Keutamaan Silaturahim kepada Orang Tua (1)

KEUTAMAAN BERSILATURRAHIM KEPADA ORANG TUA
Oleh; Agung Nurcholis

Terkadang kita lupa, bahwa orang yang berhak pertama kali untuk kita sambung
silaturrahimnya adalah orang tua -ayah dan ibu. Ketika hari raya Iedul Fitri, di mana pada
saat itu menjadi momen yang paling ditunggu-tunggu seluruh masyarakat muslim seantero
bumi untuk kembali menyambung silaturrahim yang sempat putus atau menguatkan silah
yang telah ada, tidak sedikit masyarakat modern yang lebih memprioritaskan silaturrahim dan
komunikasi mereka terhadap kolega, partner kerja, rekan bisnis atau atasan mereka. Seolah
lupa bahwa nun jauh di sana ada dua orang yang dengan setianya menunggu mereka untuk
mencium tangan penuh takzim, atau sekedar mendengar sapa salam dari anak-anaknya.
Menela’ah kembali perintah silaturrahim pada orang tua
Bersilaturrahim dan berbuat baik kepada orang tua merupakan perintah yang telah
Allah tetapkan dalam Al-Qur'an dan Al-Hadits. Dalam surat Al-Isra ayat 23 Allah Swt.
menyatakan bahwa wa qadha Rabbuka berarti suatu perintah yang tsabit tidak bisa ditawartawar lagi dan alla ta'budu illa iyyahu berarti perintah ibadah yang bersifat individu. Dalam
ayat ini Allah menghubungkan ibadah kepada-Nya dengan wa bil waalidayni ihsaana, atau
berbuat baik kepada orang tua. Hal ini menunjukkan betapa mulianya kedudukan orang tua
dan betapa tingginya derajat berbuat baik kepada orang di sisi Allah Swt.
Dengan fitrah yang diberikan oleh Allah, orang tua dengan sepenuh hati merelakan
segala sesuatunya demi tercapainya kebahagiaan anak, walaupun terkadang sikap anak
merepotkan dan menyulitkan mereka. Dan ironinya, betapa cepat seorang anak melupakan

peras keringat bahkan tumpah darah orang tuanya, hanya karna disibukkan dengan isteri dan
anaknya. Pun itu juga tidak menyurutkan kasih sayang orang tua kepada anak yang telah
mereka besarkan itu. Berbagai kesulitan dihabiskan untuk mereka serta mengorbankan segala
yang ada demi kesenangan dan kebahagiaan mereka tanpa mempedulikan akan datangnya
masa lelah dan letih. Maka sekali lagi, berbakti kepada kedua orang tua adalah ketetapan
mutlak dari Allah dan merupakan ibadah yang menempati derajat yang tinggi setelah
beribadah kepada Allah.
Buat orang tua merasa dimuliakan
Ayat tersebut kemudian dilanjutkan dengan: "jika salah seorang di antara keduanya
atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu". Kibar di sini artinya
berusia lanjut, yaitu ketika kulit telah mulai keriput, mata sudah mulai rabun, rambut telah
memutih, daya dan upaya mulai melemah. Sedangkan 'Indaka berarti perlindungan atau juga
berarti menggambarkan makna tempat berlindung dan berteduh. Allah Swt. berfirman: "Maka
sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah"dan janganlah kamu
membentak mereka". Melalui ayat ini Allah menegaskan kepada manusia bahwa
tanggungjawab penjagaan dan pemeliharaan orang tua pada masa usia lanjutnya adalah jatuh
kepada anak mereka. Sekaligus juga sebagai penegasan atas perintah untuk berlemah lembut
kepada orang tua. Dengan tidak menunjukkan sikap kasar serta menyakitkan hati atau
merendahkan kedua orang tua.
Lalu Allah Swt. berfirman: "dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia". Ini

merupakan ultimatum yang lebih tinggi lagi yaitu kewajiban bagi anak untuk selalu
mengucapkan perkataan yang baik kepada kedua orang tua dan menunjukan sikap hormat
serta menghargai. Allah Swt. dalam ayat berikutnya berfirman: "dan rendahkanlah sayapmu
terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang". Allah menggunakan metafora sayap
yang merendah sebagai sikap rendah diri yang benar-benar sejati, karna pada hakikatnya
sayap adalah sarana untuk terbang tinggi melangit, sayap adalah lambang kebanggaan, tetapi

ketika berhadapan kepada orang tua, manusia harus merendahkan sayapnya, merunduk patuh
sesuai dengan apa yang telah diperintahkan Allah kepadanya.
Memohon rahmat Allah untuk orang tua
Ayat tersebut dilanjutkan dengan firman Allah Swt: "dan ucapkanlah: "wahai
Tuhanku kasihilah mereka keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu
kecil" (Al-Isra': 24). Penyebutan kondisi masa kecil yang mengindikasikan ketidakberdayaan
dan selalu membutuhkan perlindungan dari kedua orang tua mengingatkan kepada kita atas
kondisi yang sama yang akan dialami orang tua kelak tatkala menginjak lanjut usia yang
selalu membutuhkan kasih sayang dan perawatan serupa.
Maka hendaklah seorang anak memohon kepada Allah agar selalu memberi
belaskasih kepada mereka berdua sebagai pengakuan atas kekurangan dan ketidakmampuan
dalam memberi kasihsayang secara sempurna. Karna hanya Allahlah yang bisa memberi
kasihsayang atau perawatan yang sangat sempurna, dan hanya Dialah yang mampu membalas

semua kebaikan dengan sempurna yang tidak mungkin bagi anak untuk melakukannya. AlBazzar meriwayatkan hadits dari Buraidah dari bapaknya bahwa ada seorang lelaki yang
sedang thawaf sambil menggendong ibunya, lalu dia bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam: " Apakah dengan ini saya sudah menunaikan haknya?"Beliau shallallahu 'alaihi
wasallam menjawab: "Belum! Walaupun secuil".
Tetap bersilaturrahim walaupun orang tua tidak seiman
Walaupun kedua orang tua tidak seiman dengan anak, kewajiban untuk tetap
menyambung silaturrahim kepada mereka tidaklah batal. Bahkan Allah Swt. memerintahkan
manusia untuk senantiasa berbuat baik kepada orang tua mereka yang musyrik tersebut,
asalkan mereka tidak mengajukan permintaan yang melanggar kaidah halal-haram dan
permintaan yang menyebabkan batalnya keimanan seorang hamba kepada Allah Swt: "dan
Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya. Dan jika
keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya". (Al-Ankabut: 8).
Kebaikan dan pengorbanan orang tua bukan hanya berupa benda-benda dalam bentuk
materil tetapi juga berupa jiwa, raga dan kekuatan yang tak terhitung tanpa berkeluh kesah.
Dengan fitrah saja sudah cukup bagi orang tua untuk mendorong mereka bersikap demikian,
tanpa iming-iming balasan dari sang anak. Adapun anak harus selalu diingatkan akan jasajasa orang yang selama ini telah mengerahkan segenap jiwa dan raganya dalam membesarkan
dan mendidiknya. Apalagi selama mengandung, seorang ibu mengalami banyak beban berat
sebagaimana firman Allah Swt. "dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik)
kepada ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambahtambah, dan menyapihnya dalam dua tahun."(Luqman : 14). Alangkah beratnya penderitaan

yang dialami seorang ibu, baik ketika hamil, melahirkan dan juga ketika dalam masa-masa
perawatan bayinya. Tidak ada yang bisa merasakan payahnya semua itu kecuali seorang ibu.
Begitu sengitnya pengorbanan yang dilakukan orang tua demi anak, bahkan Al-Ahnaf
bin Qais rahimahullah pernah ditanya tentang masalah sikapnya terhadap anak, maka beliau
menjawab: “Anak adalah buah hati, belahan jiwa dan tulang punggung. Kita rela terhina
bagaikan bumi rela diinjak demi mereka dan bagaikan langit yang siap menaungi hidup
mereka dan kita siap menjadi senjata pelindung bagi mereka dalam menghadapi marabahaya.
Jika mereka minta sesuatu kabulkanlah dan bila marah cari sesuatu yang menyenangkan
hatinya, mereka akan membalas kasih sayangmu dan berterimakasih atas setiap
pemberianmu. Janganlah kamu merasa berat dan terbebani oleh anak kalian, walau mereka
mengacuhkan hidupmu dan menghendaki kematianmu serta segan mendekatimu.”

Di riwayat lain dari Jabir bin Abdullah diceritakan bahwa seorang lelaki berkata:
Wahai Rasulullah sesungguhnya saya mempunyai harta dan anak, dan bapak saya
menginginkan hartaku. Maka beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Engkau dan
hartamu adalah milik bapakmu". (Muttafaq 'alaih). Maka tidak ada alasan apapun bagi anak
untuk tidak bersilaturrahim serta berbakti kepada orang tuanya, bahkan walaupun jika orang
tua mereka adalah non-muslim.
Silaturrahim adalah bentuk bakti pada orang tua
Dari pembahasan singkat tersebut kita akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan

sederhana bahwa apabila orang tua menempatkan anak ke dalam kedudukan yang sangat
utama dalam hidupnya, yang bahkan melebihi dari hidupnya sendiri, maka sudah seyogyanya
anak menempatkan orang tua pada posisi yang sama. Menghormati, menghargai dan
memuliakan mereka sebagai pengakuan atas kebaikan yang sudah orang tua mereka berikan.
Tetap melestarikan kewajiban silaturrahim kepada mereka berdua sesuai ketentuan
Kitabullah. Juga mengutamakan mereka sebelum orang lain dalam bersilaturrahim. Serta
tidak lupa juga untuk mendoakan mereka. Rasulullah Saw. pernah bersabda bahwa salah satu
doa yang pasti dikabulkan adalah doa orang tua kepada anaknya dan sebaliknya.
Menjaga dan memelihara orang tua yang sudah lanjut usia juga merupakan amal
ibadah yang sangat utama. Bahkan dalam suatu riwayat juga diceritakan bahwa Rasulullah
Saw. mengatakan bahwa menjaga orang tua juga termasuk jihad yang tidak kalah tinggi
nilainya dengan jihad berperang mengangkat senjata. Betapa indahnya bila seluruh umat
senantiasa menempatkan orang tua mereka dalam posisi utama dalam silaturrahim.