BAB I Metodologi Penelitian Bar and Rest

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Jakarta merupakan jantung negara Indonesia yang menjadi pusat segala
aktifitas baik bisnis, pendidikan, pemerintahan maupun politik. Sebagai kota besar
yang berkembang, laju pertumbuhan perekonomian serta perubahan teknologi dan
arus informasinya pun semakin cepat. Hal ini menjadi salah satu faktor pendorong
terciptanya persaingan ketat di dalam dunia bisnis. Pasar yang semakin dinamis,
mengharuskan para pelaku bisnis untuk secara terus-menerus berimprovisasi
dalam mempertahankan para pelanggannya.
Ruang interaksi yang semakin mengecil, serta adanya dorongan yang
menginginkan suasana yang baru ditengah padatnya aktifitas untuk merileksasikan
diri, hingga mendorong perpindahan ruang interaksi dari sebuah ruang kerja atau
hunian ke tempat-tempat publik.
Restoran merupakan salah satu public space yang semakin banyak
dikunjungi masyarakat metropolis sebagai salah satu alternatif ruang interaksi
baru. Hal ini disebabkan oleh kemudahan berinteraksi dengan keluarga atau relasi,
juga dapat menjamu tamu seperti rekan bisnis, selain lebih formal dan juga
suasana lebih nyaman.
Seiring dengan perkembangan zaman, kini bar sering dijumpai di restoranrestoran yang menggabungkan konsep bar dan restoran yang merupakan wadah

atau tempat dimana konsumen dapat memesan dan menikmati beraneka jenis
makanan. Makin merebaknya restoran-restoran di ruang publik karena fungsi
restoran yang bukan hanya untuk menyantap makanan tetapi bisa berbagai hal
seperti mengerjakan tugas, meeting, bahkan untuk berbincang-bincang dalam
waktu yang lebih lama. Jumlah restoran yang semakin banyak membuat para
pemilik restoran bersaing untuk menjaring pelanggan sebanyak-banyaknya
dimulai dengan cara menghidangkan menu yang khas, peningkatan pelayanan,
hingga membuat atmosfir yang menyenangkan dalam restoran dengan desain
1

interior yang menarik, tetapi itu saja tidak cukup karena menu makanan yang
hampir tidak berbeda pada satu tempat maka pemilik mulai bersaing dengan
desain dan konsep yang lebih menarik bahkan sangat berbeda untuk menarik
pembeli karena makin banyaknya persaingan diruang publik.
Konsep desain interior yang unik pada restoran atau bar sangat
memperngaruhi pembeli yang akan datang dan agar tetap kembali lagi ke restoran
tersebut karena bukan hanya menampilkan sebuah ruang dengan suasana baru
tetapi juga menghadirkan kenyamanan yang berbeda, dimana kenyamanan dalam
suatu ruang adalah hal terpenting dalam desain. Desain yang berhasil adalah
desain yang membuat ruang itu nyaman luar dan dalamnya, sedangkan

kenyamanan adalah sebuah perasaan dimana pelanggan atau konsumen berada di
titik kepuasan, dalam konsep interior yang unik sebuah kenyamanan dihadirkan
dengan suasana yang berbeda.
Umumnya interior sebuah restoran atau bar memiliki tema tertentu. Tematema dalam interior didukung oleh berbagai aktifitas, penggunaan material dan
elemen-elemen interior yang tepat akan membentuk dan memperkuat tema-tema
tersebut. Pemilihan bahan atau material sebagai unsur-unsur pembentuk ruang saat
ini amat beragam, dari lantai, dinding hingga ceilling. Sebagai contoh restoran
dan bar Potato Head yang berada di Pacific Place tepatnya di kawasan Sudirman
Cental Business District (SCBD), dimana kawasan tersebut sangat strategis untuk
sekedar melepas lelah atau mengadakan pertemuan formal maupun non formal
dengan klien. Resto & Bar ini memiliki keunikan pada desain interiornya serta
cita rasa makan dan minuman yang ditawarkan. Konsep yang berbeda pada Resto
& Bar Potato Head menjadikannya sebagai salah satu Resto & Bar yang paling
diminati oleh kaum urban. Elemen interior yang digunakannya berbeda dengan
Resto & Bar pada umumnya.
Berdasarkan penjelasan diatas, pada kesempatan kali ini peneliti selaku
calon desainer mengambil judul “Evaluasi Penggunaan Elemen Interior Pada
Resto & Bar Potato Head” baik dari segi fungsi, perawatan, ketahanan, keamanan
material. Peneliti tertarik mengambil studi kasus Potato Head Resto & Bar ini
karena perkembangan resto & bar yang makin banyak di Jakarta, serta dari segi

interior dimana desain yang menarik terkadang tidak sesuai dengan prosedur atau
2

syarat yang diterapkan dalam ilmu desain interior, agar diharapkan dapat
meningkatkan kualitas pelayanan bagi konsumen yang datang ke Potato Head
resto & bar.

1.2 Rumusan Masalah
3

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya adalah:
1. Bagaimanakah jenis material lantai yang sesuai dengan resto & bar Potato
Head baik dari segi fungsi, perawatan, ketahanan, dan kemanan material?
2. Bagaimanakah jenis material plafon yang sesuai dengan resto & bar Potato
Head baik dari segi fungsi, perawatan, ketahanan, dan kemanan material?
3. Bagaimanakah jenis material dinding yang sesuai dengan resto & bar
Potato Head baik dari segi fungsi, perawatan, ketahanan, dan kemanan
material?
4. Apakah elemen interior resto & bar Potato Head yang digunakan sudah
sesuai dengan konsep yang diusung?


1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui dan menganalisis jenis material lantai yang sesuai dengan
resto & bar Potato Head baik dari segi fungsi, perawatan, ketahanan,
dan kemanan material.
2. Mengetahui dan menganalisis jenis material ceilling yang sesuai
dengan resto & bar Potato Head baik dari segi fungsi, perawatan,
ketahanan, dan kemanan material.
3. Mengetahui dan menganalisis jenis material dinding yang sesuai
dengan resto & bar Potato Head baik dari segi fungsi, perawatan,
ketahanan, dan kemanan material.
4. Mengetahui dan menganalisis elemen interior resto & bar Potato Head
yang sesuai dengan konsep yang diusung.

1.4 Manfaat penelitian

4

1. Bagi ilmu pengetahuan desain interior, memberikan sumbangan kajian
ilmu pengetahuan desain interior, khususnya mengenai elemen interior

pada restoran & bar yang out of the box namun tidak lepas dari standar
yang ada.
2. Bagi pengelola resto & bar Potato Head, memberikan masukan sebagai
referensi

dalam

pemilihan

material

elemen

interior

dalam

meningkatkan minat pengunjung yang datang.
3. Bagi penulis, dalam menambah pengetahuan dan wawasan dalam
proses desain interior khususnya tentang penggunaan bahan material

pada elemen interior resto & bar Potato Head.
4. Bagi masyarakat, sebagai bahan masukan agar dunia interior dan
kontribusinya dapat dikenal luas secara riil oleh masyarakat umum.

1.5 Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Bab ini meliputi latar belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan.
BAB II Tinjauan Pustaka
Bab ini akan memaparkan studi literatur yang dipakai sebagai acuan dalam
proses mendesain. Selain itu akan dibahas juga mengenai standar-standar yang perlu
diterapkan dalam objek bangunan yang didesain, dalam hal ini adalah resto & bar
Potato Head.
BAB III Metode Penelitian
Bab ini memaparkan teknik pengumpulan data rancangan penelitian, objek
pebelitian, dan waktu penelitian.
BAB IV Hasil dan Pembahasan

5


Temuan-temuan dari hasil penelitian serta yang berkaitan dengan tinjauan
pustaka dan mampu menjawab pertanyaan penelitian yang tercantum dalam rumusan
masalah.
BAB V Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan-kesimpulan hasil penelitian serta saran-saran uang operational
DAFTAR PUSTAKA

6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Restoran & Bar
2.1.2 Restoran
Restoran berasal dari bahasa latin yaitu restaurare, dalam bahasa inggris
berarti a public eating place, yaitu rumah makan atau tempat makan umum. Menurut
Badudu-Zain (2001: 1164) bahwa, restoran berarti rumah makan. Dan bahwa,
“Restoran adalah suatu tempat atau bangunan yang diorganisasi secara komersil, yang
menyelenggarakan pelayanan dengan baik kepada tamu baik berupa makan maupun

minum”.
Ada beberapa definisi mengenai pengertian restoran menurut beberapa ahli,
yaitu:
1. Menurut Marsum (1991; 7)
“Suatu tempat atau bangunan yang diorganisasi secara komersial, yang
menyelenggarakan pelayanan dengan baik kepada semua tamunya baik
berupa makan maupun minum.”
2. Menurut Sugiarto, Endar & Sulartriningrum, Sri (1996; 77)
“Restoran adalah suatu tempat yang identik dengan jajaran meja-meja
yang tersusun rapi, dengan kehadiran orang, timbulnya aroma semerbak
dari dapur dan pelayanan para pramusaji, berdentingnya banyi-bunyian
kecil karena persentuhan gelas-gelas kaca, porselin, menyebabkan suasana
hidup di dalamnya.”
Secara garis besar restoran dapat digolongkan menjadi empat macam, yaitu:
a. Exclusive
Jenis ini mempunyai karakteristik tertentu, sebab makanan yang disediakan
dibuat atas pesanan pelanggan, sehingga sifatnya eksklusif
7

b. Larger

Rumah makan ini banyak dipakai sebab mempunyai resiko yang kecil, disini
disediakan masakan sesuai dengan selera masakan umum
c. Smaller
Rumah makan ini mempunyai masakan dan minuman khusus disamping
masakan dan minuman lainnya. Daya tariknya pada menu khusus, juga mutu
masakan harus tetap ditingkatkan supaya pengunjung tidak merasa kecewa
d. Populer
Rumah makan ini menyediakan bermacam-macam masakan dalam jumlah
banyak, sehingga pengunjung dapat mengambil sendiri masakan yang telah
disediakan diatas meja
Dilihat dari pengelolaan dan sistem penyajian, Marsum (1993; 8-11)
menjelaskan restoran dapat dibedakan menjadi beberapa tipe, yaitu:
a. A’la Carte Restaurant
b. Table D’hote Restaurant
c. Coffee Shop atau Brasseire
d. Cafe
e. Canteen
f. Continental Restaurant
g. Carvery
h. Dining Room

i. Discotheque
j. Fish and Chip Shop
k. Grill Room
l. Inn Tavern
m. Night Club / Super Club
n. Pizzeria
o. Pan Cake House
p. Pub
q. Snack Bar / Cafe / Milk Bar
8

r. Specially Restaurant
s. Terrace Restaurant
t. Gourmet Resaurant
u. Family tipe Restaurant
v. Main Dining Room
2.1.1 Bar
Bar dikenal dengan nama atau sebutan Tavern. Bar berasal dari kata
“Banier” yang berarti sesuatu yang menghalangi, yaitu kayu pemisah antara
pekerja Bar (Bartender) dengan tamu. Kayu pemisah atau penghalang tersebut

dinamakan “Counter”. Counter tersebut mempunyai fungsi lain yang dilengkapi
dengan kursi tinggi yang disebut “Bar Stools”. Bar Stools dibuat sesuai dengan
keinginan dan selera yang punya Bar (Owner). Di Bar tersebut tamu dapat duduk
santai memesan makanan dan minuman yang diinginkannya. Sebagai pemisah
antara Bartender dengan tamu, counter juga bertujuan untuk menghindari tamu
yang mabuk masuk ke dalam Bar dan mengambil minuman yang ada di Bar.
Dengan memperhatikan dan mengikuti perkembangan yang terjadi hingga saat ini,
pengertian kata tentang Bar adalah sebagai berikut: “Bar merupakan suatu tempat
atau counter, dimana seseorang bisa mendapatkan pelayanan makanan dan
minuman, baik yang mengandung alkohol maupun yang tidak mengandung
alkohol.”
Pada mulanya sejarah perkembangan bar ini berasal dari Amerika Utara,
dimana bar mula-mula dikenal oleh masyarakat pada beberapa abad yang silam,
kemudian dikenal dan disukai mengingat sifat-sifat serta suasananya lain dari pada
yang lain. Pada umumnya orang-orang sangat senang bertemu di Bar, berkumpul
membicarakan sesuatu sambil meminum keras. Sesuai dengan perkembangan Bar
sekarang ini, Bar bukan saja sebagai tempat berkumpul atau sekedar minumminum, tetapi juga merupakan tempat hiburan, tempat santai setelah seharian
kerja, melepaskan dan menghilangkan ketegangan sambi mendengarkan musik
baik secara tidak langsung dari penyanyi, bahkan kita dapat berdansa di Bar
tersebut.
Menurut jenisnya Bar dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:
9

a. Mini Bar
b. Pool Bar
c. Portable Bar
d. Sanken Bar / Garden Bar
e. Expresso Bar
f. Private Bar
g. Lounge Bar
h. Bar and Restaurant. Biasanya terdapat di kota-kota, bentuk dan
tampilannya seperti restoran pada umumnya. Bar-nya terletak
disudut restauran, dilengkapi dengan hiburan seperti band untuk
menghibur tamu-tamu yang sedang makan dan minum.
i. Public Bar
j. Service Bar

2.2 Persyaratan Dalam Restoran
Menurut Marsum (2007; 21), secara garis besarnya kegiatan didalam sebuah
restoran dapat dibagi dalam empat jenis kegiatan, yaitu:
1. Dapur, untuk mempersiapkan dan memproduksi hidangan.
2. Ruang makan (dinning area), untuk menawarkan, menjual dan sekaligus
meyajikan hidangan-hidangan yang dimasak oleh bagian dapur.
3. Bar, untuk menjual minuman beralkohol dan melayani tamu.
4. Kasir, tempat tamu untuk melakukan pembayaran.

2.3 Sejarah
Sejarah restoran berasal dari ratusan tahun yang lalu. Di mesir pada 512 SM
ada sebuah tempat makan dengan menawarkan satu jenis makanan, yaitu kombinasi
dari daging burung liar dengan bawang dan sereal. Makan siang untuk para pengusaha
dinyatakan pertama kali dibuat oleh seorang penjaga kedai Roman pada tahun 40 SM
untuk mereka yang terlalu sibuk dan tidak sempat pulang.

10

Rumah makan pertama kali yang kemudian dikenal dengan nama restoran
didirikan pada tahun 1765 oleh A. Boulanger, yaitu makanan berupa sup sayur di
Paris. Keberadaan rumah makan ditunjukkan dengan memberikan tanda pada pintu
rumahnya dalam bahasa latin “Datanglah pada saua dengan perut buruk kamu (dalam
keadaaan lapar dan saya akan menyembuhkan kamu.”
Selanjutnya banyak ditiru oleh para juru masak dan pelayan yang meninggalkan
majikan mereka masing-masing dengan mendirikan usaha yang sama. Hal ini
merupakan salah satu peristiwa penting mengikuti perkembangan revolusi Perancis.
Keruntuhan kaum bangsawan mengakibatkan mereka tidak dapat membiayai
pengikutnya lebih lanjut, termasuk tukang masak dan pelayang-pelayannya. Di antara
restoran yang pertama kali berdiri, salah satu diantaranya didirikan oleh seorang yang
bernama Antonis Beauviliers.
Di Inggris restorang mulai dikenal sejak abad ke-16, dalam bentuk penyediaan
makanan pada kedai minuman dan penginapan dengan harga dan waktu yang sudah
ditentukan terlebih dahul. Tetapi istilah restoran itu sendiri baru digunakan setelah
revolusi Perancis pada awal abad ke-19.
Rumah makan di Amerika pada umumnya meniru rumah makan di Inggris,
disamping rumah makan yang khusus untuk Imigran. Rumah makan Delmonico di
New York dibuka pada awal tahun 1837, dan dianggap sebagai restoran pertama di
Amerika karena restoran itu sendiri didirikan dengan mengikuti sistem restoran di
Perancis.

2.4 Elemen Interior
Ruang adalah suatu wadah dari objek-objek yang keberadaannya dapat
dirasakan secara subyektif, dapat dibatasi oleh elemen-elemen alam, langit, horison
dan lain-lain (Suptandar, 1995: 57). Dalam interior ruang juga bisa dikatakan sebagai
tempat atau wadah yang dibatasi oleh unsur-unsur interior yaitu latai, dinding dan
plafon. Unsur pembentuk ruang dapat dibagi menjadi lantai, dinding dan plafon yang
menjadi satu kesatuan struktur penunjang kegiatan.
2.3.1 Dinding
11

Dinding merupakan pembatas, penyekat dan pembagi sebuah ruangan. Secara
struktural, dinding merupakan pemikul beban bangunan dan sekaligus merupakan
pelindung ruang dari pengaruh lingkungan sekitarnya, serta berfungsi sebagai penutup
pembatas ruang baik visual maupun akustikal. (Mangunwijaya, 1980; 339)
Dinding sebagai pembatas ruang dinding mempunyai fungsi sebagai:
“unsur-unsur vertikal suatu bentuk bisa berupa dinding-dinding interior, dapat
menjadi penyangga bidang lantai dari suatu bangunan. Unsur tersebut mengendalikan
kontinuitas visual serta ruang antara, ruang dalam dan luar bangunan. Dinding
merupakan alat bantu dalam menyaring aliran udara, cahaya, suara, dan sebagainya,
melalui ruangan-ruangan suatu bangunan (Ching, 1991; 136). Dinding bangunan pada
umumnya tidak kurang dari 300 cm, dengan ketebalan 15-20 cm.
Terdapat pula hubungan antara dinding dengan pencahayaan, yaitu: posisi
dinding untuk pengaruh sinar, warna dinding atau pembentuk dinding. Penggunaan
bahan penutup dinding, posisi dan jenis lampu yang digunakan. Dinding mempunyai
peranan yang menentukan, karena dari dinding akan memperoleh warna suasana,
seperti suasana sejuk, akrab, kekeluargaan, dan lain-lain.
Warna dinding juga berpengaruh pada kesan ruang, warna-warna yang
mengkilat lebih banyak memantulkan sinar sebaliknya warna buram kurang
memantulkan sinar. Warna-warna yang terang memberikan kesan ringan dan luas
pada suatu ruang, sedangkan warna gelap memberikan kesan berat dan sempit
(Suptandar, 1982; 46).
Untuk interior restoran menggunakan warna hues sebagai pembangkit selera
makan yang terdiri dari warna merah panas, kuning ucat, hijau terang, cokelat dengan
aksen pink sebagai pemanis. Hues adalah nama yang diberikan pada warna untuk
membedakan warna yang satu dengan yang lainnya.
Selain warna, dinding juga merupakan bidang yang secara leluasa dapat dihias
dengan selera. Cara menghias dinding menurut Suptandar (1986; 30):
a) Membuat motif-motif dekorasi dengan digambar, dicat, dicetak. Diaplikasikan
dan dilukis secara langsung di dinding.

12

b) Dinding ditutup atau dilapisi dengan bahan yang ornamentik atau dengan
memasang hiasan-hiasan yang ditempel pada dinding.
Dinding atau partisi yang mudah dipindahkan dan direlokasikan, terutama
digunakan di ruang makan yang bersifat private serta ruang dengan banyak fungsi
yang memungkinkan perubahan dalam ukuran maupun fungsi ruang.
BAHAN

KEUNTUNGAN

KERUGIAN

Batu

Berkesan hangat
Tidak berubah warna
Tahan terhadap cuaca
Tahan terhadap benturan
Ukuran variatif

Pemeliharaan tidak mudah
Mudah menyerap debu

Cat

Tahan terhadap air
Tahan terhadap dingin
Mudah dibersihkan
Relative murah
Warna variatif

Warna mudah berubah
Tidak tahan panas
Tidak tabah lembab
Daya tahan 1-2 tahun

Glass

Tahan terhadap cuaca
Memberikan kesan luas
Merefleksikan cahaya
Relative murah

Menyimpan panas
Bersifat isolator
Tidak tahan benturan
Pemeliharaan sulit

Keramik

Kuat/ tahan lama
Mempunyai motif/corak variatif
Ukuran variatif
Warna tidak mudah luntur
Tahan terhadap zat kimia
Tahan air

Tidak tahan benturan
Isolator

Kayu

Kuat terhadap getaran
Mudah didapat
Nilai estetis tinggi
Penghantar panas

Tidak tahan cuaca (lembab, hujan, dll)
Relative mahal (kayu solid)
Penghantar dingin yang buruk
Pemeliharaan sulit

Wall paper

Tahan lama, tahan air
Mudah dibersihkan
Variatif motif & corak

Relative mahal
Pemasangan sulit

Metal

Kuat terhadap cuaca
Berkesesan execlusive (modern)
Maintenance mudah

Relative mahal
Tidak tahan goresan

2.3.2 Lantai
13

Lantai merupakan tempat berpijak atau alas tempat beraktifitas. Lantai
berfungsi sebagai penutup ruang bagian bawah dan juga memikul beban diatasnya,
baik beban dari unsur pembentuk ruang itu sendiri maupun beban dari pengisi ruang.
(Mangunwijaya, 1980; 329).
Toni Chi seorang pakar desain restoran Amerika berpendapat dalan acara
seminar sehari Restaurant Design Concept bahwa perbedaan tinggi lantai pada
restoran umumnya tidak begitu disukai karena ketika melayani tamu terlalu
merepotkan walaupun hal tersebut mungkin dapat memberikan keuntungan dalam
perancangan. Kalaupun perbedaan tinggi laintai ini diperlukan sebaiknya jangan lebih
dari dua atau tiga anak tangga. Lantai pada bagian utama restoran harus sama tinggi
pada bagian dapur.
Menurut Suptandar (1985: 7), penggunaan warna-warna pada penutup lantai
memberikan kesan tertentu terhadap ruangan, inisialnya warna biru memberi kesan
sejuk, warna merah memberi kesan panas.
Fungsi lantai
Lantai dapat menunjang fungsi dan kegiatan yang terjadi dalam ruang.
Suptandar (1985: 29) mengatakan bahwa, “masalah lantai memberikan
jawaban langsung pada bagaimana sirkulasinya, dan gerakan yang masih
mungkin terjadi dalam ruang dimana desainer kadang melupakan kebutuhan
luas minimum yang justru memberikan kenyamanan dan keindahan interior.”
1. Sebagai struktur penguat
Menunjang kegiatan manusia, penunjang furniture, lalu lintas
(sirkulasi) dan kekuatannya sangat tergantung dari konstruksi dan
pemilihan materialnya. Pemilihan metrial tergantung pada:
a. Fungsi ruang
b. Kapasitas ruang
c. Mobilitas kegiatan penghuninya
d. Kondisi alam (lingkungan)
e. Keindahan
f. Emosi / selera
14

g. Ekonomi
h. Persyaratan pendukung
Selain pemilihan material yang sesuai, konstruksi lantai juga
sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, tekanan beban lantai, serta
jenis lantai yang digunakan.
2. Sebagai Pengontrol lingkungan
a. Terhadap air tanah
Dibuat air gap (celah udara), biasanya pada rumah tradisional
yang menggunakan bahan kayu sebagai lantai.
b. Terhadap iklim
c. Terhadap panas
Sebagai isolasi panas dan sebagai penghantar panas / hangat.
d. Terhadap suara
Sebagai transmisi suara, penghantar dan peredam suara
(tergantung pada bahan yang digunakan), penyekat vibrasi
(getaran).
3. Memberikan penampilan yang baik
Selain fungsional, prnutup lantai sebagai finishing dapat
memberikan penampilan yang baik. Finishing lantai mempunyai
fungsi:
Fungsi fisik
a. Melindungi struktur bangunan (lantai) dari tekanan, benturan
karena pemakaiandan korosi/kerusakan.
b. Keamanan dan kenyamanan sesuai dengan kondisi yang
diinginkan (hangat, dingin, tidak bising, dan sebagainya)
Fungsi estetis (psychological)

15

a. Dengan warna, tekstur, membuat permukaan lantai lebih
menarik/estetis sesuai dengan fungsi, sifat dan karakter ruang.
Menurut Suptandar (2000; 178) dalam merancang lantai pada restoran ada
berbagai jenis bahan yang umum digunakan sebagai bahan penutup lantai beton, tiaptiap bahan memiliki sifat dan karakter tersendiri serta kelebihan yang berbeda-beda.
Dalam buku The Encyclopedia Americana (1990: 263), fungsi lantai tidak saja
sebagai tempat untuk kaki berpijak, tetapi juga sebagai unsur dekorasi, sebagai
pendukung beban untuk penempatan furniture, fasilitas dan lain sebagainya, dan
sebagai penyerap atau peredam suara. Bahan lantai ada dua jenis, yaitu:
1. Bahan keras berupa kayu, batu alam, batu bata, marmer, dan sebagainya.
2. Bahan lembut berupa karpet, permadani dan sebagainya.
Untuk kekuatan lantai, pemilihan material lantai yang tahan terhadap
kelembapan, minyak dan noda khususnya daerah yang digunakan untuk bekerja atau
daerah lalu lalang. (Ching, 1996: 199).
Bahan penutup lantai yang digunakan:
JENIS
LANTAI

Granit

UKURAN

60 x 60

KEUNGGULAN
 Dingin dan keras
 Perawatannya
mudah
 Mempunyai
penampilan yang
baik
 Kuat dan tahan
lama

16

KEKURANGAN
 Tidak dapat
meredam
suara
 Granit
dengan
finishing
mengkilap
dapat
menjadi licin
bila terkena
air
 Harganya
relatif mahal

Karpet

Parket

Keramik

Sesuai
yang
dibutuhkan
, hitungan
per-meter

100 x 20

30 x 30
40 x 40

 Dapat meredam
suara
 Kaya pilihan
corak dan warna
 Nyaman
 Tahan gores

 Mudah
terbakar
 Dapat rusak
oleh detergen

 Terlihat elegan
 Mempunyai
kesan hangat dan
indah

 Mudah
tergores
 Tidak tahan
api
 Mudah
memuai
 Tidak tahan
benturan
beban berat
yang keras
 Warna
keramik bisa
berubah

 Harga terjangkau
 Tersedia dalam
banyak pilihan
warna, corak dan
tekstur
 Mudah dalam
pemasangan
 Mudah di dapat

2.3.3 Plafon
Plafon dapat diartikan sebagai pembatas antara ruang atas (atap) dengan
ruangan bawah. Fungsi utama dari plafon dalam suatu desain yaitu sebagai penutup
bangunan dan menyembunyikan peralatan-peralatan engineering serta terminal
euipment.
Adapun beberapa jenis-jenis plafon yang dapat diterapkan pada restoran, bar,
dapur, koridor, dan lainnya akan tergantung dari beberapa faktor, seperti:
a. Pelayanan engineering: ukuran dan desain ducting, kabel dan lain-lain.
b. Terminal: difuser, kisi, fitting tanam ataupun gantung.
c. Kebutuhan akustik: penyerapan dan pengisolasian suara.
d. Tahan api dan permukaan yang mampu menyebarkan api.
e. Pengisolasian suhu, pengembunan dan efek kelembaban.

17

f. Mudah dicapai dan tersedia jalan masuk: untuk pekerjaan dan penggantian
equipment.
g. Memperhitungkan peranan konstruksi.
h. Perbandingan harga.
(Lawson, 1994; 126)
Langit-langit atau ceilling selain sebagai penutup ruang juga sebagai petunjuk
arah sirkulasi, penempatan titik lampu, serta menunjukan perbedaan visual areal ruang
(Lawson, 1973; 13). Tinggi rendahnya ceilling akan mempengaruhi kualitas ruangan,
seperti halnya kesan dan suasana akustik ruang (Suptandar, 1982; 58).
No. Jenis bahan
Karakter
1.
Gypsum
 Kedap suara
board
 Dapat dicat
 Tersedia dengan berbagai
macam bentuk dan ukuran
 Tahan terhadap api
 Tahan goresan
2.
Bambu
 Kedap suara
 Tidak tahan air
 Mempunyai nilai estetis
 Ukuran dapat disesuaikan
3.
Plywood
 Tidak tahan air
 Ukuran terbatas
 Biaya relatif murah
 Mudah pengerjaannya
 Tidak tahan terhadap air dan
api
4.
Metal
 Warna dapat disesuaikan
 Mudah dibersihkan
 Berkesan dingin
 Pemasangan mudah
Bahan-bahan penutup ceiling

18

Keterangan
 Banyak diguanakan
didalam gedung
perkatnoran, hotel,
restoran dan rumah
tinggal
 Sangat baik untuk ruang
denga gaya etnik dan
tradisional
 Masih banyak digunakan
terutama rumah tinggal

 Penggunaan untuk
interior berkesan modern
dan futurisktik.

2.5 Tinjauan Estetika
Ketentuan dari keseimbangan, skala, warna dan fungsi adalah alat penolong
untuk membuat dekorasi agar dapat menambah keindahan disekitarnya dengan
dekorasi-dekorasi baik yang konvensional sampai yang tradisional (Suptandar, 1982:
130). Untuk mendekorasi sebuah ruang diperlukan suasana yang diinginkan serta
aktivitas dari konsumen maupun karyawan juga menentukan dekorasi ruangan.
Estetika dalam arti teknis ialah ilmu keindahan, ilmu yang mengenai
kecantikan secara umum, estetika bukanlah cara untuk menikmati keindahan, akan
tetapi usaha-usaha untuk memahaminya. (Anwar, 1975: 5).
Birkhoff berpendapat bahwa pengalaman estetik seseorang sebenarnya terdiri
dari tiga tahap yang faktor-faktornya dapat diukur, yaitu:
1. Langkah awal untuk mengamati objek atau benda estetik yang
berkaitan dengan tingkat kerumitan benda tersebut (C)
2. Nilai atau ukuran estetik (M)
3. Kesadaran bahwa benda tersebut mempunyai ciri harmoni, simetri atau
ketertiban (keberaturan) yang penting sebagai unsur estetik (O)
M:

adalah ukuran estetik yang ditentukan oleh faktor ketertiban (keberaturan)
pada benda estetik.

O:

adalah kesadaran intuitif terhadap nilai yang ditimbulkan oleh benda estetik.

C:

adalah tingkat kerumitan (complexity) benda estetik. (Sachari, 1989: 21).

2.6 Teori Warna
Dalam buku Unsur Warna dalam Perancangan Desain karangan Artini
Kusmiati dan Pamudji Suptandar, disebutkan beberapa persepsi bila sebuah warna
ditangkap oleh pengelihatan manusia yaitu:
a. Persepsi Visual
Dalam persepsi visual apabila terjadi kontras dan kejenuhan akan terjadi
glare yang sangat mengganggu.
19

b. Persepsi Thermal
Masing-masing warna mempunyai temperatur yang berbeda-beda dan
maisng-masing warna tersebut mempunyai temperatur yang berbeda-beda.
Warna muda mempunyai kemampuan merefleksi panas lebih besar,
sedangkan warna tua mempunyai kemampuan menyerap panas, sehingga
panas yang diterima disimpan di dalam benda yang berwarna tersebut.
c. Persepsi Psikologi
Setiap warna menunjukan gejala emosional yang berbeda. Warna-warna
hangat (hues) sering dihubungkan dengan api, matahari dan panas. Warna
ini mampu menaikkan emosional seseorang. Warna dingin (cool hues)
sering dihubungkan denan es, bayang-bayang dan air.

2.7 Konsep Desain Interior
2.7.1 Industrial Design
Menurut Saidin (1997), desain industri (Industrial design) adalah seni terapan
di mana estetika dan usability (kemudahan dalam menggunakan suatu barang) suatu
barang disempurnakan. Desain industri menghasilkan kreasi tentang bentuk,
konfigurasi, atau komposisi garis atau warna atau garis dan warna atau gabungannya,
yang berbentuk tiga atau dua dimensi yang memberi kesan estetis. Dapat dipakai
untuk menghasilkan produk, barang, komoditas industri atau kerajinan tangan.
Industrial design menjadi sebuah gaya atau konsep yang pada awalnya
merambah dunia desain interior dan arsitektur Eropa. Hal ini disebabkan karena
banyaknya bangunan bekas pabrik yang tak lagi difungsikan. Agar tak menjadi
terbengkalai masyarakat sekita mensiasatinya dengan melakukan penyesuaian agar
gedung-gedung tersebut dapat dijadikan sebagai hunian yang layak dan nyaman.
Walaupun sudah dilakukan berbagai macam penyesuaian, karakter asli
bangunan sengaja tidak dihilangkan. Sehingga terciptalah sebuah ciri khas desain
Eropa pada masa itu, tepatnya di awal era 1930-an. Beberapa jenis material yang
cenderung kasar seperti logam dan baja balok lantai sengaja diekspos untuk
20

menunjukkan karakternya. Hasilnya, sedikit rustic namun lebih rapi karena
disesuaikan dengan fungsi bangunan terebut.
Industrial design dalam desain interior maupun arsitektur, biasanya ditandai
dengan material atau komponen yang bersifat unfinished. Seperti contohnya pada
langi-langit tanpa plafon, pipa-pipa saluran atau kabel listrik yang sengaja dibiarkan
terlihat, dinding bata tanpa plitur dan lain sebagainya.
2.7.2 Green Design
Kata hijau (green) sering kali digunakan karena memiliki penekanan makna
kata yang lebih lentur dan melambangkan alam yang berkelanjutan. Dengan alasan
yang sama, ada juga yang menggunakan istilah ekologis. Semua kata yang digunakan
memang berbeda, namun memiliki tujuan yang sama.
Green design merupakan sebuah gerakan atau konsep yang bertujuan untuk
melindungi dan melestarikan alam demi kepentingan semua pihak, baik untuk masa
kini maupun masa depan nanti. Terdapat beberapa cara untuk menggambarkan sebuah
desain untuk menggambarkan konsep ini, yaitu dengan proses pendekatannya
menekankan pada penggunaan istilah “4-R”, yaitu reduce (mengurangi), reuse
(menggunakan kembali), recycle (daur ulang), regenerate (memperbarui). Walaupun
kata reduce (mengurangi) kemungkinan akan memicu gambaran terhadap sesuati
yang hilang, aplikasinya akan lebih diutamakan pada pengurangan pemborosan
ataupun segala sesuatu yang berlebihan.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

21

3.1 Rancangan Penelitian
Mengingat dalam penelitian ini, peneliti akan mengevaluasi tentang penggunaan
elemen interior pada resto & bar Potato Head baik dari segi fungsi, perawatan,
ketahanan,

keamanan

material.

Maka

dalam

rancangan

penelitian

ini

menggunakan metode deskriptif.
3.2 Objek Penelitian
Restoran dan bar Potato Head yang berada di pusat perbelanjaan Pasific Place
Jakarta untuk meneliti Elemen Interior yang meliputi lantai, dinding, ceiling.
3.3 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dimulai selama 3 bulan yaitu dari September 2013 sampai akhir
desember 2013 dan bertempat di Jakarta.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Mengobservasi Resto dan Bar yang berada di Potato Head Pasific Place serta
mencari literatur tentang Resto dan Bar dari berbagai sumber literatur dengan
menggunakan metode kualitatif.

BAB IV
HASIL & PEMBAHASAN

22

4.1 Potato Head
Potato Head merupakan resto dan bar yang bernaung dibawah
perusahaan PTT Family. Potato Head memiliki konsep yang sangat menarik
dimana tercipta perpaduan antara bistro tradisional dan bar yang ada di seluruh
dunia. PTT Family pertama kali mendirikan Potato Head resto & bar di Bali.
Kesuksesannya di Bali tidak hanya sampai disitu, Potato Head Family terus
berupaya mengembangkan sayapnya ke Jakarta yang hingga saat ini sudah
memiliki 2 cabang Potato Head resto & bar yang masing-masing memiliki
konsep desain yang berbeda namun masih dalam satu garis desain.

4.2 Sejarah Potato Head
Nama resto & bar Potato Head, berasal dari salah satu pemilik restoran
yang terkagum-kagum dengan Mr. Potato Head, tokoh kartun rekaan George
Lerner. Pemilik restoran menganggap image pintar, lucu dan stylish yang ada
pada tokoh kartun yang dibuat pada tahun 1949 ini akhirnya digunakan
sebagai nama restoran & bar yang banyak diminati oleh konsumen dari
berbagai macam kalangan. Mulai dari usia dewasa hingga anak-anak dapat
menikmati suasana serta event dengan tema yang berbeda dari hari-hari kerja,
sembari menunggu hidangan datang.

4.3 Potato Head Pacific Place

23

Terletak di lantai dasar Pacific Place, Potato Head resto & bar
mencoba mengajak konsumen untuk bisa menikmati suasana makan yang
berkesan dengan desain yang berdasarkan konsep industri vintage. Tempat ini
berada di dalam Pacific Place Mall tetapi memiliki pintu masuk yang terpisah
dari mal tentunya akan memisahkan jenis pengunjung yang berdatangan
sehingga terkesan lebih eksklusif.
Desain interior yang sangat eksklusif tercipta dari pengaturan yang
unik serta desain yang orisinil dilengkapi dengan interpretasi yang berbeda
dari masakan bistro otentik serta daftar minuman koktail yang menjadikan
resto & bar ini memiliki standar baru dalam budaya minum di Jakarta. Potato
Head bermula dari sebuah ide sederhana untuk berbagi sesuatu yang asli dan
pribadi kepada publik. Sejak didirikan, Potato Head telah dipilih sebagai salah
satu resto & bar terbaik di ibukota.
Furnitur vintage yang unik didalam ruangan tertutup dengan seni mural
modern dan tekstur arsitektur. Kombinasi semi fine-dine bergaya kasual
menghadirkan suasana yang nyaman. Potato Head resto & bar terdiri dari 3
area yaitu, outdoor dining (non-smoking), bar, dining area yang berada di
main room dan lantai mezanine diatasnya.
a. Cashier

24

b. Bar

c. Dining Room

25

d. Dining Room Mezanine

e. Outdoor Dining

4.3 Elemen Interior
4.3.1 Lantai
Potato Head resto & bar menggunakan tiga jenis penutup lantai yang juga terbagi atas
tiga zona ruang. Pada bagian luar ruangan, lantai yang digunakan plesteran atau biasa
disebut hardener floor. Sedangkan pada bagian dalam ruangan lantai satu tepatnya

26

pada dining area dan bar, menggunakan keramik bakar tradisional berukuran 20 x 20
cm berwarna abu-abu yang berasal dari Yogyakarta.

Penutup lantai pada area mezanine juga di desain berbeda dengan area lainnya. Di
area ini menggunakan parquet kayu solid yang unfinished sehingga memberikan
kesan tua dan hangat dengan ukuran 20 x 90 cm. Resto & bar ini tidak menggunakan
perbedaan ketinggian lantai yang biasanya digunakan untuk membedakan area satu
dengan area lainnya, kecuali pada area mezanine.

4.3.2 Dinding
Dinding Potato Head resto & bar menggunakan beton unfinished yang sengaja
diekspos teksturnya dengan pembagian yang besar. Dinding struktural pada sisi lain
tepatnya di depan bar, dihiasi dengan mural yang menggambarkan tentang luar
angkasa yang dibuat oleh seniman lokal terkemuka.
27

Dibagian ujung ruangan yang menjadi sorotan terdapat dinding hijau yang menerus
hingga plafon teratas, dinding tersebut dipenuhi dengan tanaman rambat hidup,
sehingga suasana hijau dapat dirasakan didalam ruangan sekalipun. Dengan
mengusung tema industrial-green design, maka penggunaan pembatas dinding atau
sekat antar ruang sangat diminimalisir sehingga baik konsumen yang berada di dalam
maupun diluar ruangan dapat atmosfer yang sama. Namun tidak menutup
kemungkinan area dalam difungsikan secara tertutup dengan dibatasi oleh pintu kaca
yang fleksibel sebagai pembatas antara indoor dan outdoor area.

Sebuah fitur desain yang sangat menarik dituangkan pada sisi lain dinding resto & bar
Potato Head ini, yaitu dengan penggunaan ekstensif berbagai kisi-kisi jendela jati tua
yang sudah usang yang tersusun secara acak. Pola acak tersebut memiliki efek yang
tercipta melalui sudut-sudut yang menarik serta memberikan tekstur pada interior.

28

4.3.3 Plafon

Pada bagian langit-langit Potato Head resto & bar diekspos begitu saja sehingga
terlihat pemipaan seperti pemipaan sprinkle dan pipa ac. Tetapi sebagian besar
pipa-pipa tersebut ditutupi dengan kusen-kusen kayu yang menerus dari salah satu
sisi dinding dibelakang bar, sehingga ducting ac dan pemipaan tertutupi
(fungsinya sama dengan gypsum, yaitu sebagai pelapis finishing) dan di beberapa
bagian plafon atau ceilling dibiarkan terbuka sehingga konstruksi kayu, kusen atau
krepyak tersebut terlihat. Lebih dari 300 buah kusen serta krepyak digunakan
29

sebagai komponen estetis pada resto & bar ini yang semuanya berasal dari rumahrumah tua yang berada di Jakarta, Yogyakarta dan Semarang.

4.4 Warna
Konsep warna pada desain interior resto & bar ini adalah natural. Warnawarna natural tersebut terdapat pada penggunaan material alami seperti pada dinding,
lantai, dan plafon yang sengaja dibuat tanpa finishing sebagai pertimbangan terhadap
dampak yang ditimbulkan serta ketahanannya. Pengaplikasian warna natural juga
diwujudkan dari penggunaan kayu usang pada furniture dan komponen lainnya yang
sengaja tidak di finishing ulang. Aksen warna cerah diberikan dibeberapa bagian
seperti warna merah dan biru pada susunan acak daun jendela atau krepyak sebagai
point of view. Pihak pengelola Potato Head resto & bar berharap dengan pemilihan
warna-warna tersebut akan memberikan dampak posistif pada psikologis pengunjung
yang nantinya akan membawa keuntungan bagi perusahaan.

4.5 Tema Desain
Potato Head resto & bar dirancang berdasarkan konsep industrial design yang
canggih dan unik dalam ruangan yang dilengkapi dengan perabot vintage untuk
30

menampilkan sisi industrial design pada masa kejayaannya. Dining area di dalam
ruangan dihiasi dengan lukisan dinding (mural) yang modern dan artistik. Lukisan
tersebut mencerminkan bahwa resto & bar ini bersifat fleksibel yaitu mencangkup
semua kalangan usia di waktu tertentu, serta khususnya bagi kaum urban. Tekstur
arsitektur pada resto & bar ini sengaja ditonjolkan dengan material yang unfinished
seperti pada dinding struktural, lantai serta plafon.
Industrial design yang cenderung kaku dan dingin diimbangi dengan
pemilihan furnitur dan elemen interior yang memberikan kesan hangat. Potato Head
resto & bar menginginkan sebuah konsep yang unik dan kesan aneh yang berbeda
dalam satu konsep ruang, hal tersebut yang melatar belakangi ide kreatif pada resto &
bar ini dimana ada hawa industri namun terdapat juga rasa nyaman seperti dirumah.
Tidak hanya pada konsep design interior yang unik, resto & bar ini juga
mengusung green design. Hal tersebut diterapkan pada sekitar area outdoor dengan
tumbuhan herbal dan buah-buahan yang juga dikomsumsi sebagai bahan pelengkap
makanan. Di area indoor juga terdapat tumbuhan yang merambat dari lantai hingga
plafon sehingga memberikan kesan sejuk ditengah hiruk pikuk kota Jakarta.
Pemakaian material pada elemen interiornya pun banyak memanfaatkan barang yang
sudah tidak terpakai atau benda-benda tua yang kemudian diolah lagi sehingga dapat
digunakan sebagai elemen estetis.

31

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN
a. Elemen interior yang digunakan Potato Head resto & bar menggunakan
keramik dan parquet non solid yang memiliki daya tahan dan keamanan yang
sangat baik untuk public space dengan tingkat keramaian cukup tinggi seperti
restoran.
b. Elemen dinding menggunakan finishing cat pada dinding mural serta
penggunaan jendela tak terpakai yang sudah di finishing oleh cairan anti rayap
sehingga aman untuk digunakan sebagai elemen estetis. Hal tersebut
menambah nilai estetika. Dari segi keamanan dan ketahanannya elemen
tersebut sangat disarankan serta perawatannya yang mudah.
c. Seluruh bahan material terlebih yang bekas pakai, sudah dilapisi dengan
lapisan khusus agar tidak mengganggu keamanan dan kenyamanan
pengunjung.
32

d. Dengan menggunakan barang-barang bekas sebagai komponen desain interior
serta memberikan area hijau pada resto & bar, hal ini merupakan salah satu
langkah untuk penghijauan kota dan pemanfaatan limbah yang kemudian
diolah menjadi sesuatu yang baru dan menarik.

5.2 SARAN
Ceiling /plafon yang diekpos akan memakan biaya lebih banyak
dibandingkan dengan yang menggunakan penutup, karena butuh perawatan ekstra
untuk membersihkannya terlebih lagi ruangan ini di desain terbuka. Debu yang
berada di sekitar ducting atau di sela-sela kusen, sewaktu-waktu akan
menimbulkan ketidaknyamanan tersendiri.
Disarankan untuk meminimalisir penggunaan bahan material atau elemen
interior yang mudah menyimpan debu. Atau menutup bagian dalam ruangan agar
kebersihan dan kenyamanan pengunjung terjaga.

33

DAFTAR PUSTAKA

Badudu-Zain. 2001. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta. Pustaka Sinar
Harapan
Ching, Francis D.K. 1996. Ilustrasi Desain Interior. Jakarta. Erlangga
Hariman, Gustaff. 2008. Paradoks Perkembangan Ekonomi Kreatif di Kota
Bandung. Bandung
Lawson, Fred. 1987. Restaurants, Clubs, and Bars; planning, design and
investment. London. Architectural Press
Mangunwijaya, Y.B. 1980. Pasal-Pasal Pengantar Fisika Bangunan. Jakarta. PT.
Gramedia
Marsum, W.A. 1994. Restoran dan Segala Permasalahannya. Yogyakarta. Andi
Offset
Saidin, S.H., M. Hum. 1997. Aspek Hukum dan Kekayaan Intelektual. Jakarta.
Rajagrafindo
Suptandar, Pamudji. 1995. Perancangan Tata Ruang Dalam. Jakarta. Fakultas
Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Trisakti.
34

Suptandar, Pamudji. 1982. Interior Design II. Jakarta. Erlang

35

Dokumen yang terkait

ANALISIS DANA PIHAK KETIGA PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA PERIODE TRIWULAN I 2002 – TRIWULAN IV 2007

40 502 17

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

IMPROVING CLASS VIII C STUDENTS’ LISTENING COMPREHENSION ACHIEVEMENT BY USING STORYTELLING AT SMPN I MLANDINGAN SITUBONDO IN THE 2010/2011 ACADEMIC YEAR

8 135 12

Improving the Eighth Year Students' Tense Achievement and Active Participation by Giving Positive Reinforcement at SMPN 1 Silo in the 2013/2014 Academic Year

7 202 3

The Correlation between students vocabulary master and reading comprehension

16 145 49

Improping student's reading comprehension of descriptive text through textual teaching and learning (CTL)

8 140 133

The correlation between listening skill and pronunciation accuracy : a case study in the firt year of smk vocation higt school pupita bangsa ciputat school year 2005-2006

9 128 37

Tinjauan atas pembuatan laporan anggaran Bulan Agustus 2003 pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung

0 76 64

SOAL ULANGAN HARIAN IPS KELAS 2 BAB KEHIDUPAN BERTETANGGA SEMESTER 2

12 263 2

MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA REALIA DI KELAS III SD NEGERI I MATARAM KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

21 126 83