Pesantren Modernisasi dan Pemberdayaan (1)

Handout Presentasi

PESANTREN, MODERNISASI, DAN PEMBERDAYAAN*
Oleh: Dr. Halid, M.Ag.**
==================================================================
➢ Cikal-Bakal Pesantren
- Bentuk paling awal dan otoritatif dari cikal-bakal pesantren di Indonesia
adalah bermula dari pembelajaran Al-Qur'an di sebuah surau (Minangkabau),
langgar (Jawa), dayah atau menuasa (Aceh), dan sejenisnya; yang
dilaksanakan oleh seorang guru agama kepada beberapa murid dari daerah
setempat.
- Beberapa alasan mendasar: 1) Al-Qur'an sebagai kitab suci dan sumber utama
pedoman hidup umat Islam; 2) pe e tuka syi’ar ya g pali g sederha a da
mendasar; dan 3) pengembangan pembelajaran agama secara lebih sistematis
dalam sebuah lembaga.
- Terbentuknya transmisi intelektual dari seorang guru kepada (beberapa
murid) yang kemudian membangun sebuah lembaga keagamaan yang
kemudian dikeal dengan sebutan pesantren.
➢ Model dan Jenis Pesantren
- Secara umum, istilah pesantren biasanya memiliki beberapa ciri, antara lain:
kyai, santri, penginapan (pondok), masjid, dan pengajian kitab klasik (biasa

dise ut kitab ku i g ). Ciri yang terakhir—pada batas-batas tertentu—bisa
dijadikan sebagai pembeda paling kentara antara pesantren dan institusi
sosial-keagamaan yang lain, misalnya islamic boarding school maupun asrama.
- Secara sederhana, pesantren memiliki tiga model atau bentuk: tradisional,
modern, dan semi-modern. Ketiga model ini memiliki implikasi pada
pembentukan institusi, orientasi pendidikan, dan jaringan kerjasama.
- Untuk pesantren tradisional, biasanya dideskripsikan sebagai lembaga
keagamaan yang basis utamanya merujuk pada kurikulum lokal pesantren;
termasuk di dalamnya adalah merujuk pada kitab-kitab klasik yang dianut
sebagai mazhab tertentu. Pesantren tradisional sering juga disebut dengan
pesa tre salaf .
- Sedangkan pesantren modern dideskripsikan sebagai lembaga keagamaan
yang basis utamanya merujuk pada kurikulum negeri (pemerintah), dengan
didukung kurikulum lokal dan tidak terikat pada satu mazhab tertentu.
Pesantren modern seri g juga dise ut de ga pesantren khalaf .
- Baik pesantren tradisional maupun modern, biasanya dicirikan dengan
tatacara berpakaian, kegiatan keagamaan, dan interaksi sosial yang berlaku
dan dijalankan di dalamnya.

Disa paika pada a ara Daurah Il iyah Ahlus “u ah Wal Ja a’ah atas kerjasa a a tara

FPP Cia jur da DPP Ra ithah Alawiyah Jakarta, di Ja i’ah “TAI I a “yafi’ie Cipa as – Cianjur, 13
Mei 2014.
**
Dosen Tetap Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
*

Handout Presentasi

- Sementara pesantren semi-modern berusaha menggabungkan antara
karakteristik pesantren tradisional dan modern.
- Di samping memiliki beberapa model, pesantren juga memiliki beberapa jenis
atau varians: induk, cabang, dan independen.
➢ Pesantren dan Tranformasi Nilai-nilai Sosial-Keagamaan
- Pesantren adalah lembaga pendidikan keagamaan yang mengajarkan nilainilai idealisme, kesederhanaan, dan kemandirian.
- Pesantren adalah lembaga pendidikan keagamaan yang (diharapkan) mampu
membendung arus modernisme dan sekularisme.
- Pesantren adalah salah satu lembaga yang mampu membangun hubungan
yang positif dan sinergis antara nilai-nilai keagamaan, kebangsaan, dan tradisi
lokal.
➢ Pesantren dan Tantangan Modernisasi

- Di antara ciri-ciri dan dampak paling menonjol dari modernisasi adalah: 1)
sekularisasi; 2) industrialisasi; dan 3) teknologi informasi.
- Pesa tre tidak ha ya ditu tut
a pu
e ghadapi ketiga da pak
terse ut, elai ka juga harus a pu e ga tisipasi ketiga ya.
- Di antara upaya yang harus dilakukan untuk mengantisipasi hal tersebut
adalah: 1) menanamkan dan membina nilai-nilai religius secara
berkesinambungan; 2) memperkuat posisi dan peran pesantren dalam
menghadirkan kemandirian ekonomi umat; dan 3) membekali kemampuan
teknologi informasi bagi segenap sivitas pesantren dan stakeholder yang
terlibat di dalamnya.
➢ Pesantren dan Pemberdayaan
- Di samping berfungsi sebagai agen transformasi nilai-nilai religius, pesantren
perlu mengembangkan sistem dan strategi pemberdayaan bagi umat.
- Pesantren perlu meningkatkan skill para santri, misalnya di bidang bahasa,
keterampilan teknis, dan teknologi informasi.
- Perlu dibangun networking antara pesantren dan masyarakat lokal serta
pelaku bisnis dalam payung simbiosis-mutualistik.
- Pesantren perlu menerapkan strategi pemberdayaan yang lebih baik dan

terarah, misalnya dengan menciptakan karya-karya kreatif, mendirikan usahausaha produktif, dan mengembangkan entrepeneuship sebagai penyaggah
bagi terbentuknya masyarakat sipil yang mandiri dan beradab.

Wassalam; Ciputat 13 Mei 2014.
halidalkaf01@gmail.com