Perbandingan kinerja keuangan PT. Semen

KENDALA

Permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut : Apakah ada perbedaan kinerja keuangan yang signifikan antara PT. Semen Indonesia, Tbk yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh pemegang saham lokal dengan PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk yang mayoritas sahamnya dikuasai oleh pemegang saham asing.

TUJUAN KOREKSI

PT. Semen Indonesia, Tbk merupakan perusahaan semen yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh Pemerintah RI sedangkan PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk merupakan perusahaan semen yang mayoritas sahamnya dikuasai oleh pemegang saham asing. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah ada perbedaan kinerja keuangan yang signifikan antara PT. Semen Indonesia, Tbk dengan PT. Indocement Tunggal Prakarsa.

MANFAAT KOREKSI

1. Bagi manajemen perusahaan semen Dapat menjadi tambahan input atau masukan tentang perbandingan kinerja keuangan perusahaannya dibandingkan perusahaan dalam industri semen lainnya guna menyusun strategi keuangan perusahaan di masa yang akan datang.

2. Bagi Pemerintah

Membantu Pemerintah agar kebijakan privatisasi dan penjualan saham perusahaan lokal kepada perusahaan asing agar dapat lebih objektif dan memperhatikan kepentingan hajat hidup rakyat banyak dan keamanan negara.

3. Bagi Masyarakat Untuk dapat memberikan penilaian yang objektif atas kinerja perusahaan semen yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh perusahaan lokal dengan kinerja perusahaan semen yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh perusahaan asing.

Ruang Lingkup Koreksi

Ruang lingkup penelitian ini meliputi analisis tentang perbandingan kinerja keuangan antara PT. Semen Indonesia, Tbk yang mayoritas sahamnya dikuasai oleh pemegang saham Indonesia dengan PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk yang mayoritas sahamnya dikuasai oleh pemegang saham asing. Adapun mengenai komposisi pemegang saham dalam perusahaan semen tersebut diatas dapat dilihat pada tabel 1.3 sebagai berikut :

Tabel 1.3 Komposisi Pemegang Saham pada

PT. Semen Indonesia, Tbk dan PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk

PT. Semen Indonesia, Tbk PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk

Jumlah Pemilik

64,14 Cemex Asia Holdings

Pemerintah RI

Heidelbergcement Jerman

13,03 Publik

PT. Mekar Perkasa

22,83 Sumber : www.jsx.co.id, diolah

Publik

Dari tabel diatas terlihat bahwa PT. Semen Indonesia, Tbk mayoritas sahamnya dikuasai oleh Pemerintah RI sebanyak 51,01%. Hal ini menunjukkan bahwa pada PT. Semen Indonesia, Tbk pemegang saham Indonesia lebih dominan dalam pengambilan keputusan sedangkan pada PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk pemegang saham asing terlihat lebih dominan karena pemegang saham mayoritas pada perusahaaan ini adalah pihak asing yakni: Heidelbergcement South-East AS sebanyak 64,14%

Referensi Pustaka

2.1 Kinerja Keuangan

Pengertian kinerja menurut kamus besar Bahasa Indonesia (1997;503) adalah sebagai berikut : Kinerja merupakan kata benda (n) yang artinya : 1. Sesuatu yang dicapai, 2. Prestasi yang diperlihatkan, 3. kemampuan kerja (tt peralatan)

Jadi Kinerja suatu perusahaan menunjukkan prestasi yang dicapai perusahaan tersebut pada rentang waktu tertentu. Untuk melakukan penilaian terhadap prestasi dan kondisi keuangan perusahaan diperlukan ukuran-ukuran tertentu. Ada beberapa cara yang biasa digunakan untuk mengukur kinerja keuangan suatu perusahaan antara lain adalah dengan anlisis rasio, market value added, economic value added, cash value added, dsb.

Analisis kinerja keuangan sangat penting tidak hanya bagi lingkungan internal perusahaan akan tetapi juga bagi lingkungan eksternal perusahaan. Adapun kegunaan analisis kinerja keuangan ini adalah sebagai berikut :

a) Bagi Manajemen Analisis kinerja keuangan dibutuhkan pihak manajemen untuk membuat keputusan yang rasional dalam usaha mencapai tujuan perusahaan.

b) Bagi Investor

Investor membutuhkan analisis kinerja keuangan untuk mengetahui penghasilan perusahaan saat ini dan yang diharapkan dimasa depan serta stabilitas perolehan penghasilan tersebut. Disamping analisa laba perusahaan investor juga menaruh perhatian pada kemampuan perusahaan membayar dividen dan menghindari kebangkrutan.

c) Bagi Kreditor Bagi kreditor analisis kinerja keuangan berguna untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk membayar utangnya keada pihak kreditor secara tepat waktu.

d) Bagi Pemasok Analisis kinerja keuangan dibutuhkan pemasok untuk mengetahui apakah perusahaan dapat melunasi hutang jangka pendeknya atas barang yang telah diserahkan oleh pemasok.

e) Bagi Karyawan Analisis kinerja keuangan dibutuhkan karyawan untuk mengetahui apakah perusahaan bisa terus berjalan dan pembayaran gaji atau upah dapat berjalan stabil dan tepat waktu.

Dalam melakukan analisis penilaian atas kinerja suatu perusahaan perlu dipertimbangkan lingkungan industri yang mempengaruhinya.

2.2 Lingkungan Industri

Untuk memperoleh kinerja yang baik maka perusahaan harus dapat mengantisipasi segala aspek yang terjadi dalam industrinya karena itu diperlukan analisis industri untuk mengetahui secara riil strategi yang akan diterapkan perusahaan. Menurut Porter sebagaimana dikutip David (2004, halaman 129) sifat persaingan dalam industri dapat dilihat sebagai gabungan dari lima kekuatan sebagaimana tertera pada gambar 2.1 berikut ini :

Gambar 2.1 Model Lima Kekuatan Persaingan

Pengembangan potensial produk pengganti

Ancaman Produk subtitusi

Perseteruan diantara

Kekuatan

Kekuatan menawar

Daya

perusahaan yang

Daya

menawar pemasok

pemasok Konsumen

konsumen

Ancaman Pesaing baru

Entri potensial pesaing baru

Sumber : David (2004)

1. Perseteruan diantara perusahaan yang bersaing

Tingkat konsentrasi yang tinggi antar sesama pemain dalam suatu industri akan memperkecil tingkat profit yang diperoleh disesbabkan adanya persaingan dalam strategi maupun harga. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi intensitas persaingan dalam industri tersebut adalah : tingkat pertumbuhan industri, tingkat konsentrasi perusahaan-perusahaan dalam industri tersebut, degree of differentiation and switching cost, learning curve, excess capacity dan exit barriers.

2. Masuknya pesaing baru

Abnormal profit yang dapat diperoleh dalam suatu industri akan mengundang perusahaan lain untuk bergabung. Hal ini akan mempengaruhi penerapan harga dan strategi lain bagi perusahaan yang sudah ada sehingga akan berdampak negatif pada tingkat profitabilitasnya. beberapa faktor yang dapat mengindikasikan sampai seberapa kuat dampak negatif tersebut adalah : Economics of Scale, First Mover Advantage, Akases dan Hubungan kepada saluran distribusi dan Legal Barier.

3. Potensi Pengembangan Produk Pengganti

Dapat terpenuhinya kebutuhan konsumen oleh barang lain akan mempengaruhi keberadaan suatu barang yang memiliki fungsi yang sama. Keadaan demikian menyebabkan perusahaan yang memiliki produk dengan banyak produk pengganti akan lebih besar risikonya karena tingkat penjualannya akan sangat dipengaruhi oleh produk pengganti tersebut.

4. Kekuatan Menawar dari pemasok

Dalam menjalankan suatu proses produksi perusahaan memerlukan bahan baku yang nantinya akan diubah menjadi produk yang mempunyai nilai ekonomis lebih tinggi. Harga jual produk yang dihasilkan akan sangat tergantung dari besaran masukan harga bahan baku yang dibeli dari pihak supplier dan oleh karena itu apabila kekuatan pemasok begitu besar untuk menentukan harga jual produk mereka, maka keadaan tersebut akan menekan keuntungan yang mungkin didapat oleh pihak produsen.

5. Kekuatan menawar dari konsumen

Adanya kekuatan tawar menawar dari pihak pembeli yang besar akan menyebabkan keuntungan dari produsen tertekan karena keadaan tersebut dapat menyebabkan pembeli mempunyai kekuatan untuk menentukanharga jualnya. Fektor-faktor yang dapat mempengaruhi keberadaan tersebut adalah sensitivitas harga dan kekuatan tawar relatif ( relatif bargaining power )

2.3 Perusahaan Lokal Vs Perusahaan Multinasional

Menurut Mamduh (2003, halaman 527-531) Perusahaan lokal mempunyai keunggulan dalam hal tertentu jika dibandingkan dengan perusahaan multinasional seperti biaya dan resiko bisnis yang lebih rendah, hal ini dikarenakan perusahaan lokal beroperasi di daerah yang mereka kenal dengan baik. Sedangka perusahaan multinasional mempunyai beberapa keunggulan yang tidak dipunyai oleh perusahaan domestik, sebagai berikut :

1. Skala dan cakupan ekonomi

Skala ekonomi merupakan salah satu sumber kekuatan dalam persaingan. Skala ekonomi bisa diperoleh untuk bidang pemasaran, produksi maupun keuangan. Sebagai contoh dengan memproduksi lebih banyak maka biaya produksi perunit menjadi lebih kecil, yang berarti perusahaan dapat beroperasi lebih efisien. Karena biaya produksi menjadi kecil maka harga perunit bisa ditetapkan menjadi lebih rendah. Perusahaan multinasional bisa memperoleh efisiensi melalui skala ekonomi dengan jalan ekspansi internasional.

Sedangkan cakupan ekonomi mengacu pada sinergi antarproduk. Melalui cakupan ekonomi, sumber daya yang sama bisa dipakai untuk beberapa produk sekaligus. Sebagai contoh merek Panasonic memiliki beberapa produk dari televisi, radio, telepon. Dengan mengiklankan salah satu produk saja, konsumen disadarkan oleh adanya merek Panasonic untuk beberapa produk sekaligus untuk mengefisienkan penggunaan sumberdaya. Perusahaan multinasional bisa mencapai cakupan ekonomi melalui produksi beberapa barang sekaligus untuk mengefisienkan penggunaan sumberdaya.

2. Keahlian pemasaran dan manajerial

Perusahaan multinasional biasanya mempunyai keahlian manajerial dan pemasaran yang lebih baik dibandingkan dengan perusahaan lokal. Keahlian tersebut berkembang dari akumulasi pengalaman baik dari waktu ke waktu maupun dari beberapa negara yang berbeda. Dengan pengalaman yang lebih beragam, perusahaan multinasional mempunyai keuntungan dibanding Perusahaan multinasional biasanya mempunyai keahlian manajerial dan pemasaran yang lebih baik dibandingkan dengan perusahaan lokal. Keahlian tersebut berkembang dari akumulasi pengalaman baik dari waktu ke waktu maupun dari beberapa negara yang berbeda. Dengan pengalaman yang lebih beragam, perusahaan multinasional mempunyai keuntungan dibanding

3. Teknologi dan Inovasi

Teknologi merupakan salah satu keunggulan perusahaan multinasional, khususnya perusahaan yang berasal dari negara maju. Teknologi merupakan karakteristik enting perusahaan multinasional. Dengan teknologi yang lebih baik, kemampuan perusahaan memproduksi barang akan lebih baik dibandingkan dengan perusahaan lokal. Disamping itu kekuatan teknologi disertai kekuatan pemasaran bisa mendorong perusahaan multinasional melakukan inovasi, yang selanjutnya bisa mendorong differensiasi produk. Differensiasi dan inovasi merupakan salah satu kekuatan perusahaan multinasional yang sulit ditiru oleh perusahaan lokal.

4. Kekuatan Keuangan

Perusahaan multinasional bisa memanfaatkan skala ekonomi keuangan karena mereka mempunyai akses ke pasar keuangan dunia. Akses semacam itu memungkinkan perusahaan multinasional memperoleh informasi dana murah diberbagai pasar dunia. Ukuran yang besar bisanya disertai dengan modal yang besar, yang juga merupakan kekuatan persaingan.aset yang besar memungkinkan naiknya kapasitas pinjaman utang karena pinjaman biasanya dikaitkan dengan aset. Pinjaman utang yang semakin besar sampai titik tertentu menguntungkan perusahaan melalui penghematan pajak.

5. Persaingan dalam negeri

Menurut Michael porter sebagaimana dikutip oleh Mamduh lingkungan dalam negeri yag kompetitif akan mendororng daya saing organisasi yang berasal dari negera tersebut. Daya saing yang berasal dari kompetisi dalam negeri tersebut mempunyai empat komponen : (1) Kondisi input, (2) Kondisi pasar, Industri pendukung dan yang berkaitan, dan (4) Strategi perusahaan, struktur dan persaingan.Input menentukan daya saing suatu negara. Negara dengan tenaga kerja terdidik akan mempunyai daya saing yang lebih baik jika bergerak di industri teknologi. Sebaiknya negara dengan tenaga kerja murah akan mempunyai daya saing yang lebih abik jika bergerak di industri yang padat kerja. Jika negara mempunyai koordinasi yang baik antar industri pendukung dan industri lain yang berkaitan, negara tersebut cenderung mempunyai daya saing yang lebih baik. Perusahaan Jepang mempunyai koordinasi yang baik dengan perusahaan pendukungnya sehingga mampu melaksanakan metode pengendalian persediaan just-in-time.

2.4 Laporan Keuangan

Pengertian laporan keuangan menurut Brigham dan Houston (2001;36) adalah sebagai berikut : Laporan Keuangan adalah beberapa lembar kertas yang bertuliskan angka- angka, tetapi sangat penting juga untuk memikirkan aktiva riil dibalik angka- angka tersebut.

Sedangkan menurut Harahap (2002;7) pengertian laporan keuangan adalah sebagai berikut : Laporan keuangan adalah merupakan produk atau hasil akhir dari suatu proses akuntansi.

Dari kedua definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan keuangan merupakan hasil akhir dari pengolahan setiap transaksi yang dapat diukur dengan nilai uang. transaksi yang tidak dapat dicatat dengan nilai uang tidak akan terlihat dalam laporan keuangan. Laporan keuangan bertuliskan angka-angka yang berfungsi disamping sebagai salah satu sumber informasi juga sebagai pertanggungjawaban atau accountability yang juga menggambarkan indikator kesuksesan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya. Karena itu laporan keuangan merupakan media yang dapat dipakai untuk meneliti kinerja keuangan perusahaan.

Menurut Standar Akuntansi Keuangan sebagaimana dikutip Sawir (2005;2) laporan keuangan memiliki tujuan sebagai berikut :

a. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

b. Laporan keuangan disusun untuk memenuhi kebutuhan bersama oleh sebagian besar pemakainya, yang secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu.

c. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang dilakukan manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.

Laporan keuangan disusun menurut prinsip-prinsip akuntansi dan laporan keuangan sebenarnya banyak namun secara umum menurut Husnan (1998;558-559) ada dua laporan keuangan perusahaan yang pokok, yakni :

1. Neraca. Neraca menunjukkan kekayaan perusahaan, kewajiban keuangan dan modal sendiri pada waktu tertentu.

2. Laporan Rugi Laba. Laporan ini menunjukkan laba atau rugi yang diperoleh perusahaan dalam periode waktu tertentu.

2.5. Analisis Cross Section

Analisis laporan keuangan meliputi studi hubungan antara laporan keuangan yang satu dengan laporan keuangan lainnya pada satu periode tertentu dan hubungan tren laporan keuangan dari waktu ke waktunya. (Foster, 1986, halaman 58).

Analisis laporan keuangan akan lebih tajam apabila angka-angka keuangan dibandingkan dengan standar tertentu seperti perbandingan dengan perusahaan atau industri sejenis. Dengan Perbandingan ini akan diketahui prestasi keuangan suatu perusahaan apakah sudah baik.

Perbandingan kinerja keuangan sangat perlu dilakukan untuk dapat mendeteksi kinerja keuangan perusahaan jika dibandingkan dengan perusahaan sejenis atau rata- rata industri. Analisis cross section dipergunakan untuk melihat perbandingan rasio keuangan antara perusahaan-perusahaan yang sejenis dan melakukan perbandingan dengan rasio keuangan industri untuk kemudian dapat ditetapkan apakah perusahaan memiliki kinerja keuangan yang lebih baik dari perusahaan lain yang sejenis atau Perbandingan kinerja keuangan sangat perlu dilakukan untuk dapat mendeteksi kinerja keuangan perusahaan jika dibandingkan dengan perusahaan sejenis atau rata- rata industri. Analisis cross section dipergunakan untuk melihat perbandingan rasio keuangan antara perusahaan-perusahaan yang sejenis dan melakukan perbandingan dengan rasio keuangan industri untuk kemudian dapat ditetapkan apakah perusahaan memiliki kinerja keuangan yang lebih baik dari perusahaan lain yang sejenis atau

2.6. Rasio Keuangan

Pengertian rasio keuangan menurut Van Horne dan Wachowitz (1997;133) adalah sebagai berikut : Rasio keuangan adalah indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya.

Rasio keuangan dirancang untuk membantu mengevaluasi laporan keuangan sehingga menghasilkan perbandingan yang berguna. Rasio keuangan memberikan dasar untuk menjawab beberapa pertanyaan penting berkaitan dengan kesehatan keuangan perusahaan. Rasio keuangan juga dapat dijadikan sebagai salah satu tolak ukur untuk menilai kondisi keuangan dan prestasi perusahaan.

Brigham dan Houston (2001) mengelompokkan rasio-rasio dalam 5 kelompok dasar, yaitu :

1. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan hubungan kas dan aktiva lainnya dengan kewajiban lancar. (Brigham dan Houston, 2001, halaman 79). Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendek (Van Horne dan Wachowitz,1997, halaman 135). Rasio likuiditas digunakan dalam penelitian ini karena perusahaan-perusahaan semen merupakan perusahaan dengan kapitalisasi besar dan karenanya melakukan 1. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan hubungan kas dan aktiva lainnya dengan kewajiban lancar. (Brigham dan Houston, 2001, halaman 79). Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendek (Van Horne dan Wachowitz,1997, halaman 135). Rasio likuiditas digunakan dalam penelitian ini karena perusahaan-perusahaan semen merupakan perusahaan dengan kapitalisasi besar dan karenanya melakukan

a) Rasio Lancar (Current Ratio), Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaaan untuk untuk menutupi kewajiban lancar dengan aktiva lancar perusahaan (Van Horne dan Wachowitz, 1997, halaman 136). Rasio ini dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar.

Rasio Lancar

Aktiva Lancar Kewajiban Lancar

Semakin tinggi rasio lancar seharusnya semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar tagihannya. Rasio lancar digunakan pada penelitian ini karena melalui rasio ini dapat diukur kemampuan perusahaan semen untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimilikinya. Jika perusahaan mampu memiliki rasio lancar yang baik maka kredibilitas perusahaan dimata stackholder akan baik dan kinerja perusahaan akan baik.

2. Rasio Manajemen Aktiva Rasio Manajemen Aktiva adalah seperangkat rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan mengelola aktivanya. (Brigham dan Houston, 2001, halaman 81). Rasio manajemen aktiva ini dikapakai dalam penelitian ini karena perusahaan- perusahaan semen memiliki aktiva-aktiva yang besar dan perlu dilihat efektifitas manajemen dalam mengelola aktiva yang dimilikinya guna menghasilkan keuntungan yang optimal bagi perusahaan. Rasio manajemen aktiva yang umum digunakan adalah :

a) Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turnover) dan Rasio Jumlah Hari Dalam Persediaan (Days in inventory) , rasio perputaran persediaan dihitung dengan membagi penjualan dengan persediaan.

Rasio Perputaran Persediaan =

Penjualan Persediaan

Secara umum semakin tinggi perputaran persediaan berarti semakin efisien manajemen persediaan perusahaan dan semakin segar dan likuid persediaan. (Van Horne dan Wachowitz,1997,halaman 142). Jumlah hari dalam setahun dibagi dengan rasio perputaran persediaan akan menghasilkan rasio hari dalam persediaan.

Rasio Hari dalam

Jumlah hari dalam setahun Persediaan

Rasio perputaran persediaan

Rasio ini menunjukkan jumlah hari yang dibutuhkan untuk memperoleh barang yang telah diproduksi terjual. (Ross, Westerfield dan Jaffe, 2002, halaman 35) Rasio Perputaran Persediaan dan jumlah hari dalam persediaan digunakan pada penelitian ini karena dengan diukurnya rasio ini dapat diketahui kemampuan perusahaan semen dalam menjual produk yang dimilikinya. semakin tinggi perputaran persediaan atau semakin sedikit jumlah hari dalam persediaan berarti semakin efektif kegiatan penjualan perusahaan dan semakin sedikit produk yang tertahan dalam persediaan. Hal ini menunjukkan kinerja perusahaan yang baik yang pada gilirannya akan meningkatkan keuntungan bagi perusahaan.

b) Rasio Perputaran Piutang (Receivables Turnover) dan Rasio Periode Penagihan Rata-rata (Average Collection Period), rasio Perputaran Piutang dihitung dengan cara membagi penjualan dengan rata-rata piutang selama periode akuntansi.

Rasio Perputaran

Penjualan

Piutang

Piutang (rata-rata)

Jika jumlah hari dalam setahun dibagi dengan rasio perputaran piutang maka rasio periode penagihan rata-rata dapat ditetapkan. (Ross, Westerfield dan Jaffe, 2002, halaman 34).

Rasio periode penagihan rata- = Jumlah hari dalam setahun rata

Rasio perputaran piutang

Rasio-rasio ini memberikan informasi bagaimana perusahaan memanage investasinya dalam piutang. Rasio perputaran piutang dan rasio periode penagihan rata-rata digunakan dalam penelitian ini karena dengan perhitungan rasio ini dapat dilihat bagaimana kemampuan perusahaan dalam mengelola piutang yang dimilikinya sehingga dapat meningkatkan penjualan dengaan tanpa Rasio-rasio ini memberikan informasi bagaimana perusahaan memanage investasinya dalam piutang. Rasio perputaran piutang dan rasio periode penagihan rata-rata digunakan dalam penelitian ini karena dengan perhitungan rasio ini dapat dilihat bagaimana kemampuan perusahaan dalam mengelola piutang yang dimilikinya sehingga dapat meningkatkan penjualan dengaan tanpa

c) Rasio Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assets Turnover), rasio ini mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan aktiva tetapnya (pabrik dan peralatan). Rasio ini dihitung dengan membagi penjualan dengan aktiva tetapnya. (Brigham dan Houston, 2001, halaman 83).

Rasio Perputaran Aktiva

Penjualan

Tetap Aktiva Tetap bersih

Kalau perputarannya lambat kemungkinan terdapat kapasitas terlalu besar atau ada banyak aktiva tetap namun kurang bermanfaat, atau mungkin disebabkan oleh hal-hal lain seperti investasi pada aktiva tetap yang berlebihan dibandingkan dengan nilai output yang akan diperoleh. Secara umum, semakin tinggi rasio ini berarti semakin efektif penggunaan aktiva tetap perusahaan dalam menghasilkan penjualan.

Rasio perputaran aktiva tetap diukur pada penelitian ini karena melalui rasio ini dapat diketahui bagaimana kemampuan perusahaan mengelola aktiva tetap yang dimilikinya apakah perusahaan semen telah mampu memanfaatkan secara optimal aktiva tetap yang dibelinya dengan nilai tinggi sehingga menghasilkan nilai tambah yang diharapkan dari pembelian seluruh aktiva tetap tersebut. Jika perusahaan mampu mengelola aktiva tetapnya dengan baik maka menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dalam mengelola aktiva tetap dan menjual produk yang dihasilkannya adalah baik dan hal ini dapat meningkatkan reputasi perusahaan dimata investor ataupun kreditor.

d) Rasio Perputaran Total Aktiva (Total Assets Turnover ), Rasio ini mengukur perputaran semua aktiva perusahaan. Rasio ini dihitung dengan membagi penjualan dengan total aktiva. (Brigham dan Houston, 2001, halaman 83).

Rasio Perputaran Total

Penjualan

Aktiva

Total Aktiva

Kalau perputarannya lambat ini menunjukkan bahwa aktiva yang dimiliki terlalu besar dibandingkan dengan kemampuan untuk menjual. Secara umum, Kalau perputarannya lambat ini menunjukkan bahwa aktiva yang dimiliki terlalu besar dibandingkan dengan kemampuan untuk menjual. Secara umum,

3. Rasio Manajemen Utang Rasio hutang menunjukkan batasan dimana perusahaan didanai oleh hutangnya. (Van Horne dan Wachowitz, 1997, halaman 137). Rasio ini mengukur seberapa jauh perusahaan menggunakan hutang. Beberapa ahli menggunakan istilah solvabilitas yang berarti mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban keuangannya. Rasio hutang ini digunakan karena perusahaan-perusahaan semen dalam melaksanakan kegiatan usahanya membutuhkan pinjaman-pinjaman yang jumlahnya tidak sedikit dan untuk itu terutama pihak kreditur akan sangat berkepentingan untuk melihat apakah komposisi perusahaan semen dalam penggunaan hutang yang pada gilirannya akan berdampak pada keamanan pemberian pinjaman. Rasio manajemen utang yang umum digunakan adalah : 3. Rasio Manajemen Utang Rasio hutang menunjukkan batasan dimana perusahaan didanai oleh hutangnya. (Van Horne dan Wachowitz, 1997, halaman 137). Rasio ini mengukur seberapa jauh perusahaan menggunakan hutang. Beberapa ahli menggunakan istilah solvabilitas yang berarti mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban keuangannya. Rasio hutang ini digunakan karena perusahaan-perusahaan semen dalam melaksanakan kegiatan usahanya membutuhkan pinjaman-pinjaman yang jumlahnya tidak sedikit dan untuk itu terutama pihak kreditur akan sangat berkepentingan untuk melihat apakah komposisi perusahaan semen dalam penggunaan hutang yang pada gilirannya akan berdampak pada keamanan pemberian pinjaman. Rasio manajemen utang yang umum digunakan adalah :

DER = Total Utang Total Ekuitas

Semakin rendah rasio, semakin tinggi tingkat pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham dan semakin besar batas pengaman pemberi pinjaman jika terjadi penyusutan nilai aktiva atau kerugian. (Van Horne dan Wachowitz,1997 halaman 137) Rasio hutang terhadap ekuitas dihitung pada penelitian ini karena melalui rasio ini dapat dilihat komposisi hutang dan ekuitas dari perusahaan semen yang dibandingkan, dan juga dapat terlihat seberapa jauh modal perusahaan mampu membayar hutang perusahaan jika perusahaan dilikuidasi.

b) Rasio Utang (Debt Ratio), rasio total utang terhadap total aktiva, yang pada umumnya disebut rasio utang. Rasio ini mengukur persentase dana yang disediakan oleh kreditur. (Brigham dan Houston, 2001, halaman 86).

Rasio Utang = Total Utang

Total Aktiva

Secara ringkas semakin tinggi rasio hutang terhadap total aktiva maka semakin besar resiko keuangan semakin rendah rasio ini maka semakin rendah pula resiko keuangan perusahaan. (Van Horne dan Wachowitz, 1997, halaman 138) Rasio hutang diukur pada penelitian ini karena melalui rasio ini dapat diketahui proporsi utang dari keseluruhan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Hal ini untuk melihat kemampuan perusahaan dalam membayar seluruh hutang yang dimilikinya dengan total aktiva yang dimilikinya.

4. Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas merupakan sekelompok rasio yang memperlihatkan pengaruh gabungan dari likuiditas, manajemen aktiva, dan hutang terhadap hasil operasi. (Brigham dan Houston, 2001, halaman 89). Rasio ini berhubungan dengan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan pada saat biaya meningkat. (Foster, 1986, halaman 67). Rasio profitabilitas ini digunakan dalam penelitian ini karena melalui rasio ini akan dapat dilihat kemampuan perusahaan semen dalam menghasilkan keuntungan, dari perhitungan ini dapat terlihat apakah penggunaan aktiva, hutang, 4. Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas merupakan sekelompok rasio yang memperlihatkan pengaruh gabungan dari likuiditas, manajemen aktiva, dan hutang terhadap hasil operasi. (Brigham dan Houston, 2001, halaman 89). Rasio ini berhubungan dengan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan pada saat biaya meningkat. (Foster, 1986, halaman 67). Rasio profitabilitas ini digunakan dalam penelitian ini karena melalui rasio ini akan dapat dilihat kemampuan perusahaan semen dalam menghasilkan keuntungan, dari perhitungan ini dapat terlihat apakah penggunaan aktiva, hutang,

a) Marjin Laba (Profit Margin), rasio ini dihitung dengan cara membagi laba dengan total pendapatan operasional. (Ross, Westerfield dan Jaffe, 2002, halaman 36). Dikenal ada 2 (dua) rasio marjin laba, yakni rasio marjin laba bersih dan rasio marjin laba kotor. Dimana perbedaan diantara keduanya terletak pada pembilang dari pembagian rasio marjin laba, yakni dalam marjin laba bersih yang menjadi pembilang adalah laba bersih sedangkan dalam rasio marjin laba kotor yang menjadi pembilangnya adalah laba sebelum bunga dan pajak (EBIT).

Net Income

Net Profit Margin

Total Operating Revenues

EBIT

Gross Profit Margin = Total Operating Revenues

Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk memproduksi produk pada biaya rendah atau harga yang tinggi. Semakin tinggi rasio ini Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk memproduksi produk pada biaya rendah atau harga yang tinggi. Semakin tinggi rasio ini

b) Pengembalian atas Total Aktiva (ROA) , rasio ini merupakan salah satu rasio yang biasa dipakai untuk mengukur kinerja manajerial. Rasio ini dihitung dengan cara membagi laba dengan rata-rata total aktiva. Pada perhitungan net ROA yang menjadi pembilang adalah laba bersih sedangkan pada perhitungan Gross ROA yang menjadi pembilang adalah laba sebelum bunga dan pajak. (Ross, Westerfield dan Jaffe, 2002, halaman 37)

Net Income

Net ROA =

Rata-rata Total Aktiva

EBIT

Gross ROA =

Rata-rata Total Aktiva

Salah satu aspek yang menarik dari ROA ini adalah bagaimana beberapa rasio keuangan dapat dihubungkan untuk menghitung ROA. Salah satu implikasinya adalah seringkali dihubungkan sebagai DuPont System of financial control . Sistem ini menunjukkan bahwa ROA bisa menggambarkan bagian dari marjin laba dan perputaran aktiva. Komponen dasar dari sistem ini adalah sebagai berikut :

ROA =

Profit Margin

Asset Turnover

ROA Total Operating (net) =

Net Income

revenue

Total Operating

Revenue

Average total Assets

ROA Total Operating (gross) =

EBIT

revenue

Total Operating

Revenue

Average total Assets

Return on Asset diukur pada penelitian ini karena dengan rasio ini penulis dapat mengetahui bagaimana kinerja perusahaan dalam mengoptimalkan Return on Asset diukur pada penelitian ini karena dengan rasio ini penulis dapat mengetahui bagaimana kinerja perusahaan dalam mengoptimalkan

c) Pengembalian atas Ekuitas (ROE), Rasio ini didefinisikan sebagai laba bersih dibagi dengan rat-rata modal saham biasa. (Ross, Westerfield dan Jaffe, 2002, halaman 37).

Net Income

ROE = Average Stockholders Equity

Perbedaan antara ROA dan ROE disebabkan karena financial leverage. Untuk melihatnya dapat dilihat sebagai berikut :

RO

Profit Margin x Asset Turnover x Equity

E Multiplier

Average Total Net

Total

Assets RO

E Total

tota Assets

Stockholders Stockholders

Equity

Penulis pada penelitian ini mengukur return on equity karena dengan menggunakan rasio ini dapat dilihat dan dibandingkan kinerja masing-masing perusahaan semen dalam mengelola modal yang dimilikinya guna menghasilkan tingkat keuntungan yang diharapkan.

d) Payout Ratio dan Retention Ratio, rasio ini merupakan proporsi dari laba bersih yang dibayarkan sebagai deviden. (Ross, Westerfield dan Jaffe, 2002, halaman 38).

Cash Dividends

Payout Ratio

Net Income

Payout ratio diukur pada penelitian ini karena dengan rasio ini dapat dilihat sejauh mana masing-masing perusahaan semen membayarkan deviden dari laba bersih yang diperolehnya.

5. Rasio Nilai Pasar (Market Value Ratios) Rasio Nilai Pasar merupakan sekumpulan rasio yang menghubungkan harga saham perusahaan dengan laba dan nilai buku per saham. Rasio ini memberikan petunjuk mengenai apa yang dipikirkan investor atas kinerja perusahan dimasa 5. Rasio Nilai Pasar (Market Value Ratios) Rasio Nilai Pasar merupakan sekumpulan rasio yang menghubungkan harga saham perusahaan dengan laba dan nilai buku per saham. Rasio ini memberikan petunjuk mengenai apa yang dipikirkan investor atas kinerja perusahan dimasa

a) Rasio Harga-Laba (P/E Ratio), Jalan untuk menghitung Rasio ini adalah dengan membagi harga saham dengan laba per lembar saham biasa pada tahun terakhir. (Ross, Westerfield dan Jaffe, 2002, halaman 38). Rasio ini menunjukkan seberapa banyak investor bersedia membayar perdollar laba yang dilaporkan. (Brigham dan Houston, 2001 halaman 92)

Harga per Saham

P/E Ratio

Laba per Saham

Rasio ini lebih tinggi untuk perusahaan yang memiliki prospek pertumbuhan yang kuat, sementara hal-hal lainnya konstan, dan lebih rendah untuk perusahaan yang lebih beresiko.

Rasio P/E dihitung pada penelitian ini karena melalui rasio ini dapat diketahui seberapa jauh investor bersedia untuk membayar per dollar laba yang dilaporkan oleh perusahaan.

b) Rasio Nilai Pasar/Buku (M/B Ratio), Rasio ini dihitung dengan membagi harga pasar per saham terhadap nilai bukunya. Perusahaan dengan tingkat pengembalian atas ekuitas yang relatif lebih tinggi biasanya menjual saham beberapa kali lebih tinggi dari nilai bukunya, dibanding perusahaan dengan tingkat pengembalian yang rendah. Pertama ditentukan nilai buku per saham :

Ekuitas

Nilai Buku per

Jumlah Saham yang

Saham

beredar

Kemudian dilakukan pembagian harga pasar per saham dengan nilai buku untuk memperoleh rasio nilai pasar/buku.

Harga Pasar per Saham M/B = Nilai Buku per Saham

Rasio nilai Pasar/Buku diukur pada penelitian ini karena melalui rasio ini dapat diketahui dan dibandingkan prestasi perusahaan untuk menarik perhatian investor agar bersedia membeli sahamnya dengan nilai yang lebih tinggi dari nilai buku.

Analisis rasio banyak memberikan manfaat dalam mengevaluasi laporan keuangan guna menilai kinerja keuangan perusahaan akan tetapi juga memiliki keterbatasan. Menurut Sawir (2005;44) Keterbatasan analisis rasio antara lain adalah sebagai berikut :

1) kesulitan dalam mengidentifikasi kategori industri dari perusahaan yang dianalisis apabila perusahaan tersebut bergerak di beberapa bidang usaha.

2) Rasio ini disusun dari data akuntansi dan data tersebut dipengaruhi oleh cara

penafsiran yang berbeda dan bahkan bisa merupakan hasil manipulasi.

3) Perbedaan metode akuntansi akan menghasilkan perhitungan yang berbeda misalnya perbedaan metode penyusutan atau metode penilaian persediaan.

4) Informasi rata-rata industri adalah data umum dan hanya merupakan perkiraan.

2.7 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang perbandingan kinerja keuangan dengan menggunakan rasio keuangan sebagai alat ukur kinerja keuangan telah banyak dilakukan oleh peneliti- peneliti terdahulu. Dalam penulisan ini akan ditinjau dua penelitian terdahulu yang memiliki kemiripan dengan bahasan penulisan ini diantaranya adalah :

Munadi Arifin (2003) melakukan penelitian tentang perbandingan kinerja Keuangan dan effisiensi operasi perusahaan BUMN dengan Non BUMN dalam industri semen nasional. Penelitian yang dilakukan oleh Munadi Arifin ini bertujuan:

1. Untuk mengetahui bagaimana hubungan status perusahaan semen (BUMN & Non-BUMN) terhadap kinerja keuangan dan effisiensi operasi perusahaan.

2. Mengetahui Perbandingan Kinerja Industri semen (BUMN & Non-BUMN) sebelum dengan selama krisis ekonomi.

Penelitian yang dilakukan oleh Munadi Arifin ini menggunakan data kinerja perusahaan yang diambil dalam rentang waktu 8 tahun (1994-2001) dengan objek penelitian yang dibandingkan adalah PT. Semen Indonesia, Tbk sebagai perusahaan semen BUMN dengan PT. Indocement Tunggal Prakarsa dan semen Cibinong sebagai perusahaan semen Non-BUMN. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebaga berikut:

1. Terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara kinerja perusahaan semen BUMN dengan Non-BUMN. Pada penelitian ini ternyata perusahaan semen BUMN mempunyai kinerja yang jauh lebih baik dibanding dengan kinerja perusahaan semen Non-BUMN.

2. Kinerja industri semen sebelum krisis jauh lebih bagus dibandingkan kinerja selama krisis

3. Dalam menghadapi krisis ekonomi juga terungkap bahwa perusahaan semen BUMN ternyata lebih dapat survive dibanding dengan perusahaan semen Non- BUMN. Pada saat krisis perusahaan semen BUMN terbukti masih mampu membukukan laba dan penurunan kinerja yang dialaminya tidak seburuk 3. Dalam menghadapi krisis ekonomi juga terungkap bahwa perusahaan semen BUMN ternyata lebih dapat survive dibanding dengan perusahaan semen Non- BUMN. Pada saat krisis perusahaan semen BUMN terbukti masih mampu membukukan laba dan penurunan kinerja yang dialaminya tidak seburuk

4. Pada saat krisis Market Value perusahaan semen BUMN relatif stabil dibanding perusahaan semen non BUMN yang justru mengalami penurunan Market Value tetapi ratio MV/BV perusahaan semen non BUMN relatif lebih tinggi, hal ini disebabkan oleh penurunan nilai ekuiti atau BV saham Non-BUMN yang jauh lebih besar selama krisis ekonomi.

Munadi Arifin menyarankan pada peneliti selanjutnya agar dapat mengembangkan penelitian pada berbagai jenis industri dengan data dan rentang waktu yang lebih lama. Serta agar peneliti selanjutnya dapat menetapkan dan memilih parameter kinerja yang lebih bevariasi dan lebih relevan dengan pembobotan terhadap masing-masing parameter tersebut yang sebanding dengan tingkat pengaruhnya terhadap kinerja perusahaan lalu kemudian hasilnya sebaiknya lebih disosialisasikan sehingga dapat lebih bermanfaat bagi pihak-pihak yang dijadikan objek penelitian.

Wahyu Tri Pamuji (2002) melakukan penelitian tentang “Analisis Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Krisis Moneter Pada Perusahaan Industri Farmasi.” Adapun hasil penelitian Pamuji adalah :

4. Dari hasil analisis dengan menggunakan uji t, Pamuji menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata dan signifikan antara kinerja keuangan perusahaan industri farmasi sebelum dan selam krisis moneter.

5. Dari 13 rasio yang diukur 9 rasio menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata dan signifikan antara sebelum dengan selama krisis moneter sedangkan 4 sisanya menunjukkan perbedaan yang nyata dan signifikan.

6. rasio-rasio yang tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dan signifikan antara lain :

a) Rasio Likuiditas : Current ratio, Quick Ratio

b) Rasio Solvabilitas : Debt to Equity Ratio, Total Asset to Total Liability

c) Rasio Aktivitas : Inventory Turnover

d) Rasio Profitabilitas : ROE

e) Rasio Market Value : PER, EPS dan PBV

7. Sedangkan rasio-rasio yang menunjukkan perbedaan yang nyata dan signifikan adalah :

a) Rasio Aktivitas : Total Asset Turnover

b) Rasio Profitabilitas : ROA, Operating Profit Margin, Net Profit Margin Dalam Penelitian Pamuji (2002) ini juga diuraikan bahwa laporan keuangan dalam bentuk rasio keuangan memang mempunyai manfaat dalam mengukur kinerja perusahaan, seperti yang terlihat pada kesimpulan penelitian-penelitian tersebut, bahwa rasio keuangan mampu :

1) Menunjukkan kontribusi cukup besar dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan manufaktur.

2) Menunjukkan perbedaan dalam menilai effisiensi kinerja perusahaan sebelum dan sesudah krisis moneter.

3) Menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan dalam rasio-rasio keuangan tertentu untuk perusahaan yang gagal dan sukses.

4) Menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan di ASEAN menunjukkan banyak yang kurang sehat terutama pada kinerja jangka pendeknya.

5) Menunjukkan bahwa rasio likuiditas, rasio leverage dan operating cash flow ratio secara signifikan memengaruhi ketahanan perusahaan. Adapun Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah sebagai

berikut :

Tabel 2.1 Perbedaan Penelitian ini dengan penelitian terdahulu

No Penelitian

Penelitian ini Munadi Arifin

Penelitian

Wahyu Tri Pamuji

1 Membandingkan kinerja Membandingkan kinerja membandingkan kinerja keuangan

antara keuangan sebelum dan keuangan PT. Semen perusahaan

semen sesudah krisis moneter Gresik yang mayoritas BUMN (PT. Semen pada perusahaan industri sahamnya dimiliki oleh Gresik, Tbk) dengan farmasi

pemegang saham lokal perusahaan semen non

dengan PT. Indocement BUMN (PT. Indocement

yang mayoritas Tunggal Prakarsa, Tbk

sahamnya dimiliki oleh dan

pemegang saham asing. Cibinong, Tbk)

PT.

Semen

2 data yang digunakan data yang digunakan data yang digunakan adalah

kinerja adalah data kinerja perusahaan dari tahun perusahaan dari tahun perusahaan dari tahun 1994-2001.

data kinerja adalah

3 Rasio yang digunakan Rasio yang digunakan Rasio yang digunakan sebagai parameter pada sebagai parameter pada sebagai parameter pada penelitian

Munadi penelitian Pamuji adalah: penelitian ini adalah: adalah:

1. Current Ratio

1. Rasio lancar

1. Current Ratio

2. Quick Ratio

2. perputaran

2. Debt-Equity Ratio

3. Debt to Equity Ratio

3. Interest

Coverage 4. Ttl Asset to Ttl

6. Rasio Biaya Pemasaran

7. Rasio Biaya thd revenue

8. Efisiensi perusahaan

9. Efisiensi pendanaan

3. Jml hari dlm

10. Earning per Share

11. Book Value per 5. Inventory Turnover

Share

6. Total Asset turnover

12. Market Value per 7. ROA

14. Rasio MV/BV

4. perputaran piutang

5. periode penagihan

10. Net Profit Margin

6. perputaran aktiva

7. perputaran total

8. Rasio utang thd

9. Rasio utang

10. Marjin laba kotor

11. Marjin laba bersih

12. ROA

13. ROE

14. Payout Ratio

15. P/E Ratio

16. Nilai Buku

17. Nilai Pasar/Buku

Sumber : diolah sendiri Pada penelitian ini penulis menambahkan beberapa rasio dengan alasan sebagai berikut :

1. Inventory Turnover dan Days in inventory Rasio ini perlu dimasukkan dalam parameter karena dengan menggunakan rasio-rasio ini manajemen perusahaan, kreditor dan investor perusahaan semen dapat mengetahui efektifitas perusahaan semen dibandingkan perusahaan semen lainnya dalam mengelola persediaan semen yang dimilikinya yang pada gilirannya dapat mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan semen.

2. Receivables Turnover dan Average collection period Rasio ini dimasukkan karena investor dan kreditor perlu mengetahui kemampuan perusahaan dalam mengelola piutang yang dimilikinya. Hal ini akan berdampak pada penjualan yang pada gilirannya dapat berpengaruh pada 2. Receivables Turnover dan Average collection period Rasio ini dimasukkan karena investor dan kreditor perlu mengetahui kemampuan perusahaan dalam mengelola piutang yang dimilikinya. Hal ini akan berdampak pada penjualan yang pada gilirannya dapat berpengaruh pada

3. Fixed Assets Turnover dan Total Assets Turnover Rasio ini dihitung dengan alasan bahwa dengan perhitungan rasio ini pihak- pihak yang berkepentingan dengan perusahaan dapat mengetahui efektifitas pengelolaan aktiva yang dimiliki perusahaan dalam menghasilkan produk dan kemampuannya menjual produk yang dihasilkan. Hal ini sangat penting bagi perusahaan semen yang padat modal sehingga pembelian asset memerlukan pertimbangan yang matang agar asset yang harganya mahal tidak mubazir yang pada gilirannya akan merugikan dan menghambat pencapaian tujuan yang diharapkan.

4. Debt Ratio Pengelolaan utang merupakan salah satu hal penting dalam industri semen yang padat modal. Perhitungan rasio ini sangat penting terutama bagi pihak kreditor untuk mengetahui perlindungan terhadap kerugian kreditur pada saat likuidasi. Jika rasio ini rendah berarti keamanan dana kreditor lebih terjamin.

5. Gross Profit Margin dan Net Profit Margin Rasio ini dimasukkan karena dapat dijadikan parameter terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba pada saat biaya meningkat. Hal ini dapat dijadikan ukuran efisiensi kegiatan perusahaan semen jika dibandingkan dengan perusahaan semen lainnya.

6. Payout Ratio Investor yang akan menanamkan dananya pada proyek yang akan dikerjakan oleh perusahaan semen tentu berkepentingan dengan informasi tentang dividen yang akan diperolehnya dan pertumbuhan perusahaan. Melalui perhitungan rasio ini investor dapat memperoleh informasi yang dibutuhkannya itu.

2.8 Hipotesis

Perubahan lingkungan makro dan lingkungan industri dalam industri semen nasional telah mempengaruhi kinerja perusahaan-perusahaan semen di Indonesia. Apakah tingkat pengaruh terhadap masing-masing perusahaan tersebut berbeda secara signifikan atau tidak, merupakan dasar dalam penelitian ini. Berkaitan dengan hal tersebut maka penelitian terhadap perbandingan kinerja keuangan PT. Semen Indonesia, Tbk yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh pemegang saham lokal dengan PT. Indocement yang mayoritas sahamnya dikuasai oleh pemegang saham asing dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H0 : µ1 = µ2 Ha : µ1 ≠ µ2

1. Rasio Lancar H0 : rata-rata rasio lancar Semen Indonesia dengan Indocement sama Ha : rata-rata rasio lancar Semen Indonesia dengan Indocement tak sama

2. Rasio Perputaran Persediaan H0 : rata-rata rasio perputaran persediaan Semen Indonesia dengan Indocement

sama

Ha : rata-rata rasio perputaran persediaan Semen Indonesia dengan Indocement tak sama

3. Rasio jumlah hari dalam persediaan H0 : rata-rata rasio jumlah hari dalam persediaan Semen Indonesia dengan Indocement sama Ha : rata-rata rasio jumlah hari dalam persediaan Semen Indonesia dengan Indocement tak sama

4. Rasio Perputaran Piutang H0 : rata-rata rasio perputaran piutang Semen Indonesia dengan Indocement sama Ha : rata-rata rasio perputaran piutang Semen Indonesia dengan Indocement tak sama

5. Rasio Periode penagihan rata-rata H0 : rata-rata rasio periode penagihan rata-rata Semen Indonesia dengan Indocement sama Ha : rata-rata rasio Periode penagihan rata-rata Semen Indonesia dengan Indocement tak sama

6. Rasio Perputaran Aktiva tetap H0 : rata-rata rasio perputaran aktiva tetap Semen Indonesia dengan Indocement sama Ha : rata-rata rasio perputaran aktiva tetap Semen Indonesia dengan Indocement tak sama

7. Rasio perputaran total aktiva

H0 : rata-rata rasio perputaran total akiva Semen Indonesia dengan Indocement sama Ha : rata-rata rasio perputaran total aktiva Semen Indonesia dengan Indocement tak sama

8. Rasio Utang terhadap ekuitas H0 : rata-rata rasio utang terhadap ekuitas Semen Indonesia dengan Indocement sama Ha : rata-rata rasio utang terhadap ekuitas Semen Indonesia dengan Indocement tak sama

9. Rasio utang H0 : rata-rata rasio utang Semen Indonesia dengan Indocement sama Ha : rata-rata rasio utang Semen Indonesia dengan Indocement tak sama

10. Majin laba kotor H0 : rata-rata rasio marjin laba kotor Semen Indonesia dengan Indocement sama Ha : rata-rata rasio marjin laba kotor Semen Indonesia dengan Indocement tak sama

11. Marjin laba bersih H0 : rata-rata rasio marjin laba bersih Semen Indonesia dengan Indocement sama Ha : rata-rata rasio marjin laba bersih Semen Indonesia dengan Indocement tak sama

12. Pengembalian atas total aktiva (ROA) H0 : rata-rata rasio pengembalian atas total aktiva (ROA) Semen Indonesia dengan Indocement sama

Ha : rata-rata rasio pengembalian atas total aktiva (ROA) Semen Indonesia dengan Indocement tak sama

13. Pengembalian atas total ekuitas (ROE) H0 : rata-rata rasio Pengembalian atas total ekuitas (ROE) Semen Indonesia dengan Indocement sama Ha : rata-rata rasio Pengembalian atas total ekuitas (ROE) Semen Indonesia dengan Indocement tak sama

14. Payout Ratio H0 : rata-rata Payout Ratio Semen Indonesia dengan Indocement sama Ha : rata-rata Payout Ratio Semen Indonesia dengan Indocement tak sama

15. P/E Ratio H0 : rata-rata P/E Ratio Semen Indonesia dengan Indocement sama Ha : rata-rata P/E Ratio Semen Indonesia dengan Indocement tak sama

16. Nilai buku persaham H0 : rata-rata rasio Nilai buku persaham Semen Indonesia dengan Indocement sama Ha : rata-rata rasio Nilai buku persaham Semen Indonesia dengan Indocement tak sama

17. Rasio nilai buku/pasar H0 : rata-rata rasio nilai buku/pasar Semen Indonesia dengan Indocement sama