Skripsi Rumput Laut Irfan Agustriawan

KEANEKARAGAMAN DAN PEMANFAATAN RUMPUT LAUT DI PANTAI BAYAH, BANTEN. SKRIPSI

Oleh : Irfan Agustriawan 061106017 PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR 2011

KEANEKARAGAMAN DAN PEMANFAATAN RUMPUT LAUT DI PANTAI BAYAH, BANTEN.

Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Pada Program Studi Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Pakuan

Oleh : Irfan Agustriawan 061106017 PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR 2011

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian

: KEANEKARAGAMAN DAN PEMANFAATAN

RUMPUT LAUT DI PANTAI BAYAH, BANTEN. Nama

: Irfan Agustriawan

NPM

Skripsi ini telah disetujui dan disahkan pada Bogor, tanggal ………………..2011

Pembimbing II Pembimbing I

Dra. Triastinurmiatiningsih, M.Si. Dra. Tri Saptari Haryani, M.Si. NIK. 10894029207

NIP. 19620318198732001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Biologi FMIPA Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Universitas Pakuan

Pengetahuan Alam Universitas Pakuan

Dra. Tri Saptari Haryani, M.Si. Dr. Prasetyorini NIP. 19620318198732001

NIP. 195710301986012001

PERNYATAAN KEASLIAN

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya susun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains dari Program Studi Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan seluruhnya merupakan hasil karya sendiri.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi yang saya kutip dari hasil orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian skripsi ini bukan hasil karya saya sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan dan perundangan yang berlaku.

Bogor, Oktober 2011 Yang Menyatakan,

(Irfan Agustriawan)

RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Ir Irfan Agustriawan

dilahirkan di Rangkasbitung, Banten, pada ada tanggal 4 Agustus 1988 sebagai putra kedua dari tiga be bersaudara pasangan Bapak Edi Somantri dan Ibu Sopiah.

Penulis memulai pendidikan forma rmal pada tahun 1994 di SDN 1 Sipayung, Cipanas, Kabupate aten Lebak dan lulus pada tahun 2000. Pad ada tahun yang sama penulis melanjutkan pend ndidikan di SLTPN 1 Cipanas, Kabupaten n Lebak, lulus pada tahun 2003, serta men enyelesaikan sekolah SMAN 1 Cipanas, Ka Kabupaten Lebak pada tahun 2006.

Pada tahun 2 2006 penulis pindah ke Bogor untuk melan lanjutkan pendidikan Strata Satu (S1) dan t n tercatat sebagai Mahasiswa di Program Stud tudi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilm Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pakua uan, Bogor. Selama menjalani pendidikan kan di Universitas Pakuan, Bogor, penulis a s aktif di Organisasi kampus yaitu Himpu punan Mahasiswa Biologi Helianthus sebag agai Anggota bagian Konservasi Tumbuhan han periode 2006-2007, Anggota bagian Dana na dan Usaha periode 2007-2008. Di luar ka r kampus penulis aktif sebagai Anggota Badan an Pengurus Wilayah di Bidang Pengemba bangan Minat dan Bakat (BANGMIKAT) T) Ikatan Himpunan Mahasiswa Biologi In i Indonesia (IKAHIMBI) pada tahun 2007-2009 09.

Tahun 200 2009 penulis melaksanakan Praktek Kerja Maga agang (PKM) di Balai Besar Penelitian Vet eteriner pada Laboratorium Virologi selama ma satu bulan untuk memenuhi mata kulia liah PKM yang dilaksanakan oleh Program Stu Studi Biologi Fakultas Matematika dan Ilm lmu Pengetahuan Alam, Universitas Pakuan. an. Pada tahun 2010 Penulis melaksanakan n Penelitian di Pantai Bayah, Kabupaten Leb ebak, Banten, dengan

judul “Keanekaraga gaman dan Pemanfaatan Rumput Laut t di Pantai Bayah,

Banten” sebagai sala alah satu syarat untuk memperoleh gelas Sarjan jana Sains (S.Si) pada Program Studi Biolog logi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahua uan Alam Universitas Pakuan.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW yang telah membawa umatnya pada zaman yang penuh ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.

Penyusunan skripsi ini berjudul ”KEANEKARAGAMAN DAN PEMANFAATAN RUMPUT LAUT DI PANTAI BAYAH, BANTEN.” ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas akhir studi di Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pakuan, Bogor.

Selama pelaksanaan dan penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua orang tua penulis atas segala dukungannya baik moril maupun materiil.

2. Ibu Dra. Tri Saptari Haryani, M.Si. dan Ibu Dra. Triastinurmiatiningsih, M.Si. selaku pembimbing atas saran dan bimbingannya selama penyusun skripsi ini.

3. Ibu Dr. Prasetyorini selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pakuan.

4. Ibu Dra. Tri Saptari Haryani, M.Si., selaku Ketua Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pakuan, Bogor.

5. Bapak Wahyu dan Ibu Ani selaku Laboran di Laboratorium Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pakuan.

6. Rekan-rekan Mahasiswa Biologi khususnya angkatan 2006 yang telah banyak membantu penulis.

7. Rekan-Rekan dari IEC (Independence Environmental Club) yang telah memberikan dukungan tenaga dan moril selama dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini . Penulis berharap semoga segala bantuan dan dorongan yang telah

diberikan, dibalas dengan imbalan yang lebih besar dari Allah SWT, amin. Penulisan skripsi ini disadari masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mohon saran dan kritik. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan perkembangan ilmu pengetahuan.

Bogor, Oktober 2011 Irfan Agustriawan

Penulis

RINGKASAN

Irfan Agustriawan. NPM. 061106017. Keanekaragaman dan Pemanfaatan Rumput Laut di Pantai Bayah, Banten. Dibawah Bimbingan Dra. Tri Saptari Haryani, M.Si. dan Dra. Triastinurmiatiningsih, M.Si.

Indonesia sebagai negara Kepulauan yang terdiri dari 17.508 pulau dengan panjang pantai sekitar 81.000 km, Indonesia memiliki potensi sumber daya hayati pesisir dan laut yang sangat besar sehingga dijuluki sebagai “Gudang Rumput Laut”. Rumput laut merupakan sumber daya hayati laut yang dapat dimanfaatkan secara ekonomis oleh manusia. Sayangnya pemanfaatan rumput laut di Indonesia belum optimal dikarenakan informasi yang masih belum sampai pada petani rumput laut. Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi jenis-jenis rumput laut yang terdapat di Pantai Bayah serta pemanfaatannya oleh masyarakat sekitar Pantai Bayah.

Rumput laut merupakan tumbuhan berthallus yakni tumbuhan yang badannya sedikit atau tidak terbagi dalam alat vegetatif seperti akar, batang dan daun yang sebenarnya. Rumput laut terbagi dalam kelas Chlorophyceae (alga hijau), Phaeophyceae (alga coklat) dan Rhodophyceae (alga merah). Rumput laut tersebar di seluruh perairan Indonesia dengan kondisi perairan yang jernih dan berombak.

Penelitian ini menggunakan metode transek kuadran dengan ukuran kuadran

50 X 50 cm. Jarak antar kuadran adalah ±10 m, yang diletakkan di atas garis transek. Setiap rumput laut yang terdapat di dalam kuadran diambil sampelnya, kemudian dihitung, dan dimasukkan ke dalam plastik untuk kemudian diidentifikasi.

Rumput laut yang ditemukan di Pantai Bayah terdiri dari 31 jenis rumput laut, yang terdiri dari 7 jenis alga hijau (Chlorophyta), 11 jenis alga coklat (Phaeophyta) dan 13 jenis alga merah (Rhodophyta). Kepadatan rumput laut

sebesar 1,48 rumpun/m 2 yang ditempati oleh jenis Ulva fasciata, Enteremorpha sebesar 1,48 rumpun/m 2 yang ditempati oleh jenis Ulva fasciata, Enteremorpha

Hasil perhitungan indeks keanekaragaman (H’) menunjukkan nilai 4,340 yang menyatakan bahwa keanekaragaman rumput laut di Pantai Bayah adalah tinggi. Sedangkan nilai indeks keseragaman (E) mempunyai nilai 0,465 yang menyatakan bahwa komunitas rumput laut di Pantai Bayah rendah. Dari 31 jenis rumput laut yang ditemukan hanya 15 jenis yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar baik dimanfaatkan secara langsung untuk dikonsumsi ataupun sebagai obat atau langsung dijual.

SUMMARY

Irfan Agustriawan. NPM. 061 106 017. Diversity and Utilization of Seaweeds in Bayah Beach, Banten. Under The Guidance of Dra. Tri Haryani Saptari, M.Si. and Dra. Triastinurmiatiningsih, M.Si.

Indonesia as an archipelago country consists of 17.508 islands with coastline about 81.000km. Indonesia has the huge potential of marine and coast nature, so it was dubbed the “Country of Seaweed”. Seaweed is a marine nature resource that can economically exploited by humans. Unfortunately, the utilization of seaweed in Indonesia have not been optimal because the information is still not up the seaweed farmers. This study aims to explore the kinds of seaweed that found in Bayah Beach and utilization by the people around of Bayah Beach, Banten.

Seaweed is a thallus plant, which the body has not divided of perfect vegetative tools such as root, stems and leaves. Seaweed is divided into classes Chlorophyta (green algae), Phaeophyta (brown algae) and Rhodophyta (red algae). Seaweed scattered across Indonesia’s waters with clear and wave waters conditions.

This study uses a quadrant transect method measuring 50 X 50 cm. The distance between the quadrant is ± 10 m which is placed on the transect line. Each seaweed contained taken for sample, than counted and put in plastic for later identified.

Seaweed found in Bayah Beach consist of 31 species, which consist 7 species of green algae (Chlorophyta), 11 species of brown algae (Phaeophyta) and

13 species of red algae (Rhodophyta). Seaweed density of 1.48 stool/m 2 that occupied by the species of Ulva fsciata, Enteremorpha intestinalis and Padina

minor. While dominant seaweed in Bayah Beach is Ulfa fasciata. The highest biomass value of seaweed is Enteremorpha intestinalis.

Based on the diversity index (H’) shows the value about 4.340 that mean the diversity of seaweed in Bayah Beach is high. The uniformity index (E) has the value about 0.465 that mean community of seaweed in Bayah Beach is low. From

31 species of seaweed found, only 15 species are used directly for consumption and medicine or sold directly to collectors.

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sebagai negara Kepulauan yang terdiri dari 17.508 pulau dengan panjang pantai sekitar 81.000 km (Insan dan Dwi, 2008), Indonesia memiliki potensi sumber daya hayati pesisir dan laut yang sangat besar. Keanekaragaman hayati yang tersebar luas di seluruh Indonesia menjadikan Indonesia dijuluki dengan sebutan Mega Biodiversity Country. Namun hingga saat ini, pemanfaatan sumber daya hayati yang tersebar di seluruh Indonesia ini masih relatif rendah (Yudha, 2009).

Indonesia merupakan negara maritim dengan lebih dari 70% permukaan buminya didominasi oleh lautan (bahari). Keanekaragaman ekosistem dan plasma nutfah yang dimiliki oleh Indonesia sangat beragam mulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi. Pemanfaatan sumber daya alam hayati yang secara terus menerus tanpa memperhatikan keadaan lingkungan sekitar dapat mengancam kelestarian keanekaragaman hayati yang dimiliki oleh negara ini.

Rumput laut merupakan ganggang (alga) makrobentik yaitu ganggang berukuran besar dan menempel pada substrat dengan penyebaran mulai dari daerah pasang surut terendah sampai perairan yang dangkal dalam suatu lingkungan perairan laut (Trono and Ganzon, 1988).

Perairan Indonesia mempunyai pantai yang panjang memiliki kekayaan rumput laut yang melimpah sehingga dijuluki sebagai “Gudang Rumput Laut”. Dari hasil ekspedisi Laut Siboga (1899-1900) dari perairan Indonesia terdapat 555 jenis rumput laut di sepanjang pantai Indonesia. Ekspedisi Danish di Kepulauan

Kai (1914-916), menginventarisasi sekitar 25 jenis alga merah (Rhodophyta), 28 jenis alga hijau (Chlorophyta), dan 11 jenis alga coklat (Phaeophyta) (Weber-van Bosse A, 1926 dalam Waryono, 2001). Syahbani (2000), terdapat 67 jenis rumput laut yang terdapat di pantai Bayah, yang terdiri dari 20 jenis yang tergolong dalam alga hijau (Chlorophyta), 12 jenis alga coklat (Phaeophyta), dan

35 jenis alga merah (Rhodophyta). Rumput laut merupakan salah satu dari berbagai sumber hayati laut yang dapat dimanfaatkan secara ekonomis untuk manusia. Rumput laut banyak dimanfaatkan untuk bahan makanan, bahan dasar obat-obatan maupun bahan dasar kosmetik. Menurut Handayani (2006), beberapa jenis rumput laut dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku beberapa industri seperti industri makanan, tekstil, keramik, kosmetik, pupuk dan fotografi. Bahkan di abad ke 21 rumput laut secara besar-besaran dimanfaatkan untuk dijadikan pupuk oleh negara Prancis, Irlandia, Norwegia dan Scotlandia (Kadi, 2004).

Pemanfaatan alga coklat penghasil alginat di dunia rata-rata mencapai 45.000 ton berat kering pada tahun 1994, dan kebutuhan dunia akan permintaan alga coklat semakin meningkat. Kebutuhan dalam negeri akan alginat masih di datangkan dari luar negeri (Noor, 1996 dalam Yulianto, 1997).

Rasyid A. (2004) beberapa jenis rumput laut di Indonesia dapat digunakan sebagai obat, akan tetapi saat ini mengalami kendala karena penelitian mengenai eksplorasi dan pengolahannya belum berkembang, maka pemanfaatannya sampai saat ini sangat terbatas. Jenis-jenis rumput laut yang telah banyak dimanfaatkan adalah Caulerpa, Sargassum, Gracilaria dan Euchema . Sekitar 555 jenis rumput Rasyid A. (2004) beberapa jenis rumput laut di Indonesia dapat digunakan sebagai obat, akan tetapi saat ini mengalami kendala karena penelitian mengenai eksplorasi dan pengolahannya belum berkembang, maka pemanfaatannya sampai saat ini sangat terbatas. Jenis-jenis rumput laut yang telah banyak dimanfaatkan adalah Caulerpa, Sargassum, Gracilaria dan Euchema . Sekitar 555 jenis rumput

Rumput laut berfungsi sebagai dasar dalam siklus rantai makanan, karena dapat memproduksi berbagai zat organik melalui proses fotosintesis yang berguna bagi lingkungan perairan. Selain sebagai produsen, rumput laut juga berfungsi mengubah karbondioksida menjadi oksigen yang berguna bagi hewan perairan. Rumput laut juga menjadi tempat asuhan bagi ikan-ikan kecil yang bersembunyi dari pemangsa.

Aspek ekologis rumput laut merupakan informasi dasar yang sangat diperlukan dalam pengembangan dan pemanfaatannya (Papalia, S. dan Pramudji, 1998). Permasalahan ekosistem laut dan pesisir sangat kompleks dengan interaksi yang dinamis akan memerlukan bentuk pengelolaan yang didasarkan pada pengetahuan dan evaluasi pemanfaatan sumber daya hayati oleh masyarakat, agar pemanfaatannya dapat berkelanjutan dan optimal.

Mengingat akan kekayaan alam yang terkandung di lautan, khususnya di pantai maka sebagai langkah awal penggalian sumber hayati laut diteliti jenis- jenis rumput laut. Bayah merupakan daerah pesisir laut yang memiliki kawasan yang masih asri dan mempunyai udara yang sejuk. Kawasan Bayah memiliki daerah perbukitan yang mendukung udara di sekitar pantai sejuk serta pasokan air tawar yang terus mengalir melalui sungai-sungai kecil dari atas perbukitan.

Pantai Bayah merupakan daerah pariwisata yang mulai berkembang, hal ini dapat mengakibatkan dampak negatif bagi kondisi Pantai Bayah khususnya Pantai Bayah merupakan daerah pariwisata yang mulai berkembang, hal ini dapat mengakibatkan dampak negatif bagi kondisi Pantai Bayah khususnya

1.2. Tujuan Penelitian

a. Mengeksplorasi jenis-jenis dan keanekaragaman rumput laut yang terdapat di Pantai Bayah, Banten.

b. Mengeksplorasi jenis-jenis rumput laut yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat Pantai Bayah, Banten.

1.3. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui keanekaragaman dan pemanfaatan rumput laut oleh masyarakat sekitar Pantai Bayah sehingga dapat berguna sebagai data dan informasi awal dalam pemanfaatan rumput laut yang lebih optimal.

1.4. Hipotesis Penelitian

Keanekaragaman rumput laut yang terdapat di Pantai Bayah masih tinggi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Pantai Bayah terletak di Kabupaten Lebak, Banten. Pantai ini sejajar dengan pantai Pelabuhan Ratu yang masuk daerah pantai selatan Jawa. Pantai Bayah merupakan daerah pariwisata yang baru berkembang sehingga pantainya masih bersih.

Bayah merupakan daerah strategis yang mendukung keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati Bayah masih terjaga dengan baik, dikarenakan masyarakat sekitar masih memegang teguh adat istiadat dan menghargai alam sebagai tempat mereka menggantungkan hidup mereka pada alam sekitar.

Pantai selatan terkenal dengan ombak yang besar dan berarus deras, begitu pula dengan pantai Bayah. Pantai Bayah mempunyai karang-karang yang sangat besar dan tajam. Karang ini sangat mendukung pertumbuhan rumput laut sebagai tempat menempelnya rumput laut.

2.2. Kajian Tentang Rumput Laut Rumput laut (seaweed) merupakan nama dalam dunia perdagangan internasional untuk jenis-jenis makro alga. Secara taksonomi rumput laut termasuk ke dalam divisi Thallophyta (tumbuhan berthallus). Sifat divisi ini primitif artinya badannya tidak terbagi dalam alat vegetatif seperti akar, batang dan daun yang sebenarnya ( Romimohtarto dan Juwana, 2005).

Berdasarkan pigmen dalam thallus, rumput laut terbagi dalam kelas Chlorophyceae (alga hijau), Phaeophyceae (alga coklat) dan Rhodophyceae (alga Berdasarkan pigmen dalam thallus, rumput laut terbagi dalam kelas Chlorophyceae (alga hijau), Phaeophyceae (alga coklat) dan Rhodophyceae (alga

Rumput laut merupakan tumbuhan berklorofil yang hidup dengan melekatkan diri pada substrat perairan menggunakan holdfast sehingga rumput laut tidak mudah berpindah oleh gerakan air. Rumput laut banyak tumbuh di daerah pasang surut yang perairannya jernih dan menempati substrat tertentu yang sesuai dengan kehidupannya (Kadi, 2005).

Sulistyowati (2003) dan Kadi (2004) menyatakan bahwa jenis substrat merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap keanekaragaman rumput laut di perairan pantai Indonesia. Selain jenis substrat, banyak faktor fisik lain yang mempengaruhi keanekaragaman rumput laut seperti suhu, cahaya matahari, arus air dan faktor kimia seperti salinitas, derajat keasaman (pH), dan zat hara serta faktor biologi seperti pemangsaan oleh ikan herbivora dan kompetisi antar jenis rumput laut (Graham &Wilcox, 2000).

2.3. Sebaran Rumput Laut Di Perairan Indonesia Penyebaran rumput laut di Indonesia mencakup seluruh perairan Indonesia. Rumput laut hidup di perairan laut dengan menempel pada substrat menggunakan holdfast. Pertumbuhan alami rumput laut mempunyai periode tertentu. Rumput laut yang tumbuh sepanjang tahun tanpa henti sering disebut perenial, sedangkan 2.3. Sebaran Rumput Laut Di Perairan Indonesia Penyebaran rumput laut di Indonesia mencakup seluruh perairan Indonesia. Rumput laut hidup di perairan laut dengan menempel pada substrat menggunakan holdfast. Pertumbuhan alami rumput laut mempunyai periode tertentu. Rumput laut yang tumbuh sepanjang tahun tanpa henti sering disebut perenial, sedangkan

Menurut Kastoro et. al (1980) populasi rumput laut yang terdapat di Kepulauan Seribu terdapat 101 jenis, Pananjung Pangandaran 50 jenis, Tanjung Benoa Bali 43 jenis, Sulawesi Selatan-Tenggara 4 jenis dan Maluku 88 jenis. Sedangkan menurut Kadi (2000) di pulau-pulau Kalimantan Timur terdapat 28 jenis dan di perairan Teluk Lampung terdapat 33 jenis. Di perairan Teluk Taring- Batam Mencapai 48 jenis (1990).

Kehadiran keanekaragaman rumput laut mempunyai populasi yang berbeda- beda. Populasi rumput laut ini dipengaruhi oleh heterogenitas substrat. Sebaran yang terdapat di pantai-pantai Indonesia meliputi alga hijau, alga coklat dan alga merah.

Arthur (1972) dalam Kadi (2004) mengatakan bahwa sebaran dan kompleksitas habitat berpengaruh terhadap kepadatan dan keanekaragaman jenis. Sebaran rumput laut yang dimiliki oleh perairan Indonesia meliputi Chlorophyceae (alga hijau), Phaeophyceae (alga coklat) dan Rhodophyceae (alga merah). Setiap daerah perairan memiliki keanekaragaman jenis yang berbeda- beda dikarenakan Indonesia dikelilingi oleh perairan besar seperti Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Dengan adanya dua samudra yang mengapit Indonesia maka terjadi pertukaran arus antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik yang menyebabkan kelimpahan rumput laut meningkat (Kadi, 2004).

Secara geografis Indonesia memiliki perairan yang ekstrem dan memiliki arus deras dan ombak besar yang akan membentuk komunitas rumput laut yang lain pada daerah lain (Kadi, 2004).

2.4. Habitat Rumput Laut Lingkungan tempat tumbuh rumput laut terdapat di daerah perairan yang jernih yang mempunyai substrat dasar batu karang, karang mati, batuan vulkanik dan benda-benda yang bersifat massive yang berada di dasar perairan. Rumput laut tumbuh dari daerah intertidal, subtidal sampai daerah tubir dengan ombak besar dan arus deras. Kedalaman untuk pertumbuhan dari 0,5 – 10 m bahkan dalam lingkungan yang ekstrem terdapat pada kedalaman 200 m (Kadi, 2004).

Kebanyakan rumput laut tumbuh subur pada daerah tropis, suhu perairan

C dan salinitas 32–33,5 ppt. Kebutuhan intensitas cahaya matahari marga Sargassum lebih tinggi dari pada marga rumput laut lainnya. Menurut Dawson (1966) dalam Kadi (2004) menyatakan pertumbuhan rumput laut membutuhkan intensitas cahaya matahari berkisar 250-300 lux pada kisaran suhu

C rumput laut membutuhkan intensitas cahaya sebesar 400 lux. Dalam pertumbuhan dan perkembangbiakan yang cepat, rumput laut memerlukan intensitas cahaya 6500-7500 lux.

0 10 0 C, sedangkan untuk pada suhu 16

Pertumbuhan rumput laut tumbuh dengan baik pada daerah yang berombak dan paparan terumbu yang terhindar dari polusi, sampah rumah tangga serta jauh dari sumber air tawar. Pertumbuhan rumput laut di alam memiliki periode tertentu untuk masa tumbuh. Kehadiran beberapa rumput laut sering tumbuh di bentangan Pertumbuhan rumput laut tumbuh dengan baik pada daerah yang berombak dan paparan terumbu yang terhindar dari polusi, sampah rumah tangga serta jauh dari sumber air tawar. Pertumbuhan rumput laut di alam memiliki periode tertentu untuk masa tumbuh. Kehadiran beberapa rumput laut sering tumbuh di bentangan

2.4.1. Daerah pantai (beach/tide pool area)

Daerah Pantai merupakan zona yang dimanfaatkan untuk tempat kegiatan rekreasi kadang-kadang mempunyai substrat bervariasi pada umumnya berpasir, namun apabila substrat terbentuk dari campuran batu karang akan tumbuh berbagai jenis rumput laut. Pada saat surut rendah yang lama akan mengalami kekeringan. Di pantai bersubstrat pasir pada umumnya sedikit dijumpai pertumbuhan rumput laut, sedangkan di pantai bersubstrat batu karang merupakan habitat rumput laut yang ideal. Di beberapa pantai dapat dijumpai termasuk pantai selatan Pulau Jawa, Selat Sunda, sebagian pulau di perairan Batam dan Bangka-Belitung.

2.4.2. Paparan Terumbu

Daerah paparan terumbu merupakan bagian habitat rumput laut. Di perairan Indonesia paparan terumbu ada yang berpunggung terumbu dan tidak berpunggung terumbu di daerah perairan tubir langsung dalam (drop off). Di substrat paparan yang berbatu karang merupakan tempat untuk melekatkan thalli selama pertumbuhan berlangsung dan sebagai tempat melekat perkecambahan spora. Paparan terumbu yang berasal dari batuan vulkanik dan batu karang boulder sering dijumpai lekukan dan parit (moat) daerah ini berombak besar dan arus deras (Kadi; 2004).

Pada daerah paparan dapat dijumpai berbagi jenis paparan terumbu menurut tipe substrat yang menyusunnya. Penyusun paparan terumbu

biasanya disusun oleh pasir, gravel, batu karang mati dan batu karang hidup. Tipe substrat penyusun paparan terumbu tidak mutlak dan dapat ditemukan kombinasi dari empat penyusun dasar paparan terumbu.

Pada saat surut sebagian dari daerah paparan akan terlihat muncul ke permukaan dan sebagian masih tergenang. Di daerah paparan yang masih tergenang biasnya menjadi tempat favorit hidup rumput laut, karena tidak mengalami kekeringan.

2.4.3. Punggung Terumbu

Di perairan pantai di Indonesia punggung terumbu kadang-kadang ada yang berpunggung terumbu dan tidak berpunggung terumbu. Punggung terumbu ini terbentuk dari rumput laut kalkareous dari marga Porolithon atau terbentuk dari bongkahan karang yang telah mati. Daerah sekitar dinding punggung terumbu merupakan tempat tumbuh kebanyakan rumput laut. Pada waktu surut rendah rumput laut mengalami perebahan dan saling bertumpang tindih dengan yang lainnya.

Pada kondisi pantai yang memiliki ombak yang besar mempunyai alur-alur parit (moat) yang terjal dan dalam, kondisi ini sering dijumpai pada pantai sebelah selatan Pulau Jawa. Rumput laut yang sering dijumpai pada darah parit adalah jenis Sargassum, Rodymenia dan Gelidium. Paparan terumbu berpunggung banyak dijumpai di Laut Jawa, Kepulauan Riau dan Bangka Belitung. Di daerah dalam dinding terumbu merupakan daerah utama untuk pertumbuhan rumput laut dari berbagai jenis rumput laut.

2.4.4. Tubir

Daerah tubir merupakan tempat tumbuh rumput laut yang mempunyai thalli panjang. Pertumbuhan rumput laut berasosiasi dengan karang hidup dan bonggol thalli (holdfast) menempel pada bagian karang yang telah mati dan lapuk. Pola pertumbuhan rumput laut yang terdapat di daerah tubir memiliki thalli dalam rumpun yang besar secara “Heliocentris” tertuju ke arah permukaan untuk mendapatkan sinar matahari yang lebih banyak. Pada waktu air surut keberadaan rumput laut di daerah tubir dapat diketahui dengan melihat gerombolan cabang thalli yang terapung di atas permukaan air. Kemampuan daya apung ini didukung oleh kantong gelembung udara yang terletak di ketiak percabangan thalli utama. Pada umumnya rumput laut yang tumbuh di daerah tubir mempunyai karakteristik thalli utama sangat kuat, bentuk pipih dan daun licin halus berlendir.

2.4.5. Goba

Daerah goba merupakan tempat hidup dari semua jenis rumput laut yang kebanyakan tumbuh di bibir goba terutama karang mati yang telah lapuk. Rumput laut banyak yang berasosiasi dengan karang hidup, lamun dan biota lainnya. Perairan goba juga merupakan daerah interaksi dalam siklus rantai antar flora dan fauna yang hidup bersama baik sebagai “produser” maupun “predator”. Marga Sargassum termasuk rumpun yang paling besar di antara marga rumput laut, sehingga keberadaan dalam perairan goba merupakan tempat asuhan dan berlindung biota kecil, karena arus dan ombak relatif tenang.

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan pada bulan Agustus sampai bulan Desember 2010, yang berlokasi di Pantai Bayah, secara administratif masuk ke dalam Desa Cihera, Kelurahan Panggarangan, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Untuk identifikasi rumput laut dilakukan di laboratorium Biologi, FMIPA, Universitas Pakuan.

Gambar 1: Lokasi Penelitian di Pantai Bayah, Banten.

3.2. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah, meteran 100 m, kuadran alumunium yang berukuran 50 X 50 cm, kantong plastik untuk

mengumpulkan sampel, formalin 5-10% atau alkohol 70%, timbangan, termometer dan pH meter/ kertas lakmus.

3.3. Metodologi Penelitian

3.3.1. Pengambilan Sampel

Penelitian ini dilakukan dengan cara pengamatan obyek secara langsung di lapangan. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara membuat transek garis sebanyak sembilan garis transek dengan jarak antar transek 10 meter. Garis transek diletakkan tegak lurus garis pantai ke arah laut sampai pada daerah tubir atau tidak ditemukannya rumput laut. Pada interval ±10 meter pada garis transek dilakukan sampling rumput laut pada bingkai alumunium yang berukuran 50 X 50 cm (Yulianto dan Hariati (1998), Yulianto (2003) dan Pulukadang (2004), seperti terlihat pada Gambar 2.

Gambar 2: Contoh metode transek kuadran

Pengamatan terhadap substrat dasar dilakukan secara visual. Pengambilan sampel dilakukan saat air laut surut terendah dengan menggunakan kuadran. Semua jenis rumput laut yang terdapat di dalam kuadran di hitung dan diambil sampel serta dimasukkan ke dalam kantong plastik dan diberi label untuk diidentifikasi di laboratorium Biologi FMIPA, Universitas Pakuan. Sampel yang ditemukan diawetkan menggunakan formalin agar terjaga kesegarannya.

3.3.2. Identifikasi

Sampel yang ditemukan selama penelitian diidentifikasi untuk mengetahui spesiesnya. Rumput laut yang didapat dibuat herbarium basah (diawetkan dalam alkohol 70%) dan kering. Untuk membuat herbarium kering dilakukan dengan cara meletakkan rumput laut pada selembar kertas kemudian ditutup menggunakan kertas koran. Setelah pembungkusan

selesai kemudian keringkan dalam oven bersuhu 65-70 0

C selama 3-4 hari secara terus-menerus (Trono et al, 1988). Identifikasi rumput laut menggunakan buku-buku identifikasi rumput laut.

3.3.3. Parameter yang Diamati

Sampel-sampel tersebut dibersihkan dari kotoran yang menempel untuk kemudian ditimbang biomassanya. Parameter lingkungan yang diamati untuk menunjang penelitian ini adalah suhu, salinitas dan derajat keasaman. Derajat keasaman diukur menggunakan pH meter sedangkan suhu diukur menggunakan termometer, untuk pengukuran salinitas dilakukan di Laboratorium Balai Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor.

3.3.4. Kuesioner

Untuk mendapatkan informasi mengenai pemanfaatan rumput laut, maka dilakukan kuesioner terhadap sampel yang telah ditemukan kepada masyarakat sekitar Pantai Bayah. Kuesioner dilakukan dengan memperlihatkan rumput laut yang ditemukan secara langsung di Pantai Bayah kepada masyarakat serta menanyakan manfaat dan nama daerah yang digunakan untuk spesies yang ditunjukkan dalam foto tersebut.

3.4. Analisis Data

Kepadatan dan biomassa di analisis menurut COX (1967) dalam Pulukadang (2004), sedangkan indeks keseragaman di analisis menurut Pielou (1966) dalam Kadi (2007).

1. Densitas (Kepadatan)

Densitas atau kepadatan adalah jumlah individu per unit luas.

a) Kepadatan Individu Tiap Spesies

b) Kepadatan Relatif Individu Tiap Spesies

2. Frekuensi

Frekuensi dipergunakan untuk menyatakan proporsi antara jumlah sampel yang berisi suatu spesies tertentu terhadap jumlah total spesies. Frekuensi spesies adalah jumlah petak contoh tempat ditemukannya suatu spesies dari sejumlah petak contoh yang dibuat.

a) Frekuensi Individu Tiap Spesies

b) Frekuensi Relatif Individu Tiap Spesies

3. Biomassa

Biomassa dihitung berdasarkan berat basah rumput laut, yaitu berat pertotal area studi yang dihitung berdasarkan rumus berikut:

1. Biomassa Total

2. Biomassa Spesies ke-i

3. Biomassa Relatif

4. Dominasi

Untuk mengetahui dominasi rumput laut dipergunakan rumus hasil modifikasi Saito et. al (1967) dalam Yulianto, K dan Haireti A. (1998)

$ √# ! Dimana : C= Kepadatan Relatif

F = Frekuensi Relatif

5. Indeks Keanekaragaman Jenis dari Shannon Whiener in Krebs (1972)

Indeks keanekaragaman adalah menghitung spesies untuk menggambarkan ukuran jumlah individu antara spesies dalam sutau komunitas.

H ’ Indeks keanekaragaman ni=Jumlah individu spesies ke-i n= Jumlah individu seluruh spesies Kisaran yang digunakan untuk indeks keanekaragaman adalah H’<1 komunitas rendah, 1<H’≤3 komunitas sedang dan H’> komunitas tinggi.

6. Indeks Keseragaman

Indeks keseragaman spesies adalah komposisi tiap spesies yang terdapat dalam suatu komunitas : ;+

E= Indeks keseragaman H’= Indeks keanekaragaman S= Jumlah Spesies

Nilai indeks keseragaman (E) berkisar antara 0-1, semakin kecil nilai ‘E’ maka semakin kecil pula keseragaman populasinya. Kisaran yang digunakan untuk indeks keseragaman adalah 0,0<E≤0,5; komunitas tertekan, 0,5<E≤0,75; komunitas labil dan 0,75<E≤1,0; komunitas stabil.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Jenis Rumput Laut

Secara umum rumput laut yang ditemukan di Pantai Bayah cukup beragam dan masih melimpah, kondisi perairan yang masih baik merupakan salah satu pendukung tumbuhnya rumput laut di Pantai Bayah. Kondisi Pantai Bayah pada saat keadaan sedang surut masih tergenang oleh air laut sampai kedalaman 5-30 cm.

Dari hasil identifikasi yang dilakukan ditemukan sebanyak 31 jenis rumput laut, yang terdiri dari 7 jenis alga hijau (Chlorophyta), 11 jenis alga coklat (Phaeophyta) dan 13 jenis alga merah (Rhodophyta) (Tabel 1). Jumlah ini relatif lebih besar dibandingkan dengan hasil penelitian di Pulau Buton dan sekitarnya, yang mendapatkan jumlah terbanyak mencapai 22 jenis (Kadi, 2007). Tetapi jika dibandingkan dengan penelitian pada tahuan 2000 jumlah jenis rumput laut mengalami penurunan. Rumput laut di Pantai Bayah di informasikan terdapat 67 jenis (Syahbani, 2000). Pada penelitian tahun 2008 di Pantai Bayah, ditemukan 21 jenis rumput laut, 9 jenis alga hijau (Chlorophyta), 6 jenis alga coklat (Phaeophyta), dan 6 jenis alga merah (Rhodophyta) (Triastinurmiatiningsih dan Tri Saptari, 2008).

C. Sedangkan salinitas perairan Pantai Bayah cukup tinggi mencapai 37,63 ppt. Kondisi salinitas yang mencapai 37,63 ppt masih dapat memungkinkan rumput laut untuk dapat bertahan hidup dengan baik (Kadi, 1988 dalam Asmawi, 1998). Sedangkan kondisi perairan yang

0 Suhu di lokasi penelitian mencapai 27 0 C-33

0 optimal untuk pertumbuhan rumput laut adalah 15 0 C-30 C dan salinitas 30-35 ppt (Luning, 1990 dalam Pulukadang, 2004).

Kondisi Pantai Bayah memiliki substrat batu karang dan pasir putih dengan ombak yang sangat besar dan kuat. Kondisi ombak yang kuat menyebabkan rumput laut yang tumbuh di substrat berpasir tidak kuat sehingga terbawa ombak ke pinggiran pantai. Sedangkan rumput laut yang tumbuh di batu karang cukup kuat untuk menahan derasnya ombak, sehingga rumput laut masih dapat tumbuh dengan melekat pada batu karang.

Tabel 1. Jenis-jenis rumput laut yang ditemukan di Pantai Bayah

Jumlah Individu No

Jenis Rumput laut (Rumpun)

Chlorophyta

1 Boegersenis forbesii 6

2 Chaetamorpha crassa 15

3 Chaetamorpha antenniana 4

4 Caulerpa cuprosoides 6

5 Enteremorpha intestinalis 16

6 Valonia aegagropila 1

7 Ulva fasciata 16

Phaeophyta

1 Ectocarpus sp 1

2 Hormophysa triquetra 2

3 Padina minor 16

4 Padina australis 11

5 Padina japonica 8

6 Sargassum siliquosum 6

7 Sargassum polycastum 13

8 Sargassum binderii 8

9 Sargassum duplicatum 8

10 Sargassum echinocarpum 8

11 Turbinaria ornata 4

Rhodophyta

1 Acanthophora muscoides 5

2 Acanthophora spicifera 2

3 Amphiora fragilisima 3

4 Euchema spinosum/ E.denticulum 5

5 Euchema edule 11

6 Euchema alvarezii 3

7 Gelidium sp 10

8 Gigartina affanis 6

9 Gracilaria gigas 5

10 Gracilaria verucosa 6

11 Gracilaria salicornia 12

12 Gracilaria blodgetii 3

13 Gelidiella acerosa 11

4.2. Karakteristik Rumput Laut

4.2.1. Kepadatan, Biomassa dan Dominansi

Kepadatan yang diperoleh merupakan hasil bagi antara jumlah individu yang ditemukan selama melakukan penelitian dengan luas petak contoh yang terukur menggunakan kuadran. Kepadatan tertinggi akan memiliki nilai yang berbeda untuk setiap jenisnya. Nilai kepadatan yang tertinggi ditempati oleh tiga jenis rumput laut di antaranya adalah Ulva fasciata, Enteremorpha intestinalis dan Padina minor. Nilai kepadatan tiga jenis tersebut adalah 1,48

rumpun/m 2 (Tabel 2). Jenis Ulva fasciata, Enteremorpha intestinalis dan Padina minor,

menunjukkan nilai biomassa yang tidak terlalu besar dibandingkan dengan nilai biomassa dari jenis Sargassum echinocarpum, secara fisik Ulva fasciata, Enteremorpha intestinalis, Padina minor dan Chaetomorpha crassa memang memiliki penampilan yang ringan karena bentuknya yang halus dan tipis. Nilai

biomassa tidak selalu mengikuti nilai kepadatan karena tinggi rendahnya biomassa tergantung pada jenis dan ukuran setiap Jenis (Pulukadang, 2004).

Tabel 2. Nilai Kepadatan, Biomassa dan Dominansi Rumput Laut di Pantai Bayah

No Jenis Rumput Laut

Kepadatan

Biomassa Dominansi

1 Acanthophora muscoides

12,03 4,79 2 Acanthophora spicifera

2,12 1,87 3 Amphiora fragilisima

0,05 1,66 4 Boegersenis forbesii

2,73 4,07 5 Chaetamorpha crassa

17,29 11,15 6 Chaetamorpha antenniana

2,03 2,71 7 Caulerpa cuprosoides

19,45 4,07 8 Ectocarpus sp

1,23 0,95 9 Enteremorpha intestinalis

10 Euchema spinosum/

6,62 4,29 E.denticulum

13,51 7,79 12 Euchema alvarezii

11 Euchema edule

4,95 2,35 13 Gelidium sp

40,42 6,78 14 Gigartina affanis

15,8 3,32 15 Gracilaria gigas

5,02 3,03 16 Gracilaria verucosa

12,16 4,07 17 Gracilaria salicornia

16,8 9,4 18 Gracilaria blodgetii

13,47 2,35 19 Gelidiella acerosa

10,54 8,42 20 Hormophysa triquetra

6,23 1,35 21 Padina minor

18,15 11,51 22 Padina australis

9,77 7,79 23 Padina japonica

17,99 4,7 24 Sargassum siliquosum

41,66 4,07 25 Sargassum polycastum

9,15 26 Sargassum binderi

37,65 6,06 27 Sargassum duplicatum

18,24 6,64 28 Sargassum echinocarpum

40,67 5,42 29 Turbinaria ornata

10,94 3,31 30 Ulva fasciata

31 Valonia aegagropila

Ulva fasciata mendominasi komunitas rumput laut karena Jenis ini sering ditemukan bersimbiosis dengan rumput laut lain dari divisi Phaeophyta,

dari marga Sargassum dan Rhodophyta dari marga Euchema. Kepadatan suatu jenis ditentukan oleh kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat organisme itu hidup, dan adanya dominansi jenis di mana jenis yang satu menggeser jenis yang lain. Kepadatan dan kualitas rumput laut di suatu daerah umumnya tergantung dengan musim (Handayani dan Kadi, 2007).

Gambar 3. (a) Ulva fasciata dan (b) Enteromorpha intestinalis yang bersimbiosis dengan (c) Sargassum sp

Gambar 4. (a) Enteremorpha intestinalis dan (b) Ulva fasciata yang bersimbiosis dengan (c) Euchema sp

Rumput laut di berbagai perairan pantai Indonesia sekarang ini telah mengalami penurunan, terutama kuantitas, kehadiran dan panenan tegakan (standing corps) berat basah yang diperoleh dalam satu meter kuadran. Penurunan ini disebabkan oleh beberapa indikasi yang terjadi di daerah pertumbuhan rumput laut. Salah satu faktor yang umum yakni adanya pencemaran yang berasal dari buangan limbah kota melalui aliran sungai yang terbawa arus dan tersebar di berbagai perairan pantai (Kadi, 2004).

Pengamatan terhadap lokasi penelitian menunjukkan adanya populasi herbivora di sekitar lokasi penelitian seperti Diadema setosum. Kepadatan rumput laut di pantai juga dipengaruhi oleh masyarakat yang memanfaatkan rumput laut untuk memenuhi keperluan sehari-hari seperti untuk sayur-mayur ataupun untuk pakan ternak dan untuk dijual. Masyarakat memanen rumput laut dari sediaan alam yang banyak terdapat di sepanjang Pantai.

4.2.2. Indeks Keanekaragaman dan Indeks Keseragaman

Hasil perhitungan indeks keanekaragaman (H’) menunjukkan nilai 4,340 yang menyatakan bahwa keanekaragaman rumput laut di Pantai Bayah dapat dikatakan tinggi. Sedangkan nilai indeks keseragaman (E) mempunyai nilai 0,465 yang menyatakan bahwa komunitas rumput laut di Pantai Bayah rendah.

Rumput laut yang ditemukan di Pantai Bayah mempunyai keanekaragaman yang cukup tinggi di bandingan dengan keanekaragaman rumput laut di tempat lain. Sedangkan keseragaman jenis di Pantai Bayah

mempunyai nilai yang kecil dibandingkan dengan keseragaman dari tempat lain, nilai indeks keanekaragaman dan indeks keseragaman dapat dilihat pada Tabel 3. Rendahnya keseragaman tersebut diduga karena habitatnya pada perairan yang mempunyai ombak besar, sehingga hanya jenis rumput laut yang menempel kuat pada substrat dapat bertahan (Yulianto, 2003).

Tabel 3. Perbandingan Indeks Keanekaragaman dan Indeks Keseragaman di berbagai perairan Indonesia.

Pulau/Lokasi Rumput Indeks

Laut

Indeks Keanekaragaman

Keseragaman Pantai Bayah

0,465 Pulau Kabeana*

0,949 Pulau Muna*

0,871 Pulau Buton*

Tinggi rendahnya kehadiran dan keanekaragaman jenis biasanya sangat bergantung pada kompleksitas habitat dan substrat perairan. Di lingkungan dengan substrat labil seperti perairan yang terbentuk dengan sedimentasi dan pecahan batu karang baru dapat terjadi penekanan pertumbuhan dan keanekaragaman jenis rumput laut (Kadi, 2007).

Hilangnya komponen ekosistem rumput laut banyak disebabkan oleh aktivitas manusia. Kerusakan yang ditimbulkan dapat bersifat temporer atau permanen. Kerusakan temporer dapat diakibatkan oleh pencemaran potasium sianida dalam penangkapan ikan yang menyebabkan rumput laut mengalami pembusukan di bagian thallus yang masih muda dan berlanjut pada Kematian. Kerusakan permanen disebabkan oleh penggalian substrat batu karang sebagai

ekosistem (Kadi, 2007). Kerusakan ini baru akan pulih kembali setelah puluhan tahun, bahkan dapat mencapai lebih dari 50 tahun (Krebs, 1972 dalam Kadi, 2007).

Substrat di Pantai Bayah kurang beragam hanya terdapat batu karang yang di tumbuhi oleh komunitas rumput laut. Kondisi ini menyebabkan variasi rumput laut yang terdapat di Pantai Bayah tidak terlalu bervariasi. Menurut Kadi (2000) dalam Handayani dan Kadi (2007), semakin bervariasi substrat maka semakin bervariasi pula rumput laut yang tumbuh.

4.3. Pemanfaatan Rumput Laut oleh Masyarakat Pantai Bayah

Pemanfaatan rumput laut di Indonesia sebenarnya sudah lama diketahui. Rumput laut sering dimanfaatkan oleh masyarakat pesisir sebagai makanan dan pakan ternak. Jenis rumput laut yang sering digunakan bahan makanan adalah dari jenis Euchema sp, Gracilaria sp dan Ulva sp sebagai tambahan sayur-mayur. Untuk jenis Sargassum sp masyarakat Pantai Bayah menggunakannya untuk pakan ternak kerbau, jenis ini pun sering digunakan untuk tambahan sayur-mayur.

Tabel 3. Berbagai Jenis dan Manfaat Rumput Laut

Manfaat Rumput Laut No

Jenis Rumput laut

Pustaka Chlorophyta

Survei

1 Boegersenis forbesii 2 Chaetamorpha crassa

• Bahan pangan 3 Chaetamorpha antenniana

• Bahan pangan • Bahan pangan • Obat anti jamur

4 Caulerpa cuprosoides • Obat menurunkan tekanan darah tinggi • Mengandung vitamin folic dan

asam folinic • Bahan pangan • Mengandung vitamin. E • Mengandung protein

5 Enteremorpha intestinalis

Sumber tocopherol • Obat anti bakteri • Pakan ternak

6 Valonia aegagropila • Bahan pangan • Obat cacing • Mengandung

protein, karbohidrat, lemak, air, abu dan

• serat.

7 Ulva fasciata • Menurunkan tingkat plasma

Sayur-

mayur

kolesterol • Obat tekanan darah tinggi • Mengandung vitamin folic dan asam folinic • Pupuk

Phaeophyta

1 Ectocarpus sp • Sebagai sumber alginat

• Mengandung fenol dan tannin 2 Hormophysa triquetra

• Sumber

alginat

• Dapat di makan. • Pupuk

3 Padina minor • Sumber alginat • Sebagai sumber alginat

• Dapat dimakan 4 Padina australis

Pupuk • Anti bakteri

5 Padina japonica • Sumber alginat

• Sayur-

• Bahan pangan

mayur

• Sumber alginat

6 Sargassum siliquosum • Mengandung protein

• Makanan

ternak • Sumber

alginat • Sayur-

• Bahan pangan

• Mengandung alginat Sargassum polycastum

Mayur

• 7 Makanan • Mengandung auxin

ternak • Sumber

alginat • Sayur-

• Mengandung alginat

Mayur

8 Sargassum binderi

• Makanan ternak

• Sumber

alginat • Sayur-

• Bahan pangan

Mayur

• Mengandung alginat

• 9 Mengandung auxin, giberelin, Sargassum duplicatum

• Mengandung protein

alginat • Sayur-

• Mengandung alginat

Mayur

• 10 Makanan Sargassum echinocarpum

ternak • Sumber

alginat • Sumber

• Sumber alginat, tanin dan fenol 11 Turbinaria ornata

alginat

Rhodophyta

1 Acanthophora muscoides • Dapat dimakan 2 Acanthophora spicifera

• Mempunyai prospek di bidang farmasi

3 Amphiora fragilisima

• Bahan pangan, sayur-mayur dan Euchema spinosum/ 4 E.denticulum

• Makanan

• Sumber

sebagai lalapan

karaginan

• Penghasil iota karaginan.

sumber kappa 5 Euchema edule

karaginan • Makanan

penghasil kappa 6 Euchema alvarezii

• Bahan pangan • Obat anti jamur, anti bakteri dan

7 Gelidium sp

antivirus • Sumber agar • Sebagai bahan pembuat kue

8 Gigartina affanis • Memiliki kandungan vitamin C tinggi • Bahan pangan • Sumber agar • Bidang bakteriologi • Mengandung auxin, giberelin

dan sitokinin 9 Gracilaria gigas

• Sumber

karaginan

• Mengandung protein dan lemak • Mengandung vitamin C dan

iodin • Obat gondok, disentri dan diare • Sumber karaginan

10 Gracilaria verucosa

• Sumber

• Sebagai bahan baku agar

karaginan

• Dimakan sebagai sayuran atau 11 Gracilaria salicornia

• Kandungan koloid berupa agar

• Bahan pangan 12 Gracilaria blodgetii

• Sumber

karaginan

• Sumber agar • Bahan pangan

13 Gelidiella acerosa • Sumber karaginan • Sumber agar

Sumber: Kadi, 2004 Trono&Ganzon, 1988

Untuk saat ini pemanfaatan rumput laut menjadi semakin maju. Pemanfaatan rumput laut tidak hanya bahan makanan dan pakan ternak saja. Di pantai Bayah sendiri pemanfaatan rumput laut masih sebatas menjualnya ke daerah lain seperti Kota Tangerang dengan harga Rp 1.000,-/kg berat kering.

Para petani rumput laut tidak langsung menanam rumput laut tersebut namun mengambilnya langsung dari sediaan alam di sekitar batu karang yang cukup luas. Jenis yang dimanfaatkan oleh masyarakat adalah dari jenis Sargassum sp, Euchema sp, dan Gracilaria sp. Namun beberapa petani mengambil berbagai macam rumput laut tanpa di golongkan ke dalam jenis-jenisnya, untuk mempermudah dalam proses penjemuran dan kendala waktu. Petani yang berhasil di wawancara menyatakan pekerjaan ini hanya sebatas mengisi waktu kosong ketika menunggu masa panen padi tiba.

Rumput laut yang akan dijual biasanya terlebih dahulu dijemur di bawah terik matahari selama beberapa hari sampai kondisi rumput laut menjadi kering dan warnanya berubah menjadi putih. Rumput laut yang telah kering biasanya akan di kepak menurut jenisnya menggunakan karung dan dikirim ke pengepul yang terdapat di daerah Tangerang.

Dari jumlah jen jenis rumput laut yang berhasil ditemukan d di Pantai Bayah, rumput laut yang mem emiliki nilai ekonomis terdapat 26 jenis atau 8 u 83,87% dari total rumput laut yang d ditemukan (Tabel 3).Dari 26 jenis yang g telah diketahui manfaatnya hanya 15 15 jenis atau 57,69% yang telah dimanfaatkan o n oleh masyarakat yang tinggal di daerah rah pesisir Pantai Bayah, baik itu dimanfaatka tkan langsung atau dijual.

Gambar 5. Petani r ni rumput laut saat menjemur Sargassum spp di di batu karang

Saat ini rumput ut laut telah banyak di gunakan di berbagai in industri makanan, kosmetik, farmasi, ke kedokteran dan pertanian. Di berbagai negar gara saat ini telah dikenal produk-produ duk yang berasal dari rumput laut. Produk yan yang telah banyak dikenal adalah karagi aginan, alginat dan agar. Karaginan merupaka akan suatu produk yang relatif baru, di m i mana industri karaginan baru diproduksi sala alah satu substitusi agar yang diproduksi si oleh Jepang (AnUllman’s, 1998 dalam Rasyi syid, 2003).

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Hasil identifikasi rumput laut didapatkan 31 spesies yang terdiri dari 7 spesies alga hijau (Chlorophyta), 11 spesies alga coklat (Phaeophyta) dan

13 spesies alga merah (Rhodophyta).

2. Kepadatan yang tertinggi dimiliki oleh Ulva fasciata, Enteremorpha intestinalis dan Padina minor sebesar 1,48 rumpun/m 2 .

Dokumen yang terkait

Efek Ekstrak Umbi Rumput Teki (Cyperus rotundus. L) terhadap cell line Leukemia HL-60 dan K-562 sebagai Penghambat Proliferasi

1 23 25

STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR (Studi Pada Petani Rumput Laut di Kecamatan Penajam Kabupaten Penajam Paser Utara)

6 28 29

Dari Penangkapan Ke Budidaya Rumput Laut: Studi Tentang Model Pengembangan Matapencaharian Alternatif Pada Masyarakat Nelayan Di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur

2 37 2

Ketersediaan koleksi Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta dalam memenuhi kebutuhan informasi mahasiswa Jurusan Perbankan Syariah:Analisis Sitiran Pada Skripsi Mahasiswa Jurusan Perbankan Syariah Tahun 2006-2007

0 19 101

Narasi Keteladanan Buya Hamka Dalam Novel Ayah… Karya Irfan Hamka

10 128 160

Uji Efektivitas Terapi Oksigen Hiperbarik Pada Pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit TNI Angkatan Laut Dr. Mintohardjo Jakarta Pusat

1 30 88

Teaching preposition of location based on total physical responce : an experimental study at SMP Islamiyah Darul Irfan Sawangan Depok

0 8 39

Pengaruh Perjanjian Amerika Serikat dan Kolombia Mengenai Pemberantasan Peredaran Narkotika dan Psikotropika Ilegal Melalui Jalur Laut Terhadap Penanggulangan Masalah Narkotika Ilegal di Amerika Serikat. Program Studi Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu

2 30 139

Sistem Informasi Bimbingan Skripsi Online Bagi Mahasiswa Beasiswa Unggulan Program Double Degree Pada program Studi Sistem Informasi Di Universitas Komputer Indonesia

1 12 1

Peningkatan Kapasitas Dan Kualitas Pengolahan Produk Hasil Laut Di Surabaya Untuk Menembus Pasar Ekspor

0 1 9