Transformasi Pertanian dan Pembangunan D

Transformasi Pertanian dan Pembangunan Daerah Pedesaan

Transformasi
Pedesaan

Pertanian

dan

Pembangunan

Daerah

A. Arti Penting Kemajuan Sektor Pertanian dan Pembangunan Daerah Pedesaan
Suatu strategi pembangunan ekonomi yang dilandaskan pada prioritas pertanian dan ketenagakerjaan
paling
tidak
memerlukan
tiga
unsur
pelengkap

dasar,
yakni:
1) Percepatan pertumbuhan output melalui serangkaian penyesuaian teknologi, institusional, dan insentif
harga yang khusus dirancang untuk meningkatkan produktivitas para petani kecil.
2) Peningkatan permintaan domestik terhadap output pertanian yang dihasilkan dari strategi
pembangunan perkotaan yang berorientasikan pada upaya pembinaan ketenagakerjaan.
3) Diversifikasi kegiatan pembangunan daerah pedesaan yang bersifat padat karya, yaitu nonpertanian,
yang secara langsung dan tidak langsung akan menunjang dan ditunjang oleh masyarakat pertanian.
Harus diingat bahwa tanpa pembangunan daerah pedesaan yang integratif, pertumbuhan industri tidak
akan berjalan dengan lancar dan kalaupun bisa berjalan, pertumbuhan industri tersebut akan
menciptakan berbagai ketimpangan internal yang sangat parah dalam perekonomian bersangkutan. Pada
gilirannya, segenap ketimpangan tersebut akan memperparah masalah-masalah kemiskinan,
ketimpangan
pendapatan,
serta
pengangguran.
B.
Pertumbuhan
dan
Stagnasi

Pertanian
Sejak
Tahun
1950
Kita telah mengetahui bahwa selama beberapa dasawarsa yang lalu banyak negara yang sedang
berkembang berhasil mencapai peningkatan pertumbuhan GNP secara mengesankan. Sumbangan
terbesar bagi tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi ini berasal dari sektor manufaktur dan
perdagangan yang tingkat pertumbuhan output pertahunnya seringkali lebih dari 10 persen. Sebaliknya,
pada masa yang sama pertumbuhan output pertanian sebagian besar kawasan negara-negara sedang
berkembang yang mengalami laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi itu justru mengalami stagnasi,
sehingga
andil
output
pertanian
dalam
GNP
secara
keseluruhan
terus
menurun.

Tingkat Output dan Penyerapan Tenaga Kerja Oleh Sektor Pertanian di Negara-negara Dunia Ketiga
Kawasan % Pekerja di Sektor Pertanian % Output Sektor Pertanian dalam GDP
Asia
Selatan
64
30
Asia
Timur
(termasuk
Cina)
70
18
Amerika
Latin
25
10
Afrika
68
20
Dalam rangka meningkatkan taraf hidup kelompok masyarakat yang paling miskin, upaya yang dilakukan

harus langsung diarahkan kepada kelompok penduduk yang bersangkutan. Karena pada umumnya
mereka tinggal di pedesaan dan bekerja di sektor pertanian, maka kunci pengentasan kemiskinan terletak
pada pembangunan sektor pertanian secara sungguh-sungguh. Revolusi hijau sangat berperan dalam
meningkatkan jumlah kawasan garapan dan menaikkan output. Sayangnya , manfaat yang dihsilkan tidak
selalu menyebar ke wilayah lain atau mendukung pelestarian lingkungan yang berkelanjutan.
Organisasi Pangan Dunia (FAO), berulang kali telah memperingatkan akan adanya bencana kekurangan
pangan yang gawat. FAO baru-baru ini juga memperkirakan bahwa karena penyediaan pangan yang jauh
dari memadai itu, lebih dari 270 juta diantara 750 juta jiwa total penduduk afrika menderita kekurangan
gizi.
Penyebab utama memburuknya kinerja pertanian di negara-negara dunia ketiga terabaikannya sektor
yang sangat penting ini dalam perumusan prioritas pembangunan oleh pemerintah itu sendiri. Diperparah
lagi dengan gagalnya pelaksnaan investasi dalam perekonomian industri perkotaan, yang terutama
disebabkan oleh kesalahan dalam memlih strategi industrialisasi subtitusi impor dan penetapan nilai kurs
yang
telalu
tenggi.
C.
Struktur
Sistem
Argaria

di
Negara-negara
Berkembang
1.
Dua
Jenis
Pertanian
Dunia
Sebenarnya, pola atau sistem-sistem pertanian yang ada didunia ini dapat dibagi menjadi dua pola yang

berbeda:
1) Pola pertanian di negara-negara maju yang memiliki tingkat efisiensi tinggi dengan kapasitas produksi
dan rasio output pertenaga kerja yang juga tinggi, sehingga dengan jumlah petani yang sedikit dapat
menyediakan
bahan
pangan
bagi
seluruh
penduduk.
2) Pola pertanian yang tidak atau kurang efisien yang umumnya terdapat dinegara-negara berkembang.

Tingkat produktivitasnya begitu rendah sehingga hasil yang diperoleh acap kali tidak dapat memenuhi
kebutuhan para petaninya sendiri. Disejumlah negara-negara yang berkembang, pertaniannya bersifat
subsisten. Jangankan untuk mencukupi kebutuhan pangan daerah perkotaan untuk keperluan sehari-hari
para
petani
itu
saja
tidak
memadai.
Sedangkan dinegara-negara maju pertumbuhan output pertanian yang mantap telah berlangsung sejak
pertengahan abad ke-18. Laju pertumbuhan tersebut dipacu oleh perkembangan teknologi dan
pengetahuan biologi, yang mampu menghasilkan tingkat produktivitas tenaga kerja dan lahan yang lebih
tinggi
lagi.
Gambaran produksi pertanian tersebut berbeda sekali dengan yang dialami oleh negara-negara dunia
ketiga. Di negara-negara miskin, metode produksi pertanian dari waktu ke waktu tidak mengalami
perubahan berarti. Pada bagian selanjutnya dari bab ini akan ditunjukkan bahwa stagnasi teknologi
pertanian dinegara-negara berkembang tersebut dapat ditelusuri ke situasi khusus pertanian subsisten
yang
memiliki

risiko
tinggi
dan
hasil
yang
tidak
menentu.
Sampai sekarang, para petani di negara-negara berkembang masih banyak yang menggunakan metode
produksi yang sudah dipraktekkan sejak ratusan yang lampau. Dengan teknologi pertanian dan
penggunaan masukan (input) tradisional diluar tenaga kerja manusia yang sama, kita mengetahui dari
prinsip perolehan hasil yang semakin berkurang (diminishing returns) bahwa jika semakin banyak orang
yang mengerjakan sebidang lahan maka tingkat produktivitas marjinal akan semakin menurun sebagai
hasil akhirnya standar hidup petani pedesaan di negara-negara dunia ketiga terus memburuk.
2.
Petani
Kecil
di
Amerika
Latin,
Asia,

dan
Afrika
Pola kepemilikan lahan yang sangat timpang mudah ditemui di negara-negara Amerika Latin an sebagian
negara-negara di Asia. Di Afrika, pola kepemilikan lahannya lebih merata karena faktor-faktor sejarahnya
memang bebeda, dan begitu luasnya lahan yang tersedia sehingga pola serta sruktur kegiatan
pertaniannya pun berbeda. Meskipun demikian, tingkat produktivitas pertanian pada ketiga wilayah
tersebut
ternyata
tidak
jauh
berbeda,
yakni
sama-sama
rendah.
Bagi sejumlah besar keluarga pertanian, yang para anggotanya merupakan tenaga kerja pokok,
pertanian bukan hanya sebagai sebuah pekerjaan atau sumber pendapatan, tetapi juga sebagai
pandangan dan gaya hidup. Setiap perubahan metode produksi dengan sendirinya akan membawa
perubahan-perubahan terhadap pandangan hidup mereka. Oleh karena itu, agar bisa membuahkan hasil
yang diharapkan, setiap pengenalan inovasi biologi dan teknologi pertanian bukan hanya harus
diadaptasikan kepada keadaan alam dan ekonomi saja, tetapi juga kepada sikap, nilai-nilai, dan tingkat

kemampuan para para petani itu sendiri sehingga mereka mau dan mampu memahami, menerima serta
melaksanakan perubahan-perubahan metode produksi yang lebih baik, sesuai denagn yang dianjurkan.
3.
Amerika
Latin
dan
Asia:
Persamaan
dan
Perbedaan
Para petani di kawasan Amerika Latin dan Asia adalah petani kecil pedesaan yang tujuan pokoknya
adalah sekedar dapat mempertahankan hidup. Jika terdesak kebutuhan, mereka seringkali menyewakan
atau menggadaikan tanahnya kepada tuan tanah atau para rentenir, atau jika lahan garapannya sudah
tidak ada, mereka akan menjual tenaga pada perusahaan pertanian komersial guna memperoleh upah
sekedarnya. Di negara-negara yang proporsi petaninya di daerah pedesaan cukup besar, penanaman
tanaman pangan tradisional hanya diusahakan oleh keluarga para petani sendiri secara berganti-ganti
dan biasanya didominasi oleh biji-bijian atau umbi yang menjadi makanan pokok, seperti jagung di
Meksiko,
padi
di

Indonesia,
mandioca
di
Brasil
dan
kacang
kedelai
di
Cina.
Perbedaannya, di negara-negara Amerika Latin, para petani berurat akar pada sistem latifundiominifundio, sedangkan di Asia lebih banyak mengandalkan lahan pertanian yang semakin lama semakin
banyak terpecah-pecah sehingga masing-masing luas lahan garapan tersebut menjadi semakin sempit.
4. Pola dan Sumber Daya Latifundio-Minifundio: Pemanfaatan Lahan yang Terbatas di Amerika Latin
Latifundio adalah kepemilikan tanah yang sangat luas. Di Amerika Latin, hak milik atas sebidang tanah
yang luas ini merupakan sebuah unit usaha pertanian besar yang bisa menampung lebih dari 12 orang
pekerja bahkan sampai ratusan. Sebaliknya, minifundio adalah unit usaha pertanian terkecil yang hanya
dapat menampung satu keluarga (2 orang pekerja), dengan pola pendapatan, akses pasar, dan tingkat
teknologi serta jumlah modal tertentu yang berbeda menurut masing-masing negara atau wilayah.

5.
Fragmentasi

dan
Subdivisi
Lahan
Petani
di
Asia
Masalah pokok bidang pertanian di Asia adalah banyaknya orang yang bekerja pada lahan yang sangat
sempit. Hampir selama abad 20 ini kondisi pedesaan di kawasan Asia semakin memburuk. Prof. Gunnar
Myrdal mebgidentifikasikan tiga elemen atau kekuatan pokok yang saling berkaitan yang membentuk
pola kepemilikan lahan tradisioanal, yang dapat dirinci menjadi : 1. Penindasan yang dilakukan bangsa
Eropa. 2. Pengenaln transaksi ekonomi yang serba menggunakan uang secara besar-besaran serta
meningkatnya kekuatan pemilik uang yang bertindak sebagai rentenir. 3. Laju pertumbuhan penduduk
Asia
yang
sangat
cepat.
6.
Pertanian
Subsisten
dan
Perluasan
Perladangan
di
Afrika
Seperti halnya di Asia dan Amerika Latin pola pertanian subsistem pada sebidang lahan yang sempit
merupakn cara hidup sehari-hari dari sebagian besar keluarga petani di Afrika. Akan tetapi, srtruktur dan
organisasi sistem perekonomian sangatlah berbeda. Sebagian besar petani di daerah tropis Afrika masih
mengarahkan hasil pertaniannya untuk kehidupan subsisten, kecuali di daerah perkebunan bekas
jajahan. Karena input variabel yang utama dalam pertanian Afrika adalah keluarga dan tenaga kerja
pedesaan, maka sistem pertanian di Afrika didominasi oleh tiga karakteristik utama : 1. Masih sangat
pentingnya pola pertanian subsisten bagi masyrakat pedesaan. 2. Eksistensi atau ketersediaan sebidang
lahan yang luasnya melebihi dari cukup untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar yang masih
memungkinkkan berlangsungnya pola pertanian berpindah serta membuat tanah bukan merupakn suatu
instrumenkekuatan ekonomi dan politik bagi pemiliknya. 3. Adanya hak bagi setiap keluarga guna
memanfaatkan lahan dan air di dalam dan sekitar wialyah kampung halamannya, dan sama sekali tidak
boleh dijamah oleh keluarga-keluarga lain meskipun mereka berasal dari satu suku.
D.
Peran
Penting
Kaum
Wanita
Dalam beberapa kasus, kaum wanita melakukan sekitar 70 persen tugas pertanian, dan dalam satu
kasus bahkan hampir mencapai 80 persen dari keseluruhan pekerjaan. Pada umumnya, yang dikerjakan
adalah pekerjaan-pekerjaan kasar dengan menggunakan peralatan yang serba sederhana atau bahkan
pimitif dan memerlukan banyak waktu, sekedar untuk mencukupi keperluan subsisten keluarganya,
sementara kaum pria atau para suami mencoba mencari pekerjaan sambilan di perkebunan atau di kotakota.
Selama ini kaum wanita telah memberikan kontribusi yang besar dan penting dalam ekonomi pertanian,
khususnya
dalam
sektor
tanaman
pangan
yang
cepat
menghasilkan
uang.
Di berbagai kawasan di negara-negara berkembang jerih payah kaum wanita selama berjam-jam setiap
harinya dalam menghasilkan produk tanaman komersial tetap saja tidak mendapatkan imbalan atau
upah. Sementara sumber penghasilan dari produksi pertanian komersial meningkat, kontrol kaum wanita
terhadap sumber-sumber ekonomi itu justru menurun ini dikarenakan sebagian besar sumber daya
rumah tangga, seperti tanah dan input-input lainnya dialihkan dari budidaya tanaman pekarangan ke
produksi
pertanian
komersial
itu.
Program-program pengembanga yang dijalankan pemerintahan negara-negara berkembang selama ini
hanya terfokus pada kaum pria saja, sehingga ketimpangan akses ke berbagai sumber daya ekonomi
antara kaum pria dan wanita semakin lama semakin besar. Karena itu, kontribusi wanita bagi pendapatan
keluarga
dengan
sendirinya
merosot.
Program-program yang disponsori pemerintah belum memberikan perhatian yang memadai kepada kaum
wanita. Di banyak negara berkembang, seorang wanita hanya dapat melakukan suatu kontrak atau
transaksi ekonomi jika disertai oleh tanda tangan sang suami. Sedikit sekali kaum wanita yang terlibat
dalam program-program pelatihan dan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah. Berbagai
macam kendala kultural dan sosial masih menghalangi integrasi kaum wanita ke dalam program-program
pengembangan pertanian di banyak negara-negara berkembang. Secara umum, keterlibatan kaum
wanita dalam berbagai macam proyek pembangunan dan program-program peningkatan kesejahteraan
masih sangat terbatas; jadi tidak mengherankan jika proyek atau program itu sendiri banyak yang gagal
mencapai sasarannya. Yang tidak kalah pentingnya bahwa segala macam usaha kaum wanita masih
dianggap tidak perlu diberi imbalan atau upah, padahal tetes keringat kaum pria mendapat imbalan.
Pentingnya peranan dan fungsi ekonomi kaum wanita tersebut dibuktikan oleh keberhasilan yang sangat
mengesankan dari program-program pembangunan yang melibatkan partisipasi mereka secara penuh.
Sehubungan dengan begitu pentingnya peranan kaum wanita dalam peningkatan kemakmuran

masyarakat pertanian, maka setiap program atau proyek pembangunan haruslah melibatkan mereka
agar kaum wanita juga memperoleh manfaat dan kesempatan yang sama besarnya dengan yang
diterima
oleh
kaum
pria.
E. Ilmu Ekonomi Pembangunan Sektor Pertanian: Transisi dari pola Pertanian Subsisten ke pola
Pertanian
Komersial
yang
terspesialisasi
Tiga tahap pokok dalam evolusi pola produksi pertanian. Tahap pertama dan yang paling primitif adalah
usaha tani subsisten murni yang berskala kecil (petani hanya bertani) dengan tingkat produktivitas yang
rendah. Tahap kedua adalah apa yang disebut sebagai pola pertanian keluarga campuran atau yang
telah terdiversifikasi. Tahap ketiga adalah usaha pertanian modern yang secara khusus sudah mengarah
kepada usaha-usaha perdagangan dengan tingkat produktivitas yang tinggi telah terspesialisasi.
Modernisasi pertanian dalam sisem prekonomiam campuran di berrbagai negara-negara berkembang
juga dapat dijelaskan sebagai suatu proses transisi yang berlangsung secara ber5tahap tetapi tetpi
berkesinambungan, yakni darin pola produksi subsisten menjadi sistem pertania yang terdiversifikasi dan
terspesialisasi. Namun, transisi semacam itu bukanlah sekedar reorganisasi struktur ekonomi pertanian
atau
semta-mata
memperkenalkan
eknologi
pertanian
yang
baru.
Sebelum menganalisis aspek-aspek ekonomi pengembangan sektor pertanian pengembangan sektor
pertanian dan pembangunan kawasan pedesaan, terlebih dahulu kita perlu memahami bagaimana sistem
dalam pertanian di suatu negara berkembang mengalami perubahan atau evolusi dari waktu ke waktu,
yakni mulai dari pola pertanian subsisten dari berskala kecil, ke pola pertanian keluarga yang lebih besar
dan lebih terdiversifikasi, hingga akhirnya sampai ke pola produksi pertanian secara massal yang
dioperasikan
oleh
unit-unit
usaha
pertanian
komersial
secara
berskala
besar.
1. Pertanian Subsisten: Pencegahan Risiko, Ketidakpastian, dan Upaya Mempertahankan Kelangsungan
Hidup
Dalam pola pertanian subsisten klasik, sebagian besar output dikonsumsi sendiri oleh keluarga petani
(hanya sebagian kecil sisanya yang dijual atau diperdagangkan di pasar-pasar lokal). Pertanian subsisten
mempunyai
risiko
yang
tinggi
dan
penuh
ketidakpastian.
Meskipun berbagai proes dan institusi penunjang pertanian di daerah pedesaan di berbagai negaranegara berkembang sangat bervariasi, setidak-tidaknya ada tiga karakteristik umum yang terus bertahan
dari waktu ke waktu. Ketiga hal itu adalah: (1) para petani di berbagai negara-negara berkembang secara
historis mampu bertahan menghadapi berbagai kesulitan, karna sampai sekarang mereka masih bisa
mempertahankan kehidupannya; (2) kondisi mereka relatif statis, paling tidak apabila dikaitkan dengan
cepatnya perubahan yang berlangsung pada jaman sekarang; serta (3) mereka hampir selalu gagal
melakukan usaha-usaha untuk mencitakan perubahan, baik karena kelembagaan dan proses yang ada
dianggap sudah cukup dapat diandalkan maupun karna telah terciptanya berbagai unsur yang
membentuk suatu harmoni dalam kesatuan antara ekologi dan petani itu sendiri.
2.
Transisi
Menuju
Pertanian
Campuran
dan
Terdiversifikasi
Pola pertanian terdiversifikasi atau pertanian campuran merupakan tahap perantara yang harus dilalui
dalam proses transisi dari pola produksi pertanian subsisten menjadi produksi pertanian yang
terspesialisasi. Pada tahap ini, tanaman pokok tidak mendominasi hasil-hasil pertanian karna para petani
sudah mulai menanam jenis-jenis tanaman perdagangan yang baru dan relatif mudah dijual. Kegiatan ini
dapat memberikan kesempatan kerja kepada para buruh tani yang terpaksa menganggur diluar musim
panen dan musim tanam. Usaha-usaha sampingan seperti itu sangat cocok bagi negara-negara
berkembang guna memanfaatkan jumlah tenaga kerja pedesaannya yang berlimpah secara lebih baik
dan
lebih
efisien.
3.
Dari
Divergensi
ke
Spesialisasi:
Pertanian
Komersial
Modern
Pertanian terspesialisasi merupakan tahap akhir dan bentuk yang paling maju dari unit usaha pertanian
dalam sistem perekonomian pasar campuran. Ini adalah tipe pertanian yang pada umumnya terdapat di
negara-negara industri maju. Dalam pola pertanian terspesialisasi atau pertanian khusus, pengadaan
bahan pangan untuk keperluan keluarga dan sejumlah surplus yang dapat dijual tidak lagi merupakan
tujuan
pokok.
Adapun karakteristik-karakteristik umum dari semua unit usaha pertanian yang terspesialisasi adalah
pengutaman jenis tanaman tertentu; pemakaian modal secara intensif; penggunaan teknik-teknik
produksi modern yang hemat tenga kerja; serta pengembangan skala ekonomi yang besar untuk
mengurangi
unit-unit
biaya
dan
memaksimalkan
keuntungan.
F. Menuju Suatu Strategi Pembangunan Pertanian dan Pedesaaan yang Andal: Beberapa Syarat Pokok

Apabila tujuan utama pembangunan pertanian dan daerah pedesaan di negara-negara berkembang
adalah untuk memperbaiki taraf hidup masyarakat di pedesaan melalui peningkatan pendapatan, total
produksi (output), dan produktivitas petani kecil, maka pertama-tama pemerintahan negara-negara
berkembang tersebut harus mengidentifikasi sumber-sumber pokok kemajuan pertanian dan kondisikondisi dasar yang sekiranya akan mepengaruhi keberhasilan pencapaian tujuan utama.
Sumber-sumber
Kemajuan
Pertanian
Berskala
Kecil
a.
Kemajuan
teknologi
dan
inovasi.
b.
Kebijakan
ekonomi
pemerintah
yang
tepat.
c.
Kelembagaan
sosial
yang
menunjang.
Syarat
Umum
bagi
Kemajuan
Pedesaan
a. Modernisasi struktur usaha tani dalam rangka memenuhi bahan pangan yang terus meningkat.
b.
Penciptaan
sistem
penunjang
yang
efektif.
c. Perubahan kondisi sosial pedesaan guna memperbaiki taraf hidup masyarakat pedesaan.
1.
Perbaikan
Pertanian
Berskala
Kecil
Teknologi
dan
Inovasi
Teknologi dan inovasi baru dalam kegiatan-kegiatan pertanian merupakan syarat penting yang harus
dipenuhi
demi
menciptakan
perbaikan
tingkat
output
dan
produktivitas.
Ada dua sumber pokok inovasi teknologi yang berpotensi meningkatkan hasil-hasil pertanian. Dipihak
lain, kedua hal itu juga menimbulkan dampak negatif terhadap upaya-upaya pembangunan pertanian di
negara-negara dunia ketiga. Hal yang pertama adalah mekanisasi pertanian atau pengenalan mesinmesin produksi guna menggantikan tenaga kerja manusia. Hal yang kedua adalah pengenalan inovasi
biologis dan produk-produk kimia sebagai penunjang dalam pertanian. Penerapan ini seolah-olah dapat
memperluas lahan melalui perbaikan mutu lahan sehingga dapat meningkatkan hasil panen perhektar
lahan. Secara tidak langsung hal ini meningkatkan output pertenaga kerja. Dengan adanya kemajuan
inovasi biologis dan produk-produk kimia penunjang pertanian diharapkan mampu memacu tingkat
outputn dan produktivitas pertanian negara-negara berkembang. Dan itu biasa disebut dengan teknologi
skala netral. Secara teoritis, inovasi tersebut bisa diterapkan dengan kefektifan yang sama pada
pertanian besar ataupun kecil. Oleh karena itu, inovasi ini sangat cocok untuk negara-negara
berkembang, terutama bagi daerah-daerah tropis dan subtropis, guna mengembangkan potensi dan
meningkatkan
output
pertanian
di
negara-negara
dunia
ketiga
tersebut.
2.
Syarat-syarat
bagi
Terlaksananya
Pembangunan
di
Daerah
Pedesaan
Ada tiga dalil pokok yang merupakan syarat-syarat terpenting yang harus segera dipenuhi atau
dilaksanakan dalam rangka merealisasikan setiap strategi pengembangan sektor-sektor pertanian dan
pembangunan daerah-daerah pedesaan yang berorientasikan pada kepentingan rakyat banyak.
Land
Reform
Dalil 1: Struktur usaha tani dan pola kepemilikan lahan harus disesuaikan dengan tujuan utama yang
bersisi ganda, yaitu peningkatan produksi bahan pangan, serta pemerataan segala manfaat atau
keuntungan-keuntungan
kemajuan
pertanian
pada
sisi
yang
lain.
Pembangunan sektor pertanian dan pedesaan hanya akan berhasil membawa manfaat atau keuntungan
bagi orang banyak apabila ada usaha bersama antara pihak pemerintah dan semua petani (bukan hanya
petani-petani besar saja). Langkah yang harus dilakukan adalah pemberian dan perbaikan hak
kepemilikan
atau
penggunaan
lahan
kepada
masing-masing
petani.
Oleh karena itu program land reform harus dijalankan demi menciptakan kondisi awal bagi
terselenggaranya pembangunan pertanian yang mantap di berbagai negara-negara berkembang.
Program land reform biasanya meliputi redistribusi hak-hak kepemilikan lahan dan/atau pembatasan
penggunaan lahan yang terlalu luas oleh tuan-tuan tanah, serta membagikannya kepada petani kecil
yang
lahannya
terlalu
sempit
atau
tidak
memiliki
lahan
sama
sekali.
Semua land reform pada dasarnya dimaksudkan untuk melaksanakan suatu fungsi sentral: mengalihkan
hak kepemilikan atau pemanfaatan lahan secara langsung atau tidak langsung pada orang-orang yang
nantiny
benar-benar
menggarap
lahan
tersebut.
Kebijakan-kebijakan

Pendukung

Dalil 2: semua manfaat dari pembangunan pertanian berskala kecil tidak akan dapat direalisir secara
nyata tanpa didukung oleh serangakaian kebijakan pemerintah yang secara sengaja diciptakan untuk
memberikan rangsangan atau intensif, kesempatan atau peluang-peluang ekonomi dan berbagai
kemudahan yang diperlukan untuk mendapatkan segenap input utama guna memungkinkan para petani
kecil
meningkatkan
tingkat
output
dan
produktivitas
mereka.
Keterpaduan
Tujuan-tujuan
Pembangunan
Dalil 3: keberhasilan pembangunan pedesaan, selain sangat tergantung pada kemajuan-kemajuan petani
kecil, juga ditentukan oleh hal-hal penting lainnya yang meliputi: (1) upaya-upaya untuk meningkatkan
pendapatan riil pedesaan, baik di sektor pertanian maupun nonpertanian, melalui penciptaan lapangan
kerja, industrialisasi di pedesaan, pembenahan pendidikan, kesehatan dan gizi penduduk, serta
penyediaan berbagai bidang pelayanan sosial dan kesejahteraan lainnya. (2) penanggulangan masalah
ketimpangan distribusi pendapatan di daerah pedesaan serta ketidakseimbangan pendapatan dan
kesempatan ekonomi antara daerah pedesaan dengan perkotaan. (3) pengembangan kapasitas sektor
atau daerah pedesaan itu sendiri dalam rangka menopang dan memperlancar langkah-langkah perbaikan
tersebut dari waktu ke waktu.

PEMBAHASAN
Landasan Teori
Menurut analisis pembangunan ekonomi daerah yang dipaparkan neoklasik,
sangat memberikan konsep penting dalam pembangunan ekonomi daerah
namun peranan teori ekonomi Neoklasik tidak terlalu besar dalam
menganalisis pembangunan daerah (regional). Tetapi teori ini memberikan
dua konsep pokok dalam pembangunan ekonomi daerah yaitu keseimbangan
dan mobilitas faktor produksi. Artinya sistem perekonomian akan mencapai
keseimbangan alamiahnya jika modal bisa mengalir tanpa restriksi
(pembatasan). Oleh karena itu, modal akan mengalir dari daerah yang
berupah tinggi menuju ke daerah yang berupah rendah. Jika dibuat secara
ringkas :
Pembangunan daerah = f (SDA, Tenaga kerja, Investasi, Entrepreneurship,
Transprotasi, Komunikasi, Komposisi industri, Teknologi, Luas daerah, Pasar
ekspor, Situasi ekonomi internasional, Kapasitas pemerintah daerah,
Pengeluaran pemerintah, dan bantuan pembangunan.
1.

Sektor Pertanian
Pertanian merupakan suatu proses untuk menghasilkan bahan pangan,
ternak, serta produk-produk agroindustri dengan cara memanfaatkan
sumber daya alam yaitu sumber daya tumbuhan dan sumber daya hewan.
Pemanfaatan kedua sumber daya ini sebaiknya dilakukan secara baik dan
efisien, sehingga nantinya sektor pertanian dapat menghasilkan output yang

berkualitas baik dan jumlah dari output tersebut bisa untuk mencukupi
kebutuhan pangan dalam negeri. Namun demikian, sampai saat ini masih
juga ditemukan kasus-kasus yang sangat merugikan bagi perkembangan
sektor pertanian yaitu kasus seperti penangkapan ikan dengan
menggunakan pukat harimau dan bahan peledak yang nantinya dapat
merusak ekosistem di dasar laut, perburuan hewan di hutan dan
penebangan hutan secara ilegal serta munculnya proyek-proyek perumahan
yang dalam pelaksanaannya dilakukan dengan cara mengambil luas lahan
sawah dan hutan yang ada.
Sebenarnya salah satu sektor penting dalam perekonomian Indonesia
adalah sektor pertanian yang merupakan penerapan akal dan karya manusia
melalui pengendalian proses produksi biologis tumbuh-tumbuhan dan
hewan, sehingga lebih bermanfaat bagi manusia. Tanaman dapat diibaratkan
sebagai pabrik primer karena dengan memakai bahan dasar langsung dari
alam dapat menghasilkan bahan organik yang bermanfaat bagi manusia baik
langsung maupun tidak langsung.
Usaha pertanian memiliki dua ciri penting yaitu :
Selalu melibatkan barang dalam volume besar
Proses produksi yang memiliki resiko yang relatif tinggi

1.
2.

Dua ciri khas ini muncul karena pertanian melibatkan makhluk hidup dalam
satu atau beberapa tahapnya dan memerlukan ruang untuk kegiatan itu
serta jangka waktu tertentu dalam proses produksi. Beberapa bentuk
pertanian modern (misalnya budidaya alga dan hidroponika) telah dapat
mengurangkan ciri-ciri ini tetapi sebagian besar usaha pertanian dunia masih
menggunakan bentuk dan cara pertanian yang lama.
Struktur Sistem Pertanian (Agraria) Dunia

1.

Jika diperhatikan bahwa kondisi pertanian yang ada sekarang ini pada
sebagian besar negara miskin, akan segera disadari bahwa betapa banyak
tugas-tugas yang harus dilaksanakan sesegera mungkin. Perbandingan
sekilas antara produktivitas pertanian di negara maju dengan negara
berkembang akan memperjelas gambaran suram tersebut. Sebenarnya,
sistem atau pola pertanian yang ada di dunia ini dapat dibagi menjadi 2 pola
yang berbeda yaitu :


Pola pertanian di negara-negara maju yang memiliki tingkat efisiensi
tinggi, dengan kapasitas produksi dan rasio output per tenaga kerja
yang juga tinggi, sehingga jumlah petani yang sedikit dapat
menyediakan bahan pangan bagi seluruh penduduk.



Pola pertanian yang tidak atau kurang berkembang yang terjadi di
negara-negara berkembang. Tingkat produktivitasnya begitu rendah
sehingga hasil yang diperoleh acapkali tidak dapat memenuhi
kebutuhan para petaninya sendiri. Jangankan untuk mencukupi
kebutuhan pangan penduduk daerah perkotaan, untuk keperluan

sehari-hari para petani itu saja, hasil-hasil pertanian yang ada tidak
mencukupi.
Sehingga antara negara maju dan negara berkembang muncul suatu
kesenjangan yang disebut sebagai kesenjangan produktivitas. Pada tahun
2000 kesenjangan produktivitas ini meningkat menjadi lebih dari 50
banding 1, dimana negara-negara yang berpendapatan rendah
(produktivitasnya rendah) nilai tambah per pekerja sektor pertanian
adalah 346 dolar sedangkan di negara maju seperti Inggris, Swedia,
Jepang masing-masing adalah 34.730 dolar, 34.285 dolar, dan 30.620
dolar. Dari hal ini dapat dilihat dan dibuktikan bahwa tingkat kesenjangan
produktifitas antara negara maju dengan negara berkembang cukup
tinggi dan hal ini merupakan sebuah keadaan yang sangat
memprihatinkan.
1.

Penyebab-Penyebab Semakin Memburuknya Kinerja Pertanian
di Negara Berkembang
Penyebab semakin memburuknya kinerja pertanian di negara
berkembang adalah karena banyak negara berkembang yang memiliki
daerah pertanian yang cukup luas namun tidak bisa memanfaatkan
kelebihan luas lahan pertanian yang mereka miliki. Negara tersebut masih
terpengaruh oleh para teoritisi barat bahwa yang didengung-dengungkan
adalah bagaimana cara membangun dan memajukan perekonomian suatu
bangsa yaitu dengan cara mengubah perekonomian agraris menjadi
perekonomian industri, dan banyak negara berkembang yang meletakkan
dasar pemikiran itu dalam struktur tatanan perekonomian mereka. Ternyata
strategi tersebut sangat tidak cocok untuk diterapkan di negara-negara
tersebut. Hal ini terjadi karena memang infrastruktur pembangunan industri
di negara tersebut memang belum tersedia secara lengkap. Maka salah satu
akibat yang ditimbulkan dari masalah ini adalah tingginya angka migrasi
para penduduk dari desa ke kota yang sebenarnya daerah perkotaan sudah
terlampau padat bagi para penduduk sementara lahan garapan pertanian
yang ada di desa ditinggalkan dan tidak ada generasi penerus yang akan
mengelola karena para pemuda dan pemudi desa memilih untuk melakukan
migrasi ke kota agar bisa bekerja di perkantoran atau di sektor industri lain
dengan harapan memperoleh standar hidup yang lebih baik. Dari kejadian ini
maka sebab dan masalah yang ditimbulkan di negara tersebut adalah :


Lapangan pekerjaan di kota semakin sedikit. Hal ini diakibatkan karena
banyaknya tenaga kerja yang mencari pekerjaan disana sehingga
terjadi persaingan yang sangat ketat antara para pencari kerja.



Lahan garapan pertanian di desa mulai terbengkelai. Hal ini
diakibatkan karena para pemuda dan pemudi desa melakukan migrasi
ke kota untuk mencari pekerjaan disana sehingga orangtua mereka di
desa yang sudah berumur tua kerepotan untuk mengelola lahan
petaniannya yang luas. Sehingga produktivitas mereka berangsurangsur turun seiring bertambahnya usia mereka.

1.



Semakin sedikitnya tenaga kerja yang ada untuk mengelola lahan
pertanian yang luas di daerah pedesaan maka produktivitas sektor
pertanian tersebut juga akan turun. Dampaknya juga akan dirasakan
oleh negara tersebut yaitu dimana negara-negara yang memiliki lahan
pertanian yang luas sudah mulai mengimpor bahan pangan untuk
menjaga kestabilan pangan nasional mereka contoh yang paling jelas
adalah di negara kita sendiri. Hal ini tentu sangat memprihatinkan
mengingat negara kita mempunyai lahan pertanian yang cukup luas
tetapi negara kita harus mengimpor bahan pangan dari negara yang
luas lahan pertaniannya lebih kecil dari negara kita. Sebenarnya jika
lahan pertanian negara kita dikelola dengan baik maka negara kita
tidak perlu mengimpor bahan pangan bahkan negara kita bisa menjadi
negara pengekspor bahan pangan.



Hal yang juga menjadi penyebab utama dari semakin memburuknya
kinerja pertanian adalah terabaikannya sektor yang sangat penting
dalam perumusan prioritas pembangunan oleh pemerintahan negara
yang bersangkutan. Terabaikannya sektor pertanian tersebut
diperparah lagi dengan gagalnya pelaksanaan investasi dalam
perekonomian industri perkotaan, yang terutama disebabkan oleh
kesalahan dalam memilih strategi industrialisasi substitusi impor dan
penetapan nilai kurs yang terlalu tinggi.

Pembangunan Daerah Pedesaan, Kebijakan-kebijakan
Pendukungnya, Serta Keterpaduan Antara Tujuan Pendukung
Di daerah pedesaan pada sebagian besar negara berkembang umumnya
mempunyai luas lahan yang sempit, modal relatif kecil, sedangkan jumlah
tenaga kerja yang ada melimpah. Dalam kondisi tersebut yang merupakan
masalah mengapa pembangunan di pedesaan tidak sesuai dengan harapan,
dimana tujuan utama pembangunan pertanian dan daerah pedesaan di
negara berkembang adalah untuk memperbaiki taraf hidup masyarakat di
pedesaan melalui peningkatan pendapatan, total produksi atau output, dan
produktifitas petani kecil sehingga diperlukan syarat-syarat bagi
terlaksananya pembangunan daerah pedesaan. Syarat-syarat terlaksananya
suatu pembangunan daerah pedesaan antara lain melalui kebijakan Land
Reform.
Struktur usaha tani dan pola kepemilikan lahan harus disesuaikan dengan
tujuan utama yang berisikan ganda, yaitu peningkatan produksi bahan
pangan, serta pemerataan segala manfaat atau keuntungan-keuntungan
kemajuan pertanian pada sisi lain.
Pembagian sektor pertanian dan pedesaan hanya akan berhasil membawa
manfaat jika ada usaha bersama antara pemerintah dengan semua petani,
bukan hanya dengan petani besar saja.
Program Land Reform biasanya meliputi redistribusi hak-hak kepemilikan
lahan dan pembebasan penggunaan lahan yang terlalu luas oleh para tuan

tanah kemudian membagikannya kepada para petani kecil yang lahannya
terlalu sempit. Pelaksanaannya melalui beberapa cara yaitu :
Mengalihkan kepemilikan lahan kepada para penyewa

1.
2.

Penggarap / petani bagi hasil yang secara langsung mengerjakan lahan
yang dimaksud

3.

Mengalihkan lahan perkebunan besar pada petani kecil

4.

Pembentukan koperasi pedesaan

5.

Dekrit pemerintah yang menyatakan bahwa semua lahan pertanian
adalah milik pemerintah dan bagi para petani yang ingin memberdayakan
lahan tersebut sebaiknya diberikan berbagai akses dan kemudahan untuk
menggarap lahan tersebut.
Semua manfaat dari pembangunan pertanian berskala kecil tidak akan dapat
direalisir secara nyata tanpa didukung oleh serangkaian kebijakan
pemerintah yang secara sengaja diciptakan untuk memberikan rangsangan
atau insentif, kesempatan atau peluang ekonomi, dan berbagai kemudahan
yang diperlukan untuk mendapatkan segenap input utama guna
memungkinkan para petani kecil meningkatkan tingkat output dan
produktifitas mereka. Berbagai kebijakan yang sebaiknya diberikan
pemerintah demi terlaksananya proses pembangunan daerah pedesaan
antara lain adalah :


Adanya anggaran dari pemerintah pusat bagi pembangunan
infrastruktur daerah pedesaan sehingga arus transportasi dan
pengangkutan dari desa ke kota atau sebaliknya akan lancar.
Diharapkan dengan infrastruktur yang memadai maka masyarakat
akan semakin lancar untuk melakukan proses perdagangan sehingga
hal ini juga akan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang
bersangkutan.



Pendirian Koperasi Unit Desa (KUD).

Dengan adanya KUD maka masyarakat di pedesaan akan merasa sangat
terbantu karena masyarakat bisa menjualkan hasil-hasil pertanian kesana
disamping itu di KUD masyarakat pedesaan juga bisa membeli pupuk dan
berbagai kebutuhan pertanian disana dengan harga yang relatif lebih
murah bila dibandingkan jika mereka harus membeli di tempat lain.


Pendirian Koperasi Simpan Pinjam.

Keberadaan Koperasi Simpan Pinjam (KOSPIN) dipandang sebagai salah
satu hal yang perlu ada di dalam daerah pedesaan, sehingga apabila
masyarakat pedesaan membutuhkan dana atau biaya baik untuk
menambah modal lahan pertanian mereka ataupun untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari masyarakat pedesaan tidak perlu meminjam uang
melalui lintah darat atau usaha perkreditan swasta lainnya yang nantinya
akan bisa menjadi boomerang bagi masyarakat pedesaan itu sendiri

karena jumlah bunga yang diberikan sangat tinggi. Maka dengan adanya
koperasi simpan pinjam ini masyarakat dapat merasa terbantu dalam
memperoleh pinjaman dana baik untuk menambah modal ataupun untuk
memenuhi biaya kebutuhan yang sifatnya mendesak. Tentunya koperasi
simpan pinjam yang didirikan di pedesaan sebaiknya tidak bersifat profit
motif melainkan lebih bersifat persaudaraan dan kekeluargaan dengan
menerapkan pemberian pinjaman dengan bunga yang lunak, dan akan
lebih baik lagi apabila koperasi simpan pinjam ini dikelola oleh
masyarakat desa itu sendiri sehingga rasa persaudaraan dan
kekeluargaan di dalamnya akan lebih terasa.


Pemberian Pelatihan Bagi Masyarakat Pedesaan Secara Konsisten

Maksud dari pemberian pelatihan ini adalah untuk menambah wawasan
dan keterampilan masyarakat pedesaan terhadap bidang usaha yang
mereka jalani yaitu bidang pertanian dan perdagangan. Diharapkan
dengan adanya pelatihan ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan masyarakat pedesaan akan perdagangan dan pertanian
sehingga muncullah berbagai output dalam bidang pertanian yang
kualitasnya bertambah baik dari tahun ke tahun. Selain itu dengan
adanya pelatihan perdagangan maka hal ini diharapkan akan menambah
pengetahuan mereka akan perdagangan. Maka dengan adanya
pemberian pelatihan bagi masyarakat pedesaan ini akan sangat
membantu menambah pengetahuan masyarakat pedesaan akan bidang
usaha yang mereka jalankan.
Keberhasilan pembangunan pedesaan, selain sangat bergantung pada
kemajuan petani kecil, juga ditentukan oleh hal-hal penting lainnya meliputi :
1.

Upaya untuk meningkatkan pendapatan riil pedesaan, baik di sektor
pertanian maupun non pertanian.

2.

Penanggulangan masalah ketimpangan distribusi pendapatan di
daerah pedesaan serta ketidakseimbangan pendapatan dan kesempatan
ekonomi antara daerah pedesaan dengan perkotaan.

3.

Pengembangan kapasitas sektor / daerah pedesaan itu sendiri dalam
rangka menopang dan memperlancar langkah-langkah perbaikan tersebut
dari waktu ke waktu.

1.

Solusi Yang Harus Dilakukan Oleh Negara Berkembang Untuk
Menciptakan Daerah Pertanian dan Pedesaan Sebagai Salah Satu
Sektor Yang Bisa Diandalkan
Dari bebagai masalah dan akibat yang ditimbulkan maka perlu dilakukan
suatu tindakan untuk menyelamatkan tata perekonomian negara-negara
tersebut. Cara yang harus dilakukan oleh pemerintah negara-negara
tersebut adalah dengan memberikan perhatian bagi sektor pertanian yang
bisa dijadikan sektor andalan bagi negara tersebut dan para penduduk juga
sudah harus mulai mengelola lahan ini sebaik mungkin, sehingga diharapkan

ada suatu ikatan yang baik antara pemerintah dan penduduk negara yang
bersangkutan dimana pemerintah memberikan akses dan kemudahan dalam
pengelolaan lahan pertanian baik itu akses pasar maupun kemudahan dalam
berbagai bentuk seperti dalam penyediaan faktor produksi dan pendanaan
untuk pengelolaan lahan pertanian dan penduduk negara yang bersangkutan
juga ikut mengelola lahan pertaniannya dengan baik, serius dan dilakukan
dengan penuh tanggung jawab. Pembangunan sektor pertanian dan daerah
pedesaan kini diyakini sebagai intisari pembangunan nasional secara
keseluruhan oleh banyak pihak. Harus diingat bahwa tanpa pembangunan
daerah pedesaan yang integratif pertumbuhan industri tidak akan berjalan
dengan lancar, dan kalaupun bisa berjalan, pertumbuhan industri tersebut
menciptakan berbagai ketimpangan internal yang sangat parah bagi
perekonomian negara yang bersangkutan.
Strategi pembangunan ekonomi yang dilandaskan pada prioritas
pertanian dan ketenagakerjaan paling tidak membutuhkan tiga unsur yaitu :


Percepatan pertumbuhan output melalui serangkaian penyesuaian
teknologi, institusional, dan insentif harga yang khusus dirancang
untuk meningkatkan produktivitas para petani kecil.



Peningkatan permintaan domestik terhadap output pertanian yang
dihasilkan dari strategi pembangunan perkotaan yang berorientasikan
pada upaya pembinaan ketenagakerjaan



Diversifikasi kegiatan pembangunan daerah pedesaan yang bersifat
padat karya, yaitu non pertanian yang secara langsung dan tidak
langsung akan menujang dan ditunjang oleh masyarakat pertanian.

Sehingga untuk menuju pertanian dan pedesaan yang andal perlu
dipahami apa saja yang menjadi sumber kemajuan, syarat-syarat untuk
maju, dan kebijakan pendukung apa yang diperlukan.
Sumber-sumber Kemajuan Pertanian Berskala Kecil adalah :


Kemajuan teknologi dan inovasi



Kebijakan ekonomi pemerintah yang tepat



Kelembagaan sosial yang menunjang

Syarat Umum Bagi Kemajuan Pedesaan adalah :
1.

2.
3.

Modernisasi struktur usaha tani dalam rangka memenuhi permintaan
bahan pangan yang terus meningkat
Penciptaan sistem penunjang yang efektif
Perubahan kondisi sosial pedesaan guna memperbaiki taraf hidup
masyarakat pedesaan.
PENUTUP

KESIMPULAN

Dari berbagai hal yang telah dibahas pada hal-hal sebelumnya ternyata
tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian dan pedesaan juga dapat
membantu meningkatkan perekonomian nasional. Contohnya adalah di
negara-negara maju (USA, Inggris, Kanada, Jepang dll). Negara-negara
tersebut membuktikan bahwa pembangunan sektor pertanian dan pedesaan
mereka dapat membantu perekonomian nasional mereka dengan
memberikan kontribusi bagi perekonomian selain sektor industri yang sudah
menjadi sektor andalan dalam perekonomian mereka. Berbagai kontribusi
yang bisa diberikan meliputi (1) Peningkatan Lapangan Pekerjaan sehingga
secara otomatis akan menurunkan tingkat angka pengangguran (2) Untuk
menekan tingginya tingkat urbanisasi di negara itu , dan (3) Sebagai
penyeimbang dalam pertumbuhan sektor industri. Suatu hal yang sangatlah
tepat jika ingin memperbaiki tatanan ekonomi yang ada di negara-negara
yang memiliki daerah pertanian yang luas adalah dengan membangun
daerah tersebut yang nantinya pasti akan ikut berperan serta dalam
memperbaiki struktur tatanan ekonomi di negara yang besangkutan.
Dengan dibangunnya sektor pertanian yang baik maka hal ini juga akan
berdampak baik bagi daerah pedesaan karena sektor pertanian merupakan
sektor yang sangat berpengaruh bagi daerah pedesaan dalam hal untuk
mendapatkan pendapatan riil pedesaan. Jika sektor pertanian yang ada di
desa dapat terus maju dan berkembang maka pendapatan riil pedesaan juga
pasti akan naik. Jika pendapatan riil semakin meningkat maka desa itu bisa
melakukan pembangunan desa yang bersangkutan seperti pembangunan
jalan dan infrastruktur lainnya yang bisa memajukan desa tersebut. Dengan
demikian jika transformasi pertanian dan lingkungan pedesaan dapat
terlaksana dengan baik, maka perekonomian nasional negara yang
bersangkutan pasti akan berjalan ke arah yang lebih baik dimana distribusi
pendapatan di negara yang bersangkutan itu dapat terlaksana.

SARAN

Sebaiknya jika negara berkembang ingin melakukan peningkatan
perekonomian nasionalnya melalui proses pembangunan sektor pertanian
dan pedesaan janganlah meniru berbagai metode yang sudah dilakukan oleh
berbagai negara maju dalam membangun sektor ini karena apa landasan
dan dasar yang mereka lakukan dalam struktur perekonomian negara
mereka itu belum tentu cocok terhadap kondisi atau keadaan internal negara
berkembang. Negara berkembang boleh saja mempelajari berbagai cara
yang dilakukan oleh negara maju dalam memajukan perekonomian mereka
melalui pembangunan sektor pertanian dan pedesaan ini, setelah
mempelajari hal tersebut kemudian negara berkembang bisa menilai apa
saja hal-hal yang bisa mereka contoh dan mereka lakukan pada negara
mereka sendiri. Sehingga jangan sampai negara berkembang meniru semua
cara yang dilakukan oleh negara maju karena kondisi internal tiap negara itu
berbeda dan di khawatirkan jika salah satu negara meniru sebuah metode
yang dilakukan oleh negara lain dapat menyebabkan sebuah kesalahan yang

diakibatkan tidak cocoknya suatu strategi yang dilakukan dengan kondisi
internal yang ada.