
Saturasi pada tingkat
kabupaten/kota.
Perluasan secara bertahap
dimulai dari daerah yang
paling siap untuk
penyaluran awal di akhir
Januari 2018
Dipertimbangkan
penyaluran Rastra dalam
bentuk bansos untuk
daerah yang belum siap
(tanpa bayar RP.1600,
mendapat 10 kg beras).
Pelaksanaan 2017 di 44 Kota
44 Kota
1,286,194
Perluasan 2018 di wilayah kota
54 Kota
438,975
Total pelaksanaan di kota
98 Kota
1,725,169 2.
Perluasan 2018 di wilayah kabupaten
118 Kabupaten
8,348,068
Total KPM Bantuan Pangan Non Tunai
98 Kota + 118 Kab
10,073,237 3.
Sebaran Pelaksanaan BPNT berdasarkan Kesiapan Infrastruktur & Agen Bank
4.
Jumlah Keluarga
Penerima Manfaat (KPM)
www.bappenas.go.id
11
15
E-WARONG
Definisi E-warong (Perpres No. 63/2017 tentang Bansos Non Tunai) adalah agen bank, yang terdiri
atas pedagang dan/atau pihak lain yang bekerja sama dengan Bank Penyalur dan ditentukan sebagai
tempat penarikan/pembelian Bantuan Sosial oleh Penerima Bantuan Sosial bersama Bank Penyalur.
dan lainlain
Agen Laku
Pandai/LKD
Kios Pasar
Warung
rakyat
Retailer
E-Warong
KUBE
Toko Tani
Rumah Pangan
Kita (Bulog)
Kriteria e-warong yang digunakan dalam Program Bantuan Pangan Non Tunai, antara lain:
• Memiliki kemampuan, reputasi, kredibilitas, dan integritas di wilayah operasionalnya
• Memiliki sumber penghasilan utama yang berasal dari kegiatan usaha yang sedang berjalan dengan lokasi usaha
tetap dan/atau kegiatan tetap lainnya.
• Memiliki jaringan informasi dan kerjasama antar agen/toko dengan pemasok/distributor bahan pangan yang
tersedia di pasar untuk memastikan ketersediaan stok Bahan Pangan bagi pembelian oleh KPM.
• Menjual Bahan Pangan paling tidak mencakup beras atau telur sesuai harga pasar.
• Dapat melayani KPM dan Non KPM.
Ratio e-warong 1:150, minimal 2 e-warong per kelurahan/desa.
12
PERKEMBANGAN KEPESERTAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
RPJMN 2015-2019
2015
2016
2017
2018
2019
KEBIJAKAN KEPESERTAAN PBI-JKN
Target Penerima
Bantuan Iuran (PBI)
(juta orang)
88,2
92,4
92,4
92,4
107,2
a. Membayarkan premi iuran masyarakat miskin
dan rentan kepada BPJS Kesehatan
87,8
91,1
92,0
-
-
-
95%
(RPJMN
2015-2019)
Capaian PBI (juta
orang)
% Kepesertaan dari
Total Penduduk
61,5%
66,5%
68,1%
Capaian Jaminan Kesehatan Nasional Per Jenis Kepesertaan per Juni 2017
(juta orang)
178.4
b. Sinkronisasi Basis Data Terpadu dengan data
Penerima Bantuan Iuran (PBI), dan data Nomor
Induk Kependudukan (NIK)
c. Integrasi verifikasi Penerima Bantuan Iuran
dengan Dinas Dukcapil untuk melengkapi dan
menjaga konsistensi data Nomor Induk
Kependudukan (NIK)
d. Meningkatkan
pemahaman
masyarakat
pentingnya promotif dan preventif kesehatan
92.0
42.2
22.1
Penerima Bantuan Pekerja Penerima Pekerja Bukan
Iuran
Upah
Penerima Upah
5
Bukan Pekerja
e. Meningkatkan akses pelayanan kesehatan di
daerah dengan jangkauan yang sulit
17.1
Integrasi
Jamkesda
Sumber: RPJMN 2015-2019, RKP 2016, 2017, 2018, Exercise Bappenas & BPJS Health
Total
f. Memastikan ketersediaan
kesehatan di Puskesmas
obat
dan
alat
13
Capaian IPM Indonesia
Uraian
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Target RKP
2017
2018
Target
RPJMN 2019
2016
Indeks Pembangunan Manusia
Metode Lama
72,27
72,77
73,29
73,81
*)
*)
*)
-
-
76,3
Metode Baru
66,53
67,09
67,70
68,31
68,90
69,55
70,18
70,10
71,5
71,98
(exercise
Bappenas)
Komponen Pembentuk IPM (metode baru):
Angka Harapan Hidup (Tahun)
69,81
70,01
70,20
70,40
70,59
70,78
70,90
Angka Harapan Lama Sekolah (Tahun)
11,29
11,44
11,68
12,10
12,39
12,55
12,72
Rata – rata Lama Sekolah 25 tahun keatas
(Tahun)
Pengeluaran Per Kapita Disesuaikan (Ribu
Rupiah)
7,46
7,52
7,59
7,61
7,73
7,84
7,95
9.437
9.647
9.815
9.858
9.903
10.150
10.420
Sumber: BPS
•
Peringkat IPM Indonesia tahun 2015 (HDR, UNDP): 113 dari 188 negara
Lebih tinggi dari Vietnam (115), Filipina (116), India (131), Laos (138), Kamboja (143) dan Myanmar (145)
sejak 2015, perhitungan IPM dilakukan dengan menggunakan metode baru
Ukuran keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia:
• hidup sehat dan berumur panjang,
• berpengetahuan, serta
www.bappenas.go.id
• mempunyai sumber daya untuk hidup layak.
14
BASIS DATA TERPADU UNTUK PENETAPAN SASARAN
PROGRAM-PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN
Exclusion Error
BASIS DATA TERPADU *)
40%
Hampir Miskin/Rentan
38%
25%
Inclusion Error
15%
Miskin
10,64%
www.bappenas.go.id
PROGRAM INDONESIA SEHAT MELALUI
KARTU INDONESIA SEHAT (KIS)
•
PENERIMA KPS/KKS, RASTRA, BPNT
•
PROGRAM INDONESIA PINTAR (PIP)
MELALUI KARTU INDONESIA PINTAR (KIP)
PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH)
Jumlah Rumah Tangga (RT)
26.589.774
Jumlah Keluarga (KK)
28.488.031
Jumlah Penduduk (Jiwa)
96.705.167 **)
GARIS KEMISKINAN (MARET 2017)
Mencakup 27,77 juta jiwa
Keterangan:
*) Berdasarkan Kepmensos Nomor 57/HUK/2017 tentang Penetapan Data Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin Tahun 2017
15
**) Mencakup 37% dari keseluruhan total penduduk Indonesia tahun 2017
15
TANTANGAN DALAM EFEKTIVITAS PENETAPAN SASARAN
• Penetapan sasaran di Indonesia sangat kompleks (±
250 juta penduduk, 16.053 pulau, 514
kabupaten/kota, tingkat migrasi tinggi, kemiskinan
dinamis, dan keterbatasan anggaran).
• Diperlukan kombinasi beragam jenis data untuk
mengakomodasi penyelesaian masalah dan
peningkatan efektivitas sasaran dan program.
Data Makro
Estimasi angka kemiskinan (proporsi jumlah penduduk
di bawah garis kemiskinan dalam total penduduk).
Konsep basic needs approach.
Menggunakan metode sampling agar diperoleh jumlah
sampel yang efisien untuk mengestimasi kemiskinan di
suatu wilayah.
Susenas, Podes, Poverty Map, dsb.
Data Mikro
Data penduduk dengan tingkat kesejahteraan
40% terendah.
Didasarkan pada ciri-ciri rumah tangga miskin.
Menggunakan pendekatan sensus sehingga
identifikasi dapat sampai pada identitas kepala
rumah tangga dan alamat tempat tinggalnya.
16
INTEGRASI SISTEM PENDATAAN –SLRT dan MPM
SKEMA PEMUTAKHIRAN
Sistem Layanan & Rujukan Terpadu (SLRT) dan Mekanisme Pemutakhiran Mandiri (MPM)
BASIS DATA TERPADU
PMKS berbasis
keluarga dalam 60%
penduduk termiskin:
• Fakir Miskin
• Anak
• Lansia
• Penyandang
Disabilitas
40% penduduk termiskin, di
luar kategori PMKS
BASIS DATA PMKS
PMKS berbasis institusi/LKS/Panti:
• Penghuni panti
• Penghuni LKS
PMKS tidak berdomisili tetap:
• Penduduk telantar
• Gelandangan psikotik
• Pengemis
• Komunitas Adat Terpencil
PMKS dengan resiko
sementara:
• Penduduk marjinal
• Korban bencana
• Korban tindak kekerasan
• Korban traficking
Update Sistem Registrasi Tunggal Program Perlindungan Sosial & SIAK
Berisi Data yang telah divalidasi dan diverifikasi meliputi a.l. Nama, Alamat, Karakteristik Sosial
Ekonomi, NIK, KK, Sidik Jari, Iris Mata, Data Kependudukan Lainnya, dan Data PMKS.
Program
Daerah
KIS
KIP
Sumber: dari berbagai sumber, diolah Bappenas 2016
www.bappenas.go.id
KKS
PKH
RASTRA
17
KETERKAITAN SISTEM LINTAS PROGRAM PEMERINTAH PUSAT DAN PEMDA
• Setiap kabupaten/kota
perlu membangun
kapasitas dan fungsi:
⁻ Pemutakhiran data
secara reguler
⁻ Penanganan pengaduan
⁻ Integrasi pelayanan dan
pendanaan
• Menjadi hub
(penghubung dan
koordinasi) program2
pusat, daerah, dan
masyarakat (swasta/CSR,
LSM, dsb) untuk
komplementaritas
program bagi masyarakat
miskin dan rentan.
www.bappenas.go.id
18
Kelembagaan SLRT Di Daerah – Model Pengembangan
Model Pengembangan
Prasyarat dasar:
• Terdapat satu instansi yang berfungsi sebagai pusat data dan memberikan data tersebut ke SKPD terkait.
• Data dikumpulkan berdasarkan informasi dari masing-masing SKPD dengan indikator yang sudah disepakati.
• Pemberian informasi, pelayananan, dan penanganan keluhan berada di masing-masing SKPD
• Pusat pendataan ada ditingkat Kabupaten/kota
• Melaksanakan
pengelolaan basis data
daerah yang berasal
dari data program dan
laporan masyarakat;
• Memberikan data
kepada SKPD terkait
apabila dibutuhkan;
• SDM berasal dari
pegawai pendataan
yang sudah tersedia di
Kabupaten/Kota.
www.bappenas.go.id
Pusat Pendataan
Memberikan rujukan ke
instansi terkait
SKPD
• Pendanaan
• Bantuan lainnya
(Barang, jasa, dll)
Memberikan
pelayanan
Operator di tingkat
Kabupaten/Kota
CSR, BAZ &
lembaga lain
• Menyampaikan
keluhan
• Menanyakan
informasi
Pemberian bantuan
secara langsung
Penduduk
19
Kelembagaan SLRT Di Daerah – Model Terpadu
Prasyarat dasar:
• Skema beragam loket dan beragam layanan, dengan membentuk kelembagaan khusus.
• Fungsi pusat rujukan & keluhan:
Melakukan pelayanan langsung (khususnya pada situasi darurat).
Memberikan konseling penanganan masalah.
Memfasilitasi pemberian informasi dan penanganan keluhan pada satu tempat terpadu.
• Pekerja sosial (PSKS) berperan untuk melakukan pendataan, pelayanan, dan penanganan keluhan secara berkala.
• Mempergunakan teknologi informasi dalam melaksanakan pendataan, pencatatan keluhan, dan pelayanan (aplikasi android & website)
• Keluhan dan informasi akan disampaikan ke SKPD terkait untuk diberikan penanganan lanjutan.
• Basis data daerah akan dimutakhirkan secara berkala (minimal 6 bulan sekali).
CSR, BAZ & lembaga lain
Bantuan pendanaan & lainnya
Terdiri dari perwakilan SKPD
SKPD terkait
+ Pelayanan & keluhan dapat lebih mudah dimonitor
+ Waktu penanganan lebih efisien
- Membutuhkan kesepakatan setiap program untuk
mendelegasikan tugas & fungsinya dalam menentukan verifikasi,
kewenangannya
- Secara kelembagaan akan menambah instansi baru
Melaporkan keluhan/pengaduan ke PSKS/Pusat rujukan
• Memberikan konseling dan pelayanan langsung
• Melakukan pencatatan keluhan dan pendataan
Pelaporan dan
monev program
Unit terpadu
Penduduk
Pekerja sosial-
PSKS
• Mengelola basis data daerah
• Memberikan pelayanan dan program
www.bappenas.go.id
• Menerima keluhan dan rujukan
+ KONDISI PERLU DI PUSAT & DAERAH
Regulasi sebagai payung hukum instansi
20
Sinergi Pemberdayaan Masyarakat
• Pemberdayaan masyarakat adalah upaya memastikan terwujudnyaa kesempatan dan kemampuan masyarakat
miskin dan rentan berdaya dan meningkat kesejahteraannya secara berkelanjutan
• 3 Program Prioritas PK: 1) Jaminan dan Bantuan Sosial Tepat Sasaran; 2) Pemenuhan Kebutuhan
Dasar; dan 3) Perluasan Akses Usaha Mikro, Kecil dan Koperasi
• Kolaborasi seluruh para pihak melalui jejaring kerja yang
sistematik dan jelas
PEMENUHAN KEBUTUHAN
PANGAN DAN ENERGI
Untuk mendorong
kecukupan energi dan
protein
BANTUAN TUNAI
BERSYARAT
untuk mendorong
perubahan perilaku positif
BANTUAN PENDIDIKAN
untuk memutus
kemiskinan antar generasi
BANTUAN KESEHATAN
untuk menjaga kualitas
kesehatan keluarga
miskin
PENGHIDUPAN
BERKELANJUTAN:
Untuk memberikan akses
pekerjaan dan
kesempatan berusaha
agar lebih mandiri
PENDAMPINGAN DAN PELATIHAN
www.bappenas.go.id
21
Pengembangan Ekonomi Produktif untuk Kesempatan
Penghidupan Secara Berkelanjutan
TANTANGAN UTAMA ADALAH MENGUBAH SIKAP MENTAL
MASYARAKAT MISKIN MENJADI LEBIH MANDIRI DAN TIDAK
BERSIFAT MENUNGGU BANTUAN PEMERINTAH
Pendekatan diarahkan pada fasilitas masyarakat miskin
mulai dari penyadaran potensi diri, lingkungan, sampai
memiliki penghidupan yang layak.
1
Transformasi paradigma Pemberdayaan
dengan fokus MEMBANGUN MANUSIANYA
2
Menabung dan berkelompok menjadi
prasyarat sebelum BEKERJA ATAU
BERUSAHA
3
Peningkatan kemandirian melalaui
PENDAMPINGAN INTENSIF DAN
PENINGKATAN KAPASITAS
4
PENTAGONAL
Optimalisasi peran Pemda dan Swasta
untuk LIVELIHOOD SUPPORT SYSTEM dan
PASAR
www.bappenas.go.id
22
Beberapa Praktik Baik: SLRT Sabilulungan, Kab. Bandung
Seluruh SKPD diwajibkan menggunakan data SLRT berdasarkan PerBup No.
64/2016. Pembahasan Perda SLRT. Puskesos diseluruh (267) desa/kel.
menggunakan dana APBD dan Dana Desa sebesar 8,1 milyar. Pembiayaan
APBD untuk SLRT: Rp.200 juta (2016); Rp.500 juta (2017)
Sebagai bagian dari TKPKD, Sekretariat SLRT SABILULUNGAN telah memiliki
gedung sendiri
Fungsi Layanan dan Rujukan telah berfungsi: 25 hingga 30 orang berkunjung
setiap hari
Unit Reaksi Cepat SLRT dilengkapi:
• Ambulan gratis SLRT (kesehatan)
• Mobil Sisir (pendidikan)
• WA Gateaway untuk URC SLRT
Pola Kemitraan dengan CSR dan BAZ
Kewirausahaan, dimulai dari training pendamping.
Sistem aplikasi dilengkapi GPS untuk memastikan akurasi sasaran program,
www.bappenas.go.id
khususnya program RTLH.
23
Beberapa Praktik Baik SLRT: UPT Sipakatau, Kab. Bantaeng
Pembiayaan APBD untuk SLRT: 600 juta (2016); Rp.600 juta (2017)
Sekretariat SLRT UPT Sipakatau memiliki gedung sendiri
Tim Reaksi Cepat SLRT UPT Sipakatau – Brigade Siaga Bencana (BSB)
Pola Kemitraan dengan CSR , BAZ, PKK melalui MoU
UPT Sipakatau mengawal sistem penganggaran untuk layanan sosial dan
kesejahteraan yang bersumber dari dana CSR dan sumbangan dana PNS dan
BAZNAS
Fungsi Layanan dan Rujukan berfungsi: 30 hingga 40 orang berkunjung setiap
hari
Layanan bantuan pengurusan administrasi kependudukan
Bursa Kerja
Mekanisme Pendaftaran Mandiri (MPM) terintegrasi ke dalam SLRT
Penyusunan draf Perda tentang penanggulangan kemiskinan dan
perlindungan sosial bagi PMKS melalui SLRT - UPT Sipakatau
Koordinasi lintas SKPD dan komitmen kepala daerah tinggi.
24
Langkah ke Depan
Penguatan kelembagaan:
• Peningkatan kualitas pelayanan dan fasilitas pendukung.
• Penguatan peraturan di tingkat pusat dan daerah untuk mendukung pengembangan
Sistem layanan dan rujukan terpadu
• Keberlanjutan pengganggaran dalam APBD tingkat provinsi dan kabupaten/kota.
Sinkronisasi sistem pendataan, perencanaan dan pelaksanaan:
• Basis data Sistem Informasi Kesejahteraan Sosial (SIKS), BDT TNP2K, BPJS Kesehatan, dan
Adminduk.
• Penanganan pelayanan terintegrasi PKH, Raskin, KIS, KIP, KUBe, dan kegiatan rehabilitasi
sosial (penyandang disabilitas, lansia, anak, dsb).
Penguatan kemitraan berbagai para pihak (swasta, perguruan tinggi, LSM) untuk
mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat yang berkelanjutan.
Terima Kasih
25
PENGURANGAN KEMISKINAN
Direktur Penanggulangan Kemiskinan dan Kesejahteraan Sosial
viviyulaswati@bappenas.go.id
Rapat TKPKD Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan
5 oktober 2017
1
KISAH PENGANTAR…
Ibu Nani, 55 tahun, tinggal di desa nelayan di Bone Sulawesi Selatan
tinggal dengan 3 anak. Anak laki-laki tertua putus sekolah di SMP, bekerja
serabutan
www.bappenas.go.id
Ita, 18 tahun, tinggal di perbatasan Kalimantan, dengan ibunya
yang sakit-sakitan.
Pengangguran, putus sekolah SMA
2
TIGA ISU UTAMA
• Kemiskinan:
– Terdapat 6 juta rumah tangga seperti Ibu Nani.
– Terdapat 48.7 juta orang seperti Ita, kelompok usia produktif yang tidak
memiliki keterampilan dan rentan.
Apakah mereka tahu tentang
program-program yang dapat
membantu dan cara
mengaksesnya?
• Kerentanan:
– Meskipun bekerja, Ibu Nani adalah kepala rumah tangga perempuan
dengan beban keluarga cukup besar.
– Ita tidak layak menerima PKH atau BSM, berisiko menjadi korban
perdagangan manusia (trafficking) atau pekerjaan lain yang bergaji
sangat rendah.
• Kesenjangan:
– Tinggal di desa terpencil, dengan layanan dasar terbatas (sekolah,
puskesmas, air bersih, listrik).
www.bappenas.go.id
Jaring pengaman/sistem
perlindungan seperti apa
yang tersedia?
Layanan dasar terdekat
apa yang dapat mereka
akses?
3
CAPAIAN DAN INDIKASI PENURUNAN TINGKAT KEMISKINAN PER PROVINSI
TAHUN 2015-2017
No
Provinsi
Realisasi Tingkat
Kemiskinan*)
Jumlah Kab
dengan
kemiskinan
>= 10%
Jumlah
Kabupaten
No
2016
2017
2016
NTB
17,1
16,48
16.07
8
10
19
NTT
22,61
22,19
21.85
21
22
19
20
Kalimantan Barat
8,03
7,87
4.73
5
14
3
3
12
11
21
Kalimantan Tengah
5,94
5,66
5.37
-
14
22
Kalimantan Selatan
4,99
4,85
4,43
13.19
-
13
16
17
17,32
14,29
16.45
13.69
23
Kalimantan Timur
6,23
6,11
6.19
9
13
10
15
1
10
24
Kalimantan Utara
6,24
6,23
7.22
-
5
5,4
5,22
5.2
-
7
25
Sulawesi Utara
8,64
8,34
8.1
5
15
26
Sulawesi Tengah
14,66
14,45
13,34
11
13
6,24
3,93
9,53
5,98
3,75
8,95
6.06
3.77
8.71
1
1
13
7
6
27
27
Sulawesi Selatan
9,38
9,4
9.38
10
24
28
Sulawesi Tenggara
12,89
12,88
12.81
11
14
29
30
31
32
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
18,32
12,39
19,51
6,83
17,72
11,74
19,18
6,33
17.65
11.3
18.45
6.35
5
3
10
2
6
6
11
10
33
Papua Barat
25,83
25,43
25.1
13
13
34
Papua
28,16
28,54
27.62
29
29
Indonesia
11,22
10,86
10.64
293
511
2017
2016
1 Aceh
17,08 16,73
16.89
22
23
18
2 Sumatera Utara
10,53
10,35
10.22
22
33
3 Sumatera Barat
7,31
7,09
6.87
1
4 Riau
5 Jambi
Sumatera
6
Selatan
7 Bengkulu
8 Lampung
8,42
8,86
7,98
8,41
7.78
8.19
14,25 13,54
17,88
14,35
Kep. Bangka
Belitung
10 Kep. Riau
11 DKI Jakarta
12 Jawa Barat
13 Jawa Tengah
13,58 13,27
13.01
26
35
14
15
16
17
14,91
12,34
5,9
4,74
13.02
11.77
5.45
4.25
3
25
-
5
38
8
9
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Jumlah
Kabupaten
2015
2016
2015
9
Provinsi
Jumlah Kab
dengan
Realisasi Tingkat Kemiskinan*)
kemiskinan >=
10%
14,05
12,05
5,42
4,25
Keterangan:
*) Realisasi angka kemiskinan bulan Maret.
4
KONDISI KEMISKINAN DI PROVINSI SUMSEL
Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin
Jumlah Penduduk Miskin Kab/Kota Tahun 2016
25
0
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
0
Kota Palembang
Musi Banyuasin
Banyu Asin
Muara Enim
0
Jumlah Penduduk Miskin (000)
Persentase Penduduk Miskin
Sumber: BPS, Angka Maret
10
5
Ogan Komering Ilir
0
15
12.04
11.72
12.4 20.47 25.89 30.17 31.05 36.95 38.42 46.97 55.5 57.01 67.83 73.93 82.35 95.99106.78127.54191.95
Ogan Komering Ulu Timur
5
200
16.03
50
Lahat
400
13.56
11.29
Ogan Ilir
10
13.8
10.95
9.19
Musi Rawas
14.24 13.78 14.24 13.91 14.25 13.54
13.19
11.44
12.54
14.3
13.29
13.99
Ogan Komering Ulu
600
15
14.26
Ogan Komering Ulu
Selatan
16.28 15.47
150
100
17.27
17.11
Musi Rawas Utara
17.73
20
20
20
Kota Lubuklinggau
800
19.15
1,146 1,101
1,087
1,075 1,057 1,110 1,101
200
Empat Lawang
1000
1,168 1,126
Penukal Abab Lematang
Ilir
1200
25
Kota Prabumulih
1,250
Kota Pagar Alam
1400
Persentase Penduduk Miskin (%)
Jumlah Penduduk Miskin (Ribu Jiwa)
250
1,332
Jumlah dan persentase penduduk miskin di Provinsi Sumatera Selatan mengalami penurunan pada tahun 2017
Jumlah penduduk miskin Kab. Muara Enim menduduki peringkat ke-13 terkecil di Sumsel dengan tingkat kemiskinannya masih berada
di atas tingkat kemiskinan provinsi pada tahun 2016
5
100
118
106
17.98
104
108
100
18.00
106
99
87
82
16.00
15.96
80
14.51
60
13.71
14.26
13.21
14.00
14.54
13.76
13.56
12.00
40
10.00
20
8.00
0
2008
Tahun
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2009
2010
2011
2012
2013
Penduduk Miskin Usia
>15th yang Tidak Bekerja
(%)
0.00
2.90
2.68
28.54
29.76
34.26
34.81
34.16
34.56
2014
2015
2016
Penduduk Miskin Usia
>15th yang Bekerja di
Sektor Informal
72.02
71.74
77.55
60.14
59.24
52.33
52.64
45.05
46.06
3.45
Persentase Penduduk Miskin (P0)
120
4.00
20.00
140
Persentase Penduduk Miskin (%)
Jumlah Penduduk Miskin (Ribu Jiwa)
KONDISI KEMISKINAN DI KABUPATEN MUARA ENIM
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
3.50
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
3.00
2.62
2.39
2.50
2.10
1.96
2.25
2.22
0.54
0.52
2015
2016
1.95
1.74
2.00
1.50
1.00
0.84
0.76
0.51
0.50
0.35
0.33
2009
2010
0.63
0.41
0.00
2008
Penduduk Miskin Usia
>15th yang Bekerja di
Sektor Formal
27.98
25.35
19.78
11.31
11
13.42
12.55
20.79
19.38
2011
2012
2013
2014
35.36
36.46
43.26
34.67
Rumah Tangga Miskin
Menggunakan Jamban
Layak
34.68
47.66
37.47
39.22
49.85
26.41
62.15
35.86
40.52
43.89
64.62
46.76
Rumah Tangga Miskin
Menggunakan Air Bersih
6
Sumber: BPS, Angka Maret
RENCANA SEBARAN LOKASI PELAKSANAAN PROYEK PRIORITAS
NASIONAL PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) TAHUN 2018
(514 Kabupaten/Kota di 34 Provinsi)
No
PROVINSI
KABUPATEN
101
SUMATERA
SELATAN
MUARA ENIM
KPM
PERLUASAN
ALOKASI
ANGGARAN
19,043
Rp
17,995,861,685
KPM
EKSISTING
ALOKASI
ANGGARAN
11,999
Rp
22,678,110,000
TOTAL KPM
31,042
TOTAL
ANGGARAN
Rp
40,673,971,685
RENCANA SEBARAN LOKASI PELAKSANAAN PROYEK PRIORITAS
NASIONAL BANTUAN PANGAN NON TUNAI (BPNT) TAHUN 2018
TAHUN 2018 (98 Kota dan 118 Kabupaten di 33 Provinsi)
No
5
75
185
189
202
Nama Provinsi
SUMATERA SELATAN
SUMATERA SELATAN
SUMATERA SELATAN
SUMATERA SELATAN
SUMATERA SELATAN
Nama Kabupaten/ Kota
PALEMBANG
OGAN KOMERING ULU
LUBUKLINGGAU
PRABUMULIH
PAGAR ALAM
Batch
1 (12 bulan-Januari sd Desember)
2 (11 bulan-Februari sd Desember)
4 (5 bulan-Agustus sd Desember)
4 (5 bulan-Agustus sd Desember)
4 (5 bulan-Agustus sd Desember)
KPM BPNT
79,396
15,037
9,441
9,679
6,035
Alokasi Anggaran
104,802,720,000
18,194,770,000
5,192,550,000
5,323,450,000
3,319,250,000
7
PERLUASAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN
10 Juta
Keluarga
6 Juta
Keluarga
1.
Arahan Presiden dalam SidKab Paripurna 4 April 2017, cakupan PKH
ditingkatkan 10 Juta Keluarga (persentil 15, untuk keluarga eligible dengan
anak balita, usia sekolah, lansia dan/atau disabilitas).
2.
PKH dipandang efektif menurunkan kemiskinan dan ketimpangan:
6 Juta
Keluarga
3,5 Juta
Keluarga
4.743.636
2016
NON TUNAI
www.bappenas.go.id
2017
2018
TUNAI
Untuk jangka pendek program memberikan tambahan pendapatan
(direct effect) Keluarga Penerima
•
Untuk jangka lebih panjang terjadi perbaikan perilaku melalui
kondisionalitas yang mendukung peningkatan kualitas kesehatan dan
pendidikan anak (price effect).
•
Terjadi pengurangan pekerja anak.
•
Peningkatan kualitas pelayanan melalui complementary perbaikan
akses pendidikan dan kesehatan oleh Pemda
•
Mempercepat pencapaian SDGs (kemiskinan, akses pendidikan,
kesehatan ibu hamil dan balita, peningkatan kesetaraan jender, dan
ketimpangan).
3.
Penyaluran PKH secara non tunai dan terintegrasi dengan bantuan lainnya
mendorong akumulasi aset/tabungan dan akses layanan keuangan lainnya.
4.
Perluasan membutuhkan dukungan lintas sektor dan Pemda untuk
meningkatkan kualitas layanan dasar, penguatan pengelolaan,
pendampingan, dan perluasan Family Development Sessions.
1,256,364
2015
•
8
8
11
HAK DAN KEWAJIBAN PENERIMA SERTA MEKANISME PEMBAYARAN
Penyaluran PKH secara Non Tunai
1.PKH diberikan kepada 10 juta keluarga miskin
dengan ibu hamil, anak balita, anak usia sekolah,
lansia, dan disabilitas.
2.Besar rata-rata bantuan Rp.1,89 Juta/Keluarga/
Tahun; diberikan dalam 4 kali penyaluran melalui
Bank.
3.Keluarga penerima harus memenuhi persyaratan:
a. Memeriksakan kesehatan (anak, lansia, dan
disabilitas) dan imunisasi di
puskesmas/posyandu
PKH
Bantuan Lainnya
Bantuan dalam
bentuk uang
Rekening
Tabungan
Penarikan
b. Kehadiran minimal 85% di sekolah
c. Mengikuti family development sessions (FDS)
setiap bulannya, untuk peningkatan kapasitas
ibu penerima (modul: pendidikan, keuangan
keluarga, kesehatan, perlindungan anak)
Penerima
Manfaat
non tunai
e-voucher
MerchantEnergi
Bank
ATM
DAMPAK PROGRAM KELUARGA HARAPAN
Peningkatan kelahiran dibantu tenaga
medis (6,1%) dan kelahiran di faskes
(4,3%)
Penurunan angka putus sekolah di
Sekolah Dasar sebesar 1,1%.
Peningkatan kehadiran anak SD
sebesar 1,3% dan SMP sebesar 0,3%
PENDIDIKAN
KESEHATAN
Peningkatan proporsi anak terimunisasi
lengkap (4,5%) dan kunjungan rawatjalan ke faskes publik (0,8%)
Meningkatkan pengeluaran per kapita RT
sebesar 3,3%
Penurunan tenaga kerja anak sebesar
1,3%
TENAGA KERJA
ANAK
10
KONSUMSI RT
3,4% diantaranya digunakan untuk
konsumsi makanan, dan 0,9% diantaranya
untuk konsumsi makanan berprotein
Peningkatan kelahiran dibantu tenaga medis dan kelahiran di faskes, pemberian imunisasi lengkap pada
batita, serta kunjungan rawat jalan, diantara ibu non-penerima PKH yang tinggal di kecamatan PKH.
Peningkatan angka partisipasi kasar SD, serta angka partisipasi murni dan kasar SMP diantara anak dari
keluarga sangat miskin non-PKH yang ada di kecamatan PKH.
SPILLOVER
Perluasan Bantuan Pangan 2018
KETERANGAN
LOKASI
JUMLAH
KPM
1.
Perluasan ke seluruh kota/
kabupaten berdasarkan
kesiapan infrastruktur dan
fasilitas non tunai.
Saturasi pada tingkat
kabupaten/kota.
Perluasan secara bertahap
dimulai dari daerah yang
paling siap untuk
penyaluran awal di akhir
Januari 2018
Dipertimbangkan
penyaluran Rastra dalam
bentuk bansos untuk
daerah yang belum siap
(tanpa bayar RP.1600,
mendapat 10 kg beras).
Pelaksanaan 2017 di 44 Kota
44 Kota
1,286,194
Perluasan 2018 di wilayah kota
54 Kota
438,975
Total pelaksanaan di kota
98 Kota
1,725,169 2.
Perluasan 2018 di wilayah kabupaten
118 Kabupaten
8,348,068
Total KPM Bantuan Pangan Non Tunai
98 Kota + 118 Kab
10,073,237 3.
Sebaran Pelaksanaan BPNT berdasarkan Kesiapan Infrastruktur & Agen Bank
4.
Jumlah Keluarga
Penerima Manfaat (KPM)
www.bappenas.go.id
11
15
E-WARONG
Definisi E-warong (Perpres No. 63/2017 tentang Bansos Non Tunai) adalah agen bank, yang terdiri
atas pedagang dan/atau pihak lain yang bekerja sama dengan Bank Penyalur dan ditentukan sebagai
tempat penarikan/pembelian Bantuan Sosial oleh Penerima Bantuan Sosial bersama Bank Penyalur.
dan lainlain
Agen Laku
Pandai/LKD
Kios Pasar
Warung
rakyat
Retailer
E-Warong
KUBE
Toko Tani
Rumah Pangan
Kita (Bulog)
Kriteria e-warong yang digunakan dalam Program Bantuan Pangan Non Tunai, antara lain:
• Memiliki kemampuan, reputasi, kredibilitas, dan integritas di wilayah operasionalnya
• Memiliki sumber penghasilan utama yang berasal dari kegiatan usaha yang sedang berjalan dengan lokasi usaha
tetap dan/atau kegiatan tetap lainnya.
• Memiliki jaringan informasi dan kerjasama antar agen/toko dengan pemasok/distributor bahan pangan yang
tersedia di pasar untuk memastikan ketersediaan stok Bahan Pangan bagi pembelian oleh KPM.
• Menjual Bahan Pangan paling tidak mencakup beras atau telur sesuai harga pasar.
• Dapat melayani KPM dan Non KPM.
Ratio e-warong 1:150, minimal 2 e-warong per kelurahan/desa.
12
PERKEMBANGAN KEPESERTAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
RPJMN 2015-2019
2015
2016
2017
2018
2019
KEBIJAKAN KEPESERTAAN PBI-JKN
Target Penerima
Bantuan Iuran (PBI)
(juta orang)
88,2
92,4
92,4
92,4
107,2
a. Membayarkan premi iuran masyarakat miskin
dan rentan kepada BPJS Kesehatan
87,8
91,1
92,0
-
-
-
95%
(RPJMN
2015-2019)
Capaian PBI (juta
orang)
% Kepesertaan dari
Total Penduduk
61,5%
66,5%
68,1%
Capaian Jaminan Kesehatan Nasional Per Jenis Kepesertaan per Juni 2017
(juta orang)
178.4
b. Sinkronisasi Basis Data Terpadu dengan data
Penerima Bantuan Iuran (PBI), dan data Nomor
Induk Kependudukan (NIK)
c. Integrasi verifikasi Penerima Bantuan Iuran
dengan Dinas Dukcapil untuk melengkapi dan
menjaga konsistensi data Nomor Induk
Kependudukan (NIK)
d. Meningkatkan
pemahaman
masyarakat
pentingnya promotif dan preventif kesehatan
92.0
42.2
22.1
Penerima Bantuan Pekerja Penerima Pekerja Bukan
Iuran
Upah
Penerima Upah
5
Bukan Pekerja
e. Meningkatkan akses pelayanan kesehatan di
daerah dengan jangkauan yang sulit
17.1
Integrasi
Jamkesda
Sumber: RPJMN 2015-2019, RKP 2016, 2017, 2018, Exercise Bappenas & BPJS Health
Total
f. Memastikan ketersediaan
kesehatan di Puskesmas
obat
dan
alat
13
Capaian IPM Indonesia
Uraian
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Target RKP
2017
2018
Target
RPJMN 2019
2016
Indeks Pembangunan Manusia
Metode Lama
72,27
72,77
73,29
73,81
*)
*)
*)
-
-
76,3
Metode Baru
66,53
67,09
67,70
68,31
68,90
69,55
70,18
70,10
71,5
71,98
(exercise
Bappenas)
Komponen Pembentuk IPM (metode baru):
Angka Harapan Hidup (Tahun)
69,81
70,01
70,20
70,40
70,59
70,78
70,90
Angka Harapan Lama Sekolah (Tahun)
11,29
11,44
11,68
12,10
12,39
12,55
12,72
Rata – rata Lama Sekolah 25 tahun keatas
(Tahun)
Pengeluaran Per Kapita Disesuaikan (Ribu
Rupiah)
7,46
7,52
7,59
7,61
7,73
7,84
7,95
9.437
9.647
9.815
9.858
9.903
10.150
10.420
Sumber: BPS
•
Peringkat IPM Indonesia tahun 2015 (HDR, UNDP): 113 dari 188 negara
Lebih tinggi dari Vietnam (115), Filipina (116), India (131), Laos (138), Kamboja (143) dan Myanmar (145)
sejak 2015, perhitungan IPM dilakukan dengan menggunakan metode baru
Ukuran keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia:
• hidup sehat dan berumur panjang,
• berpengetahuan, serta
www.bappenas.go.id
• mempunyai sumber daya untuk hidup layak.
14
BASIS DATA TERPADU UNTUK PENETAPAN SASARAN
PROGRAM-PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN
Exclusion Error
BASIS DATA TERPADU *)
40%
Hampir Miskin/Rentan
38%
25%
Inclusion Error
15%
Miskin
10,64%
www.bappenas.go.id
PROGRAM INDONESIA SEHAT MELALUI
KARTU INDONESIA SEHAT (KIS)
•
PENERIMA KPS/KKS, RASTRA, BPNT
•
PROGRAM INDONESIA PINTAR (PIP)
MELALUI KARTU INDONESIA PINTAR (KIP)
PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH)
Jumlah Rumah Tangga (RT)
26.589.774
Jumlah Keluarga (KK)
28.488.031
Jumlah Penduduk (Jiwa)
96.705.167 **)
GARIS KEMISKINAN (MARET 2017)
Mencakup 27,77 juta jiwa
Keterangan:
*) Berdasarkan Kepmensos Nomor 57/HUK/2017 tentang Penetapan Data Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin Tahun 2017
15
**) Mencakup 37% dari keseluruhan total penduduk Indonesia tahun 2017
15
TANTANGAN DALAM EFEKTIVITAS PENETAPAN SASARAN
• Penetapan sasaran di Indonesia sangat kompleks (±
250 juta penduduk, 16.053 pulau, 514
kabupaten/kota, tingkat migrasi tinggi, kemiskinan
dinamis, dan keterbatasan anggaran).
• Diperlukan kombinasi beragam jenis data untuk
mengakomodasi penyelesaian masalah dan
peningkatan efektivitas sasaran dan program.
Data Makro
Estimasi angka kemiskinan (proporsi jumlah penduduk
di bawah garis kemiskinan dalam total penduduk).
Konsep basic needs approach.
Menggunakan metode sampling agar diperoleh jumlah
sampel yang efisien untuk mengestimasi kemiskinan di
suatu wilayah.
Susenas, Podes, Poverty Map, dsb.
Data Mikro
Data penduduk dengan tingkat kesejahteraan
40% terendah.
Didasarkan pada ciri-ciri rumah tangga miskin.
Menggunakan pendekatan sensus sehingga
identifikasi dapat sampai pada identitas kepala
rumah tangga dan alamat tempat tinggalnya.
16
INTEGRASI SISTEM PENDATAAN –SLRT dan MPM
SKEMA PEMUTAKHIRAN
Sistem Layanan & Rujukan Terpadu (SLRT) dan Mekanisme Pemutakhiran Mandiri (MPM)
BASIS DATA TERPADU
PMKS berbasis
keluarga dalam 60%
penduduk termiskin:
• Fakir Miskin
• Anak
• Lansia
• Penyandang
Disabilitas
40% penduduk termiskin, di
luar kategori PMKS
BASIS DATA PMKS
PMKS berbasis institusi/LKS/Panti:
• Penghuni panti
• Penghuni LKS
PMKS tidak berdomisili tetap:
• Penduduk telantar
• Gelandangan psikotik
• Pengemis
• Komunitas Adat Terpencil
PMKS dengan resiko
sementara:
• Penduduk marjinal
• Korban bencana
• Korban tindak kekerasan
• Korban traficking
Update Sistem Registrasi Tunggal Program Perlindungan Sosial & SIAK
Berisi Data yang telah divalidasi dan diverifikasi meliputi a.l. Nama, Alamat, Karakteristik Sosial
Ekonomi, NIK, KK, Sidik Jari, Iris Mata, Data Kependudukan Lainnya, dan Data PMKS.
Program
Daerah
KIS
KIP
Sumber: dari berbagai sumber, diolah Bappenas 2016
www.bappenas.go.id
KKS
PKH
RASTRA
17
KETERKAITAN SISTEM LINTAS PROGRAM PEMERINTAH PUSAT DAN PEMDA
• Setiap kabupaten/kota
perlu membangun
kapasitas dan fungsi:
⁻ Pemutakhiran data
secara reguler
⁻ Penanganan pengaduan
⁻ Integrasi pelayanan dan
pendanaan
• Menjadi hub
(penghubung dan
koordinasi) program2
pusat, daerah, dan
masyarakat (swasta/CSR,
LSM, dsb) untuk
komplementaritas
program bagi masyarakat
miskin dan rentan.
www.bappenas.go.id
18
Kelembagaan SLRT Di Daerah – Model Pengembangan
Model Pengembangan
Prasyarat dasar:
• Terdapat satu instansi yang berfungsi sebagai pusat data dan memberikan data tersebut ke SKPD terkait.
• Data dikumpulkan berdasarkan informasi dari masing-masing SKPD dengan indikator yang sudah disepakati.
• Pemberian informasi, pelayananan, dan penanganan keluhan berada di masing-masing SKPD
• Pusat pendataan ada ditingkat Kabupaten/kota
• Melaksanakan
pengelolaan basis data
daerah yang berasal
dari data program dan
laporan masyarakat;
• Memberikan data
kepada SKPD terkait
apabila dibutuhkan;
• SDM berasal dari
pegawai pendataan
yang sudah tersedia di
Kabupaten/Kota.
www.bappenas.go.id
Pusat Pendataan
Memberikan rujukan ke
instansi terkait
SKPD
• Pendanaan
• Bantuan lainnya
(Barang, jasa, dll)
Memberikan
pelayanan
Operator di tingkat
Kabupaten/Kota
CSR, BAZ &
lembaga lain
• Menyampaikan
keluhan
• Menanyakan
informasi
Pemberian bantuan
secara langsung
Penduduk
19
Kelembagaan SLRT Di Daerah – Model Terpadu
Prasyarat dasar:
• Skema beragam loket dan beragam layanan, dengan membentuk kelembagaan khusus.
• Fungsi pusat rujukan & keluhan:
Melakukan pelayanan langsung (khususnya pada situasi darurat).
Memberikan konseling penanganan masalah.
Memfasilitasi pemberian informasi dan penanganan keluhan pada satu tempat terpadu.
• Pekerja sosial (PSKS) berperan untuk melakukan pendataan, pelayanan, dan penanganan keluhan secara berkala.
• Mempergunakan teknologi informasi dalam melaksanakan pendataan, pencatatan keluhan, dan pelayanan (aplikasi android & website)
• Keluhan dan informasi akan disampaikan ke SKPD terkait untuk diberikan penanganan lanjutan.
• Basis data daerah akan dimutakhirkan secara berkala (minimal 6 bulan sekali).
CSR, BAZ & lembaga lain
Bantuan pendanaan & lainnya
Terdiri dari perwakilan SKPD
SKPD terkait
+ Pelayanan & keluhan dapat lebih mudah dimonitor
+ Waktu penanganan lebih efisien
- Membutuhkan kesepakatan setiap program untuk
mendelegasikan tugas & fungsinya dalam menentukan verifikasi,
kewenangannya
- Secara kelembagaan akan menambah instansi baru
Melaporkan keluhan/pengaduan ke PSKS/Pusat rujukan
• Memberikan konseling dan pelayanan langsung
• Melakukan pencatatan keluhan dan pendataan
Pelaporan dan
monev program
Unit terpadu
Penduduk
Pekerja sosial-
PSKS
• Mengelola basis data daerah
• Memberikan pelayanan dan program
www.bappenas.go.id
• Menerima keluhan dan rujukan
+ KONDISI PERLU DI PUSAT & DAERAH
Regulasi sebagai payung hukum instansi
20
Sinergi Pemberdayaan Masyarakat
• Pemberdayaan masyarakat adalah upaya memastikan terwujudnyaa kesempatan dan kemampuan masyarakat
miskin dan rentan berdaya dan meningkat kesejahteraannya secara berkelanjutan
• 3 Program Prioritas PK: 1) Jaminan dan Bantuan Sosial Tepat Sasaran; 2) Pemenuhan Kebutuhan
Dasar; dan 3) Perluasan Akses Usaha Mikro, Kecil dan Koperasi
• Kolaborasi seluruh para pihak melalui jejaring kerja yang
sistematik dan jelas
PEMENUHAN KEBUTUHAN
PANGAN DAN ENERGI
Untuk mendorong
kecukupan energi dan
protein
BANTUAN TUNAI
BERSYARAT
untuk mendorong
perubahan perilaku positif
BANTUAN PENDIDIKAN
untuk memutus
kemiskinan antar generasi
BANTUAN KESEHATAN
untuk menjaga kualitas
kesehatan keluarga
miskin
PENGHIDUPAN
BERKELANJUTAN:
Untuk memberikan akses
pekerjaan dan
kesempatan berusaha
agar lebih mandiri
PENDAMPINGAN DAN PELATIHAN
www.bappenas.go.id
21
Pengembangan Ekonomi Produktif untuk Kesempatan
Penghidupan Secara Berkelanjutan
TANTANGAN UTAMA ADALAH MENGUBAH SIKAP MENTAL
MASYARAKAT MISKIN MENJADI LEBIH MANDIRI DAN TIDAK
BERSIFAT MENUNGGU BANTUAN PEMERINTAH
Pendekatan diarahkan pada fasilitas masyarakat miskin
mulai dari penyadaran potensi diri, lingkungan, sampai
memiliki penghidupan yang layak.
1
Transformasi paradigma Pemberdayaan
dengan fokus MEMBANGUN MANUSIANYA
2
Menabung dan berkelompok menjadi
prasyarat sebelum BEKERJA ATAU
BERUSAHA
3
Peningkatan kemandirian melalaui
PENDAMPINGAN INTENSIF DAN
PENINGKATAN KAPASITAS
4
PENTAGONAL
Optimalisasi peran Pemda dan Swasta
untuk LIVELIHOOD SUPPORT SYSTEM dan
PASAR
www.bappenas.go.id
22
Beberapa Praktik Baik: SLRT Sabilulungan, Kab. Bandung
Seluruh SKPD diwajibkan menggunakan data SLRT berdasarkan PerBup No.
64/2016. Pembahasan Perda SLRT. Puskesos diseluruh (267) desa/kel.
menggunakan dana APBD dan Dana Desa sebesar 8,1 milyar. Pembiayaan
APBD untuk SLRT: Rp.200 juta (2016); Rp.500 juta (2017)
Sebagai bagian dari TKPKD, Sekretariat SLRT SABILULUNGAN telah memiliki
gedung sendiri
Fungsi Layanan dan Rujukan telah berfungsi: 25 hingga 30 orang berkunjung
setiap hari
Unit Reaksi Cepat SLRT dilengkapi:
• Ambulan gratis SLRT (kesehatan)
• Mobil Sisir (pendidikan)
• WA Gateaway untuk URC SLRT
Pola Kemitraan dengan CSR dan BAZ
Kewirausahaan, dimulai dari training pendamping.
Sistem aplikasi dilengkapi GPS untuk memastikan akurasi sasaran program,
www.bappenas.go.id
khususnya program RTLH.
23
Beberapa Praktik Baik SLRT: UPT Sipakatau, Kab. Bantaeng
Pembiayaan APBD untuk SLRT: 600 juta (2016); Rp.600 juta (2017)
Sekretariat SLRT UPT Sipakatau memiliki gedung sendiri
Tim Reaksi Cepat SLRT UPT Sipakatau – Brigade Siaga Bencana (BSB)
Pola Kemitraan dengan CSR , BAZ, PKK melalui MoU
UPT Sipakatau mengawal sistem penganggaran untuk layanan sosial dan
kesejahteraan yang bersumber dari dana CSR dan sumbangan dana PNS dan
BAZNAS
Fungsi Layanan dan Rujukan berfungsi: 30 hingga 40 orang berkunjung setiap
hari
Layanan bantuan pengurusan administrasi kependudukan
Bursa Kerja
Mekanisme Pendaftaran Mandiri (MPM) terintegrasi ke dalam SLRT
Penyusunan draf Perda tentang penanggulangan kemiskinan dan
perlindungan sosial bagi PMKS melalui SLRT - UPT Sipakatau
Koordinasi lintas SKPD dan komitmen kepala daerah tinggi.
24
Langkah ke Depan
Penguatan kelembagaan:
• Peningkatan kualitas pelayanan dan fasilitas pendukung.
• Penguatan peraturan di tingkat pusat dan daerah untuk mendukung pengembangan
Sistem layanan dan rujukan terpadu
• Keberlanjutan pengganggaran dalam APBD tingkat provinsi dan kabupaten/kota.
Sinkronisasi sistem pendataan, perencanaan dan pelaksanaan:
• Basis data Sistem Informasi Kesejahteraan Sosial (SIKS), BDT TNP2K, BPJS Kesehatan, dan
Adminduk.
• Penanganan pelayanan terintegrasi PKH, Raskin, KIS, KIP, KUBe, dan kegiatan rehabilitasi
sosial (penyandang disabilitas, lansia, anak, dsb).
Penguatan kemitraan berbagai para pihak (swasta, perguruan tinggi, LSM) untuk
mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat yang berkelanjutan.
Terima Kasih
25