PELAKSANAAN PEKERJAAN dan id. doc

METODOLOGI DAN RENCANA
KERJA
SURVEY TOPOGRAFI
A

PERSIAPAN PEKERJAAN

A.1.

ADMINISTRASI

Persiapan administrasi meliputi kegiatan surat menyurat baik
dalam hubungannya dengan proses perijinan maupun koordinasi
dengan pihak-pihak terkait. Hal ini diperlukan dalam rangka
memperlancar jalannya pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
Kegiatan pada persiapan administrasi, antara lain:
1.
Surat tugas dan perijinan lainnya dari instansi terkait;
2.
Menyiapkan Security Clearence dan
3.

Koordinasi dengan pihak terkait.
A.2.

TEKNIS

Persiapan teknis meliputi kegiatan pengumpulan data sekunder
dan pengecekan instrumen survey. Data sekunder diperlukan
dalam rangka mendukung disain metode survey di lapangan
pada tahap perencanaan dan proses analisis data pada tahap
pengolahan data dan analisis. Data sekunder digunakan sebagai
data awal tentang situasi geografi dan demografi dari area
survey. Data tersebut meliputi:
 Peta Topografi,
 Peta Citra,
 Data Deskripsi Titik Geodesi Nasional (Bakosurtanal), dan
 Data Pendukung lain jika diperlukan.
A.3.

PERSONIL


Pelaksana survey harus menyiapkan personil yang dibutuhkan
untuk pekerjaan survey. Hal-hal berikut, sebagai ukuran
minimum penyiapan personil:
 Tabel organisasi dan tanggung jawab,
 Tabel personil, tugas dan tanggung jawabnya.
A.4.

FASILITAS DAN PERALATAN

Hal-hal yang menyangkut fasilitas yang harus diperhatikan oleh
konsultan adalah sebagai berikut :

Halaman -

1



Konsultan harus menyediakan peralatan yang cukup,
material, cadangan dan kebutuhan lain untuk memastikan

kegiatan pekerjaan dapat berlangsung terus.
 Sebelum digunakan, seluruh peralatan survey yang akan
digunakan akan dilakukan kalibrasi dan percobaan
kelayakan (test) sesuai dengan petunjuk pabrik. Peralatan
yang ditest dan/atau dikalibrasi adalah sebagai berikut :
1. Global Positioning System (GPS);
2. Electronic Total Station (ETS);
3. Waterpass.
B

PERENCANAAN PEKERJAAN

B.1.

SURVEY PENDAHULUAN

Survey pendahuluan bertujuan untuk mendapatkan informasi
awal tentang situasi dan kondisi umum terakhir (orientasi
lapangan), kegiatan-kegiatan koordinasi dan kegiatan lainnya
guna mendukung proses perencanaan dan pelaksanaan survey.

Orientasi Lapangan, meliputi :
 Orientasi pasar, menyangkut ketersediaan/ keberadaan
material dan logistik yang diperlukan untuk pelaksanaan
pekerjaan,
 Orientasi transportasi lokal,
o Data/ informasi yang dapat dikumpulkan mengenai
kondisi dan situasi lokasi survey.
o Identifikasi titik tetap/ titik ikat Bakosurtanal (GPS orde 0
dan orde 1, TTG) atau BPN (GPS orde II atau orde III)
terdekat untuk keperluan pengikatan.
o Identifikasi
dan
peninjauan/
penetapan
lokasi
pemasangan Benchmark.
o Menyiapkan sarana dan prasarana transportasi untuk
kegiatan survey.
o Menyiapkan Base Camp.
o Base Camp sebagai kantor lapangan diperlukan sebagai

pusat kontrol kegiatan, yang telah telah dilaksanakan,
sedang dilaksanakan, dan akan dilaksanakan, Juga
berfungsi sebagai pusat koordinasi, pengumpulan data
lapangan, pra pengolahan data, pemilahan data untuk
diproses lebih lanjut.
B.2.

PENETAPAN BATAS AREA SURVEY

Pelaksana pekerjaan mengukur dan menentukan posisi batas
area survey dengan menggunakan peralatan penentu posisi
berupa handheld GPS. Batas area survey yang telah ditentukan
Halaman -

2

berdasarkan persetujuan dari pihak pemberi
selanjutnya digambarkan pada lembar peta.
B.3.


pekerjaan,

METODE SURVEY

Metode Survey yang digunakan dengan pertimbangan
pendekatan teknis dan metodologi pelaksanaan yang;
 optimal,
 ekonomis,
 tepat guna,
 dan solusinya dapat diandalkan.
B.4.

SURVEY TOPOGRAFI LOKASI PEKERJAAN

B.4.1

Tujuan

Survey topografi yang dilaksanakan bertujuan untuk memperoleh
data lapangan sebagai gambaran bentuk permukaan tanah

berupa situasi dan ketinggian serta posisi kenampakan yang ada
baik untuk area darat di lokasi pekerjaan.
B.4.2

Ruang Lingkup





B.4.3

Pengukuran poligon (kerangka dasar horizontal),
Pengukuran sipat datar (kerangka dasar vertikal),
Pengukuran situasi detail,
Perhitungan hasil pengukuran.
Metodologi Survey Topograf

Secara garis besar, survey topografi yang dilakukan terdiri dari
kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

B.4.3.1

Pekerjaan Pengukuran Titik Dasar Teknis
Pengukuran ini dimaksudkan untuk menetapkan posisi dari titik
awal pengukuran terhadap koordinat maupun elevasi triangulasi.
Selanjutnya dilakukan pengukuran titik-titik kontrol, baik titik
kontrol horizontal maupun vertikal. Pengukuran titik-titik kontrol
adalah pekerjaan pengukuran untuk pemasangan BM yang kelak
akan digunakan sebagai titik-titik dasar dalam berbagai macam
pekerjaan pengukuran. Pengukuran yang dilakukan untuk
memperoleh hubungan posisi diantara titik-titik dasar disebut
pengukuran titik-titik kontrol dan hasilnya akan dipergunakan
untuk pengukuran detail.

Halaman -

3

Sebelum melakukan pengukuran Titik Dasar Teknis dilakukan
terlebih dahulu pembuatan dan pemasangan BM yang akan

dijadikan titik referensi pada pengukuran tersebut.
B.4.3.2

Orientasi Medan
Sebagai langkah awal setelah tim tiba di lapangan adalah
melakukan orientasi medan yang meliputi kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
a. Melacak letak dan kondisi eksisting Benchmark yang telah
terpasang sebelumnya dan pilar beton lainnya yang akan
dimanfaatkan sebagai titik-titik kontrol pengukuran.
b. Meninjau dan mengamati kondisi sungai beserta keadaan
daerah sekitarnya.
c.
Melacak serta mengamati keadaan di dalam lokasi.
d. Melakukan konsolidasi internal terhadap kesiapan personil,
peralatan, perlengkapan, material serta logistik.
e. Melakukan konsultasi teknis serta meninjau lokasi secara
bersama-sama.

B.4.3.3


Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal
Pada dasarnya, ada beberapa cara untuk melakukan pengukuran
titik
kerangka
dasar
horizontal,
diantaranya
dengan
menggunakan metode GPS (Global Positioning System) dan
sistem pengukuran poligon.
Pengukuran dengan metode GPS memiliki beberapa keuntungan
antara lain:
 Waktu pelaksanaan lebih cepat.
 Tidak perlu adanya keterlihatan antar titik yang akan
diukur.
 Dapat dilakukan setiap saat (real time), baik siang maupun
malam.
 Memberikan posisi tiga dimensi yang umumnya bereferensi
ke satu datum global yaitu World Geodetic System 1984

yang menggunakan ellipsoid referensi Geodetic Reference
System 1980.
 Proses pengamatan relatif tidak tergantung pada kondisi
terrain dan cuaca.
 Ketelitian posisi yang diberikan relatif tinggi.
Sedangkan kerugiannya antara lain :
 Datum untuk penentuan posisi ditentukan oleh pemilik dan
pengelola satelit. Pemakai harus menggunakan datum
tersebut, atau kalau tidak, ia harus mentransformasikannya
ke datum yang digunakannya (transformasi datum).

Halaman -

4




Pemakai tidak mempunyai kontrol dan wewenang dalam
pengoperasian sistem. Pemakai hanya mengamati satelit
sebagaimana adanya beserta segala konsekuensinya.
Pemrosesan data satelit untuk mendapatkan hasil yang
teliti, relatif tidak mudah. Banyak faktor yang harus
diperhitungkan dengan baik dan hati-hati.

Pengukuran titik kontrol horizontal yang dilakukan dalam bentuk
poligon, harus terikat pada ujung-ujungnya. Dalam pengukuran
poligon ada dua unsur penting yang perlu diperhatikan yaitu
jarak dan sudut jurusan.
Pengukuran titik kontrol horizontal (titik poligon) dilaksanakan
dengan cara mengukur jarak dan sudut menurut lintasan
tertutup. Pada pengukuran poligon ini, titik akhir pengukuran
berada pada titik awal pengukuran. Pengukuran sudut dilakukan
dengan pembacaan double seri, dimana besar sudut yang akan
dipakai adalah harga rata-rata dari pembacaan tersebut. Azimuth
awal akan ditetapkan dari pengamatan matahari dan
dikoreksikan terhadap azimuth magnetis.
a.

Pengukuran Jarak

Pengukuran jarak dilakukan dengan menggunakan pita ukur 100
meter. Tingkat ketelitian hasil pengukuran jarak dengan
menggunakan pita ukur, sangat tergantung kepada cara
pengukuran itu sendiri dan keadaan permukaan tanah. Khusus
untuk pengukuran jarak pada daerah yang miring dilakukan
dengan cara seperti di Gambar 1.
Jarak AB = d1 + d2 + d3
d1

A

d2
1
d3
2

B

Gambar 1 Pengukuran Jarak Pada Permukaan Miring
Untuk menjamin ketelitian pengukuran jarak, maka dilakukan
juga pengukuran jarak optis pada saat pembacaan rambu ukur
sebagai koreksi.

Halaman -

5

b.

Pengukuran Sudut Jurusan

Sudut jurusan sisi-sisi poligon adalah besarnya bacaan lingkaran
horisontal alat ukur sudut pada waktu pembacaan ke suatu titik.
Besarnya sudut jurusan dihitung berdasarkan hasil pengukuran
sudut mendatar di masing-masing titik poligon. Penjelasan
pengukuran sudut jurusan sebagai berikut lihat Gambar 2.
β
= sudut mendatar
αAB
= bacaan skala horisontal ke target kiri
αAC
= bacaan skala horisontal ke target kanan
Pembacaan sudut jurusan poligon dilakukan dalam posisi
teropong biasa (B) dan luar biasa (LB) dengan spesifikasi teknis
sebagai berikut:









Jarak antara titik-titik poligon adalah  50 m.
Alat ukur sudut yang digunakan Theodolite T2.
Alat ukur jarak yang digunakan pita ukur 100 meter.
Jumlah seri pengukuran sudut 4 seri (B1, B2, LB1, LB2).
Selisih sudut antara dua pembacaan  5” (lima detik).
Ketelitian jarak linier (KI) ditentukan dengan rumus
berikut.
KI 



f

2
x

fy

d

2



1 : 5.000

Bentuk geometris poligon adalah loop.

AB



B

AC

A
C

Gambar 2 Pengukuran Sudut Antar Dua Patok

Halaman -

6

B.4.3.4

Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal
Kerangka dasar vertikal diperoleh dengan melakukan pengukuran
beda tinggi secara trigonometris menggunakan alat Total Station
pada titik-titik jalur poligon. Jalur pengukuran dilakukan tertutup
(loop), yaitu pengukuran dimulai dan diakhiri pada titik yang
sama.
Penentuan posisi vertikal titik-titik kerangka dasar dilakukan
dengan melakukan pengukuran beda tinggi antara dua titik
terhadap bidang referensi (BM).

B.4.3.5

Pengukuran Situasi
Dimaksudkan untuk mendapatkan data situasi dan detail lokasi
pengukuran. Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam
pengukuran situasi, yaitu:
 Pengukuran situasi detail dilakukan dengan cara
Tachymetri.
 Ketelitian alat yang dipakai adalah 20”.
 Poligon tambahan jika diperlukan dapat diukur dengan
metode Raai dan Vorstraal.
 Ketelitian poligon raai untuk sudut 20” n, dimana n =
banyaknya titik sudut.
 Ketelitian linier poligoon raai yaitu 1 : 1000.
 Kerapatan titik detail harus dibuat sedemikian rupa
sehingga bentuk topografi dan bentuk buatan manusia
dapat digambarkan sesuai dengan keadaan lapangan.
 Sketsa lokasi detail harus dibuat rapi, jelas dan lengkap
sehingga memudahkan penggambaran dan memenuhi
mutu yang baik dari peta.
 Sudut poligon raai dibaca satu seri.
 Ketelitian tinggi poligon raai 10 cmD (D dalam km).
Dengan cara tachymetri ini diperoleh data-data sebagai berikut:
 Azimuth magnetis.
 Pembacaan benang diafragma (atas, tengah, bawah).
 Sudut zenith atau sudut miring.
 Tinggi alat ukur.
Berdasarkan besaran-besaran tersebut diatas selanjutnya melalui
proses hitungan, diperoleh Jarak datar dan beda tinggi antara
dua titik yang telah diketahui koordinatnya (X, Y, Z).

Halaman -

7

B.4.3.6

Perhitungan Hasil Pengukuran
a.

Semua pekerjaan hitungan sementara harus selesai di
lapangan sehingga kalau ada kesalahan dapat segera diulang
untuk dapat diperbaiki saat itu pula.
b. Stasiun pengamatan matahari harus tercantum pada sketsa.
c.
Hitungan poligon dan sipat datar yang digunakan yaitu
hitungan perataan dengan metode yang ditentukan oleh
Direksi.
d. Pada gambar sketsa kerangka utama harus dicantumkan
hasil hitungan : Salah penutup sudut poligon dan jumlah
titiknya, salah linier poligon beserta harga toleransinya, jumlah
jarak, salah penutup sipat datar beserta harga toleransinya,
serta jumlah jaraknya.
e. Perhitungan dilakukan dalam proyeksi UTM.
B.5.

PENGOLAHAN DAN KOMPILASI DATA

B.5.1

Tujuan

Pengolahan dan perhitungan data lapangan hasil pengkuran
topografi sehingga dapat dihasilkan suatu peta lengkap yang
dapat memberikan gambaran bentuk permukaan tanah berupa
situasi dan ketinggian serta posisi kenampakan yang ada untuk
area darat.
B.5.2






Ruang Lingkup

Hitungan kerangka horizontal
Hitungan kerangka vertikal
Hitungan situasi detail
Penggambaran topografi
Metodologi Analisa

B.5.2.1

Hitungan Kerangka Horizontal

Dalam rangka penyelenggaraan Kerangka Dasar Peta, dalam hal
ini Kerangka Dasar Horizontal/posisi horizontal (X,Y) digunakan
metoda poligon. Dalam perhitungan poligon ada dua unsur
penting yang perlu diperhatikan yaitu jarak dan sudut jurusan
yang akan diuraikan berikut ini:
a.

Perhitungan Koordinat Titik Poligon

Prinsip dasar hitungan koordinat titik poligon B dihitung dari
koordinat titik poligon A yang telah diketahui sebagai berikut:
XP  X A  dAP SinAP
YP YA  d APCosAP
Halaman -

8

Dalam hal ini:
XA, YA
= koordinat titik yang akan ditentukan
dAP SinαAP = selisih absis (α XAP) definitif (telah diberi
koreksi)
dAP CosαAP
=
selisih ordinat (α YAP) definitif (telah
diberi koreksi)
dAP
= jarak datar AP definitif
αAP
= azimuth AP definitif
Untuk menghitung azimuth poligon dari titik yang diketahui
digunakan rumus sebagai berikut:
12 1A  1



 AP   A  1  1 180



 23  21  1 12   2  180 



 AP   A  1   2  2 180



 34  32   3  23   3  180



 AP   A  1   2   3  3 180



 4B  43   4  34   4  180






 43   A  1   2   3   4  4 180



Koordinat titik kerangka dasar dihitung dengan perataan metoda
Bowdith. Rumus-rumus yang merupakan syarat geometrik
poligon dituliskan sebagai berikut:
 Sarat geometriks sudut
α Akhir - α Awal - ∑β + n.1800 = fβ
di mana:
α
= sudut jurusan
β
= sudut ukuran
n
= bilangan kelipatan
fβ = salah penutup sudut



Syarat geometriks absis

 X Akhir 

X Awal  

m

 X

i

0

i 1

di
∑di
X

di
=
=
=

mana:
jarak vektor antara dua titik yang berurutan
jumlah jarak
absis
Halaman -

9

∆X
m


= elemen vektor pada sumbu absis
= banyak titik ukur

Koreksi ordinat
KY 

di
fY
 di

di mana:
di
= jarak vektor antara dua titik yang berurutan
∑di = jumlah jarak
Y
= ordinat
∆Y = elemen vektor pada sumbu ordinat
m = banyak titik ukur
Untuk mengetahui ketelitian jarak linier-(SL) ditentukan
berdasarkan besarnya kesalahan linier jarak (KL)
SL 
KL 
b.

 fX
 fX

2

 fY 2

2




 fY 2
1 : 5.000
D

Pengamatan Azimuth Astronomis

Untuk menghitung azimuth matahari didasarkan pada rumusrumus sebagai berikut:
Sin  Sin .Sinm
Cos M 
Cos .Cos.m
di mana:
αM = azimuth matahari
δ
= deklinasi matahari dari almanak matahari
m = sudut miring ke matahari
9
= lintang pengamat (hasil interpolasi peta topografi)
Dalam perhitungan azimuth matahari harga sudut miring (m)
atau sudut Zenith (Z) yang dimasukkan adalah harga definitif
sebagai berikut:
Z d  Z u  r  1 d  p i atau
2

di mana:
Zd
Md
Zu
Mu
R
1/2d

m d m u  r  1 d  p i
2
=
=
=
=
=
=

sudut zenith definitif
sudut miring definitif
sudut zenith hasil ukuran
sudut zenith hasil ukuran
koreksi refraksi
koreksi semidiameter
Halaman -

10

p
I
B.5.2.2

= koreksi paralax
= salah indeks alat ukur
Hitungan Kerangka Vertikal

Penentuan posisi vertikal titik-titik kerangka dasar dilakukan
dengan melakukan pengukuran beda tinggi antara dua titik
terhadap bidang referensi (BM).
 Syarat geometris
H Akhir  H Awal  H FH








T  8 D mm
Hitungan beda tinggi
H 1 2  Btb  Btm
Hitungan tinggi titik
H 2  H 1  H 12  KH ,
di mana:
H
= tinggi titik
∆H = beda tinggi
Btb = benang tengah belakang
Btm = benang tengah muka
FH = salah penutup beda tinggi
KH = koreksi beda tinggi
d

FH
d
T
= toleransi kesalahan penutup sudut
D
= jarak antara 2 titik kerangka
(kilometer)

B.5.2.3

dasar

vertikal

Perhitungan Situasi Detail

Data-data hasil pengukuran situasi detail sebagai berikut:
 Azimuth magnetis
 Pembacaan benang diafragma (atas, tengah, bawah)
 Sudut zenith atau sudut miring
 Tinggi alat ukur
Untuk menentukan tinggi titik B dari tinggi A yang telah diketahui
koordinat (X, Y, Z), digunakan rumus sebagai berikut:
TB TA  H
1

H  100 Ba  Bb  Sin2m  TA  Bt
2

2
Dd = DOCos m
Dd = 100(Ba - Bb)Cos2m
di mana:
TA = titik tinggi A yang telah diketahui
Halaman -

11

TB
∆H
Ba
Bb
Bt
TA
Do
m

=
=
=
=
=
=
=
=

titik tinggi B yang akan ditentukan
beda tinggi antara titik A dan B
bacaan benang diafragma atas
bacaan benang diafragma bawah
bacaan benang diafragma tengah
Tinggi alat
jarak optis
sudut miring

Mengingat akan banyaknya titik-titik detail yang diukur, serta
terbatasnya kemampuan jarak yang dapat diukur dengan alat
tersebut, maka akan diperlukan titik-titik bantu yang membentuk
jaringan poligon kompas terikat sempurna.
Sebagai
konsekuensinya pada jalur poligon kompas akan terjadi
perbedaan arah orientasi utara magnetis dengan arah orientasi
utara peta sehingga sebelum dilakukan hitungan, data azimuth
magnetis diberi koreksi Boussole supaya menjadi azimuth
geografis. Hubungan matematik koreksi boussole (C) adalah:
C = αg - αm
di mana:
g = azimuth geografis
m = azimuth Magnetis
B.6.

PEMBUATAN DTM DAN POTONGAN

Pembuatan DTM dan potongan dimaksudkan untuk melihat
kenampakan daerah survey atau area pekerjaan dilihat dari
sudut vertikal dengan skala tertentu berdasarkan kontur atau
nilai elevasi titik-titik yang diukur di lokasi pekerjaan.
Pembuatan Potongan yang dilakukan dua macam, yaitu:
1. Potongan Memanjang untuk existing lokasi pekerjaan
(Areal Site Plan).
2. Potongan Melintang lokasi pekerjaan hubungannya
dengan perhitungan galian timbunan.
Peralatan yang digunakan utnuk mendapatkan data pembuatan
DTM dan potongan ini, yaitu: Theodolite Total Stasion dan prisma
target.
Untuk lebih jelasnya hasil dari potongan pada pekerjaan ini dapat
di lihat pada bagian lampiran.

Halaman -

12

B.7.

HITUNGAN GALIAN TIMBUNAN

Perhitungan galian timbunan dimaksudkan untuk menentukan
besarnya volume galian dan atau timbunan yang harus dilakukan
pada areal yang telah disediakan agar sesuai dengan rencana
site plan yang telah dibuat.
Galian dan timbunan ini dihitung berdasarkan potongan
melintang di lokasi yang akan dijadikan area site plan sesuai
yang direncanakan.
Untuk lebih jelasnya hasil dari hitungan galian dan timbunan
pada pekerjaan ini dapat di lihat pada bagian lampiran.
B.8.

PENGGAMBARAN DAN LAPORAN

B.8.1

Ketentuan Umum Penggambaran

 Sebelum penggambaran dilaksanakan, semua data ukur dan
data hitungan harus diperiksa oleh Koordinator Tim dan
penggambarannya dilakukan setelah semua data tersebut
mendapat pemeriksaan dan persetujuan dari pihak Pemberi
Kerja.
 Kelengkapan gambar antara lain, meliputi:
- Nomor lembar peta,
- Judul gambar,
- Legenda.
 Semua kenampakan yang ada baik alami ataupun buatan
manusia, harus dicantumkan/ diplot pada gambar situasi profil
dan diberi keterangan.
 Sebelum dilaksanakan penggambaran definitf maka gambargambar sementara terlebih dahulu harus mendapat
pemeriksaan dari pihak Pemberi Kerja.
 Gambar final desain site plan harus ditandatangani/ diparaf
pelaksana pekerjaan dan mendapat pengesahan dari pihak
Pemberi Kerja.
Penggambaran pada pekerjaan ini berupa:
1.
Gambar Layout Lokasi dan Desain Site Plan,
2.
Gambar Layout Potongan Memanjang Lokasi Site Plan,
3.
Gambar Layout Potongan Melintang dan Hitungan Galian
dan Timbunan.
B.8.2

Ketentuan Pelaporan

Laporan hasil pekerjaan sekurang-kurangnya berisi deskripsi
kondisi lapangan, metoda pelaksanaan, hasil perhitungan data
survey, interpretasi dan analisis lokasi pekerjaan, hambatan
Halaman -

13

pelaksanaan survey, identifikasi potensi hambatan pelaksanaan
konstruksi, dan dokumentasi pekerjaan.
1. Laporan Hasil Pekerjaan
 Laporan ini disampaikan sebelum berakhirnya surat
perjanjian;
 Data akhir yang telah diolah merupakan lampiran dalam
Laporan.
2. Format Dokumen
 Dokumentasi umum harus dalam kertas A4;
 Gambar peta dan desain akan diberikan dalam ukuram A1
dalam bentuk hardcopy dan softcopy.
3. Penggandaan Dokumen
Softcopy dalam format CD dan satu eksemplar dalam bentuk
hardcopy yang nantinya diserahkan kepada pihak Pemberi
Kerja.

A

PERSIAPAN PEKERJAAN.........................................................................1

A.1.

Administrasi.......................................................................................................1

A.2.

Teknis..................................................................................................................1

A.3.

Personil...............................................................................................................1

A.4.

Fasilitas dan Peralatan......................................................................................1
Halaman -

14

B

PERENCANAAN PEKERJAAN.................................................................2

B.1.

Survey Pendahuluan..........................................................................................2

B.2.

Penetapan Batas Area Survey...........................................................................2

B.3.

Metode Survey...................................................................................................2

B.4.
Survey Topografi lokasi PEKERJAAN............................................................2
B.4.1 Tujuan..............................................................................................................2
B.4.2 Ruang Lingkup.................................................................................................3
B.4.3 Metodologi Survey Topografi..........................................................................3
B.4.3.1
Pekerjaan Pengukuran Titik Dasar Teknis.................................................3
B.4.3.2
Orientasi Medan........................................................................................3
B.4.3.3
Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal...................................................3
B.4.3.4
Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal........................................................5
B.4.3.5
Pengukuran Situasi....................................................................................6
B.4.3.6
Perhitungan Hasil Pengukuran..................................................................6
B.5.
pengolahan dan kompilasi DATA.....................................................................7
B.5.1 Tujuan..............................................................................................................7
B.5.2 Ruang Lingkup.................................................................................................7
B.5.2.1
Hitungan Kerangka Horizontal.................................................................7
B.5.2.2
Hitungan Kerangka Vertikal......................................................................9
B.5.2.3
Perhitungan Situasi Detail.......................................................................10
B.6.

PEMBUATAN DTM DAN POTONGAN.......................................................11

B.7.

hitungan galian timbunan...............................................................................11

B.8.
PenGGAMBARan dan Laporan.....................................................................11
B.8.1 Ketentuan Umum Penggambaran...................................................................11
B.8.2 Ketentuan Pelaporan......................................................................................12
Gambar 1 Pengukuran Jarak Pada Permukaan Miring...........................4
Gambar 2 Pengukuran Sudut Antar Dua Patok.....................................5

Halaman -

15