ASUHAN KEPERAWATAN TUBERKULOSIS TB PARU
ASUHAN KEPERAWATAN
TUBERKULOSIS (TB) PARU
A.
PENGERTIAN
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis. Kuman batang tanhan asam ini dapat merupakan organisme patogen
maupun saprofit. Ada beberapa mikrobakteria patogen , tettapi hanya strain bovin dan
human yang patogenik terhadap manusia. Basil tuberkel ini berukuran 0,3 x 2 sampai 4
μm, ukuran ini lebih kecil dari satu sel darah merah ( Maryunani anik. 2010)
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis. Kuman batang tanhan asam ini dapat merupakan organisme patogen
maupun saprofit. Ada beberapa mikrobakteria patogen , tettapi hanya strain bovin dan
human yang patogenik terhadap manusia. Basil tuberkel ini berukuran 0,3 x 2 sampai 4
μm, ukuran ini lebih kecil dari satu sel darah merah (Sylvia A. Price & Wilson,2006)
Tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru
yangdisebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis (Somantri, 2008)
B.
ETIOLOGI
Penyebabnya adalah kuman microorganisme yaitu basil mycobacterium tuberculosis
tipe humanus dengan ukuran panjang 1 – 4 um dan tebal 1,3 – 0,6 um, termasuk golongan
bakteri aerob gram positif serta tahan asam atau basil tahan asam dan lebih tahan terhadap
gangguan kimia dan fisik karena sebagian besar
kuman terdiri atas asam lemak (lipid). lainnya, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat
predileksi penyakit tuberkulosis.
Tuberculosis ini ditularkan dari orang ke orang oleh trasmisi melalui udara. Individu yang
terinfeksi, melalui bicara, batuk, bersin, tertawa atau bernyanyi, melepaskan droplet besar
(lebih besar dari 100 u) dan kecil (1 sampai 5u). droplet yang besar menetap, sementara
droplet kecil tertahan di udara dan terhirup oleh individu yang rentan.
C.
MANIFESTASI KLINIS
1.
Gejala Umum
·
Batuk terus menerus dan berdahak 3 (tiga) minggu atau lebih.
Merupakan proses infeksi yang dilakukan Mycobacterium Tuberkulosis yang
menyebabkan lesi pada jaringan parenkim paru.
2.
Gejala lain yang sering dijumpai
a.
Dahak bercampur darah
Darah berasal dari perdarahan dari saluran napas bawah, sedangkan dahak adalah
hasil dari membran submukosa yang terus memproduksi sputum untuk berusaha
mengeluarkan benda saing.
b.
Batuk darah
Terjadi akibat perdarahan dari saluran napas bawah, akibat iritasi karena proses batuk
dan infeksi Mycobacterium Tuberkulosis.
c.
Sesak napas dan nyeri dada
Sesak napas diakibatkan karena berkurangnya luas lapang paru akibat terinfeksi
Mycobacterium Tuberkulosis, serta akibat terakumulasinya sekret pada saluran pernapasan.
Nyeri dada timbul akibat lesi yang diakibatkan oleh infeksi bakteri, serta nyeri dada
juga dapat mengakibatkan sesak napas.
d.
Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, rasa kurang enak badan
(malaise), berkeringat malam walau tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari sebulan.
Merupakan gejala yang berurutan terjadi, akibat batuk yang terus menerus
mengakibatkan kelemahan, serta nafsu makan berkurang, sehingga berat badan juga
menurun, karena kelelahan serta infeksi mengakibatkan kurang enak badan dan demam
meriang, karena metabolisme tinggi akibat pasien berusaha bernapas cepat mengakibatkan
berkeringat pada malam hari.
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006)
D.
PATOFISIOLOGI
E.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
Pemeriksaan Laboratorium
a)
Kultur Sputum : Positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada tahap aktif penyakit
b)
Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah) : Positif
untuk basil asam-cepat.
c)
Tes kulit (Mantoux, potongan Vollmer) : Reaksi positif (area indurasi 10 mm atau lebih
besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi intradcrmal antigen) menunjukkan infeksi masa lalu
dan adanya antibodi tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif. Reaksi bermakna
pada pasien yang secara klinik sakit berarti bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau
infeksi disebabkan oleh mikobakterium yang berbeda.
d)
Anemia bila penyakit berjalan menahun
e)
Leukosit ringan dengan predominasi limfosit
f)
LED meningkat terutama pada fase akut umumnya nilai tersebut kembali normal pada
tahap penyembuhan.
g)
h)
GDA : mungkin abnormal, tergantung lokasi, berat dan sisa kerusakan paru.
Biopsi jarum pada jaringan paru : Positif untuk granuloma TB; adanya sel raksasa
menunjukkan nekrosis.
i)
Elektrolit : Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi; contoh
hiponatremia disebabkan oleh tak normalnya retensi air dapat ditemukan pada TB paru kronis
luas.
2.
Pemeriksaan RadiologisFoto thorak : Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru
atas, simpanan kalsium lesi sembuh primer, atau effusi cairan. Perubahan menunjukkan lebih
luas TB dapat termasuk rongga, area fibrosa.
F.
PENATALAKSANAAN MEDIS
Panduan OAT dan peruntukannya:
1.
Kategori -1(2 HRZE / 4H3R3)
Diberikan untuk pasien baru
a)
Pasien barui TB paru BTA positif
b)
Pasien TB paru BTA negatif thorak positif
c)
Pasien TB ekstra paru
2.
Kategori – 2 (2HRZES / HRZE / 5H3R3E3)
Diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnyaq
a)
Pasien kambuh
b)
Pasien gagal
c)
Pasien dengan pengobatan 3 tahun terputus ( Default)
3.
OAT sisipan (HRZE)
Paket sisipan KDT adalah sama seperti panduan paket untuk taha kategori -1 yang
diberikan selama sebulan ( 28 hari)
Jenis dan dosis obat OAT
1.
Isoniasid (H)
Obat ini sangat efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolic aktif. Dosis harian
yang dianjurkan 5 mg / kg BB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 X semingggu
diberikan dengan dosis 10 mg / kg BB.
2.
Rifamisin (R)
Dapat membununuh kuman semi dorman yang tidak dapat dibunuh isoniasid. Dosis
10 mg / kg BB diberikan sama untuk pengobatan harian maupun intermiten 3 X seminggu.
3.
Pirasinamid (Z)
Dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan suasana asam. Dosis harian
dianjurkan 25 mg / kg BB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 X seminggu
4.
Streptomisin (S)
Dosis harian dianjurkan 15 mg / kg BB, sedeangkan untuk pengobatan intermiten 3 X
seminggu diberikan dengan dosis yang sama. Penderita berumur sampai 60 tahun dosisnya
0,75 gr/ hari. Sedangkan untuk berumur 60 th atau lebih diberikan 0,50 gr/ hari.
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006)
ASUHAN KEPERWATAN PADA KLIEN
DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN
“TB PARU”
A.
PENGKAJIAN
Pengumpulan Data
Biodata identitas klien dan penanggung jawab
1.
Identitas Klien
Dikaji nama, jenis kelamin, agama, alamat, suku bangsa, pekerjaan dan lain-lain.
2.
Identitas penanggung jawab
Dikaji nama, alamat, pekerjaan dan hubungan dengan klien.
3.
Riwayat Kesehatan
a.
Keluhan Utama
(Menjelaskan keluhan yang paling dirasakan oleh klien saat ini)
b.
Riwayat Kesehatan Sekarang
(Menjelaskan uraian kronologis sakit klien sekarang sampai klien dibawa ke RS, ditambah
dengan keluhan klien saat ini yang diuraikan dalam konsep PQRST)
·
P : Palitatif /Provokatif
(Apakah yang menyebabkan gejala, apa yang dapat memperberat dan menguranginya)
·
Q : Qualitatif /Quantitatif
(Bagaimana gejala dirasakan, nampak atau terdengar, sejauhmana merasakannya sekarang)
·
R : Region
(Dimana gejala terasa, apakah menyebar)
·
S : Skala
(Seberapakah keparahan dirasakan dengan skala 1 s/d 10)
·
T : Time
(Kapan gejala mulai timbul, berapa sering gejala terasa, apakah tiba-tiba atau bertahap)
c.
Riwayat Kesehatan Dahulu
(Mengidentifikasi riwayat kesehatan yang memiliki hubungan dengan atau memperberat
keadaan penyakit yang sedang diderita klien saat ini. Termasuk faktor predisposisi penyakit
dan ada waktu proses sembuh)
d.
Riwayat Kesehatan Keluarga
(Mengidentifikasi apakah di keluarga klien ada riwayat penyakit turunan atau riwayat
penyakit menular)
e.
Pola Aktivitas Sehari-hari
(Membandingkan pola aktifitas keseharian klien antara sebelum sakit dan saat sakit, untuk
mengidentifikasi apakah ada perubahan pola pemenuhan atau tidak)
4.
Pemeriksaan Fisik
(Fokus pada struktur dan perubahan fungsi yang terjadi dengan tehnik pemeriksaan yang
digunakan Head to Toe yang diawali dengan observasi keadaan umum klien. Dan
menggunakan pedoman 4 langkah yaitu Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)
5.
Data Psikologis
(Berisi tentang status emosi klien, kecemasan, pola koping, gaya komunikasi, dan konsep
diri)
6.
Data Sosial
(Berisi hubungan dan pola interaksi klien dalam keluarga dan masyarakat)
7.
Data Spiritual
(Mengidentifikasi tentang keyakinan hidup, optimisme terhadap kesembuhan penyakit,
gangguan dalam melaksanakan ibadah)
8.
Data Penunjang
(Berisi tentang semua prosedur diagnostik dan laporan laboratorium yang dijalani klien,
dituliskan hasil pemeriksaan dan nilai normal, dituliskan hanya 3 kali pemeriksaan terakhir
secara berturut-turut. Bila hasilnya fluktuatif, buat keterangan secara naratif)
9.
Program dan Rencana Pengobatan
(Berisi tentang program pengobatan yang sedang dijalani dan yang akan dijalani oleh klien)
B.
DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental atau sekret darah,
kelemahan, upaya batuk buruk, edema trakeal/faringeal.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan berkurangnya keefektifan permukaan paru,
atelektasis, kerusakan membran alveolar kapiler, sekret yang kental, edema bronchial.
3. Pola nafas inefektif b.d penyempitan bronkus
4. Perubahan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan: Kelelahan, Batuk
yang sering, adanya produksi sputum, Dispnea, Anoreksia, Penurunan kemampuan finansial.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen
C.
1.
PERENCANAAN
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental atau sekret darah,
kelemahan, upaya batuk buruk, edema trakeal/faringeal.
Tujuan
: Bersihan jalan nafas kembali normal
Kriteria hasil :
·
Mempertahankan jalan nafas pasien
·
Mengeluarkan sekret tanpa bantuan
Intervensi
Kaji fungsi pernapasan contoh : Bunyi Penurunan
nafas, kecepatan, irama, kedalaman dan
penggunaan otot aksesori
Rasional
bunyi
napas
dapat
menunjukkan atelektasis
Pengeluaran sulit bila sekret sangat tebal.
Catat kemampuan untuk mengeluarkan
Sputum berdarah kental atau darah cerah
mukosa / batuk efektif : catat karakter,
diakibatkan oleh kerusakan paru atau
jumlah sputum, adanya emoptisis
luka bronkal dan dapat memerlukan
Berikan pasien posisi semi atau fowler
evaluasi
tinggi. Bantu pasien untuk batuk dan Posisi
latihan napas dalam
Bersihkan sekret dari mulut dan trakea :
penghisapan sesuai keperluan
membantu
memaksimalkan
ekspansi paru dan menurunkan upaya
pernapasan
Mencegah obstruksi / aspirasi
Kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian obat-obatan
2.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan berkurangnya keefektifan permukaan paru,
atelektasis, kerusakan membran alveolar kapiler, sekret yang kental, edema bronchial.
Tujuan
: Pertukaran gas kembali normal
Kriteria hasil
:
·
Permukaan paru kembali efektif
·
Penurunan dispneu
·
BB meningkat
Intervensi
Rasional
- Kaji adanya gangguan bunyi atau pola nafas -TB paru menyebabkan efek luas pada paru dari
bagian kecil bronchopneumoni sampai inflamasi
difusi luas, nekrosis, efusi pleura.
-Tingkatkan tirah baring/batasi aktivitas
-Menurunkan kinsumsi oksigen
-Kolaborasi : berikan tambahan oksigen
-Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat
terjadi sekunder terhadap penurunan ventilasi/
menurunnya alveolar paru
3.
Pola nafas inefektif b.d penyempitan bronkus
Tujuan
: pola nafas kembali efektif
Kriteria Hasil :
-
sesak berkurang
- RR kembali normal( 16-24 x/menit)
Intervensi
Monitoring / pantau TTV (TD, RR,
N, S)
Catat perubahan upaya dan pola
napas
Atur posisi pasien dengan kepala
lebih tinggi (pakai bantal dan
senyaman mungkin)
Pantau penggunaan obat-obat anti
depresan.
Rasional
Mengetahui terjadinya perubahan kecepatan nadi
dan pola pernafasan
Memungkinkan adanya dispnea
Ekspansi dada
Mengetahui terjadinya depresi pada sistem
pernafasan
4. Perubahan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan: Kelelahan, Batuk
yang sering, adanya produksi sputum, Dispnea, Anoreksia, Penurunan kemampuan finansial.
Tujuan
: Kebutuhan nutrisi kembali terpenuhi
Kriteria hasil
:
·
BB meningkat
Intervensi
Kaji status nutrisi
Rasional
Untuk menentukan intervensi yang tepat
Pastikan pola makanan yang biasa klien
Membantu
sukai
dalam
mengidentifikasi
kebutuhan/ kekuatan khusus
Dorong klien untuk makan sedikit tapi
sering
Memaksimalkan masukan nutrisi
Memberikan
Kolaborasi : ahli diit untuk komposisi
diit
bantuan
dalam
perencanaan diit dengan nutrisi adekuat
Demam
Kolaborasi : berikan obat antipiretik
meningkatkan
kebutuhan
metabolik dan juga konsumsi kalori
sesuai indikasi
5 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen.
Tujuan:
Setelah diberikan tindakan keperawatan pasien diharapkan mampu melakukan aktivitas
dalam batas yang ditoleransi dengan kriteria hasil:
·
Melaporkan atau menunjukan peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang dapat diukur
dengan adanya dispnea, kelemahan berlebihan, dan tanda vital dalam rentan normal.
Intervensi
1. Evaluasi respon pasien
aktivitas. Catat
peningkatan
laporan
kelemahan
Rasional
terhadap 1. Menetapkan kemampuan atau kebutuhan
dispnea,
pasien memudahkan pemilihan intervensi
atau 2. Menurunkan
kelelahan.
stress
dan
rangsanagn
berlebihan, meningkatkan istirahat
2. Berikan lingkungan tenang dan batasi 3. Tirah baring dipertahankan selama fase
pengunjung selama fase akut sesuai
akut
indikasi.
metabolic,
3. Jelaskan pentingnya istirahat dalam
untuk
menurunkan
menghemat
kebutuhan
energy
untuk
penyembuhan.
rencana pengobatan dan perlunya 4. Pasien mungkin nyaman dengan kepala
keseimbangan aktivitas dan istirahat.
4. Bantu pasien memilih posisi nyaman
untuk istirahat.
Berikan
kemajuan
peningkatan aktivitas selama fase
penyembuhan.
depan meja atau bantal.
5. Meminimalkan kelelahan dan membantu
5. Bantu aktivitas perawatan diri yang
diperlukan.
tinggi, tidur di kursi atau menunduk ke
keseimbangan suplai
oksigen.
dan kebutuhan
DAFTAR PUSTAKA
1.
Brunner&Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 1&2. Jakarta:
Penerbit buku kedokteran : EGC
2.
Crofton, John. 2002. Pedoman penanggulangan TB, Widya Medika: Jakarta
3.
Departemen Kesehatan. Republik Indonesia. 2002. Pedoman Nasional Penanggulangan TB.
Jakarta
4.
Doenges, ME at. All., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan, Edisi III, Cetakan I, EGC, Jakarta.
5.
Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid 1. Jakarta: FKUI
ASUHAN KEPERAWATAN
TUBERKULOSIS (TB) PARU
Disusun untuk memenuhi tugas Progam Studi Profesi Ners
Stase Keperawatan Medical Medical Bedah
Disusun Oleh :
NUR ROCHMAH KUSUMA WARDANI
N320164061
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS
2016 / 2017
TUBERKULOSIS (TB) PARU
A.
PENGERTIAN
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis. Kuman batang tanhan asam ini dapat merupakan organisme patogen
maupun saprofit. Ada beberapa mikrobakteria patogen , tettapi hanya strain bovin dan
human yang patogenik terhadap manusia. Basil tuberkel ini berukuran 0,3 x 2 sampai 4
μm, ukuran ini lebih kecil dari satu sel darah merah ( Maryunani anik. 2010)
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis. Kuman batang tanhan asam ini dapat merupakan organisme patogen
maupun saprofit. Ada beberapa mikrobakteria patogen , tettapi hanya strain bovin dan
human yang patogenik terhadap manusia. Basil tuberkel ini berukuran 0,3 x 2 sampai 4
μm, ukuran ini lebih kecil dari satu sel darah merah (Sylvia A. Price & Wilson,2006)
Tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru
yangdisebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis (Somantri, 2008)
B.
ETIOLOGI
Penyebabnya adalah kuman microorganisme yaitu basil mycobacterium tuberculosis
tipe humanus dengan ukuran panjang 1 – 4 um dan tebal 1,3 – 0,6 um, termasuk golongan
bakteri aerob gram positif serta tahan asam atau basil tahan asam dan lebih tahan terhadap
gangguan kimia dan fisik karena sebagian besar
kuman terdiri atas asam lemak (lipid). lainnya, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat
predileksi penyakit tuberkulosis.
Tuberculosis ini ditularkan dari orang ke orang oleh trasmisi melalui udara. Individu yang
terinfeksi, melalui bicara, batuk, bersin, tertawa atau bernyanyi, melepaskan droplet besar
(lebih besar dari 100 u) dan kecil (1 sampai 5u). droplet yang besar menetap, sementara
droplet kecil tertahan di udara dan terhirup oleh individu yang rentan.
C.
MANIFESTASI KLINIS
1.
Gejala Umum
·
Batuk terus menerus dan berdahak 3 (tiga) minggu atau lebih.
Merupakan proses infeksi yang dilakukan Mycobacterium Tuberkulosis yang
menyebabkan lesi pada jaringan parenkim paru.
2.
Gejala lain yang sering dijumpai
a.
Dahak bercampur darah
Darah berasal dari perdarahan dari saluran napas bawah, sedangkan dahak adalah
hasil dari membran submukosa yang terus memproduksi sputum untuk berusaha
mengeluarkan benda saing.
b.
Batuk darah
Terjadi akibat perdarahan dari saluran napas bawah, akibat iritasi karena proses batuk
dan infeksi Mycobacterium Tuberkulosis.
c.
Sesak napas dan nyeri dada
Sesak napas diakibatkan karena berkurangnya luas lapang paru akibat terinfeksi
Mycobacterium Tuberkulosis, serta akibat terakumulasinya sekret pada saluran pernapasan.
Nyeri dada timbul akibat lesi yang diakibatkan oleh infeksi bakteri, serta nyeri dada
juga dapat mengakibatkan sesak napas.
d.
Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, rasa kurang enak badan
(malaise), berkeringat malam walau tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari sebulan.
Merupakan gejala yang berurutan terjadi, akibat batuk yang terus menerus
mengakibatkan kelemahan, serta nafsu makan berkurang, sehingga berat badan juga
menurun, karena kelelahan serta infeksi mengakibatkan kurang enak badan dan demam
meriang, karena metabolisme tinggi akibat pasien berusaha bernapas cepat mengakibatkan
berkeringat pada malam hari.
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006)
D.
PATOFISIOLOGI
E.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
Pemeriksaan Laboratorium
a)
Kultur Sputum : Positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada tahap aktif penyakit
b)
Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah) : Positif
untuk basil asam-cepat.
c)
Tes kulit (Mantoux, potongan Vollmer) : Reaksi positif (area indurasi 10 mm atau lebih
besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi intradcrmal antigen) menunjukkan infeksi masa lalu
dan adanya antibodi tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif. Reaksi bermakna
pada pasien yang secara klinik sakit berarti bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau
infeksi disebabkan oleh mikobakterium yang berbeda.
d)
Anemia bila penyakit berjalan menahun
e)
Leukosit ringan dengan predominasi limfosit
f)
LED meningkat terutama pada fase akut umumnya nilai tersebut kembali normal pada
tahap penyembuhan.
g)
h)
GDA : mungkin abnormal, tergantung lokasi, berat dan sisa kerusakan paru.
Biopsi jarum pada jaringan paru : Positif untuk granuloma TB; adanya sel raksasa
menunjukkan nekrosis.
i)
Elektrolit : Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi; contoh
hiponatremia disebabkan oleh tak normalnya retensi air dapat ditemukan pada TB paru kronis
luas.
2.
Pemeriksaan RadiologisFoto thorak : Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru
atas, simpanan kalsium lesi sembuh primer, atau effusi cairan. Perubahan menunjukkan lebih
luas TB dapat termasuk rongga, area fibrosa.
F.
PENATALAKSANAAN MEDIS
Panduan OAT dan peruntukannya:
1.
Kategori -1(2 HRZE / 4H3R3)
Diberikan untuk pasien baru
a)
Pasien barui TB paru BTA positif
b)
Pasien TB paru BTA negatif thorak positif
c)
Pasien TB ekstra paru
2.
Kategori – 2 (2HRZES / HRZE / 5H3R3E3)
Diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnyaq
a)
Pasien kambuh
b)
Pasien gagal
c)
Pasien dengan pengobatan 3 tahun terputus ( Default)
3.
OAT sisipan (HRZE)
Paket sisipan KDT adalah sama seperti panduan paket untuk taha kategori -1 yang
diberikan selama sebulan ( 28 hari)
Jenis dan dosis obat OAT
1.
Isoniasid (H)
Obat ini sangat efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolic aktif. Dosis harian
yang dianjurkan 5 mg / kg BB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 X semingggu
diberikan dengan dosis 10 mg / kg BB.
2.
Rifamisin (R)
Dapat membununuh kuman semi dorman yang tidak dapat dibunuh isoniasid. Dosis
10 mg / kg BB diberikan sama untuk pengobatan harian maupun intermiten 3 X seminggu.
3.
Pirasinamid (Z)
Dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan suasana asam. Dosis harian
dianjurkan 25 mg / kg BB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 X seminggu
4.
Streptomisin (S)
Dosis harian dianjurkan 15 mg / kg BB, sedeangkan untuk pengobatan intermiten 3 X
seminggu diberikan dengan dosis yang sama. Penderita berumur sampai 60 tahun dosisnya
0,75 gr/ hari. Sedangkan untuk berumur 60 th atau lebih diberikan 0,50 gr/ hari.
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006)
ASUHAN KEPERWATAN PADA KLIEN
DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN
“TB PARU”
A.
PENGKAJIAN
Pengumpulan Data
Biodata identitas klien dan penanggung jawab
1.
Identitas Klien
Dikaji nama, jenis kelamin, agama, alamat, suku bangsa, pekerjaan dan lain-lain.
2.
Identitas penanggung jawab
Dikaji nama, alamat, pekerjaan dan hubungan dengan klien.
3.
Riwayat Kesehatan
a.
Keluhan Utama
(Menjelaskan keluhan yang paling dirasakan oleh klien saat ini)
b.
Riwayat Kesehatan Sekarang
(Menjelaskan uraian kronologis sakit klien sekarang sampai klien dibawa ke RS, ditambah
dengan keluhan klien saat ini yang diuraikan dalam konsep PQRST)
·
P : Palitatif /Provokatif
(Apakah yang menyebabkan gejala, apa yang dapat memperberat dan menguranginya)
·
Q : Qualitatif /Quantitatif
(Bagaimana gejala dirasakan, nampak atau terdengar, sejauhmana merasakannya sekarang)
·
R : Region
(Dimana gejala terasa, apakah menyebar)
·
S : Skala
(Seberapakah keparahan dirasakan dengan skala 1 s/d 10)
·
T : Time
(Kapan gejala mulai timbul, berapa sering gejala terasa, apakah tiba-tiba atau bertahap)
c.
Riwayat Kesehatan Dahulu
(Mengidentifikasi riwayat kesehatan yang memiliki hubungan dengan atau memperberat
keadaan penyakit yang sedang diderita klien saat ini. Termasuk faktor predisposisi penyakit
dan ada waktu proses sembuh)
d.
Riwayat Kesehatan Keluarga
(Mengidentifikasi apakah di keluarga klien ada riwayat penyakit turunan atau riwayat
penyakit menular)
e.
Pola Aktivitas Sehari-hari
(Membandingkan pola aktifitas keseharian klien antara sebelum sakit dan saat sakit, untuk
mengidentifikasi apakah ada perubahan pola pemenuhan atau tidak)
4.
Pemeriksaan Fisik
(Fokus pada struktur dan perubahan fungsi yang terjadi dengan tehnik pemeriksaan yang
digunakan Head to Toe yang diawali dengan observasi keadaan umum klien. Dan
menggunakan pedoman 4 langkah yaitu Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)
5.
Data Psikologis
(Berisi tentang status emosi klien, kecemasan, pola koping, gaya komunikasi, dan konsep
diri)
6.
Data Sosial
(Berisi hubungan dan pola interaksi klien dalam keluarga dan masyarakat)
7.
Data Spiritual
(Mengidentifikasi tentang keyakinan hidup, optimisme terhadap kesembuhan penyakit,
gangguan dalam melaksanakan ibadah)
8.
Data Penunjang
(Berisi tentang semua prosedur diagnostik dan laporan laboratorium yang dijalani klien,
dituliskan hasil pemeriksaan dan nilai normal, dituliskan hanya 3 kali pemeriksaan terakhir
secara berturut-turut. Bila hasilnya fluktuatif, buat keterangan secara naratif)
9.
Program dan Rencana Pengobatan
(Berisi tentang program pengobatan yang sedang dijalani dan yang akan dijalani oleh klien)
B.
DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental atau sekret darah,
kelemahan, upaya batuk buruk, edema trakeal/faringeal.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan berkurangnya keefektifan permukaan paru,
atelektasis, kerusakan membran alveolar kapiler, sekret yang kental, edema bronchial.
3. Pola nafas inefektif b.d penyempitan bronkus
4. Perubahan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan: Kelelahan, Batuk
yang sering, adanya produksi sputum, Dispnea, Anoreksia, Penurunan kemampuan finansial.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen
C.
1.
PERENCANAAN
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental atau sekret darah,
kelemahan, upaya batuk buruk, edema trakeal/faringeal.
Tujuan
: Bersihan jalan nafas kembali normal
Kriteria hasil :
·
Mempertahankan jalan nafas pasien
·
Mengeluarkan sekret tanpa bantuan
Intervensi
Kaji fungsi pernapasan contoh : Bunyi Penurunan
nafas, kecepatan, irama, kedalaman dan
penggunaan otot aksesori
Rasional
bunyi
napas
dapat
menunjukkan atelektasis
Pengeluaran sulit bila sekret sangat tebal.
Catat kemampuan untuk mengeluarkan
Sputum berdarah kental atau darah cerah
mukosa / batuk efektif : catat karakter,
diakibatkan oleh kerusakan paru atau
jumlah sputum, adanya emoptisis
luka bronkal dan dapat memerlukan
Berikan pasien posisi semi atau fowler
evaluasi
tinggi. Bantu pasien untuk batuk dan Posisi
latihan napas dalam
Bersihkan sekret dari mulut dan trakea :
penghisapan sesuai keperluan
membantu
memaksimalkan
ekspansi paru dan menurunkan upaya
pernapasan
Mencegah obstruksi / aspirasi
Kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian obat-obatan
2.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan berkurangnya keefektifan permukaan paru,
atelektasis, kerusakan membran alveolar kapiler, sekret yang kental, edema bronchial.
Tujuan
: Pertukaran gas kembali normal
Kriteria hasil
:
·
Permukaan paru kembali efektif
·
Penurunan dispneu
·
BB meningkat
Intervensi
Rasional
- Kaji adanya gangguan bunyi atau pola nafas -TB paru menyebabkan efek luas pada paru dari
bagian kecil bronchopneumoni sampai inflamasi
difusi luas, nekrosis, efusi pleura.
-Tingkatkan tirah baring/batasi aktivitas
-Menurunkan kinsumsi oksigen
-Kolaborasi : berikan tambahan oksigen
-Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat
terjadi sekunder terhadap penurunan ventilasi/
menurunnya alveolar paru
3.
Pola nafas inefektif b.d penyempitan bronkus
Tujuan
: pola nafas kembali efektif
Kriteria Hasil :
-
sesak berkurang
- RR kembali normal( 16-24 x/menit)
Intervensi
Monitoring / pantau TTV (TD, RR,
N, S)
Catat perubahan upaya dan pola
napas
Atur posisi pasien dengan kepala
lebih tinggi (pakai bantal dan
senyaman mungkin)
Pantau penggunaan obat-obat anti
depresan.
Rasional
Mengetahui terjadinya perubahan kecepatan nadi
dan pola pernafasan
Memungkinkan adanya dispnea
Ekspansi dada
Mengetahui terjadinya depresi pada sistem
pernafasan
4. Perubahan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan: Kelelahan, Batuk
yang sering, adanya produksi sputum, Dispnea, Anoreksia, Penurunan kemampuan finansial.
Tujuan
: Kebutuhan nutrisi kembali terpenuhi
Kriteria hasil
:
·
BB meningkat
Intervensi
Kaji status nutrisi
Rasional
Untuk menentukan intervensi yang tepat
Pastikan pola makanan yang biasa klien
Membantu
sukai
dalam
mengidentifikasi
kebutuhan/ kekuatan khusus
Dorong klien untuk makan sedikit tapi
sering
Memaksimalkan masukan nutrisi
Memberikan
Kolaborasi : ahli diit untuk komposisi
diit
bantuan
dalam
perencanaan diit dengan nutrisi adekuat
Demam
Kolaborasi : berikan obat antipiretik
meningkatkan
kebutuhan
metabolik dan juga konsumsi kalori
sesuai indikasi
5 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen.
Tujuan:
Setelah diberikan tindakan keperawatan pasien diharapkan mampu melakukan aktivitas
dalam batas yang ditoleransi dengan kriteria hasil:
·
Melaporkan atau menunjukan peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang dapat diukur
dengan adanya dispnea, kelemahan berlebihan, dan tanda vital dalam rentan normal.
Intervensi
1. Evaluasi respon pasien
aktivitas. Catat
peningkatan
laporan
kelemahan
Rasional
terhadap 1. Menetapkan kemampuan atau kebutuhan
dispnea,
pasien memudahkan pemilihan intervensi
atau 2. Menurunkan
kelelahan.
stress
dan
rangsanagn
berlebihan, meningkatkan istirahat
2. Berikan lingkungan tenang dan batasi 3. Tirah baring dipertahankan selama fase
pengunjung selama fase akut sesuai
akut
indikasi.
metabolic,
3. Jelaskan pentingnya istirahat dalam
untuk
menurunkan
menghemat
kebutuhan
energy
untuk
penyembuhan.
rencana pengobatan dan perlunya 4. Pasien mungkin nyaman dengan kepala
keseimbangan aktivitas dan istirahat.
4. Bantu pasien memilih posisi nyaman
untuk istirahat.
Berikan
kemajuan
peningkatan aktivitas selama fase
penyembuhan.
depan meja atau bantal.
5. Meminimalkan kelelahan dan membantu
5. Bantu aktivitas perawatan diri yang
diperlukan.
tinggi, tidur di kursi atau menunduk ke
keseimbangan suplai
oksigen.
dan kebutuhan
DAFTAR PUSTAKA
1.
Brunner&Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 1&2. Jakarta:
Penerbit buku kedokteran : EGC
2.
Crofton, John. 2002. Pedoman penanggulangan TB, Widya Medika: Jakarta
3.
Departemen Kesehatan. Republik Indonesia. 2002. Pedoman Nasional Penanggulangan TB.
Jakarta
4.
Doenges, ME at. All., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan, Edisi III, Cetakan I, EGC, Jakarta.
5.
Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid 1. Jakarta: FKUI
ASUHAN KEPERAWATAN
TUBERKULOSIS (TB) PARU
Disusun untuk memenuhi tugas Progam Studi Profesi Ners
Stase Keperawatan Medical Medical Bedah
Disusun Oleh :
NUR ROCHMAH KUSUMA WARDANI
N320164061
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS
2016 / 2017