Analisis Kualitas Pelayanan Pajak Dan Sosialisasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Formal Wajib Pajak Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cianjur

(1)

Analysisl of Quality Tax Service and Socialization of Taxation to Tax Compliance Formal IndividualInCianjur Taxpayers Office

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Skripsi Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program StudiAkuntansi

Disusun Oleh: METTI RESTIANI

21107035

PROGRAM STUDI AKUNTANSI UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

FAKULTAS EKONOMI BANDUNG


(2)

phenomenon that occurs there is still a taxpayerwas confronted with obstacles in the service by tax officials, motivation of people as taxpayers still less to participate in socialization activities taxation giving rise to non compliance whereas the quality of tax service and taxation socialization is influential factor in improving tax compliance. The purpose of this study to determine the effect of service quality tax compliance and socialization of formal taxation individual taxpayers.

The method used in this research are descriptive and quantitative methods. The unit of analysis in this study are at Cianjur Tax Payers Office digital in numbering one Tax Payers Office and 375 tax payer as supporters of the sample. The test statistic used is the calculation of Pearson correlation, multiple regression analysis, determination coefficient, hypothesis test, and also use the help of an application program of SPSS 17.0 for Windows.

The result showed that the quality of tax service at Cianjur Tax Payers Office as a whole is included in the criteria is very good because the service time indicator to obtain a high percentage value. As for socialization variables included in the category of good taxation. Taxpayer compliance variables included in the formal category of very high because the indicatorsof compliance in the registered taxpayer to obtain the percentage of respondents that a large. Quality of care and socialization of individual taxes.Then the impact of simultaneously smaller than the partial. This means that overall in the category low because the remaining percentage is influenced by other factors that are not observed in this study.


(3)

Fenomena yang terjadi yaitu masih ada Wajib Pajak merasa menemui hambatan dalam proses pelayanan yang diberikan oleh aparatur perpajakan motivasi masyarakat sebagai Wajib Pajak masih kurang untuk ikut serta dalam kegiatan sosialisasi perpajakan sehingga menimbulkan ketidakpatuhan padahal kualitas pelayanan pajak dan sosialisasi perpajakan adalah faktor yang berpengaruh dalam meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak orang pribadi. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan pajak dan sosialisasi perpajakan terhadap kepatuhan formal Wajib Pajak orang pribadi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dekriptif dan verifikatif. Unit analisis dalam penelitian ini adalah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cianjur yang berjumlah satu Kantor Pelayanan Pajak Pratama dan 375 Wajib Pajak orang pribadi sebagai sampel pendukung. Pengujian statistik yang digunakan adalah perhitungan korelasi Pearson, analisis linier berganda, koefisien determinasi, uji hipotesis, dan juga menggunakan bantuan program SPSS 17.0 for windows.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pelayanan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cianjur secara keseluruhan termasuk dalam kriteria baik karena indikator waktu pelayanan memperoleh nilai persentase yang cukup tinggi. Sedangkan untuk variabel sosialisasi perpajakan termasuk dalam kategori baik. Variabel kepatuhan formal Wajib Pajak termasuk dalam kategori sangat tinggi karena indikator kepatuhan Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri memperoleh persentase dari tanggapan responden yang besar. Kualitas pelayanan pajak dan sosialisasi orang pribadi. Kemudian dampak secara simultan lebih kecil daripada secara parsial. Hal ini berarti secara keseluruhan masuk dalam kategori rendah karena sisa persentase dipengaruhi oleh factor lain yang tidak diamati dalam penelitian ini.

Kata Kunci : Kualitas Pelayanan Pajak, Sosialisasi Perpajakan, Kepatuhan Wajib Pajak


(4)

Syukur alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmatdan hidayah-Nya, serta senantiasa memberikan kesehatan, kemampuan, dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian ini, penulis melaksanakan penelitian pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cianjur.

Usulan penelitian ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam menempuh program studi Strata 1 pada program studi Akuntansi Fakultas Ekonomi di Universitas Komputer Indonesia Bandung (UNIKOM). Dimana judul yang diambil yaitu: “ANALISIS ATAS KUALITAS PELAYANAN PAJAK DAN SOSIALISASI PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN FORMAL WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI”.

Penulis tidak bias memungkiri bahwa dalam menyusun usulan penelitian ini, penulis menemukan hambatan dan kesulitan, namun berkat Ibu Ely Suhayati, SE.,M.Si., Ak. Selaku Dosen Pembimbing dan Dosen Wali yang telah banyak meluangkan waktu guna membimbing, mengarahkan, dan memberikan petunjuk yang sangat berharga demi selesainya penyusunan usulan penelitian ini, akhirnya dengan doa, semangat ikhtiar penulis mampu melewatinya.

Dalam kesempatan ini pula penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak/Ibu:


(5)

Universitas Komputer Indonesia.

3. Sri Dewi Anggadini, SE.,M.Si. selaku Ketua Porgram Studi Akuntansi. 4. Siti Kurnia Rahayu, S.E., M.Ak., Ak selaku penguji sidang.

5. Ony Widilestariningtyas, S.E.,M.Si, selaku penguji sidang 6. Iyan Andriana, selaku dosen SPSS.

7. Staff Kesekretariatan Program Studi Akuntansi yang telah memberikan pelayanan dan informasinya.

8. Seluruh Staff Dosen Pengajar UNIKOM yang telah membekali penulis dengan pengetahuan.

9. Kedua orang tuaku yang selalu mendoakan, memberikan kasih sayang dengan keikhlasan dan kesabaran serta pengorbanan yang tiada henti mendorong dan selalu member semangat penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

10. Kakakku Evva yang telah memberikan doa, dorongan, semanga tuntuk menyelesaikan skripsi ini.

11. Seluruh keluarga besar-ku yang telah mendukung, mendoakan serta member kasih sayang yang begitu tulus sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. 12. Untuk sahabat-sahabatku Ara, Fey, Ina dan yang lainnya yang telah

memberikan dukungan dan bantuannya.

13. Semua teman-temanku kelas Ak-1 yang telah memberikan dukungan dan bantuannya.


(6)

keterbatasan kemampuan penulis, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam penulisan kedepannya. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Semoga Allah SWT membalas jasa semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Wassalamua’laikumWr. Wb.

Bandung, Juli 2011 Penulis

Metti Restiani 21107035


(7)

1.1Latar Belakang Penelitian

Pajak merupakan suatu sumber utama penerimaan negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran negara, baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran untuk pembangunan. Penerimaan pajak mempunyai peranan yang sangat dominan dalam pos penerimaan negara. Negara mempunyai kewajiban untuk memenuhi kepentingan rakyatnya dengan melaksanakan pembangunan. Untuk melaksanakan pembangunan, negara membutuhkan dana pembangunan yang tidak sedikit dimana kebutuhan dana pembangunan tersebut setiap tahun semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah dan kebutuhan masyarakat.

Pajak merupakan salah satu sumber yang cukup penting bagi penerimaan negara guna pembiayaan pembangunan. Kontribusi pajak terhadap pembangunan telah menyamakan atau bahkan lebih besar dari sektor minyak dan gas sebagai sumber dana pembangunan. Saat ini Indonesia mulai memprioritaskan sektor pajak sebagai sumber pendanaan pembangunan di berbagai bidang, misalnya pembangunan dalam bidang ekonomi, sosial dan budaya sebagaimana tercantum dalam undang – undang. Dalam pembangunan ini tidak akan tercapai apabila tidak ada kerjasama antara pemerintah dengan masyarakat, dalam hal ini masyarakat mempunyai peranan penting untuk ikut serta dalam menjalankan fungsi pemerintahan salah satu caranya yaitu


(8)

dengan membayar pajak. Pajak adalah suatu sumber penerimaan dalam negeri yang sangat dominan artinya jika pajak tidak berjalan secara optimal maka akan mengganggu pembangunan yang diharapkan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Dominasi pajak sebagai sumber penerimaan merupakan satu hal yang sangat wajar, terlebih ketika sumber daya alam, khususnya minyak bumi tidak bisa lagi diandalkan. Penerimaan dari sumber daya alam mempunyai umur yang relatif terbatas, suatu saat akan habis dan tidak bisa diperbaharui. Hal ini berbeda dengan pajak, sumber penerimaan ini mempunyai umur tidak terbatas, terlebih dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk.

Dengan melihat perkembangan penerimaan sektor pajak yang terus meningkat dari tahun ke tahun, maka membutuhkan dukungan berupa peningkatan kesadaran Wajib Pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya secara jujur dan bertanggung jawab. Kesadaran membayar pajak dimulai dari pemahaman bahwa kita telah lebih dahulu menikmati dan memanfaatkan barang dan jasa publik dalam kehidupan sehari-hari yang kemudian dilanjutkan dengan pemahaman bahwa sarana dan prasarana tersebut memerlukan pemeliharaan dan pengembangannya untuk kehidupan kini dan masa mendatang. Kemudian setelah mengetahui dan memahami pentingnya pajak bagi pembangunan, diharapkan kesadaran membayar pajak bagi warga negara akan meningkat.

Peranan aparat pemungut pajak (fiskus) menjadi ujung tombak di dalam mencapai target penerimaan pajak, berbagai aspek harus diperhatikan oleh pemerintahan diantaranya penyuluhan, pelayanan, pemeriksaan, sistem perpajakan, dan kebijakan perpajakan.


(9)

Kepatuhan merupakan pemicu keadaan motivasional yang kuat pada individu-individu dan kepatuhan menjadi elemen dasar yang penting bagi pembentukan kehidupan sosial yang tertib dan teratur. Isu kepatuhan menjadi penting karena ketidakpatuhan secara bersamaan akan minimbulkan upaya menghindarkan pajak, seperti tax evasion dan tax avoidance, yang mengakibatkan berkurangnya penyetoran dana pajak ke kas negara.

Masalah kepatuhan Wajib Pajak adalah masalah penting diseluruh dunia, baik di negara maju maupun di negara barkembang. Karena jika Wajib Pajak tidak patuh maka akan menimbulkan keinginan untuk melakukan tindakan penghindaran, pengelakan, penyelundupan dan pelalaian pajakyang pada akhirnya tindakan tersebut akan menyebabkan penerimaan pajak negara akan berkurang. Kepatuhan Wajib Pajak dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kondisi sistem administrasi perpajakan suatu negara, pelayanan pada Wajib Pajak, penegakan hukum perpajakan, pemeriksaan pajak, dan tarif pajak.

Selain itu, berbagai kendala kepatuhan pajak dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor internal institusi pajak, meliputi regulasi perpajakan yang mungkin masih dianggap rumit, belum sederhana dalam dukungan teknologi informasi bagi pelayanan Wajib Pajak serta profesionalisme sumber daya manusia (SDM). Faktor eksternal bisa berasal dari Wajib Pajak maupun lingkungannya yang tidak baik sehingga Wajib Pajak tidak patuh.(Dirjen Pajak, Mochamad Tjiptardjo, 2009).

Adapun masalah lain yaitu, masyarakat yang sudah menjadi Wajib Pajak, masih ada yang tidak patuh dalam penyampaian laporan SPT, hal ini disebabkan


(10)

karena Wajib Pajak merasa masih kurang paham dalam pengisian SPT. (Amuh, Bagian Pelayanan, KPP Pratama Cianjur, 2011).

Sosialisasi perpajakan juga merupakan suatu hal yang tidak terpisahkan dalam upaya peningkatan jumlah Wajib Pajak. Sosialisasi perpajakan merupakan suatu bentuk upaya Direktorat Jenderal Pajak (DJP) untuk memberikan pengertian, informasi dan pembinaan kepada masyarakat pada umumnya dan Wajib Pajak pada khususnya mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan perpajakan dan perundang-undangan. Sosialisasi ini dapat dilakukan melalui media komunikasi baik media cetak seperti surat kabar, majalah maupun media audio visual seperti radio ataupun televisi.

Kurangnya sosialisasi dari pemerintah, ternyata menjadi salah satu penghambat minimnya kepatuhan wajib pajak membayar pajak.(Chairudin Nur Rachmanto, 2009).

Dalam sosialisasi perpajakan, motivasi masyarakat sebagai Wajib Pajak masih kurang baik untuk ikut serta dalam kegiatan sosialisasi perpajakan tersebut. (Amuh, Bagian Pelayanan, KPP Pratama Cianjur, 2011).

Pelayanan pajak yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang mencakup semua Kantor Pelayanan Pajak (KPP), harus mampu mengantisipasi perubahan-perubahan yang berorientasi lebih kepada pelayanan daripada berorientasi kekuasaan dan kewenangan serta memperlakukan Wajib Pajak sebagai pelanggan yang harus dilayani sehingga Wajib Pajak menjadi patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Untuk melakukan perbaikan dan peningkatan kualitas pelayaan perpajakan harus disertai dengan perhatian


(11)

terhadap tingkat kesejahteraan sumber daya manusia yang melaksanakan tugas pelayanan agar tercipta pelayanan yang prima, konsisten dan berkesinambungan. Sikap pelayananyang diberikan kepada masyarakat harus secara maksimal agar wajib pajakmerasa dilayani dengan baik. Oleh karena itu mutu dan pelayanan dalam sistem perpajakan harus ditingkatkan agar mempermudah wajib pajak dalam penyampaian dan penyetoran kewajiban pajaknya.

Pada kenyataannya masih ada wajib pajak merasa menemui hambatan dalam proses pelayanan yang diberikan oleh aparatur perpajakan yaitu petugas yang lambat, tidak ramah, berbelit-belit, menunggu terlalu lama, kantor dan layanan kurang nyaman, fasilitas yang tidak memadai sehingga menimbulkan keluhan, complain, dan enggannya mereka menyelesaikan urusan perpajakannya, dan pada gilirannya nanti berakibat pada tumbuhnya sikap tidak patuh dalam melaksanakan kewajiban perpajakan. (Suseno, 2010).

Selain masalah diatas adapula masalah yang terjadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cianjur, diantaranya komunikasi yang terjadi antara Wajib Pajak dengan petugas pajak kurang baik, hal ini membuat kesadaran masyarakat untuk membayar pajak menjadi rendah dan sikap petugas pemugut pajak masih kurang memuaskan bagi Wajib Pajak. (Amuh, Bagian Pelayanan KPP Pratama Cianjur, 2011).

Pelayanan dan sosialisasi perpajakan kepada masyarakat akan memotivasi Wajib Pajak untuk membayar pajaknya dengan sukarela kepada negara. Dengan pelayanan yang baik dan sosialisasi perpajakan kepada


(12)

seluruh masyarakat maka diharapakan Wajib Pajak akan sadar dan patuh terhadap kewajiban perpajakannya yang nantinya akan berpengaruh terhadap penerimaan perpajakan.

Berdasarkan penjelasan mengenai masalah – masalah yang dipaparkan diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis atas Kualitas Pelayanan dan Sosialisasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cianjur”.

1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis mengidentifikasikan beberapa pokok permasalahan sebagai berikut:

1. Masih ada Wajib Pajak merasa menemui hambatan dalam proses pelayanan yang diberikan oleh aparatur perpajakan.

2. Motivasi masyarakat sebagai Wajib Pajak masih kurang untuk ikut serta dalam kegiatan sosialisasi perpajakan.

3. Masyarakat yang sudah menjadi Wajib Pajak, masih ada yang tidak patuh dalam penyampaian laporan SPT.

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah yang dijelaskan pada latar belakang penelitian diatas dan kemudian diidentifikasikan pada sub bab identifikasi masalah, maka selanjutnya penulis merumuskan masalah sebagai berikut:


(13)

1. Bagaimana Kualitas Pelayanan Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cianjur.

2. Bagaimana Sosialisasi Perpajakan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cianjur.

3. Bagaimana Kepatuhan Formal Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cianjur.

4. Seberapa besar pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak dan Sosialisasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak secara parisal dan simultan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cianjur.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data mengenai Analisis atas Kualitas Pelayanan dan Sosialisasi Perpajakan pada Kantor Pelayanan PajakPratama Cianjur.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui Kualitas Pelayanan Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cianjur.

2. Untuk mengetahui Sosialisasi Perpajakan Kantor Pelayanan PajakPratama Cianjur.

3. Untuk mengetahui Kepatuhan Formal Wajib Pajak Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cianjur.


(14)

4. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak dan Sosialisasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Formal Wajib Pajak Orang Pribadi secara parsial dan simultan pada Kantor Pelayanan PajakPratama Cianjur.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Akademis 1. Bagi peneliti

Peneliti mengharapkan hasil penelitian dapat bermanfaat dan selain itu untukmenambah pengetahuan, juga memperoleh gambaran langsung bagaimana Analisis atas Kualitas Pelayanan Pajak dan Sosialisasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cianjur.

2. Bagi instansi

Dengan penelitian ini dapat memberikan pandangan bagi instansi tentang Analisis atas Kualitas Pelayanan Pajak dan Sosialisasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.

3. Bagi pihak lain

Dapat dijadikan sebagai bahan tambahan pertimbangan dan pemikiran dalam penelitian lebih lanjut dalam bidang yang sama, yaitu Analisis atas Kualitas Pelayanan Pajak dan Sosialisasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cianjur.


(15)

1.4.2 Kegunaan Praktis

Sebagai tambahan informasi mengenai Analisis atas Kualitas Pelayanan Pajak dan Sosialisasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan PajakPratama Cianjur.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dan pengumpulan data dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cianjur yang berlokasi di Jalan Raya Bandung Cianjur.

1.5.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan April sampai Juli 2011. Tabel 1.1

Waktu Penelitian

Tahap Prosedur

Bulan Mar 2011 Apr 2011 Mei 2011 Jun 2011 Jul 2011 I Tahap Persiapan:

1. Bimbingan dengan dosen pembimbing 2. Membuat outline dan proposal skripsi 3. Mengambil formulir penyusunan skripsi

4. Menentukan tempat penelitian

II

Tahap Pelaksanaan:

1. Mengajukan outline dan proposal skripsi

2. Meminta surat pengantar ke perusahaan

3. Penelitian di perusahaan 4. Penyusunan skripsi

III

Tahap Pelaporan:

1. Menyiapkan draft skripsi 2. Sidang akhir skripsi

3. Penyempurnaan laporan skripsi 4. Penggandaan skripsi


(16)

(17)

2.1 Kajian Pustaka

Dalam melakukan suatu penelitian kita perlu memaparkan tentang apa yang kita teliti hal tersebut dapat memudahkan dan menjelaskan lebih rinci tentang variabel yang akan kita teliti.

2.1.1 Pajak

Untuk membiayai semua kepentingan negara yang nantinya akan menjadi kepentingan umum juga, dibutuhkan suatu peran serta yang cukup aktif dari masyarakat untuk memberikan iuran kepada negara dalam bentuk pajak. Pajak ini nantinya akan digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi masyarakat.

2.1.1.1 Pengertian Pajak

Sebelum membahas secara mendalam tentang pemeriksaan pajak, akan diuraikan dahulu mengenai pengertian pajak. Ada beberapa pengertian yang dijadikan acuan, tetapi dalam hal ini penulis hanya mengambil beberapa pengertian yang cukup mewakili unsur-unsur yang terkandung dalam pajak.


(18)

Definisi pajak dalam buku Siti Kurnia Rahayu (2010) yang dikemukakan oleh para ahli adalah:

Menurut Prof. Dr. P. J. A. Adriani (2003) menjelaskan bahwa:

“Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan – peraturan umum undang – undang dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran - pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan”.

Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro S.H (1991)dalam Dasar – dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan menjelaskan bahwa:

“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara peralihan kekayaan dari sektor partikulir ke sektor pemerintah berdasarkan undang - undang dapat dipaksakan dengan tiada mendapat jasa timbal tagen prestasi, yang langsung dapat ditunjukan dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum”.

Sedangkan menurut Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., & Brock Horace R (2005), menjelaskan bahwa:

“Pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas –tugasnya untuk menjalankan pemerintahan”.

Dari ketiga definisi tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan tentang ciri – ciri atau unsur pokok yang terdapat pada pengertian pajak, yaitu:

1. Pajak dipungut berdasarkan undang – undang.

Merupakan hal yang sangat mendasar, dalam pemungutan pajak harus didasarkan pada peraturan perundang – undangan. Asas ini sesuai dengan perubahan ketiga UUD 1945 pasal 23A yang menyatakan "pajak dan


(19)

pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dalam undang-undang”.

2. Tidak mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi perseorangan) yang dapat ditunjukkan secara langsung.

Wajib pajak tidak mendapatkan imbalan secara langsung dengan apa yang telah dibayarkan pada pemerintah. Pemerintah tidak memberikan nilai ataupenghargaan atau keuntungan kepada wajib pajak secara langsung. Apa yang telah dibayarkan oleh wajib pajak kepada pemerintah digunakan untuk keperluan umum pemerintah. Wajib pajak hanya dapat merasakan secara tidak langsung bentuk – bentuk kontraprestasi dari pemerintah. Seperti melihat banyak dibangunnya fasilitas umum dan prasarana yang dibiayai dari APBN atau APBD. Merasakan keamanan dan stabilitas negara karena aparatur negara maupun prasarana dan sarana pertahanan dan keamanan negara telah dibiayai dengan pajak.

3. Pemungutan pajak diperuntukkan bagi keperluan pembiayaan umum pemerintah.

Pemerintah dalam menjalankan fungsinya, seperti melaksanakan ketertiban, mengusahakan kesejahteraan, melaksanakan fungsi pertahanan, dan fungsi penegakan keadilan, membutuhkan dana untuk pembiayaanya. Dana yangdiperoleh dalam bentuk pajak digunakan untuk memenuhi biaya atas fungsi – fungsi yang harus dilakukan pemerintah tersebut.


(20)

4. Pemungutan pajak dapat dipaksakan.

Pajak dapat dipaksakan apabila wajib pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakan dan dapat dikenakan sanksi sesuai peraturan perundag – undangan.

5. Berfungsi sebagai budgeter dan regulerend.

Fungsi budgetair anggaran, pajak berfungsi mengisi kas negara atau anggaran pendapatan negara, yang digunakan untuk keperluan pembiayaan umum pemerintah baik rutin maupun untuk pembangunan. Fungsi regulerend adalah pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau alat untuk melaksanakan kebijakan yang ditetapkan negara dalam bidang ekonomi sosial untuk mencapai tujuan tertentu.

2.1.2 Kualitas Pelayanan

2.1.2.1 Pengertian Kualitas dan Kualitas Pelayanan

Menurut Heizer dan Renden (2009:171) menjelaskan bahwa:

“Kualitas adalah persepsi dari konsumen karena sifatnya yang tidak nyata (intangible) serta produksi dan konsumsinya berjalan secara simultan atau bersamaan”.

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:50) menjelaskan bahwa:

“Kualitas adalah suatu baik buruk suatu benda, kadar, taraf atau derajat (kepandaian, kecerdasan, dan sebagainya)”.


(21)

Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa kualitas adalah kesesuaian antara karakteristik yang ada pada produk atau jasa dengan keinginan konsumen sehingga memberikan kepuasan.

Menurut Boediono( 2007:113) menjelaskan bahwa:

“Kualitas pelayanan adalah pelayanan kepada pelanggan dikatakan bermutu bila memenuhi atau melebihi harapan pelanggan, atau semakin kecil kesenjangannya antara pemenuhan janji dengan harapan pelanggan adalah semakin mendekati ukuran bermutu”.

Memberikan kualitas pelayanan yang baik merupakan hal yang jarang dilakukan oleh perusahaan.Perusahaan yang sangat berorientasi pada kualitas pelayanan yang baik dapat menciptakan citra yang baik bagi perusahaan.

Menurut Gronroos dalam Ratminto dan Atik Septi Winarsih, (2007:2) menjelaskan bahwa:

“Pelayanan adalah aktivitas atau serangkaian aktivitas yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya interaksiantara konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan konsumen atau pelanggan”.

Menurut Fandy Tjiptono (2007:60) menjelaskan bahwa :

“Kualitas pelayanan digolongkan menjadi 3 (tiga) komponen, yaitu : 1. Technical Quality

Komponen yang berkaitan dengan kualitas output jasa yang diterima oleh pelanggan.

2. Function Quality

Komponen yangt berkaitan dengan kualitas cara penyampaian suatu jasa.

3. Corporate Image


(22)

2.1.2.2 Pelayanan Umum yang Prima

Pelayanan prima sebagaimana tuntutan pelayanan yang memuaskan pelanggan/ masyarakat, maka diperlukan persyaratan agar dapat dirasakan oleh setiap pelayanan untuk memiliki kualitas kompetensi yang profesional, dengan demikian kualitas kompetensi profesionalisme menjadi sesuatu aspek penting dan wajar dalam setiap transaksi.

Melalui surat edaran Direktorat jenderal pajak No.SE-45/PJ/2007, menjelaskan bahwa :

“Ditegaskan mengenai pelayanan prima yaitu sebagai berikut: a. Waktu pelayanan di tempat pelayanan terpadu pukul

07.00-17.00 waktu setempat dan pada jam istirahat tetap diberikan. b. Yang bertugas di tempat pelayanan terpadu dan help desk

adalah yang telah memiliki kemampuan untuk melayani masyarakat termasuk pengetahuan perpajakan.

c. Pegawai yang berhubungan langsung dengan wajib pajak harus menjaga sopan santun dan perilaku, ramah, tanggap, cermat dan tepat serta tidak mempersulit pelayanan.

d.Dalam merespon permasalahan dan memberikan informasi kepada wajib pajak, secara lengkap diharapkan wajib pajak dapat memahami dengan baik”.

Pelayanan umum yang prima merupakan pelayanan umum yang mempunyai nilai tinggi atau bermutu. Oleh karena itu, hakikat dari pelayanan umum yang prima adalah:

a. Meningkatkan kualitas dan produktivitas pelaksanaan tugas dan fungsi instansi/lembaga di bidang pelayanan umum.

b. Mendorong agar dapat mengefektifkan sistem dan tata laksana pelayanan, sehingga pelayanan umum dapat diselenggarakan secara lebih berdaya guna dan berhasil guna.


(23)

c.Mendorong terciptanya kreativitas, prakarsa dan peran serta masyarakat untuk mencapai pembangunan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas.

Tempat pelayanan terpadu (TPT) adalah suatu tempat pelayanan perpajakan yang terintegrasi dengan sistem yang melekat pada KantorPelayanan Pajak (KPP) dalam memberikan pelayanan perpajakan.

Menurut Keputusan Dirjen Pajak KEP-27/PJ/2007 menjelaskan bahwa: “Tempat pelayanan mempunyai dasar pertimbangan yaitu:

a. Meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak dengan menetapkan suatu tempat pelayanan terpadu untuk setiap kantor pelayanan pajak, sehingga dapat memberikan pelayanan kepada wajib pajak tampa harus mendatangi masing-masing seksi.

b. Memudahkan pengawasan terhadap proses pelayanan yang diberikan kepada wajib pajak.Dengan demikian kualitas pelayanan pajak adalah bentuk bantuan atau pelayanan yang dilaksanakan oleh aparatur perpajakan secara aktif tanpa birokrasi sesuai dengan peraturan perpajakan yang bersifat mudah, sederhana dan mempunyai kepastian hukum yang bertujuan untuk mengoptimalkan penerimaan negara pada sektor perpajakan. Pelayanan fiskus terhadap wajib pajak sangat berperan dalam usaha meningkatkan kesadaran dan kepatuhan wajib pajak dalam menjalankan kewajibannya”.

2.1.3 Sosialisasi Perpajakan

2.1.3.1 Pengertian Sosialisasi Perpajakan

Kegiatan penyuluhan pajak memiliki andil yang cukup besar dalam mensukseskan sosialisasi pajak keseluruh wajib pajak. Berbagai mediadiharapkan mampu menggugah kesadaran masyarakat untuk patuh terhadap pajak dan membawa pesan moral terhadap pentingnya pajak bagi negara.


(24)

Menurut Mustofa(2007:10) menjelaskan bahwa:

“Sosialisasi adalah suatu konsep umum yang dimaknakan sebagai proses dimana kita belajar melalui interaksi dengan orang lain, tentang cara berfikir, merasakan dan bertindak dimana kesemuanya itu merupakan hal-hal yang sangat penting dalam menghasilkan partisipasi sosial yang efektif”.

Sedangkan menurut Basamalah (2007:69) menjelaskan bahwa:

“Sosialisasi adalah sebagai suatu proses dimana orang-orang mempelajari sistem nilai, norma dan pola perilaku yang diharapkan oleh kelompok sebagai bentuk transformasi dari orang tersebut sebagai orang luar menjadi organisasi yang efektif”.

Dari pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa sosialisasi perpajakan merupakan suatu upaya dari Direktorat Jenderal Pajak untuk memberikan pengertian, informasi dan pembinaan kepada masyarakat pada umumnya dan wajib pajak pada khususnya mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan perpajakan dan perundang-undangan.

2.1.3.2 Bentuk Sosialisasi Perpajakan

Kegiatan penyuluhan dan pelayanan pajak memegang peran penting dalam upaya memasyarakatkan pajak sebagai dalam upaya kehidupan berbangsa dan bernegara. Negara dalam hal ini memberikan mandat kepada pemerintah telah menjalankan kewajiban pemungutan pajak kepada masyarakat. Namun proses pemungutan pajak ini tidak mudah tanpa kesadaran dari masyarakat akan arti pentingnya pajak bagi pembiayaan negara khususnya pembangunan sarana publik. Menurut Keputusan Direktorat Jenderal Pajak KEP-30/PJ/2008 menjelaskan bahwa :

“Program-program yang telah dilakukanberkaitan dengan kegiatan penyuluhan tersebut antara lain:


(25)

b) Mangadakan seminar-seminar di berbagai profesi serta pelatihan-pelatihan baik untuk pemerintah maupun swasta.

c) Memasang spanduk yang bertemakan pajak.

d) Memasang iklan layanan masyarakat di berbagai stasiun televisi.

e) Mengadakan acara tax goes to campus yang diisikan dengan berbagai acara yang menarik mulai dari debat pajak sampai dengan seminar pajak dimana acara tersebut bertujuan guna menimbulkan pamahaman tentang pajak ke mahasiswa yang dinilai sangat kritis. Selain mahasiswa, para pelajar jugaperlu dibekali tentang dasar-dasar pajak melalui acara tax education road show”.

Berbagai program tersebut juga dutunjukkan dengan sarana-sarana yang mengakomodasikan harapan masyarakat agar merasa mudah, cepat dan benar dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Sarana-sarana penunjang tersebut diantaranya dengan adanya website pajak yaitu www.pajak.go.id, perpustakaan, majalah pajak, jurnal pajak, adanya call center, sms taxes, complient center dan lain sebagainya. Keberhasilan program tersebut dapat dilihat dari semakin tingginya tingkat kepatuhan dari masyarakat dalam membayar pajak, terpenuhinya target penerimaan, serta peningkatan jumlah wajib pajak.

2.1.4 Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak

Kondisi perpajakan yang menuntut keikutsertaan aktif Wajib Pajak dalam menyelenggarakan perpajakannya membutuhkan kepatuhan Wajib Pajak yang tinggi.Yaitu kepatuhan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan yang sesuai dengan kebenarannya.

Menurut Norman D. Nowak (Moh.Zain:2004) dalam Siti Kurnia Rahayu (2010:138) menjelaskan bahwa :

“Kepatuhan Wajib Pajak adalah suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan, tercermin dalam situasi di mana:


(26)

peraturan perundang-undangan perpajakan 2. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas 3. Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar 4. Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya”.

Menurut Chaizi Nasucha dalam Siti Kurnia Rahayu (2010:138) menjelaskan bahwa kepatuhan Wajib Pajak dapat diidentifikasikan dari:

“Kepatuhan Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri, kepatuhan untuk melaporkan kembali surat pemberitahuan, kepatuhan dalam perhitungan dan pembayaran pajak terutang, dan kepatuhan dalam pembayaran tunggakan”.

Sedangkan menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 544/KMK.04/2000 yang dikutip oleh Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu (2006:112) menjelaskanbahwa:

“Kepatuhan perpajakan adalah tindakan Wajib Pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentun peraturan perundang-undangan dan peraturan pelaksanaan perpajakan yang berlaku dalam suatu negara.”

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa wajib pajak yang patuh adalah wajib pajak yang sadar akan pajak, paham atas hak dan kewajiban perpajakannya, dan diharapkan peduli pajak yaitu melaksanakan kewajiban perpajakan dengan benar serta tepat waktu dalam melaporkan kembali Surat Pemberitahuan (SPT).

Menurut Siti Resmi (2008:21) dalam Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 UU No. 28 Tahun 2007, menjelaskan bahwa:

“Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.”


(27)

“Ada dua macam kepatuhan, yaitu kepatuhan formal dan kepatuhan material.

1. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan di mana Wajib Pajak memenuhi kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang perpajakan.

2. Kepatuhan material adalah suatu keadaan di mana Wajib Pajak secara substantive atau hakekatnya memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa undang-undang perpajakan. Kepatuhan material dapat juga meliputi kepatuhan formal”.

2.1.5 Hubungan Kualitas Pelayanan dan Sosialisasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

2.1.5.1 Hubungan Kualitas Pelayanan dengan Kepatuhan Wajib Pajak

Kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pihak yang mengingikannya Dalam kaitannya dengan masyarakat luas, suatu pelayanan yang diberikan haruslah memiliki ciri atau kualitas tersendiri. Ini dimaksudkan agar nantinya tujuan dari pelayanan tersebut dapat tercapai.Adapun konsep penghubung Kualitas Pelayanan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:140) menjelaskan bahwa :

“Kepatuhan Wajib Pajak dipengaruhi oleh beberapan faktor yaitu kondisi sistem administrasi perpajakan suatu negara, pelayanan pada Wajib Pajak, penegakan hukum perpajakan, pemeriksaan pajak, dan tarif pajak”.

2.1.5.2 Hubungan Sosialisasi Perpajakan dengan Kepatuhan Wajib Pajak Sosialisasi perpajakan merupakan upaya untuk memberikan pengertian, penjelasan, informasi terbaru, serta pembinaan dan penyuluhan kepada manyarakat pada umumnya dan wajib pajak pada khususnya mengenai segala


(28)

sesuatu yang berhubungan dengan peraturan dan perundang-undangan perpajakan maupun sistem pelayanan pajak yang baru. Kita dapat memperoleh informasi tersebut melalui media cetak seperti koran, bulletin, majalah berita pajak, surat edaran, jurnal dan lain sebagainya. Juga melalui media elektronik seperti televisi, radio, dan dapat mengakses melalui internet dengan berbagai situs pajakseperti: www.klikpajak.com, www.layananpajak.com, www.infopajak.com dan lain-lain.Adapun konsep penghubung Sosialisasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.

Menurut Gunadi (2007:10) menjelaskan bahwa :

Sosialisasi perpajakan sangat diperlukan untuk menambah jumlah wajib pajak dan dapat menimbulkan kepatuhan dari wajib pajak sehingga secara otomatis penerimaan pajak juga akan meningkat”.

2.2 Kerangka Pemikiran

Pelaksanaan pemungutan pajak suatu negara memerlukan suatu sistem yang telah disetujui masyarakat melaui perwakilannya di dewan perwakilan, dengan menghasilkan suatu peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar pelaksanaan perpajakan bagi wajib pajak.Sistem pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan menuntut Wajib pajak untuk turut aktif dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya. Sistem pemungutan yang berlaku adalah Self Assestment System, dimana segala pemenuhan kewajiban perpajakan dilakukan sepenuhnya oleh Wajib Pajak.

Kondisi perpajakan yang menuntut keikutsertaan aktif Waijb Pajak dalam menyelenggarakan perpajakannya membutuhkan kepatuhan Wajib Pajak yang


(29)

tinggi.Oleh karena itu Kantor Pelayanan Pajak memberikan kualitas pelayanan dan sosialisasi perpajakan, dimana kualitas pelayanan tersebut mempunyai dimensi yaitu kehandalan, daya tanggap, jaminan, empati, dan wujud nyata. Sedangkan sosialisasi perpajakan terdiri dari penyuluhan, penyelenggaraan, carasosialisasi, dan media yang digunakan. Dengan adanya kualitas pelayanan dan sosialisasi perpajakan maka akan timbul kepatuhan wajib pajak.

Menurut Gunadi (2007 : 10) menjelaskan bahwa :

“Sosialisasi perpajakan sangat diperlukan untuk menambah jumlah wajib pajak dan dapat menimbulkan kepatuhan dari wajib pajak sehingga secara otomatis penerimaan pajak juga akan meningkat”.

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010 : 140) menjelaskan bahwa :

“Kepatuhan Wajib Pajak dipengaruhi oleh beberpa faktor yaitu kondisi sistem administrasi perpajakan suatu negara, pelayanan pada Wajib Pajak, penegakan hukum perpajakan, pemeriksaan pajak, dan tarif pajak.”

Untuk memenuhi agar Wajib Pajak menjadi patuh yaitu dibutuhkannya kualitas pelayanan pajak yang baik. Dalam melayani, komunikasi antara Wajib Pajak dan petugas harus terjalin dengan baik dan dibutuhkan juga sosialisai perpajakan kepada Wajib Pajak seperti kegiatan penyuluhan-penyuluhan agar Wajib Pajak dapat memahami dan mengerti tentang informasi perpajakan sehingga Wajib Pajak pun akan menjadi patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

Oleh karena itu, didapatkan hipotesis bahwa adanya pengaruh kualitas pelayanan dan sosialisasi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak.


(30)

Berdasarkan uraian diatas, penulis menuangkan kerangka pemikirannya dalam bentuk skema kerangka pemikiran sebagai berikut:


(31)

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran

1. Penyuluhan 2. Penyelenggaraan 3. Cara Sosialisasi 4. Media yang

Digunakan 1. Kehandalan

2. Daya Tanggap 3. Jaminan 4. Empati 5. Wujud Nyata

Kualitas Pelayanan Sosialisasi Perpajakan

Kepatuhan Formal Wajib Pajak Orang Pribadi Menurut Gunadi (2007:10) menjelaskan

bahwa :

Sosialisasi perpajakan sangat diperlukan untuk menambah jumlah wajib pajak dan dapat menimbulkan kepatuhan dari wajib pajak sehingga secara otomatis penerimaan pajak juga akan meningkat.

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:140) menjelaskan bahwa:

Kepatuhan Wajib Pajak dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kondisi sistem administrasi perpajakan suatu negara, pelayanan pada wajib pajak, penegakan hokum perpajakan, pemeriksaan pajak, dan tarif pajak.

Hipotesis

“Adanya Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Sosialisasi

Perpajakan Terhadap Kepatuhan Formal Wajib


(32)

2.3Paradigma Penelitian

Gambar 2.2

Skema Paradigma Penelitian

2.4Hipotesis

Menurut Sugiyono (2010:93) menjelaskan bahwa:

“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan”.

Hipotesis penelitian dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul dan harus diuji secara empiris. Berdasarkan uraian kerangka pemikiran diatas, maka dapat disajikan oleh penulis adalah berhipotesis bahwa “Kualitas Pelayanan dan Sosialisasi Perpajakan Berpengaruh Terhadap Kepatuhan Formal Wajib Pajak Orang Pribadi”.

X1

X2


(33)

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan jawaban ataupun solusi dari permasalahan yang terjadi.

Menurut Sugiyono (2010:13) menjelaskan bahwa:

“Objek penelitian adalah sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan

tujuan dan kegunaan tertentu tentang sesuatu hal objektif, valid, dan reliable tentang suatu hal (variabel tertentu)”.

Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah kualitas pelayanan pajak, sosialisasi perpajakan dan kepatuhan formal wajib pajak orang pribadi.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode verifikatif.

Menurut Sugiyono (2010:29) menjelaskan bahwa:

“Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk

membuat kesimpulan yang lebih luas”.

Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan rumusan masalah ke satu dan ke dua. Data yang dibutuhkan adalah data yang sesuai dengan


(34)

masalah-masalah yang ada dan sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga data tersebut akan dikumpulkan, dianalisis dan diproses lebih lanjut sesuai dengan teori-teori yang telah dipelajari, jadi dari data tersebut akan ditarik kesimpulan.

Sedangkan menurut Mashuri (2009: 45) menjelaskan bahwa:

“Metode verifikatif adalah memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa

dengan kehidupan.”

Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan perhitungan statistik.Penelitian ini digunakan untuk menguji pengaruh variabel X1

dan X2 terhadap Y yang diteliti.Verifikatif berarti menguji teori dengan pengujian

suatu hipotesis apakah diterima atau ditolak. 3.2.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses penelitian. Desain penelitian akan berguna bagi semua pihak yang terlibat dalam proses penelitian, karena langkah dalam melakukan penelitian mengacu kepada desain penelitian yang telah dibuat.

Menurut Sugioyono (20010:13) menjelaskan bahwa :

“Proses penelitian meliputi: 1. Sumber masalah 2. Rumusan masalah

3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan 4. Pengajuan hipotesis

5. Metode penelitian

6. Menyusun instrument penelitian 7. Kesimpulan”


(35)

Berdasarkan proses penelitian yang dijelaskan diatas, maka desain penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Sumber Masalah

Masalah dibuat berdasarkan latar belakang penelitian dan diperoleh dari adanya fenomena yang terjadi di masyarakat sesuai dengan judul yang diteliti.

2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui pengumpulan data. Penelitian tidak akan dilakukan dengan baik apabila suatu masalah tidak dirumuskan terlebih dahulu.

3. Konsep dan Teori yang Relevan dan Penemuan yang Relevan

Untuk menjawab rumusan masalah yang sifatnya sementara (berhipotesis), maka peneliti memerlukan referensi teoritis yang relevan dengan masalah dalam penelitian sebelumnya sebagai bahan untuk jawaban sementara dari masalah tersebut.

4. Pengajuan Hipotesis

Jawaban tehadap rumusan masalah yang baru didasarkan pada teori dan didukung oleh penelitian yang relevan, tetapi belum ada pembuktian secara empiris (faktual) maka jawaban itu disebut hipotesis.Hipotesis yang dibuat penelitian ini adalah pengaruh kualitas pelayanan pajak dan sosialisasi perpajakan terhadap kepatuhan formal wajib pajak orang pribadi.


(36)

5. Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian penulis menggunakan metode deskriptif dan verifikatif. Metode deskriptif digunakan untuk menjawab rumusan masalah pertama, kedua dan ketiga, yaitu:

a. Bagaimana kualitas pelayanan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cianjur.

b. Bagaimana sosialisasi perpajakan terhadap pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cianjur.

c. Bagaimana kepatuhan formal Wajib Pajak Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Orang Pribadi.

Sedangkan metode verifikatif digunakan untuk menjawab rumusan masalah keempat, yaitu seberapa besar pengaruh kualitas pelayanan pajak dan sosialisasi perpajakan terhadap kepatuhan formal wajib pajak orang pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cianjur. 6. Menyusun Instrumen Penelitian

Setelah metode penelitian yang sesuai dipilih, maka peneliti dapat menyusun instrumen penelitian.Instrumen ini digunakan sebagai alat pengumpul data.Instrumen pada penelitian ini berbentuk kuesioner, untuk pedoman wawancara atau observasi. Sebelum instrumen digunakan untuk pengumpulan data, maka instrumen penelitian harus terlebih dulu diuji validitas dan reabilitasnya. Dimana validitas digunakan untuk mengukur kemampuan sebuah alat ukur dan reabilitas digunakan untuk mengukur sejauh mana pengukuran


(37)

tersebut dapat dipercaya.Setalah data terkumpul maka selanjutnya dianalisis untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis yang diajukan dengan teknik statistik tertentu. Selanjutnya peneliti menganalisis dan mengambil sampel untuk melakukan penelitian mengenai :

a. Kualitas pelayanan pajak yang diperoleh dari data kuesioner yang akan diisi oleh Wajib Pajak.

b. Sosialisasi perpajakan yang diperoleh dari data kuesioner yang akan diisi oleh Wajib Pajak.

c. Kepatuhan formal wajib pajak orang pribadi yang diperoleh dari data kuesioner yang akan diisi oleh Wajib Pajak.

Selanjutnya penulis mulai menggunakan perhitungan dengan menggunakan MSI (Method Succesive Interval)untuk menaikkan skala ordinal menjadi interval, regresi linier berganda untuk membuktikan sejauh mana pengaruh yang diperlihatkan antara kualitas pelayanan dan sosialisasi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak. Analisis korelasi untuk meneliti erat tidaknya pengaruh kualitas pelayanan dan sosialisasi perpajakan terhadap kepatuhan formal wajib pajak orang pribadi, koefisien determinasi untuk menilai besarnya pengaruh kualitas pelayanan pajak dan sosialisasi perpajakan terhadap kepatuhan formal wajib pajak orang pribadi dan thitung untuk


(38)

7. Kesimpulan

Kesimpulan adalah langkah terakhir dari suatu periode penelitian yang berupa jawaban atas rumusan masalah.Dengan menekankan pada pemecahan masalah berupa informasi mengenai solusi masalah yang bermanfaat sebagai dasar untuk pengambilan keputusan.

Desain penelitian yang lebih sederhana lagi akan dijelaskan dalam bentuk tabel dibawah ini :

Tabel 3.1 Desain Penelitian Tujuan Penelitian Desain Penelitian Jenis Penelitian Metode yang digunakan Unit Analisis Time Horizon T-1 Descriptive Descriptive dan

Survey KPP Pratama Cianjur Cross Sectional

T-2 Descriptive Descriptive dan Survey KPP Pratama Cianjur Cross Sectional

T-3 Descriptive Descriptive dan Explanatory Survey KPP Pratama Cianjur Cross Sectional

T-4 Descriptive dan

Verificative

Descriptive dan Explanatory Survey KPP Pratama Cianjur Cross Sectional


(39)

Dari tabel di atas dapat penulis uraikan sebagai berikut:

1. Tujuan penelitian pertama adalah untuk mengetahui bagaimana kualitas pelayanan dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang terkumpul melalui unit analisis yaitu Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cianjur.

2. Tujuan penelitian kedua adalah untuk mengetahui bagaimana sosialisasi perpajakan dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang terkumpul melalui unit analisis yaitu Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cianjur.

3. Tujuan penelitian ketiga adalah untuk mengetahui bagaimana kepatuhan formal Wajib Pajak Orang Pribadi dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang terkumpul melalui unit analisis yaitu Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cianjur.

4. Tujuan penelitian keempat adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kualitas pelayanan dan sosialisasi perpajakan dengan cara mengumpulkan data dan informasi lalu menganalisis secara kuantitatif dengan menguji teori dengan pengujian suatu hipotesis melalui uji statistik apakah hipotesis diterima atau ditolak.

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Operasionalisasi variabel diperlukan untuk menentukan jenis, indikator, serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian, sehingga pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar sesuai dengan judul penelitian.


(40)

Berdasarkan judul usulan penelitian yang telah dikemukakan diatas yaitu

“Analisis atas Kualitas Pelayanan Pajak dan Sosialisasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Formal Wajib Pajak Orang Pribadi”, maka variabel-variabel yang diteliti dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Variabel Bebas atau Independent (Variabel X) Menurut Sugioyono (2010: 39) menjelaskan bahwa:

“Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab

perubahannya atau timbulnya variabel dependent (terikat)”.

Dalam hal ini variabel bebas yang akan berkaitan dengan masalah yang akan diteliti adalah data yang menjadi variabel bebas (Variabel X1 dan X2)

adalah kualitas pelayanan pajak dan sosialisai perpajakan .Dalam operasionalisasi variabel ini semua variabel diukur oleh instrumen pengukur dalam bentuk kuesioner yang memenuhi pernyataan-pernyataan tipe skala Likert.

2. Variabel Terikat atau Dependent (Variabel Y) Menurut Sugiyono (2010: 40) menjelaskan bahwa:

“Variabel terikat adalah yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena

adanya variabel bebas”.Data yang menjadi variabel terikat (Variabel Y) adalah

kepatuhan formal wajib pajak orang pribadi”. Selengkapnya mengenai operasionalisasi variabel dapat dilihat pada tabel di bawah ini:


(41)

Tabel 3.2 Operasional Variabel

Variabel Konsep Dimensi Indikator Skala No

Kuesi oner Kualitas Pelayanan Pajak (Variabel X1)

Kualitas pelayanan adalah pelayanan kepada pelanggan dikatakan bermutu bila memenuhi atau melebihi harapan pelanggan, atau semakin kecil kesenjangannya atau pemenuhannya janji dengan harapan pelanggan adalah semakin mendekati ukuran bermutu. (Boediono, 2007:113).

Pelayanan Prima 1. Waktu pelayanan 2. Kemampuan

untuk melayani masyarakat 3. Pegawai yang

berhubungan langsung dengan Wajib Pajak 4. Merespon permasalahan dan memberikan informasi kepada Wajib Pajak (Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak No.SE-45/PJ/2007). Ordinal 1 2 3 4 Sosialisasi Perpajakan (Variabel X2)

Sosialisasi adalah suatu konsep umum yang

dimaknakan sebagai proses dimana kita belajar melalui interaksi

dengan orang lain, tentang cara berfikir, merasakan dan bertindak dimana

1. Penyuluhan Peraturan Baru

Ordinal

5-6

2. Penyelenggaraan Tempat 7

3. Cara Sosialisasi Seminar, brosur, penyuluhan

8-11 4. Media yang

Digunakan

Media Cetak dan Elektronik (Mustofa, 2006:11).


(42)

kesemuanya itu merupakan hal-hal yang sangat penting dalam menghasilkan partisipasi sosial yang efektif. (Mustofa, 2006:10). Kepatuhan

Wajib Pajak (Variabel Y)

Kepatuhan perpajakan adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak

memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak

perpajakannya. (Safri

Nurmantu dalam Siti Kurnia Rahayu, 2010:138).

Kepatuhan Formal a. Mendaftarkan Diri

b. Menyetorkan Kembali SPT

Ordinal 16 17


(43)

Dalam operasionalisasi untuk variabel kualitas pelayanan, sosialisasi perpajakan, dan kepatuhan formal wajib pajak orang pribadi menggunakan skala ordinal.

Pengertian dari skala ordinal menurut Nur Indriantoro dan Bambang (2002:98) menjelaskan bahwa:

“Skala ordinal adalah skala pengukuran yang tidak hanya menyatakan

kategori, tetapi juga menyatakan peringkat construct yang diukur.”

Berdasarkan pengertian diatas, maka skala yang digunakan adalah skala ordinal dengan tujuan untuk memberikan informasi berupa nilai pada jawaban.Variabel-variabel tersebut diukur oleh instrumen pengukur dalam bentuk kuesioner berskala ordinal yang memenuhi pernyataan-pernyataan tipe skala likert.

Menurut Sugiono (2010:132) menjelaskan bahwa:

“Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial”.

Untuk setiap pilihan jawaban diberi skor, maka responden harus menggambarkan, mendukung pernyataan (item positif) atau tidak mendukung (item negatif).

Pada jawaban kuesioner diberikan skor pertanyaan yang memiliki jawaban positif dan pertanyaan yang memiliki jawaban negatif. Pertanyaan positif bertujuan untuk mengetahui jawaban yang sesuai dengan kebenaran, sedangkan jawaban negatif bertujuan untuk mengkroscek apakah responden menjawab secara konsisten dan benar-benar menjawab kuesioner.


(44)

Pemberian skor atas pilihan jawaban untuk kuesioner yang diajukan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3

Scoring Untuk Jawaban Kuesioner Positif

Jawaban Responden Skor

a 5

b 4

c 3

d 2

e 1

Sumber: Sugiyono (2010:94)

Untuk pertanyaan negatif, tingkat jawabannya terdapat pada tabel 3.4 dibawah ini:

Tabel 3.4

Scoring Untuk Jawaban Kuesioner Negatif

Jawaban Responden Skor

a 1

b 2

c 3

d 4

e 5

Sumber : Sugiyono (2010 : 195) 3.2.3 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data 3.2.3.1 Sumber Data

Jenis data yang digunakan peneliti dalam penelitian mengenai “Analisis

atas Kualitas Pelayanan Pajak dan Sosialisasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Formal Wajib Pajak Orang Pribadi” adalah data primer.

Menurut Sugiyono (2010: 137) menjelaskan bahwa:

“Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada


(45)

Data primer dalam penelitian ini yaitu berupa kuesioner yang akan dibagikan kepada wajib pajak orang pribadi yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cianjur.

4.2.3.2 Teknik Penentuan Data

Untuk menunjang hasil penelitian, maka peneliti melakukan pengelompokan data yang diperlukan kedalam dua golongan, yaitu:

1. Populasi

Populasi merupakan objek atau subjek yang memenuhi kriteria tertentu yang telah ditentukan oleh peneliti.

Menurut Sugiyono (2010: 80) menjelaskan bahwa:

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”.

Berdasarkan pengertian diatas, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian ini. Yang menjadi populasi target dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak yang berada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cianjur yang berjumlah 6.250 Wajib Pajak Orang Pribadi.


(46)

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2010: 81) menjelaskan bahwa:

“Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut”.

Penentuan pengambilan sampel ditentukan dengan menggunakan teknik probabilitas sampling.

Menurut Sugiyono (2010 :118) menjelaskan bahwa:

Probabilitas sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi

anggota sampel”.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa sampel merupakan bagian dari populasi dan dapat mewakili populasi secara keseluruhan. Rumus yang dugunakan untuk menentukan sampel yaitu menggunakan rumus Slovin yang dikutip oleh Husein Umar (2008: 78), yaitu sebagai berikut :

N

n = ____________ (N.e2)+1 Dimana : n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

e2 = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel dalam penelitian, presisi yang digunakan dalam penelitian ini 10%, sehingga ukuran sample dapat dihitung sebagai berikut :


(47)

n = N (N.e2) + 1 n = 6.250 (6250 . 0,052) + 1

n = 6.250 16,625 n = 375

Berdasarkan rumus penarikan jumlah sampel diatas, maka sampel yang diambil penulis dalam penelitian ini adalah sebanyak 375 Wajib Pajak Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cianjur.

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan dua cara, yaitu penelitian lapangan (file research) dan studi kepustakaan. Pengumpulan data primer dan sekunder dilakukan dengan cara:

1. Penelitian lapangan (File Research)

a. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data secara langsung datang ketempat objek yang diteliti yaitu Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cianjur.

b. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara tanya jawab langsung kepada pihak yang terkait yaitu wajib pajak.

c. Kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberikan suatu daftar pertanyaan kepada wajib pajak. Dengan harapan wajib pajak dapat merespon atas daftar pertanyaan tersebut.


(48)

2. Teknik pengambilan data secara kepustakaan

Teknik yang dapat dipergunakan yaitu membaca, merangkum, mengelompokan data yang diperoleh dari buku-buku, artikel, majalah, surat kabar, situs web dan penelitian-penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

Sebelum kuesioner digunakan untuk pengumpulan data yang sebenarnya, terlebih dahulu dilakukan uji coba kepada responden.Uji coba dilakukan untuk mengetahui tingkat kesahihan (validitas) dan kekonsistenan (reliabilitas) sehingga diperoleh pertanyaan-pertanyaan yang layak untuk digunakan sebagai alat ukur dalam pengumpulan data dan penelitian.

3.2.4.1 Uji Validitas

Menurut Iyan Andriana (2009: 71) menjelaskan bahwa:

“Validitas adalah sebagai sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat

ukur dalam melakukan fungsi ukurnya”.

Berdasarkan definisi diatas, validitas dapat diartikan sebagai suatu karakteristik dari ukuran terkait dengan tingkat pengukuran sebuah alat test (kuesioner) dalam mengukur secara benar apa yang seharusnya dilakukan dan mengukur apa yang seharusnya diukur.

Tabel 3.5

Hasil Uji Validitas Kuesioner Kualitas Pelayanan Pajak, Sosialisasi Perpajakan dan Kepatuhan Formal Wajib Pajak

Butir Pertanyaan Indeks Validitas Nilai Kritis Keterangan

1 0.731 0.108 Valid

2 0.765 0.108 Valid

3 0.653 0.108 Valid


(49)

5 0.693 0.108 Valid

6 0.787 0.108 Valid

7 0.604 0.108 Valid

8 0.675 0.108 Valid

9 0.663 0.108 Valid

10 0.748 0.108 Valid

11 0.819 0.108 Valid

12 0.754 0.108 Valid

13 0.749 0.108 Valid

14 0.691 0.108 Valid

15 0.794 0.108 Valid

16 0.828 0.108 Valid

17 0.870 0.108 Valid

Seperti yang telah dijelaskan pada metodelogi penelitian bahwa untuk menguji valid tidaknya suatu alat ukur digunakan pendekatan secara statisitika, yaitu melalui nilai koefisien korelasi skor butir pertanyaan dengan skor total = 0,108 maka pernyataan tersebut dinyatakan valid dan apabila < 0,108 berarti data tersebut dapat dikatakan tidak valid. Berdasarkan hasil pengolahan menggunakan rumus korelasi pearson product moment (r).

Seperti dilakukan pengujian lebih lanjut, semua item pernyataan dalam kuesioner harus diuji keabsahannya untuk menentukan valid tidaknya suatu item.Uji validitas dilakukan untuk mengukur pernyataan yang ada dalam kuesioner.Validitas suatu data tercapai jika pernyataan tersebut mampu mengungkapkan apa yang akan diungkapkan. Uji validitas dilakukan dengan mengkorelasikan masing pernyataan dengan jumlah skor untuk masing-masing variabel. Teknik korelasi yang digunakan adalah teknik korelasi pearson product moment.


(50)

Untuk mempercepat dan mempermudah penelitian ini pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan software SPSS 17.0 for windows dengan metode korelasi pearson product moment yang rumusnya sebagai berikut:

n(∑XY) –(∑X ∑Y)

r =

[n∑X2(∑X)2][n∑Y2 (∑Y)2

] Sumber: Sugiyono (2010:248) Keterangan:

r = Koefisien korelasi pearson product moment

X1 dan X2 = Kualitas Pelayanan Pajak dan Sosialisasi Perpajakan

Y = Kepatuhan Formal Wajib Pajak Orang Pribadi N = Ukuran sampel atau banyak data di dalam sampel

Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan program SPSS 17.0 for windows diperoleh hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner kedua variabel.

3.2.4.2 Uji Reliabilitas

Menurut Iyan Andriana (2009: 78) menjelaskan bahwa:

“Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya”. Berdasarkan definisi tersebut, maka reliabilitas dapat diartikan sebagai suatu karakteristik terkait dengan keakuratan, ketelitian, dan kekonsistenan. Suatu alat disebut reliabel apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek sama sekali diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah. Dalam hal ini relatif samaberarti tetap adanya toleransi perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran.


(51)

Pengujian ini dilakukan terhadap butir pertanyaan yang termasuk dalam kategori valid. Pengujian reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan internal consistency, yaitu dilakukan dengan cara mencobakan instrument sekali saja, kemudian dianalisis dengan menggunakan suatu teknik perhitungan reliabilitas. Teknik yang digunakan untuk menguji keandalan kuesioner pada penelitian ini adalah metode alpha. Nilai koefisien reliabilitas dikatakan reliable apabila bernilai positif dan lebih besar dari pada 0,70. Hasil dari uji reliabilitas berdasarkan pada rumus alpha diperoleh sebagai berikut:

Tabel 3.6

Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Penelitian Variabel Indeks

Reliabilitas

Nilai Kritis Keterangan Kualitas

Pelayanan Pajak

0.77 0.70 Reliabel

Sosialisasi Perpajakan

0.77 0.70 Reliabel

Kepatuhan Formal Wajib Pajak

0.86 0.70 Reliabel

Dari hasil pengolahan diperoleh hasil sebesar 0.77 pada variabel Kualitas Pelayanan Pajak, 0.77 pada variabel Sosialisasi Perpajakan dan 0.86 pada variabel Kepatuhan Formal Wajib Pajak dimana nilai reliabilitas butir pertanyaan pada kuesioner yang diuji lebih besar dari 0,70, hal menunjukan bahwa butir kuesioner memiliki keandalan yang tinggi.

Selain valid instrumen penelitian juga harus andal, keandalan instrumen menjadi indikasi bahwa responden konsisten dalam memberikan tanggapan atas pernyataan yang diajukan. Seperti yang dikemukakan Barker et al (2002: 70) sekumpulan butir pernyataan yang mengukur variabel dapat diterima jika memiliki koefisien reliabilitas lebih besar atau sama dengan 0,70.


(52)

3.2.5Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis

Agar penulis dapat menghasilkan data yang dapat dipercaya maka harus dilakukan tahapan analisis dan pengujian hipotesis. Untuk melakukan sebuah analisis data dan pengujian hipotesis, terlebih dahulu penulis akan menentukan metode apa yang digunakan untuk menganalisis data hasil penelitian dan merancang metode untuk menguji sebuah hipotesis.

3.2.5.1 Rancangan Analisis

Berdasarkan pertimbangan tujuan penelitian, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan analisis kuantitatif.

Dalam pelaksanaan, penelitian ini menggunakan jenis atau alat bentuk penelitian deskriptif dan analisis kuantitatif yang dilaksanakan melalui pengumpulan data dilapangan.

1. Metode Deskriptif

Penelitian Deskriptif adalah jenis penelitian yang menggambarkan apa yang dilakukan oleh perusahaan berdasarkan fakta-fakta yang ada untuk selanjutnya diolah menjadi data. Data tersebut kemudian dianalisis untuk memperoleh suatu kesimpulan. Penelitian deskriptif digunakan untuk menggambarkan bagaimana pengaruh pemeriksaan pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak . Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Setiap indikator yang dinilai oleh responden, diklasifikasikan dalam lima alternatif jawaban dengan menggunakan skala ordinal yang menggambarkan peringkat jawaban.


(53)

2. Dihitung total skor setiap variabel/ subvariabel = jumlah skor dari seluruh indikator variabel untuk semua responden.

3. Dihitung skor setiap variabel/ subvariabel = rata-rata dari total skor.

4. Untuk mendeskripsikan jawaban responden, juga digunakan statistik deskriptif seperti distribusi frekuensi dan tampilan dalam bentuk tabel ataupun grafik. 5. Untuk menjawab deskripsi tentang masing-masing variabel penelitian ini,

Untuk menetapkan peringkat dalam setiap variabel penelitian, dapat dilihat dari perbandingan antara skor aktual dan ideal.Skor aktual diperoleh melalui hasil perhitungan seluruh pendapat responden, sedangkan skor ideal diperoleh dari prediksi nilai tertinggi dikalikan dengan jumlah pertanyaan kuesioner dikalikan dengan jumlah responden. Apabila digambarkan dengan rumus, maka akan tampak seperti di bawah ini :

Sumber : Umi Narimawati (2007: 83) Keterangan :

a. Skor aktual adalah jawaban seluruh responden atas kuesioner yang telah diajukan

b. Skor ideal adalah skor atau bobot tertinggi atau semua responden diasumsikan memilih jawaban dengan skor tertinggi.

Prinsip pengklasifikasian persentase skor jawaban responden dengan kriteria pengklasifikasian sebagai berikut :

Skor aktual

%Skor aktual = _______________ X 100% Skor ideal


(54)

Tabel 3.9

Kriteria Skor Jawaban Responden Berdasarkan Persentase Skor Aktual

No Peresentase Skor Kategori Skor 1 20,00 – 36,00 Sangat Rendah/Tidak Baik 2 36,01 – 52,00 Rendah/Kurang Baik 3 52,01 – 68,00 Cukup Tinggi/Cukup Baik

4 68,01 – 84,00 Tinggi/Baik

5 84,01 - 100 Sangat Tinggi/Sangat Baik Sumber : Umi Narimawati, 2007: 85

Sebelum kuesioner digunakan untuk pengumpulan data yang sebenarnya, terlebih dahulu dilakukan uji coba kepada responden yang memiliki karakteristik yang sama dengan karakteristik populasi penelitian. Uji coba dilakukan untuk mengetahui tingkat kesahihan (validitas) dan kekonsistenan (reliabilitas) alat ukur penelitian, sehingga diperoleh item-item pertanyaan/pernyataan yang layak untuk digunakan sebagai alat ukur untuk pengumpulan data penelitian.

2. Metode Verifikatif

Penelitian verifikatif adalah penelitian yang digunakan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan perhitungan statistik. Penelitian ini digunakan untuk menguji pengaruh variabel independent (X) terhadap variabel dependent (Y) yang diteliti. Verifikatif berarti menguji teori dengan pengujian suatu hipotesis apakah diterima atau ditolak. Variabel X1 (Kualitas Pelayanan Pajak), X2

(Sosialisasi Perpajakan) yang dikumpulkan melalui kuesioner masih memiliki skala ordinal, maka sebelum diolah data ordinal terlebih dahulu dikonversi


(55)

menjadi data interval menggunakan Methode Succesive Internal (MSI).Langkah-langkah transformasi data ordinal ke data interval yaitu:

1. Memperhatikan setiap butir jawaban responden dari kuesioner yang disebarkan.

2. Pada setiap butir yang ditentukan dihitung masing-masing frekuensi jawaban responden.

3. Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden dan hasilnya disebut proporsi.

4. Menetukan proporsi kumulatif dengan jalan menjumlahkan nilai proporsi secara berurutan perkolom skor.

5. Menggunakan Tabel Distribusi Normal, hitung nilai Z untuk setiap proporsi kumulatif yang diperoleh.

6. Menentukan nilai tinggi densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh (dengan menggunakan Tabel Tinggi Densitas).

7. Menggunakan skala dengan rumus.

Keterangan:

Density at Lower Limit = kepadatan batas bawah Density at Upper Limit = kepadatan batas atas

Area Below Upper Limit = daerah dibawah batas atas Area Below Upper Limit = daerah dibawah batas bawah

(Density at Lower Limit) – (Density at Upper Limit)

NS =


(56)

8. Sesuaikan nilai skala ordinal ke interval, yaitu Skala Value (SV) yang nilainya terkecil (harga negatif yang terbesar) diubah menjadi sama dengan jawaban responden yang terkecil melalui transformasi.

Proses pentransformasian data ordinal menjadi data interval dalam penelitian ini menggunakan bantuan program komputer yaitu Microsoft Office Excel 2010.

Hasil data yang telah dikonversi tersebut selanjutnya diolah menggunakan analisis berikut:

1. Analisis Regresi Linier Berganda

Menurut Sugiyono (2010:149) menjelaskan bahwa:

“Analisis linier regresi digunakan untuk melakukan prediksi bagaimana perubahan nilai variabel dependen bila nilai variabel independen dinaikan/diturunkan”.

Dalam penelitian ini, analisis regresi linier berganda digunakan untuk membuktikan sejauh mana hubungan kualitas pelayanan dan sosialisasi perpajakan terhadap kepatuhan formal wajib pajak orang pribadi.

Analisis regresi berganda digunakan untuk meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen, bila dua atau lebih variabel independen sebagai indikator. Analisis ini digunakan dengan melibatkan dua atau lebih variabel bebas antara variabel dependen (Y) dan variabel independen (X1 dan X2 ).

Persamaan regresinya sebagai berikut:

Sumber: Sugiyono (2010 : 149)


(57)

Dimana:

a = bilangan berkonstanta b1,b2 = koefisien arah garis

X1 = variabel bebas (kualitas pelayanan pajak)

X2 = variabel bebas (sosialisasi perpajakan)

Regresi linier berganda dengan dua variabel bebas X1 dan X2 metode

kuadrat kecil memberikan hasil bahwa koefisien-koefisien a, b1, dan b2 dapat

dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Sumber: Sugiyono (2010 : 279)

Untuk memperoleh hasil yang lebih akurat pada regresi berganda, maka perlu dilakukan pengujian asumsi klasik.

1. Uji Asumsi Klasik

Terdapat beberapa asumsi yang harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum menggunakan Multiple Linear Regression sebagai alat untuk menganalisis pengaruh variabel-variabel yang diteliti. Beberapa asumsi itu diantaranya:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah model regresi mempunyai distribusi normal ataukah tidak.Asumsi normalitas merupakan persyaratan yang sangat penting pada pengujian kebermaknaan (signifikansi) koefisien regresi.Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal, sehingga layak dilakukan pengujian secara statistik.

∑y = na + b1∑X1 + b2∑X2

∑X1y = a∑X1 + b1∑X12 +b2∑X1X2 ∑X2y = a∑X2 + b1∑X1X2 + b2∑X22


(58)

Menurut Singgih Santoso (2002:393) menjelaskan bahwa:

“Dasar pengambilan keputusan bisa dilakukan berdasarkan probabilitas (Asymtotic Significance), yaitu:

a. Jika probabilitas > 0,05 maka distribusi dari populasi adalah normal. b. Jika probabilitas < 0,05 maka populasi tidak berdistribusi secara

normal”.

Pengujian secara visual dapat juga dilakukan dengan metode gambar normal Probability Plots dalam program SPSS.

Menurut Singgih Santosa (2007:322) menjelaskan bahwa:

“Dasar pengambilan keputusan :

a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.

b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak

memenuhi asumsi normalitas”.

Selain itu uji normalitas digunakan untuk mengetahui bahwa data yang diambil berasal dari populasi berdistribusi normal.Uji yang digunakan untuk menguji kenormalan adalah uji Kolmogorov-Smirnov. Berdasarkan sampel ini akan diuji hipotesis nol bahwa sampel tersebut berasal dari populasi berdistribusi normal melawan hipotesis tandingan bahwa populasi berdistribusi tidak normal. b. Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas merupakan suatu situasi dimana beberapa atau semua variabel bebas berkorelasi kuat. Jika terdapat korelasi yang kuat di antara sesama variabel independen maka konsekuensinya adalah:

1. Koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir.


(59)

Dengan demikian berarti semakin besar korelasi diantara sesama variabel independen, maka tingkat kesalahan dari koefisien regresi semakin besar yang mengakibatkan standar errornya semakin besar pula. Cara yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya multikoliniearitas adalah dengan:menggunakanVariance Inflation Factors (VIF).

Menurut Gujarati (2003: 362) menjelaskan bahwa:

“Dimana Ri2 adalah koefisien determinasi yang diperoleh dengan

meregresikan salah satu variabel bebas Xi terhadap variabel bebas lainnya.Jika

nilai VIF nya kurang dari 10 maka dalam data tidak terdapat

Multikolinieritas”.

c. Uji Heteroskedastisitas

Situasi heteroskedastisitas akan menyebabkan penaksiran koefisien-koefisien regresi menjadi tidak efisien dan hasil taksiran dapat menjadi kurang atau melebihi dari yang semestinya. Dengan demikian, agar koefisien-koefisien regresi tidak menyesatkan, maka situasi heteroskedastisitas tersebut harus dihilangkan dari model regresi.

Menurut Gujarati (2003: 406) menjelaskan bahwa:

“Untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas digunakan uji-rank Spearman yaitu dengan mengkorelasikan masing-masing variabel bebas terhadap nilai absolut dari residual. Jika nilai koefisien korelasi dari masing-masing variabel bebas terhadap nilai absolut dari residual (error) ada yang signifikan, maka kesimpulannya terdapat heteroskedastisitas (varian dari residual tidak homogen)”.

2. Analisis Korelasi

Analisis korelasi bertujuan untuk mengukur kekuatan asosiasi (hubungan) linier antara dua variabel.Korelasi juga tidak menunjukkan hubungan fungsional. Dengan kata lain, analisis korelasi tidak membedakan antara variabel dependen


(1)

112 5.1 Kesimpulan

Setelah penulis mengadakan pembahasan mengenai Analisis atas Kualitas Pelayanan Pajak dan Sosialisasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Formal Wajib Pajak Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Di Wilayah Kota Cianjur, maka penulis dalam bab ini akan memcoba menarik suatu kesimpulan dan memberikan saran berdasarkan atas uraian yang telah penulis kemukakan dalam bab sebelumnya. 1. Kualitas Pelayanan Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cianjur

sudah termasuk baik, ini tercermin dari pesentase total skor tanggapan responden yang termasuk dalam criteria baik. Artinya kualitas pelayanan pajak yang meliputi waktu pelayanan ditempat pelayanan, yang bertugas ditempat pelayanan terpadu, pegawai yang berhubungan langsung dengan Wajib Pajak secara keseluruhan sudah dilaksanakan dengan baik, namun jika dilihat dari segi pegawai yang berhubungan langsung dengan Wajib Pajak yang dilakukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cianjur belum memenuhi kriteria.

2. Sosialisasi Perpajakan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cianjur sudah termasuk baik, ini tercermin dari pesentase total skor tanggapan responden yang termasuk dalam kriteria baik. Artinya sosialisasi perpajakn yang meliputi penyuluhan, penyelenggaraan, cara sosialisasi, dan media yang digunakan,


(2)

namun jika dilihat dari segi cara sosialisasi yang dilakukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cianjur belum sepenuhnya memenuhi kriteria.

3. Kepatuhan Formal Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cianjur sudah termasuk baik, ini tercermin dari persentase total skor tanggapan responden yang termasuk dalam kriteria baik. Artinya kepatuhan formal Wajib Pajak orang pribadi meliputi kepatuhan dalam mendaftarjan diri dan kepatuhan dalam menyetorkan kembali SPT secara keseluruhan sudah dilaksanakan dengan baik, namun jika dilihat dari kepatuhan dalam menyetorkan kembali SPT yang dilakukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cianjur belum sepenuhnya memenuhi kriteria.

4. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis terbukti bahwa kualitas pelayanan pajak dan sosialisasi perpajakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan formal Wajib Pajak orang pribadi secara parsial dan simultan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di wilayah Kota Cianjur .

5.2 Saran

Setelah penulis memberikan kesimpulan dari hasil penelitian tentang pengaruh kualitas pelayanan pajak dan sosialisasi perpajakan terhadap kepatuhan formal Wajib Pajak orang pribadi, maka penulis akan memberikan beberapa saran yang dapat digunakan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama di wilayah kota Cianjur sebagai berikut:

1. Kualitas pelayanan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cianjur pada umumnya sudah dikatakan cukup baik. Namun dalam hal pegawai yang


(3)

berhubungan langsung dengan Wajib Pajak harus lebih ditingkatkan sehingga masalah seperti Wajib Pajak yang masih menemui hambatan dalam proses pelayanan tidak akan terjadi lagi.

2. Sosialisasi perpajakan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cianjur pada umumnya sudah dikatakan cukup baik. Namun dalam hal cara sosialisasi harus lebih ditingkatkan lagi sehingga masalah seperti Wajib Pajak masih kurang ikut serta dalam kegiatan sosialisasi perpajakan tidak akan terjadi lagi. 3. Kepatuhan Wajib Pajak orang pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Cianjur sudah dikatakan cukup baik. Namun dalam hal kepatuhan dalam menyetorkan kembali SPT harus lebih ditingkatkan lagi sehingga masalah seperti masih ada Wajib Pajak yang tidak patuh dalam menyampaikan kembali laporan SPT tidak akan terjadi lagi.

4. Karena pelayanan pajak dan sosialisasi perpajakan memiliki peranan yang dalam kepatuhan Wajib Pajak orang pribadi maka diharapkan bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cianjur selalu mempertahankan kualitas pelayanan pajak dan sosialisasi perpajakan, karena pelayanan dan sosialisasi sebagai sarana bagi Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Hal ini harus terus dilakukan guna untuk meningkatkan kepatuhan dari Wajib Pajak.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Andriana Iyan. 2009. SPSS Statistical Product Service Solutions Diktat SPSS. Boediono. 2007. Pelayanan Prima Perpajakan. Rineka Cipta, Jakarta.

Budi R, Ikhsan. “Kajian Terhadap Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak”. Jurnal Akuntansi, Manajemen Bisnis, dan Sektor Publik.

Handarani Tri. 2009. “Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan dan Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kebayoran Lama”. Jakarta.

Keputusan Dirjen Pajak KEP-27/PJ/2007 tentang Tempat Pelayanan Terpadu Pada Kantor Pelayanan Pajak.

Muhidin, S.Pd. M.Si, Sambas Ali, dkk. 2007. Analisis Korelasi Regresi dan Jalur Dalam Penelitian. Bandung : Pustaka Setia.

.

Narimawati, Umi. 2007. Riset Sumber Daya Manusia. Jakarta: Agung Media. Narimawati, Dra., SE., M.Si, Prof. Dr. Hj. Umi, dkk. 2010. Penulisan Karya

Ilmiah. Panduan Awal Menyusun Skripsi dan Tugas Akhir Aplikasi Pada Fakultas Ekonomi UNIKOM. Bekasi : Genesis.

Rahayu, Siti Kurnia. 2010. PERPAJAKAN INDONESIA: Konsep & Aspek Formal. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Santoso, Singgih. 2007. Buku Latihan Statistik Parametrik. PT. Alex Media Computina, Jakarta.

Siti Resmi.2007.Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat.

Sudarmanto, R. Gunawan. 2005. Analisis Regresi Linier Ganda dengan SPSS. Jakarta :Graha Ilmu

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sulistianingrum. 2009. “Pengaruh Kualitas Pelayanan Administrasi Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak StudiKasus Pada KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu”. Jakarta.


(5)

Supadmi, Ni Luh. “Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Melalui Kualitas Pelayanan”.

Umar, Husein. 2008. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

www.analisadaily.com www.suarakaryaonline.com


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Metti Restiani

NIM : 21107035

Tempat/Tanggal Lahir : Cianjur, 23Mei 1989 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jln. Slamet Riyadi No. 69 RT 01/RW 08 Cianjur 43211

No. Telp : 082119488823 DATA PENDIDIKAN

1. Tk. Al-Ianah 1994 - 1995 2. SDN IbuDewi 2 1995 - 2001 3. SMP Negeri 1 Cianjur 2001 - 2004 4. SMA Negeri 1 Cilaku-Cianjur 2004 - 2007


Dokumen yang terkait

Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Melalui E-Filing di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

2 104 66

Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam Menerapkan Sistem Self Assessment pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

3 109 60

Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Penghasilan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

2 61 59

Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak dan Pengetahuan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survei Pada Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cianjur)

6 34 60

Pengaruh Penerapan Sanksi Perpajakan dan Kualitas Pelayanan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey pada Wajib Pajak orang pribadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karawang Utara)

1 3 1

Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Administrasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya

1 17 67

Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, Penyuluhan Wajib Pajak Dan Sanksi Pajak Terhadap Tingkat Kepatuhan Formal Wajib Pajak Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

3 20 92

PERSEPSI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI TERHADAP KUALITAS PELAYANAN KERJA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap Kualitas Pelayanan Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sukoharjo.

0 0 12

Pengaruh Sanksi Perpajakan, Kesadaran Wajib Pajak, dan Kualitas Pelayanan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Di KPP Pratama Cianjur).

0 11 26

Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Kegiatan Sosialisasi Perpajakan, dan Pemeriksaan Pajak, terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cirebon).

0 0 20