Persoalan Kapitalisme dan Refleksi amana

Persoalan Kapitalisme dan
Refleksi Ekonomi Bung Hatta
Oleh : Reszky Fajar Mahendra 1

.............................................
O,Indonesia! Ah, Indonesia!
Negara yang kehilangan makna!
Rakyat sudah dirusak atas tatanan hidupnya
Berarti sudah dirusak dasar peradabannya
Dan akibatnya diruka pula kemanusiannya
Maka sekarang negara tinggal menjadi peta itupun yang lusuh
Dan hampir sobek pula
.................................................
(Penggalan Puisi Kesaksian Akhir Abad oleh WS. Rendra 1999)2
Tak perlu kau hiraukan mengenai puisi yang ditulis Rendra pada awalawal atmosfer setelah reformasi, setelahnya kalian bisa meresapi makna yang
mejadi kata-kata yang menggetarkan, harusnya tulisan ini sampai pada politisi
yang berkamuflase dengan hak imunitas terhadap pernyataan-pernyataannya yang
memuakan.
Mengingat nyawa-nyawa perkuliahan yang hampir sedikit lagi sirna
membuat kesadaran menjadi sangat berarti bagaimana kompetensi yang dibangun
pada bangku perkuliahan tak umumya hanya menjadikan kebekuan intelektual,

otak membeku tak mencair untuk berfikir. Keadaan tak menjadikan kita merenung
akan realitas, akan tetapi merenungi nilai pada KHS yang kita tahu bagaimana
cara mendapatkannya itu. Berbagai upaya harus segera dilaksanakan dengan
mengadakan sebuah pemahaman umum dan mentransfer pemikiran-pemikiran
sehingga tidak selalu hinggap dalam satu tempat dan berakhir dengan banyaknya
debu dan jaring-jaring laba-laba.
Menjawab tantangan dengan mendiskusikan keadaan ekonomi sepintas
dalam benak saya keadaan masyarakat Indonesia dengan segala ketimpangannya,
sejalan dengan pertumbuhan akan tetapi hanya menjadikan kaum marjinal
1

Penulis adalah Mahasiswa FKIP PGSD UHAMKA

2

Rendra,WS. “Doa Untuk Anak Cucu”. Bentang Pustaka : Jakarta.2013.

menjadi kaum yang secara sadar terserap dan menuju jurang ke kafiran.
Bayangkan dengan keadaan rumah sempit,kotor,dan pakaian yang tidak layak Ia
bisa menghadap Allah, padahal jelas dalam ketentuan dalam peribadahan

keilahian harus disandarkan pada sesuatu bersih dan suci. Selain dengan konteks
keagamaan menuju kekafiran juga kita mematikan nyawa manusia dengan
tidaknya ia memperoleh kesempatan dalam pekerjaan, sehingga Ia pun harus
menyisakan sepiring nasi untuk makan beberapa hari kedepan. Dalam stamina
yang begitu rapuh tak mungkin ia akan mengindahkan akalnya untuk berfikir
tentang realitas eksistensi manusia. Untuk berfikir besok hidup dengan makan
apa ia pun menghabiskan energi yang terkandung dalam makanan yang ia irit-irit.
Begitulah dehumanisasi yang menurut hemat penulis semakin ekonomi
berkembang maju, namun moralitas tak berbarengan serta ketimpanganketimpangan tak dicarikan solusi yang solutif untuk menjawab sebuah tantangan
five comandent dalam UUD 45.
Kapitalisme atau Kapital adalah sistem ekonomi di mana perdagangan,
industri dan alat-alat produksi dikendalikan oleh pemilik swasta dengan tujuan
membuat keuntungan dalam ekonomi pasar.Pemilik modal bisa melakukan
usahanya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Demi prinsip tersebut,
maka pemerintah tidak dapat melakukan intervensi pasar guna keuntungan
bersama, tapi intervensi pemerintah dilakukan secara besar-besaran untuk
kepentingan-kepentingan pribadi.
Walaupun demikian, kapitalisme sebenarnya tidak memiliki definisi
universal yang bisa diterima secara luas. Beberapa ahli mendefinisikan
kapitalisme sebagai sebuah sistem yang mulai berlaku di Eropa pada abad ke-16

hingga abad ke-19, yaitu pada masa perkembangan perbankan komersial Eropa di
mana sekelompok individu maupun kelompok dapat bertindak sebagai suatu
badan tertentu yang dapat memiliki maupun melakukan perdagangan benda milik
pribadi, terutama barang modal, seperti tanah dan manusia guna proses perubahan
dari barang modal ke barang jadi. Untuk mendapatkan modal-modal tersebut, para

kapitalis harus mendapatkan bahan baku dan mesin dahulu, baru buruh sebagai
operator mesin dan juga untuk mendapatkan nilai lebih dari bahan baku tersebut.3
Dari definisi tentang kapitalisme berawal dari kritik Adam Smith terhadap
merkantilisme, merkantilisme adalah suatu teori ekonomi yang menyatakan
bahwa kesejahteraan suatu negara hanya ditentukan oleh banyaknya aset atau
modal yang disimpan oleh negara yang bersangkutan, dan bahwa besarnya volum
perdagangan global teramat sangat penting. Aset ekonomi atau modal negara
dapat digambarkan secara nyata dengan jumlah kapital (mineral berharga,
terutama emas maupun komoditas lainnya) yang dimiliki oleh negara dan modal
ini bisa diperbesar jumlahnya dengan meningkatkan ekspor dan mencegah
(sebisanya) impor sehingga neraca perdagangan dengan negara lain akan selalu
positif. Merkantilisme mengajarkan bahwa pemerintahan suatu negara harus
mencapai tujuan ini dengan melakukan perlindungan terhadap perekonomiannya,
dengan mendorong eksport (dengan banyak insentif) dan mengurangi import

(biasanya dengan pemberlakuan tarif yang besar). Kritik Adam Smith mengenai
merkantilisme yang dianggapnya kurang mendukung ekonomi masyarakat. Ia
menyerang para psiokrat yang menganggap tanah adalah sesuatu yang paling
penting dalam pola produksi. Gerakan produksi haruslah bergerak sesuai konsep
MCM (Modal-Comodity-Money, modal-komoditas-uang), yang menjadi suatu hal
yang tidak akan berhenti karena uang akan beralih menjadi modal lagi dan akan
berputar lagi bila diinvestasikan. Adam Smith memandang bahwa ada sebuah
kekuatan tersembunyi yang akan mengatur pasar (invisible hand), maka pasar
harus memiliki laissez-faire atau kebebasan dari intervensi pemerintah.
Pemerintah hanya bertugas sebagai pengawas dari semua pekerjaan yang
dilakukan oleh rakyatnya.4. Pokok-pokok kritik terhadap merkantilisme ia tulis
pada tahun 1776 dalam karyanya Wealth Of Nation.

3

Wikipedia Indonesia “Kapitalisme” diakses 2 November pukul 23.40

4

Wikipedia Indonesia “Merkantilisme” diakses 3 November pukul 00.10


Pokok-Pokok Fikiran Wealth Of Nation 1776
Apabila diambil garis besar mengenai pokok-pokok Wealth Of Nation
terdiri dari lima buah pokok fikiran. Pertama ialah manusia pada kodratinya ialah
orang yang serakah, kedua mekanisme pasar bebas, ketiga teori pembagian kerja
dan teori akumulasi kapital. 5
1. Hakikat manusia serakah
Manurut Adam Smith, pada hakikatnya manusia itu rakus, egoistis dan
selalu mementingkan diri sendiri. Sifat manusia seperti ini, oleh Adam
Smith, dianggap akan memacu pertumbuhan ekonomi dan pembangunan
secara keseluruhan. Sifat egoistis manusia ini tidak akan mendatangkan
kerugian dan kerusakan masyarakat sepanjang ada persaingan bebas.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa setiap orang yang menginginkan laba dalam
jangka panjang, tidak akan pernah menaikkan harga di atas tingkat harga
pasar.
Jadi jika sesorang penjual peniti mencoba menetapkan harga lebih tinggi
dari harga yang ditetapkan oleh pesaing-pesaingnya, maka bisnisnya pasti
akan hancur. Hal itu, disebabkan orang tidak mau lagi membeli peniti
padanya dan berpindah pada pesaingnya. Begitu juga buruh yang
menetapkan upah lebih tinggi dari upah pasar akan sulit memperoleh

pekerjaan. Selanjutnya tuan tanah yang menetapkan sewa lebih tinggi
untuk kesuburan tanah yang sama, tidak akan menemukan penggarap.
Pada intinya, tindak tanduk manusia didasarkan pada kepentingan diri
sendiri

(self

interest),

bukan

belas

perikemanusiaan.

5

Deliarnov, Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta.2007

kasihan


dan

juga

bukan

2. Mekanisme Pasar Bebas
The Wealth of Nations berpendapat dan menghendaki agar pemerintah
sedapat mungkin tidak terlalu banyak campur tangan mangatur
perekonomian. Perekonomian harus dibiarkan berjalan secara wajar tanpa
campur tangan pemerintah, karena pada titik tertentu akan ada suatu
tangan yang tidak kentara (invisible hands) yang akan membawa
perekonomian tersebut ke arah keseimbangan (equilibrium). Jika banyak
campur tangan pemerintah, pasar justru akan mengalami distorsi yang
akan membawa perekonomian dalam ketidakefisienan (inefficiency) dan
ketidakseimbangan (disequilibrium).
Dengan demikian, walaupun setiap orang mengerjakan sesuatu didasarkan
kepada kepentingan pribadi, tetapi hasilnya bisa selaras dengan tujuan
masyarakat. Dampak aktivitas setiap individu dalam mengejar kepentingan

masing-masing, justru lebih baik dibandingkan dengan tiap orang berusaha
memajukan masyarakat. Adam Smith tidak percaya dengan ‘maksud baik’,
baik dari perorangan dan dari pemerintah.
3. Teori Nilai Suatu Barang
Barang memiliki dua nilai, pertama nilai guna (value in use) kedua nilai
tukar (value in exchange). Nilai tukar atau harga suatu barang ditentukan
oleh sejumlah tenaga (labor) yang diperlukan untuk menghasilkan barang
tersebut. Harga labor merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
tenaga ‘labor‘ yang dicurahkan untuk menghasilkan suatu barang atau
jasa. Harga labor adalah upah yang diterimanya dalam menghasilkan
barang tersebut. Tingkat Upah sekaligus menentukan perbedaan tingkat
keterampilan labor.
Hubungan nilai guna dan nilai tukar, dijelaskan bahwa suatu barang yang
mempunyai nilai guna tinggi kadang-kadang tidak mempunyai nilai tukar.
Sebaliknya, ada barang yang mempunyai nilai tukar tinggi, tetapi tidak
berfaedah dalam kehidupan. Contohnya adalah air dan intan. Dengan

demikian, bagi Adam Smith nilai tukar dapat diartikan dengan kemampuan
sesuatu barang untuk memperoleh barang lain. Hal itu berarti nilai tukar
suatu barang sama dengan harga barang itu sendiri.

4. Teori Pembagian Kerja
Produktivitas tenaga kerja dapat ditingkatkan melalui pembagian kerja
(division of labor). Pembagian kerja akan mendorong spesialisasi, orang
akan memilih mengerjakan yang terbaik sesuai dengan bakat dan
kemampuan masing-masing. Adanya spesialisasi berarti setiap orang tidak
perlu menghasilkan setiap barang yang dibutuhkan secara sendir-sendiri.
Akan tetapi, hanya menghasilkan satu jenis barang saja. Kelebihan barang
atas kebutuhan sendiri itu dipertukarkan arau diperdagangkan di pasar.
Contohnya pembuatan peniti. Jika setiap orang melakukan semua jenis
pekerjaan sendiri-sendiri termasuk di dalamnya meluruskan kawat,
memotongnya, meruncingkan dan memasangkan kepala peniti, maka hasil
yang diperoleh kecil. Akan tetapi jika dilakukan pembagian tugas, yang
satu khusus meluruskan, yang lain memotong dan seterusnya, maka hasil
produksi peniti secara total akan menjadi lebih banyak. Dengan demikian,
pembagian tugas telah menyebabkan setiap orang ahli di bidangnya dan
meningkatkan produktivitas.
5. Teori Akumulasi Kapital
Setiap

orang


berkeinginan

untuk

meningkatkan

kesejahterannya.

Peningkatan kesejahteraan bisa diperoleh dengan meningkatkan laba.
Maka cara terbaik untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya adalah
dengan melakukan investasi yaitu membeli mesin-mesin dan peralatan.
Dengan mesin dan peralatan tersebut, maka produktivitas labor akan
meningkat, yang berarti peningkatan produksi perusahaan. Jika perusahaan
melakukan hal yang sama, output nasional, maka berarti kesejahteraan
masyaakat akan meningkat pula.

Adam

Smith


menganggap

penting

arti

akumulasi

kapital

bagi

pembangunan ekonomi. Sistem ekonomi yang dianut sesuai pemikiran
Adam Smith adalah sistem ekonomi liberal atau sistem kapitalisme. Salah
satu cirinya adalah sistem ini memberikan keleluasaan yang besar bagi
setiap individu untuk bertindak dalam perekonomian atau juga diartikan
suatu sistem yang sangat menekankan kepada akumulasi kapital dalam
pembangunan.
Dengan demikian kesimpulan terhadap kapitalisme adalah orang
yang selalu memutar modalnya untuk pada usaha kecil untuk usaha
berikutnya, Sejalan dengan perkembangan zaman kritik Adam Smith
tentang

merkantilisme

yang

diuraikannya

dalam

prinsip-prinsip

kapitalisme yang dirunut dalam lima point yang ditampilkan diatas
nyatanya juga di kritik oleh Karl Marx dengan konsep Ekonomi Marxist.
Kritik Karl Marx kepada Adam Smith
Kritik Marx berlandaskan pada labor theory of value atau surplus value
yang dasarnya ditanamkan oleh classical economists (termasuk Adam Smith) dan
kemudian dikembangkan oleh Marx. Pemikiran Marxist beranggapan bahwa
kapitalisme adalah berlandaskan pada exploitation kelas pekerja. Pendapatan yang
diterima mereka selalu lebih rendah dari nilai pekerjaan yang dihasilkannya, dan
selisih itu diambil oleh capitalist dalam bentuk profit. Dalam Capital yang
dIpublikasikan pada 1867, Karl Marx memperkenalkan model alternatif untuk
ekonomi klasik Adam Smith. Sistem ini dimaksudkan untuk menunjukkan secara
“ilmiah” bahwa system kapitalisme mengandung cacat fatal, yakni hanya
menguntungkan

pemilik

modal

(kapitalis)

dan

bisnis

besar

dengan

mengeksploitasi buruh, dan kapitalisme akan mengalami krisis yang pada
akhirnya akan menghancurkan dirinya sendiri.
Marx terpengaruh dengan konsep dialektika Hegel, kontradiksi dengan
menimbulkan adanya tesis sebagai awalan, antitesis sebagai penolaknya, dan
sintesis sebagai tesis lagi, kemudian seterusnya. Marx juga menerbitkan buku
Manifesto Komunis bersama kawannya Engels pada tahun 1848. Pada buku

tersebut diterangkan mengenai kaum borjuasi (pemilik modal) dengan kaum
proletar (buruh/kaum tertindas) dengan kaum komunis yang nantinya menjadi
sebuah gerakan ke sosialisme. Manifesto Komunis menurut Marx apabila diperas
pada sarinya adalah menghapus hak milik pribadi. Karena menurut Marx dengan
adanya kapitalisme hanya akan memunculkan hukum rimba atau survival of the
fittest yang kuat akan selalu menang.
Penjabaran kritik-kritik ekonomi dunia barat tentunya harus dipandang
secara kritis terhadap penerapannya di Indonesia. Berikut penulis akan tampilkan
pada tulisan ini mengenai pandangan Bung Hatta terhadap ekonomi kapitalisme
dan ekonomi sosialisme.
Bung Hatta dan Ekonomi Islam
Ilmu Ekonomi telah mati, begitulah adagium dari Paul Omerod ini
menurut Masyhuri merupakan bukti kegelisahan terhadap paham ekonomi yang
kosong dari dimensi trasendental. Untuk mengisi kekosongan itu, mereka
menyadari betapa pentingnya kajian kerangka aksi ekonomi yang berkarakter
religius, bermoral, dan human.6
Sebagai mahasiswa yang pernah mempelajari sistem ekonomi kapitalis
dan sosialis sewaktu kuliah politik ekonomi di Belanda dulu, Hatta jelas
menguasai dan memahami kedua siswtem ekonomi ini namun ia tidak
terpengaruh dengan Smithian atau Marxian, Ia malah ingin membuat sistem
ekonomi khas Indonesia. Bung Hatta pun megkritik mengenai sistem ekonomi
sosialis yang dibangun oleh Marx, Hatta menyebutkan bahwa pertentangan antara
majikan dan kaum buruh hanya akan memperkeruh suasana dan tidak
menimbulkan sebuah keharmonian yang wajibkan dalam Islam. Ia memperbaharui
sosialis barat dengan sosialis Indonesia sosialis yang religius yaitu perjumpaan
cita-cita sosia demokrasi barat dengan sosialisme religius dimana Marxisme
sebagai pandangan hidup materialisme tetap ditolak.7
Tujuan Ekonomi Hatta
6

Masyhuri. Kajian Teori Ekonomi Dalam Islam. P2E-LIPI. Jakarta. 2003

7

Abbas, Bung Hatta dan Ekonomi Islam. Kompas.Jakarta.2010

Pembangunan ekonomi di Indonesia menurut Hatta haruslah di arahkan
kepada “bagaimana menciptakan satu masyarakat adil dan makmur”. Adil dan
makmur yang di maksud Bung Hatta memuat dan berisikan kebahagian,
kesejahteraan,perdamaian dan kemerdekaan. Berikut akan diulas satu persatu :
1. Kebahagian
Kebahagian menurut Hatta akan dirasakan rakyat apabila basic need nya
terpenuhi baik berupa pangan, sandang dan papan,kesehatan, pendidikan
untuk anak-anaknya, serta jaminan sosial pada masa depan dan hari
tuanya. Kalau belum semuanya terpenuhi menurut Hatta orang tersebut
tidak dan belum tentu bisa bahagia.
2. Kesejahteraan
Menurut Hatta kesejahteraan “ kesejahteraan adalah perasaan hidup yang
setingkat lebih tinggi dari kebahagian”. Jadi dengan demikian ia sudah
terpenuhi segala kebutuhan pokoknya dan sudah mulai terlibat kepada
pemenuhan kebutuhan sekunder dan tersier. Dia telah merasakan
ketenangan dan keadilan dalam hidupnya
3. Perdamaian
Perdamaian akan timbul apabila rasa persaudaran hidup di kalangan
rakyat, menjalin persahabatan dan mampu hidup secara berdampingan dan
damai. Menurut Hatta ekonomi yang dibangun harus sesuai dengan asasasas kerja sama dan kekeluargaan sehingga tidak didominasi oleh salah
satu golongan terhadap golongan lain.
4. Kemerdekaan
Kemerdekaan yang dimaksud bukan hanya kemerdekaan terhadap
penjajahan akan tetapi kemerdekaan berpendapat , memeluk agama, bebas
dari rasa takut dan dari kesengsaraan hidup.

Tiga Nilai Dasar Ekonomi

Untuk mendukung sosialisme Indonesia Hatta meletakan tiga nilai dasar
sebagai fondasi dalam melakukan aktifitas ekonomi yang hendak dibangunnya
yaitu nilai dasar kepemilikan, dan keadilan serta kebersamaan dan persaudaraan.8
1. Nilai dasar kepemilikan
Hatta menyatakan setiap orang boleh mempunyai milik, baik sendiri
maupun bersama-sama dengan orang lain karena pada haikatnya islam
menghargai kepemilikan orang dan membenci pengambilan harta-harta
orang lain dengan cara-cara yang bathil (Qs. 2 : 188 ). Apabila adanya
perampasan paksa harta oleh negara tentu akan mengakibatkan
hilangnya perangsang untuk berusaha. Namun Hatta juga tidak
menganjurkan untuk memonopoli ekonomi dan merampas kah-hak
orang lain.Harta juga mempunyai fungsi sosial yaitu untuk bersedekah.
2. Nilai Dasar Keadilan
Keadilan menurut Hatta adalah supaya tia-tiap orang dalam masyarakat
diperlakukan sama oleh negara dalam segala rupa dan bebas dari bentu
kezaliman. Keadila menurut Hatta berbeda dengan Liberalisme kapitalis atau
dengan sosialisme marxist yang mengacu hanya keduniawian, keadilan yang
dimaksud juga tentang keadilan keilahian dan hanya dapat tercipta apabila
tiap masyarakat telah bertindak laku adil kesetiap manusia. Inilah gambaran
masyarakat islam dan inilah tugas semua umat manusia. Prinsip keadilan
tentu harus mengentaskan eksploitasi dan penindasan. Ibnu Taimiyah
sampai menyatakan bahwa “ sesungguhnya Allah akan menolong kerajaan
atau negara yang adil walaupun pemimpinnya kafir, dan Allah tidak akan
menolong kerajaan atau negara yang zhalim walaupun pemimpinnya
mukmin”9

3. Nilai Dasar Kebersamaan dan Kekeluargaan

8
9

Hatta, Ekonomi Terpimpin. Penerbit Mutiara. Jakarta.1979
Abbas, Op.Cit.hlm 177

Manusia merupakan mahuk individual juga adalah mahluk sosial.
Manusia selain harus memperhatikan kebutuhannya manusia pun harus
tunduk pada kaidah-kaidah sosial atas kesepakatan konsensus bersama
dan bukan dari hasil persepakatan individualisme.jadi intinya
kepentingan masyarakatlah yang didahulukan bukan kepentingan
orang perorangan. Sebagai contoh ketundukan hasil konsensus
bersama dan mendahulukan kepentingan rakyat adalah Pasal 33 UUD
1945 yang menyatakan bahwa “perekonomian disusun sebagai usaha
bersama berdasar asas kekeluargaan. Cabang-cabang produksi orang
banyak dikuasai oleh negara .Bumi dan air yang terkandung
didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesarnya untuk
kemakmuran rakyat. Pasal tersebut terlihat bahwa pemikiran ekonomi
Hatta orientasinya substansif adalah “kepada kepentingan bersama
masyarakatlah yang diutamakan”. Negara pun harus menjamin
keadilan dengan menekankan efisiensi sosial agar kemakmuran rakyat
dapat dirasakan oleh segenap bangsa Indonesia sehingga apabila
keadilan sudah tercipta pembangunan manusia yang berlandaskan
pancasila tinggal menunggu momentumnya karena tujuan ekonomi
hnilai-nilai pancasila yang dikemukaan Bung Karno yaitu gotong
royong dalam mencapai sebuah tujuan.
Konklusi
Penting bagi kita memahami keadaan-keadaan ekonomi yang berkembang
dari Eropa. Seperti sudah disebutkan oleh penulis dimakalah awal terjadinya
kapitalisme merupakan bentuk kritik Adam Smith terhadap sistem ekonomi
Merkantilisme karena negara ikut intervensi dalam keadaan ekonominya terutama
dalam bidang eksport dan import. Kritik Smith dengan mengeluarkan teori baru
tentang kapitalisme yang menekankan pasar bebas dan tidak adanya intervensi
dari pemerintah terkait dengan sistem ekonomi menekankan prinsip ModalComodity-Money atau MCM. Smith menyatakan bahwa modal memang harus
diberikan kepada manusia untuk mengembangkan perekonomiannya sehinggga

dari akumulasi kapital ia bisa lebih berkembang. Namun hal tersebut dikritik oleh
Marx yang menyatakan bahwa tidak boleh adanya hak milik pribadi. Dan
membagi kasta menjadi dua yaitu borjuis (pengusaha atau pemilik modal) dan
proletar (sebagai buruh dan kaum tertindas) bahwa menurut Marx kepemilikan
pribadi akan mengakibatkan eksploitatif kepada tenaga kerja dengan teori yang ia
kembangkan yaitu teori surplus value. Tentang keuntungan kapitalisme yang
diambil dari produktifitas buruh dalam bekerja dan menekankan bahwa buruh
harus menguasai pemerintahan atau negara sehingga bisa memberikan keadilan
dalam sistem ekonomi melalui kolektifitas dan menghapuskan hak milik pribadi
yang termaktub dalam karyanya Manifesto Komunis.
Dari sejarah yang diangkat penulis mengenai perdebatan ekonomi,
akhirnya penulis ingin membandingkan dengan founding father ekonomi
Indonesia yaitu Bung Hatta. Bung Hatta sepakat dengan sosialisme dalam
ekonomi. Namun harus ada yang di revitalisasi yaitu keadaan bangsa Indonesia. Ia
menamakan sosialisme religius yang berdasarkan pada agama. Bukan pada
material seperti analisa Marx. Tujuan-tujuan ekonomi dan Nilai-nilai dasar
ekonomi dari Bung Hatta hanyalah ingin menjadikan masyarakat Indonesia itu
bahagia,sejahtera,merdeka,dan berdamai. Keempat tujuan itu disusun dalam nilainilai dasar ekonomi yang ia tetapkan yaitu nilai dasar kepemilikan, nilai dasar
keadilan,nilai dasar kebersamaan dan kekeluargaan.
Pertanyaan yang mendasar dengan amanat para founding father kita
mengenai tujuan ekonomi apakah sudah dijalankan ? buah pemikiran yang sudah
puluhan tahun itu hanya sebatas tekstual buku yang kemudian ditengok kembali
para cucu peradaban, dan nantinya mempunyai pertanyaan yang sama dalam
fikirannya. Apakah kita yang kemudian mengetahui ini lantas merefleksinya
dengan aksi-aksi reflektif, atau membakar makalah ini agar para cucu peradaban
tak bisa menyaksikan kebodohan kita.