Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak Skinhead (studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Pola Komunikasi Orang TUa Dengan Anak Sebagai Komunitas Skinhead Dalam Berinteraksi Di Kota Bandung)

(1)

Tua Dengan Anak Sebagai Komunitas Skinhead Dalam

Berinteraksi Di Kota Bandung)

ARTIKEL

Disusun Oleh : Abhywidya Adhitama

NIM : 41810209

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(2)

The Child’s Parents As a Community Skinhead In Interacting in The Bandung City)

By :

ABHYWIDYA ADHITAMA NIM: 41810209

The research under the guidance of : ADIYANA SLAMET, S.IP., M.Si

This research is called The Patterrn of Communication With the Child’s Parents a Skinhead. To find out about communication patterns, the study is to be seen from the process and obstacle communication.

The approach used in this study is qualitative in descriptive study. The selection of informants is using purposive sampling technique. The techniques of data collection used are in-depth interviews, observations, documentation, literature studies, and online data searching. Meanwhile, the techniques of data analysis used are reduction of data, collection of data, representation of data, and drawing of conclusion.

In Parents and Skinhead Children communication process in Bandung City, we found such day-to-day habits as advising, reprimanding, discussing and chatting, and extending orders to children. Obstacles found in this study are semantic like the difference that, mechanic like a time, distance and through electronic media, and psychology as a egos, of course between parents with a skinhead.

Based on the results of the study, it might be concluded that the pattern of communication is shaped as a result of continuously, repeatedly communication process. The process taking placing is, commonly, indirectly communication or via phone media; for examples, loudly speaking, softly advising, threatening, reprimanding (Verbal: in words and high notation. Nonverbal: gesture, stare, point toward).

Researcher’s suggestion is that Parents and Skinhead Children should establish directly communication, not using electronic media or handphone, to make it effective. So, effective communication is directly communication.


(3)

Skinhead memiliki pendirian yang tidak tergantung pada orang tua walaupun anak masih tinggal bersama orang tuanya, akan tetapi yang statusnya sebagai anak tetap orang tua masih memiliki rasa tanggung jawab atas pengasuhan anaknya agar menjadi lebih baik. Pola komunikasi yang dibangun akan memiliki pola asuh orang tua terhadap anak remaja. Dengan pola komunikasi yang lebih baik diharapkan akan terciptanya pengasuhan orang tua dalam keluarga upaya untuk mendidik dan membina remaja agar tidak terjadinya prilaku-prilaku yang menyimpang dengan norma-norma yang telah ada. Pola asuh anak akan berhasil dengan baik jika pola komunikasi yang tercipta dengan cinta dan kasih sayang yang penuh hingga sang anak meranjak dewasa. Orang tua yang penuh kasih sayang merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dalam anggota masyarakat sehat.

Penjelasan diatas maka suatu pola komunikasi mengaitkan dua komponen yaitu gambaran atau rencana yang meliputi langkah-langkah pada suatu aktivitas, dengan komponen-komponen yang merupakan bagian penting atas terjadinya hubungan antara orang tua dan anak. Dalam lingkungan keluarga komunikasi merupakan suatu hal yang sangat penting, karena dalam keluarga anak-anak mulai menerima pendidikan yang pertama dan paling utama. Pendidikan yang diterima oleh anak mulai dari pendidikan agama, cara bergaul, dan hubungan interaksi


(4)

Keluarga akan terjadi proses pendidikan dalam arti proses “pendewasaan” yang tidak berdaya pada calon pribadi yang mengenal pengetahuan dasar, norma sosial, nilai-nilai, dan etika pergaulan. Oleh karna itu keluarga ini juga merupakan “lembaga pendidikan” bagi individu yang membawanya kedalam suasana yang makin mandiri. Keluarga sebagai kelompok inti masyarakat, sangat besar makanya bagi tiap individu untuk menjadi mahluk sosial yang intergratif sadar sosial.

Masalah perhatian orang tua dalam membina anak-anak sering dianggap pemicu terjadinya masalah-masalah sosial dan kenakalan pada diri anak, karena orang tua dinilai kurang mampu memberi perhatian khusus kepada anak sehingga anak mencari orang tua angkat yang dianggap lebih memahami dia. Interaksi dan komunikasi dalam keluarga (orang tua-anak) kurang tercipta secara dinamis. Dengan kehadiran seorang anak dalam keluarga, komunikasi dalam keluarga menjadi lebih penting dan intensitas nya harus semakin meningkat, dalam artian keluarga perlu ada komunikasi yang baik dan sesering mungkin antara orang tua dengan anak. Cukup banyak persoalan yang timbul di masyarakat karena atau tidak adanya komunikasi yang baik dalam keluarga. Pada dasar nya tidak semua orang tua yang menerima anaknya yang terlibat dalam komunitas Skinhead, karena didalam komunitas terdapat hal-hal yang harus dilakukan dan dijalan kan oleh sang anak.


(5)

remaja merupakan bentuk kompensasi peredam konflik yang banyak dilakukan oleh anak. Bisa dilihat adanya dua macam gerak prilaku yaitu gerak memisahkan diri dari orang tua dan gerak menuju teman sebaya. Apabila gerak pertama tidak diikuti oleh gerak kedua maka akan menimbulkan rasa kesepian. Oleh karna itu bergabung nya anak dengan teman sebaya sangat diperlukan untuk mempelajari pola-pola interaksi sosial yang dibutuhkan pada masa dewasa nantinya. Pada sisi lain karena kelompok remaja biasanya memiliki aturan-aturan khusus yang tidak jarang juga bertentanagn dengan aturan masyarakat, maka disinilah letak pengaruh negatif teman sebaya terhadap anak. Tidak sedikit anak berprilaku menyimpang, hal ini terjadi dikarnakan pengaruh negatif teman sebaya.

Banyak makna mengenai pengertian komunikasi yang diungkapkan dari para ahli, namun dari keseluruhan pengertian komunikasi ada dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat atau prilaku, baik secara lisan (langsung) ataupun tidak langsung (melalui media) (Effendy, 2002:5).

Pola komunikasi adalah gambaran yang sederhana dari proses komunikasi yang memperlihatkan kaitan antara satu komponen komunikasi dengan komponen lainya (Tarmudji, 1998:27).


(6)

Bahri (2004:1) pola diartikan sebagai bentuk atau struktur yang tetap, sedangkan komunikasi adalah proses pengiriman dan penerimaan antara dua orang atau lebih dengan cara tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Dengan demikian yang dimaksud dengan pola komunikasi adalah hubungan antara dua orang atau lebih dalam penerimaan dan pengiriman pesan dengan cara yang tepat sehingga dapat dipahami.

Sedangkan komunikasi adalah peristiwa sosial yaitu peristiwa yang terjadi ketika manusia berinteraksi dengan manusia yang lain. Ilmu kimunikasi apabila di publikasikan secara benar akan mampu mencegah dan menghilangkan konflik antar pribadi, antar kelompok antar suku dan ras, membina persatuan dan kesatuan umat manusia (Effendy, 1993:27)

Anak merupakan salah satu bagian dari keluarga yang harus dijaga dengan baik, agar anak-anak menjadi penerus bangsa, sehingga diperlukan bimbingan dan pengawasan yang baik serta ketat untuk menghasilkan penerus-penerus yang bermoral baik dan berwawasan jauh serta paham akan fungsinya sebagai penerus.

Pentingnya peran komunikasi dalam keluarga perlu dibangun dalam rangka pola pikir anak dan membangun jiwa anak agar sesuai dengan harapan orangtua. Dalam lingkungan keluarga oarng tua berperan dan mendidik atau membina anaknya, yang artinya tidak cukup dengan berkomunikasi saja, tetapi didalam nya


(7)

Faktor orang tua, remaja juga mempengaruhi hubungan komunikasi antar orang tua dan anak. Stanley Hall, mengingatkan dan mengatakan remaja merupakan masa “storm and stress” yaitu suatu periode yang ditandai dengan rasa badai dan tekanan seorang anak. Pada fase pertumbuhan remaja sering mengalami frustasi dan penderitaan, konflik dan perasaan teralineallisasi (yang sangat mendalam) dalam kehidupan sosial budaya orang dewasa (Yusuf 2001:184) sehingga mengakibatkan keadaan yang ekstrim dalam pola hubungannya dengan orang tua dan pada akhirnya timbul konflik pada keluarga. Salah satunya adalah bahwa anak memiliki sifat ideal dan orang tua bersifat pragmatis. Kondisi ini cenderung anak mengutarakan masalahnya secara terbuka kepada teman sebayanya.

Orang di Indonesia umumnya belum banyak yang mengetahui tentang asal usul sejarah lahirnya komunitas Skinhead dikarenakan komunitas ini tidak memiliki sejarah yang panjang seperti di negara asal nya (Inggris) sehingga wajar kalau hanya fashion dan aliran musiknya saja yang diadaptasi oleh remaja atau anak di indonesia. Karena kelahiran Skinhead di Indonesia bukan sebagai tanggapan bentuk perlawanan terhadap kondisi tertentu, tetapi lebih sebagai bentuk imitasi (peniruan)


(8)

penelitian agar semua pertanyaan dapat terarah dengan baik secara sistematis dan koheren. Adapun pertanyaan penelitian, sebagai berikut:

2.1.1 Rumusan Masalah Makro

Dari uraian-uraian penjelasan diatas yang telah dikemukakan dalam latar belakang masalah diatas, maka peneliti merumuskan pertanyaan makro sebagai berikut. “Bagaimana Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak Skinhead Di Kota Bandung ?”

2.1.2 Rumusan Masalah Mikro

1. Bagaimana Proses komunikasi Orang tua dengan Anak Skinhead

di Kota Bandung?

2. Bagaimana Hambatan komunikasi Orang tua dengan Anak

Skinhead di Kota Bandung?

3. METODE PENELITIAN

Penelitian ini, peneliti melakukan suatu penelitian dengan pendekatan deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat efek yang terjadi, atau tentang kecenderungan yang tengah berlangsung.


(9)

observasi dan suasana alamiah. Peneliti terjun langsung ke lapangan, bertindak sebagai pengamat. Ia membuat kategori prilaku, mengamati gejala, dan mencatatnya dalam buku observasi. Ia tidak berusaha untuk memanipulasi data”. (Ardianto, 2014:60)

Penelitian deskriptif ini mengamati objeknya, menjelajahi dan menemukan pengetahuan-pengetahuan sepanjang proses penelitian lebih jauh dan lebih dalam khususnya pola komunikasi orang tua dengan anak komunitas Skinhead di kota Bandung.

Melakukan suatu penelitian sangat diperkukan perencanaan dan perancangan dalam penelitian, agar penelitian dapat berjalan dengan lancar, baik dan sistematis.

Menurut Jonathan Sarwono pengertian desain penelitian memiliki pengertian sebagai berikut:

“Desain penelitian bagaikan sebuah peta jalan bagi peneliti yang menuntun serta menentukan arah berlangsungnya proses penelitian secara benar dan tepat sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.” (Sarwono, 2005:132)

Berdasarkan definisi diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa desain penelitian merupakan rencana dan struktur penyelidikan terhadap pengumpulan data sehingga dapat menjawab pertanyaan dalam penelitian.


(10)

suatu hubungan antara orang tua dengan anak sebagai komunitas Skinhead dalam berinteraksi.

Secara umum komunikasi interpersonal atau antar pribadi (KAP) dapat diartikan sebagai suatu proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi. Komunikasi terjadi secara tatap muka (face to face) antara dua individu walaupun lebih sering secara tidak langsung atau melalui media elektronik. Karena masalah kesibukan antara orang tua dan anak nya. Akan tetapi terkadang antara orang tua dan anak Skinhead ini terjadi komunikasi secara langsung walaupun sangat jarang untuk dilakukan. Ini merupakan bentuk komunikasi yang dilakukan antara orang tua dan anak Skinhead, komunikasi yang terjadi dilakukan secara langsung maupun tidak langsung ini berjalan secara dua arah yang saling berkomunikasi dengan saling memahami dalam menyampaikan pesan.

Dalam proses komunikasi umpan balik memainkan peranan yang sangat penting dalam proses komunikasi antarpribadi khususnya disini antara Orang tua dengan Anak yang terlibat dalam komunitas Skinhead, karena pengirim dan penerima secara terus menerus dan bergantian memberikan umpan balik dalam berbagai cara, baik secara verbal maupun non verbal. Umpan balik ini bersifat positif apabila dirasa saling menguntungkan. Bersifat positif apabila tidak menimbulkan efek dan bersifat negatif apabila merugikan.

Pada tahap proses komunikasi tentunya adanya berbagai komponen yang lengkapi untuk mendukung berjalannya suatu komunikasi. Dengan berjalannya


(11)

Seperti proses komunikasi pada umumnya, yang digunakan oleh Orang tua dengan anak Skinhead di kota Bandung adalah menggunakan bahasa, selain itu juga menggunakan alat atau media elektronik yang digunakan sebagaimana sulitnya untuk berkomunikasi secara langsung antara orang tua dengan anak

Skinhead. Mengingat fokus penelitian ini adalah pola komunikasi maka komunikasi secara dengan melakukan bahasa dan lebih cenderung menggunakan alat atau media elektronik menjadi dasar dalam komunikasi ini atau dapat dikatakan pula pola komunikasi yang terjadi pada orang tua dengan anak Skinhead

adalah pola komunikasi sekunder.

Menilik dari hal-hal di atas mengenai proses komunikasi yang dilakukan oleh Orang tua dari anak Skinhead, tentunya hambatan tak dapat dihindari ditemukan di dalamnya. Hambatan yang terjadi tersebut di antaranya hambatan semantik, hambatan mekanik, dan hambatan psikologis. Dalam melakukan proses komunikasi tidak selamanya berjalan dengan baik, tentu saja terdapat hambatan-hambatan yang akan terjadi. Hambatan tersebut merupakan hal yang wajar apabila kita melakukan komunikasi untuk berkomunikasi dengan orang lain. Hambatan merupakan sesuatu yang tidak bisa terpisahkan dari kehidupan, khususnya komunikasi antar manusia, Dalam hal ini orang tua menjalin komunikasi dengan anaknya.

Hambatan semantik berupa perbedaan presepsi dan pemahaman antara orang tua dengan anak Skinhead cukup berpengaruh besar, bisa dilihat, perbedaan sudut pandang antara orang tua dari anak Skinhead sangat berbeda dengan sudut pandang yang dimiliki oleh sang anak, dimana “dunia” merupakan sudah berbeda, dimana dunia oranag tua sudah memikirkan ke jenjang yang lebih luas. Walau pun sebenarnya anak Skinhead itu sudah bisa memikirkan bagaimana cara nya untuk


(12)

mereka tidak menemukan kecocokan pemahaman dengan orang tuanya, biasanya mereka lebih memilih untuk melawan apa yang telah dikomunikasikan orang tuanya, entah dengan melawan statemen orang tua atau bahkan kabur.

Dalam hal hambatan mekanik atau mengenai hambatan fisik seperti sulit untuk berkomunikasi sebagaimana yang dijelaskan bahwa dasarnya untuk berkomunikasi antara orang tua dengan anak Skinhead itu lebih cenderung melalui media elektronik. Dengan adanya hal tersebut akan terjadi komunikasi-komunikasi yang kurang efektif. Hambatan yang ditemukan dalam penelitian ini pada saat sang anak berada diluar rumah sehingga orang tua sulit untuk memberikan pesan-pesan yang disampaikan kepada anak, walau orang tua melakukanya hanya via telefon. Orang tua disini melakukan melalui media elektronik melainkan agar terjadi nya komunikasi antara orang tua dengan anak, dengan kesulitan apapun dan tidak seefektif apapun orang tua disini sangat berusaha agar menciptakan komunikasi yang efektif walau hanya melalui media elektronik atau telefon.

Gangguan psikologis adalah situasi dan kondisi psikis yang terdapat atau dimiliki oleh komunikan dan komunikator. Misalnya nerveous, malu takut dan sebagainya. Peneliti menemukan hambatan yang berasal dari anak, seperti yang sudah diterangkan peneliti di atas, bahwa sang anak sebagai komunikan masih memiliki sikap dan emosi yang cukup dikatagorikan tinggi, hal tersebut menyebabkan ketidak berhasilan komunikasi dimana sang anak menjadi tidak paham dengan isi pesan yang telah disampaikan oleh orang tuanya.


(13)

kan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Proses Komunikasi

Pada proses komunikasi Orang Tua Dengan Anak Skinhead di Kota Bandung terdapat kebisaan-kebiasaan yang dilakuakan tiap harinya seperti dalam kegiatan menasehati, memarahi, berdiskusi atau ngobrol dan memberikan pesan anak nya secara langsung maupun secara tidak langsung seperti melalui media elektronik atau handphone.

2. Hambatan Komunikasi

Hambatan yang terjadi dalam penelitian ini berupa hambatan di antara nya hambatan semantik seperti perbedaan presepsi, hambatan mekanik berupa jarak, waktu, dan melalui media elektronik, dan hambatan psikologis yang biasanya berasal dari ego atau emosi dari komunikator maupun komunikan. Namun dengan seiring berjalannya proses komunikasi, Orang Tua Dengan Anak Skinhead Di Kota Bandung berhasil meminimalisi dengan cara bersikap dan cara berkomunikasi masing-masing individual dan menerapkan komunikasi dengan anak nya.

3. Pola Komunikasi

Pola komunikasi terbentuk karena adanya proses komunikasi yang berlanjut dan secara berulang-ulang. Jadi dapat dipahami pola komunikasi dalam penelitian ini menggambarkan bagaimana proses di dalam komunikasi yang dilakukan oleh Orang Tua Dengan Anak Skinhead Di


(14)

lembut, dan mengancam. Dalam pola komunikasi antara orang tua dengan anak Skinhead ini juga sangat berbeda dengan anak yang merupakan bukan dari komunitas Skinhead diantaranya adalah dari segi pola komunikasi yang dilakukan oleh orang tua merupakan hal yang sulit karena anak Skinhead memiliki kesibukan atau mencari mata pencarianya sendiri yang tidak tergantung pada orang tuanya.

6. DAFTAR PUSTAKA A.Buku

Ardianto, Elvinaro. 2014. Metode Penelitian Public Relation Kuantitatif dan Kualitatif Bandung : Remaja Rosdakarya

Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Kualitatif.Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Budyatna, Ganiem. 2011. Teori Komunikasi Antar pribadi. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Cangara, Hafied. 2007. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada.

Djamarah, S.B. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak Dalam Keluarga, Rienka Cipta, Jakarta.


(15)

Rosdakarya. Bandung.

Rakhmat, Jalaludin. 2002. Psikologi Komunikasi. Remaja Rosdakarya Bandung.

Rumini, Sundari. 2004. Perkembangan Anak dan Remaja.Rineka Cipta. Jakarta Suprato, Tommy. 2005. Pengantar Teori Komunikasi. Media Pressindo.

Jakarta

Soekanto, Soerjono. 2003. Sosiologi Keluarga: Tentang Ikhwa: Keluarga, Remaja, dan Anak. RinekaCipta. Jakarta.

B.Karya Ilmiah

Yoga Taruna Sutarno, 2014. Pola Komunikasi Orang Tua Anak Jalanan, UNIKOM, Bandung.

Parihat, 2010. Pola Komunikasi Pada Wanita Karir Dengan Anak Remajanya, UNISBA Bandung

Yuli Setyowati, 2010. Pola Komunikasi Keluarga dan Perkembangan Emosi Anak. APMD Yogyakarta


(16)

(17)

iv

(Study Descriptive of a Qualitative About The Pattern Of Communication with The Child’s Parents As a Community Skinhead In Interacting

in The Bandung City) By :

ABHYWIDYA ADHITAMA NIM: 41810209

The research under the guidance of : ADIYANA SLAMET, S.IP., M.Si

This research is called The Patterrn of Communication With the Child’s Parents a Skinhead. To find out about communication patterns, the study is to be seen from the process and obstacle communication.

The approach used in this study is qualitative in descriptive study. The selection of informants is using purposive sampling technique. The techniques of data collection used are in-depth interviews, observations, documentation, literature studies, and online data searching. Meanwhile, the techniques of data analysis used are reduction of data, collection of data, representation of data, and drawing of conclusion.

In Parents and Skinhead Children communication process in Bandung City, we found such day-to-day habits as advising, reprimanding, discussing and chatting, and extending orders to children. Obstacles found in this study are semantic like the difference that, mechanic like a time, distance and through electronic media, and psychology as a egos, of course between parents with a skinhead.

Based on the results of the study, it might be concluded that the pattern of communication is shaped as a result of continuously, repeatedly communication process. The process taking placing is, commonly, indirectly communication or via phone media; for examples, loudly speaking, softly advising, threatening, reprimanding (Verbal: in words and high notation. Nonverbal: gesture, stare, point toward).

Researcher’s suggestion is that Parents and Skinhead Children should establish directly communication, not using electronic media or handphone, to make it effective. So, effective communication is directly communication.


(18)

iii

Anak Sebagai Komunitas Skinhead Dalam Berinteraksi Di Kota Bandung) Oleh:

ABHYWIDYA ADHITAMA NIM: 41810209

Skripsi ini di bawah bimbingan: ADIYANA SLAMET.,S.IP.,M.Si

Penelitian ini berjudul Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak

Skinhead. Untuk mengetahui mengenai pola komunikasi, penelitian ini membahas dilihat dari proses komunikasi dan hambatan komunikasi.

Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif dengan studi deskriptif. Pemilihan informan menggunakan teknik Purposive sampling. Adapun teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam, observasi, dokumentasi, studi pustaka, dan penelusuran data online. Teknik analisis data dengan reduksi data, pengumpulan data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Pada proses komunikasi Orang Tua Dengan Anak Skinhead di Kota Bandung diperoleh kebisaan-kebiasaan yang dilakuakan tiap harinya seperti dalam menasehati, memarahi, berdiskusi atau ngobrol dan memberikan pesan anaknya. Hambatan yang terjadi dalam penelitian ini berupa hambatan di antaranya hambatan semantik seperti perbedaan presepsi, hambatan mekanik seperti jarak,waktu dan melalui media elektronik, dan hambatan psikologi seperti ego antara orang tua dengan anak Skinhead.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan jika dari Pola komunikasi terbentuk karena adanya proses komunikasi yang berlanjut dan secara berulang-ulang. Proses yang terjadi biasanya berupa komunikasi secara langsung maupun melalui media telfon. Sebagai contoh berbicara dengan nada keras, menasehati; dengan lembut, mengancam, memarahi (Verbal: dengan kata dan notasi tinggi. Nonverbal: gesture, pelototan, menunjuk).

Saran dari peneliti agar terjadinya komunikasi yang efektif antara Orang Tua dengan Anak Skinhead bisa dilakukan secara lanagsung tidak menggunakan media elektronik atau handphone. Karena komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang secara langsung.


(19)

14 2.1 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka bertujuan untuk menjelaskan teori yang relevan dengan masalah yang diteliti.Tinjauan pustaka berisikan tentang data-data sekunder yang peneliti peroleh dari jurnal-jurnal ilmiah atau hasil penelitian lain yang dapat dijadikan asumsi-asumsi yang memungkinkan terjadinya penalaran untuk menjawab masalah yang diajukan peneliti. Adapun hasil dari pengumpulan yang telah peneliti dapatkan selama penelitian dan peneliti menguraikan sebagai berikut:

2.1.1 Kajian Penelitian Terdahulu

Dalam tinjauan pustaka, peneliti mengawali dengan menelaah penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan serta relevansi dengan penelitian yang dilakukan.Dengan demikian, peneliti nmendapatkan rujukan pendukung, pelengkap serta pembanding yang memadai sehingga penulisan skripsi ini lebih memadai.

Sebagai bahan pertimbangan, dalam penelitian ini peneliti ingin menggali dari wacana penelitian terdahulu mengenai analisis pola komunikasi.Umumnya kajian yang dilakukan oleh peneliti-peneliti dari kalanan akademis dan telah mempublikasikannya pada beberapa jurnal


(20)

dan jurnal online (internet). Untuk membandingkan dengan penelitian lainnya, maka peneliti mengambil contoh karya tulis penelitian lainnya, yaitu:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Judul Penelitian

Nama Peneliti

Metode Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan Dengan Penelitian Peneliti

1.

Pola Komunikasi Orang Tua Anak

Jalanan Yoga Taruna Sutarno, 2014 UNIKOM Bandung Penelitian ini berupa pendekatan kualitatif dengan metode studi deskriptif Pola komunikas iterbentuk karena adanya proses komunikasi yang berlanjut dan secara berulang-ulang. Jadi dapat

dipahami pola komunikasi dalam penelitian ini menggambarkan bagaimana proses di dalam komunikasi yang dilakukan oleh Orang Tua Anak

Jalanan Di Kota Bandung dengan anaknya dan membentuk sebuah pola komunikasi Penelitian Yoga meneliti bagaimana proses komunikasi dan hambatan dalam

pola komunikasi orang tua anak jalanan di kota

Bandung. Sedangkan pada penelitian ini untuk

mengetahui proses komunikasi, dan hubungan orang tua

dengan anak yang terlibat dalam komunitas Skinhead


(21)

Sumber:Peneliti, 2015 2.

Pola Komunikasi Pada Wanita Karir Dengan Anak Remajanya

Parihat. 2010 UNISBA Bandung

Metode yang di gunakan oleh

peneliti menggunakan

pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus

Bertujuan untuk mengetahui bagaimana pola

komunikasi keluarga pada wanita karir dan anak remajanya di

kota Bandung.

Penelitian Parihat meneliti bagaimana

pola komunikasi keluarga pada wanita karir dan anak remajanya di

kota Bandung. Sedangkan dalam peneltian peneliti untuk mengetahui proses komunikasi, hambatan komunikasi orang

tua dengan anak dalam komunitas

Skinhead di Kota Bandung. 3. Pola Komunikasi Keluarga dan Perkembangan Emosi Anak Yuli Setyowati, 2010 APMD Yogyakarta Metode yang digunakan oleh peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus

Penerapan pola komunikasi keluarga kepada anaka merupakan bentuk interaksi yang memiliki proses perkembangan anak dalam mengenal dirinya sendiri serta memahami perasaannya sendiri maupun orang lain. Penelitian Yulis Setyowati meneliti bagaimana pola komunikasi keluarga pada perkembangan emosi anak, sedangkan pada penelitian ini untuk

mengetahui proses komunikasi dan hubungan orang tua

dengan anak yang terlibat dalam komunitas Skinhead


(22)

2.1.2 Tinjauan Komunikasi 2.1.2.1 Pengertian Komunikasi

Komunikasi merupakan aktivitas yang sangat fundamental dalam kehidupan umat manusia. Hal ini disebabkan karena keberadaan manusia sebagai makhluk sosial, yang berarti manusia tidak akan bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Menurut Dr. Everett Kleinjen dari East Center Hawaii yang dikutip oleh Hafied Cangara menyatakan :

“Komunikasi sudah merupakan bagian kekal dari kehidupan manusia sepertihalnya bernapas.Sepanjang manusia ingin hidup, maka ia perlu berkomunikasi.” (Cangara, 2007 : 1)

Sebagai makhluk individu, manusia selalu dihadapkan dengan berbagai kebutuhan dalam hidupnya. Dan untuk memenuhi kebutuhannya, maka manusia memerlukan bantuan orang lain. Dengan demikian, manusia akan berkomunikasi dengan manusia lainnya demi memenuhi kebutuhan tersebut. Sehingga sampai kapan pun, komunikasi merupakan hal yang tidak pernah akan lepas dari kehidupan manusia.

Menurut Willbur Schram dalam buku Tommy Suprapto mengenai komunikasi, bahwasannya:

“Komunikasi berasal dari kata-kata dalam bahasa Latin yaitu

communis yang berarti umum (common) atau bersama.Apabila kita berkomunikasi, sebenarnya kita sedang berusaha menumbuhkan suatu kebersamaan (commones) dengan seseorang.Yaitu kita berusaha membagi informasi, idea tau sikap”.(Suprapto, 2005 : 5).


(23)

Sedangkan pengertian komunikasi menurut Hovland, Janis & Kelley adalah :

“Suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya (khalayak)“ (Sendjaja, 2004 : 10)

Dalam hal ini Everett M Rogers dan Lawrence Kincaid juga mengunggakap kan mengenai definisi komunikasi dalam Cangara adalah sebagai berikut :

“Komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam“. (Cangara, 2005 : 1)

Seperti yang telah diungkapkan juga oleh Yosal Iriantara mengenai definisi komunikasi bisa dijelaskan sebagai berikut :

“Komunikasi adalah proses penyampaian informasi-informasi, pesan-pesan, gagasan-gagasan atau pengertian-pengertian dengan menggunakan lambang-lambang, yang mengandung arti atau makna baik secara verbal maupun nonverbal dari seseorang atau sekelompok orang kepada seseorang atau sekelompok orang lainnya dengan tujuan untuk mencapai saling pengertian dan kesepakatan bersama.(Iriantara, 2005 : 1)


(24)

2.1.2.2 Unsur-Unsur Komunikasi

Menurut Harold Laswell dalam buku Deddy Mulyana bahwasannya 5 unsur komunikasi meliputi :

1. Sumber (Soure)

Nama lain dari sumber adalah sender, communicator, speaker, encoder atau originator.Merupakan pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi.Sumber bisa saja berupa individu, kelompok, organisasi, perusahan bahkan negara.

2. Pesan (Message)

Merupakan seperangkat simbol verbal atau non verbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud dari sumber

(source). Menurut Rudolph F Verderber, pesan terdiri dari 3

komponen yaitu makna, simbol yang digunakan untuk menyampaikan makna dan bentuk atau organisasi pesan.

3. Saluran (Channel, Media)

Merupakan alat atau wahana yang digunakan sumber ( source) untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Saluran pun merujuk pada bentuk pesan dan cara penyajian pesan.

4. Penerima (Receiver)

Nama lain dari penerima adalah destination, communicate,

decoder, audience, listener dan interpreter dimana penerima


(25)

5. Efek (Effect)

Merupakan apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut. Point-point diatas bersumber pada statement

Harold Laswell yaitu “ cara terbaik untuk menggambarkan

komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan“ 2.1.2.3 Fungsi Komunikasi

Menurut pandangan Onong Uchjana Effendy yang menjelaskan bahwasannya terdapat 4 fungsi dari komunikasi. Fungsi-fungsi tersebut ialah :

1. To Inform

Maksudnya adalah memberikan informasi kepadamasyarakat danmemberitahukan kepada masyarakat mengenai peristiwa yang terjadi, ide atau pikiran dan tingkah laku orang lain serta segala sesuatu yang disampaikan oleh orang lain.

2. To Educate

Maksudnya adalah sebagai sarana pendidikan. Bahwasannya dengan komunikasi manusia dapat menyampaikan ide dan pikirannya kepada orang lain sehingga orang lain mendapatkan informasi dan pengetahuan.

3. To Entertain

Maksudnya adalah komunikasi berfungsi untuk menyampaikan hiburan atau menghibur orang lain.


(26)

4. To Influence

Maksudnya adalah fungsi mempengaruhi setiap individu yang berkomunikasi dengan cara saling mempengaruhi jalan pikiran komunikan dan lebih jauh lagi berusaha mengubah sikap dan tingkah laku komunikan sesuai dengan yang diharapkan.

Menurut perspektif ahli komunikasi yang lain yaitu William I Gordon dalam buku Deddy Mulyana terdapat 4 fungsi komunikasi yang meliputi :

1. Komunikasi Sosial

Bahwasannya komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri, kelangsungan hidup, memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, memupuk hubungan dan memperoleh kebahagiaan.

2. Komunikasi Ekspresif

Bahwasannya komunikasi ekspresif tidak otomatis bertujuan mempengaruhi orang lain namun dapat dilakukan sejauh komunikasi bisa menjadi instrument untuk menyampaikan perasaan-perasaan / emosi kita.

3. Komunikasi Ritual

Bahwasannya komunikasi yang menampilkan perilaku tertentu yang bersifat simbolik dan berkomitmen untuk kembali pada tradisi keluarga, suku, bangsa, negara ideology dan agama.Komunikasi ritual ini erat kaitannya dengan komunikasi ekspresif.


(27)

4. Komunikasi Instrumental

Bahwasannya komunikasi ini memiliki beberapa tujuan umum seperti menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap, keyakinan, perilaku dan menghibur.Komunikasi sebagai instrumental untuk membangun suatu hubungan begitu pula sebaliknya.Komunikasi sebagai instrument berfungsi untuk mencapai tujuan pribadi dan pekerjaan baik yang berjangka pendek atau panjang.

2.1.3 Tinjauan Komunikasi Interpersonal

2.1.3.1 Pengertian Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik verbal maupun nonverbal (Mulyana, 2004 : 73).

Komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika. Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi didalam diri sendiri, didalam diri manusia terdapat komponen-komponen komunikasi seperti sumber, pesan, saluran penerima dan balikan.Dalam komunikasi interpersonal hanya seorang


(28)

yang terlibat.Pesan mulai dan berakhir dalam diri individu masing-masing.

Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Muhammad (1995:158) bahwa komunikasi interpersonal merupakan komunikasi didalam diri sendiri, dan didalam diri manusia terdapat komponen-komponen komunikasinya, berikut penjelasanya mengenai komunikasi interpersonal :

“Komunikasi interpersonal mempengaruhi komunikasi danhubungan dengan orang lain. Suatu pesan yang dikomunikasikan, bermula dari diri seseorang.Setelah melalui proses interpersonal tersebut, maka pesan–pesandisampaikan kepada orang lain. Komunikasi interpersonal merupakan proses pertukaran informasi antara seseorang dengan seseorang lainnya atau biasnya diantara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya. Dengan bertambahnya orang–orang yang terlibat dalam komunikasi menjadi bertambah komplekslah komunikasi tersebut”

Dan menurut Devito (1997:231) mengungkapkan bahwa komunikasi antarpribadi juga didefiniskan sebagaiberikut :

“Komunikasi yang terjadi diantara dua orang yang mempunyai hubungan yang terlihat jelas diantara mereka, misalnya percakapan seseorang ayah dengan anak, sepasang suami istri, guru dengan murid, dan lain sebagainya. Dalamdefinisi ini setiap komunikasi baru dipandang dan dijelaskan sebagai bahan–bahan yang teritegrasi dalam tindakan komunikasi antarpribadi”

Pentingnya suatu komunikasi interpersonal ialah karena prosesnyamemungkinkan berlangsung secara dialogis. Dialog adalah bentuk komunikasi antarpribadi yang menunjukkan terjadinya interaksi. Mereka yang terlibat dalam komunikasi bentuk ini berfungsi ganda, masing-masing menjadi pembicara dan pendengar secara bergantian.


(29)

Dalam proses komunikasi dialogis nampak adanya upaya dari para pelaku komunikasi untuk terjadinya pergantian bersama (mutual understanding) dan empati. Dari proses ini terjadi rasa saling menghormati bukan disebabkan status sosial melainkan didasarkan pada anggapan bahwa masing-masing adalah manusia yang berhak dan wajib, pantas dan wajar dihargai dan dihormati sebagai manusia.

Komunikasi antarpribadi dibandingkan dengan komunikasi lainnya, dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan, opini dan perilaku komunikan.Alasannya karena komunikasi ini berlangsung tatap muka, oleh karena dengan komunikasi itu terjadilah kontak pribadi yaitu pribadi anda menyentuh prbadi komunikan. Ketika menyampaikan pesan, umpan balik berlangsung seketika mengetahui pada saat itu tanggapan komunikan terhadap pesan yang diontarkan pada ekspresi wajah dan gaya bicara. Apabila umpan balik positif, artinya tanggapan itu menyenangkan, kita akan mempertahankan gaya komunikasi sebaliknya jika tanggapan komunikasi negatif, maka harus mengubah gaya komunikasi sampai komunikasi berhasil.

Oleh karena keampuhan dalam mengubah sikap, kepercayaan, opini dan perilaku komunikan itulah maka bentuk komunikasi interpersonal seringkali digunakan untuk mnyampaikan komunikasi persuasif (persuasive communication) yakni suatu teknik komunikasi secara psikologis manusiawi yang sifatnya halus, luwes berupa ajakan,


(30)

bujukan atau rayuan. Dengan demikian maka setiap pelaku komunikasi akan melakukan empat tindakan yaitu membentuk, menyampaikan, menerima dan mengolah pesan, keempat tindakan tersebut lazimnya berlangung secara berurutan dan membentuk pesan diartikan sebagai menciptakan ide atau gagasan dengan tujuan tertentu.

2.1.3.2 Model Komunikasi Interpersonal

Dalam proses komunikasi interpersonal arus komunikasi yang terjadi adalah sirkuler atau berputar, artinya setiap individu mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi komunikator dan komunikan. Karena dalam komunikasi atarpribadi efek atau umpan balik dapat terjadi seketika. Untuk dapat mengetahui komponen – komponen yang terlibat dalam komunikasi antarpribadi dapat dijelaskan melalui gambar berikut :


(31)

Gambar 2.1

Komponen-Komponen Komunikasi Interpersonal

Sumber : Devito (2007:10)

Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa komponen – komponenkomunikasi antarpribadi adalah sebagai berikut :

1. Pengirim – Penerima

Komunikasi antarpribadi paling tidak melibatkan dua orang, setiap orang terlibat dalam komunikasi antarprbadi memfokuskan dan mengirimkan serta mengirimkan pesan dan juga sekaligus menerima dan memahami pesan.Istilah pengirim – pengirim ini digunakan untuk menekankan bahwa, fungsi pengirim dan penerima ini dilakukan oleh setiap orang yang terlibat dalam komunikasi antarpribadi, contoh komunikasi antara orang tua dan anak.


(32)

2. Encoding – Decoding

Encoding adalah tindakan menghasilkan pesan, artinya pesan-pesan yang akan disampaikan dikode atau diformulasikan terlebih dahulu dengan menggunakan kata-kata simbol dan sebagainya. Sebaliknya tindakan untuk menginterpretasikan dan memahami pesan-pesan yang diterima, disebut juga sebagai Decoding.Dalam komunikasi antarpribadi, karena pengirim juga bertindak sekaligus sebagai penerima, maka fungsi encoding-decoding dilakukan oleh setiap orang yang terlibat dalam komunikasi antarpribadi.

3. Pesan – Pesan

Dalam komunikasi antarpribadi, pesan – pesan ini bisa terbentuk verbal (seperti kata – kata) atau nonverbal (gerak tubuh, simbol) atau gabungan antara bentuk verbal dan nonverbal.

4. Saluran

Saluran ini berfungsi sebagai media dimana dapat menghubungkan antara pengirim dan penerima pesan atau informasi. Saluran komunikasi personal baik yang bersifat langsung perorangan maupun kelompok lebih persuasif dibandingkan dengan saluran media massa. Hal ini disebabkan pertama, penyampaian pesan melalui saluran komunikasi personal dapat dilakuka secara langsung keada khalayak.Contoh dalam komunikasi antarpribadi kita berbicara dan mendengarkan (saluran indera pendengar dengan


(33)

suara).Isyarat visual atau sesuatu yang tampak (seperti gerak tubuh, ekpresi wajah dan lain sebagainya).

5. Gangguan atau Noise

Seringkali pesan-pesan yang dikirim berbeda dengan pesan yang diterima. Hal ini dapat terjadi karena gangguan saat berlangung komunikasi, yang terdiri dari :

A. Gangguan Fisik

Gangguan ini biasanya berasal dari luar dan mengganggu transmisi fisik pesan, seperti kegaduhan, interupsi, jarak dan sebagainya.

B. Gangguan Psikolgis

Gangguan ini timbul karena adanya perbedaan gagasan dan penilaian subyektif diantara orang yang terlibat diantara orang yang terlibatdalam komunikasi seperti emosi, perbedaan nilai – nilai, sikap dan sebagainya.

C. Gangguan Semantik

Gangguan ini terjadi kata – kata atau simbol yag digunakan dalam komunikasi, seringkali memiliki arti ganda, sehingga menyebabkan penerima gagal dalam menangkap dari maksud – makusud pesan yang disampaikan, contoh perbedaan bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi.


(34)

6. Umpan Balik

Umpan balik memainkan peranan yang sangat penting dalam proses komunikasi antarpribadi, karena pengirim dan penerima secara terus menerus dan bergantian memberikan umpan balik dalam berbagai cara, baik secara verbal maupun nonverbal. Umpan balik ini bersifat positif apabila dirasa saling menguntungkan.Bersifat positif apabila tidak menimbulkan efek dan bersifat negatif apabila merugikan.

7. Bidang Pengalaman

Bidang pengalaman merupakan faktor yang paling penting dalam komunikasi antarpribadi. Komunikasi akan terjadi apabila para pelaku yang terlibat dalam komunikasi mempunyai bidang pengalaman yang sama.

8. Efek

Didalam efek Devito (2007:10) mengungkapkan bahwa komunikasi interpersonal dinilainya paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, berikut ini penjelasanya mengunggkapkan bahwa :

“Komunikasi interpersonal dibandingkan dengan bentuk komunikasi lainnya, komunikasi antarpribadi dinilai paling ampuh untuk mengubah sikap, kepercayaan, opini dan perilaku komunikan.Hal ini disebabkan komunikasi dilakukan dengan tatap muka”.


(35)

2.1.3.3 Kualitas Komunikasi Interpersonal Dalam Keluarga

Dalam rangka mengakrabkan hubungan keluarga, komunikasi yang harmonis perlu dibangun secara timbal balik dan silih berganti antara orang tua dan anak dalam keluarga, seperti yang di ungkapkan oleh Djamarah (2004), bahwa :

“Komunikasi interpersonal dalam keluarga harus berlangsung secara timbal balik dan silih berganti, bisa dari orang tua ke anak ata dari anak ke orang tua.Awal terjadina komunikasi karena ada sesuatu pesan yang ingin disampaikan, sehingga kedua belah pihak tercipta komunikasi yang efektif”.

Dan menurut Effendy (2002:8) mengenai komunikasi interpersonal adalah sebagai berikut :

“Komunikasi interpersonal adalah suatu pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang dengan beberapa umpan balik seketika. Komunikasi ini dianggap efektif dalam hal upaya untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang karena sifatnya dialogis, berlangsung secara tatap muka (face to face) dan menunjukkan suatu interaksi sehigga terjadi kontak pribadi atau personal contact”.

Dengan demikian mereka yang terlibat dalam komunikasi ini masing-masing menjadi pembicara dan pendengar.Nampaknya adanya upaya untuk terjadinya pengrtian bersama dan empati.Disini terjadi rasa saling menghormati berdasarkan anggapan bahwa masing-masing adalah manusia utuh yang wajib, berhak dan pantas untuk dihargai dan dihormati sebagai manusia.

Menurut Efenddy (2003:15) Dalam melakukan proses komunikasi ini, ketika pesan disampaikan umpan balikpun terjadi saat itu juga


(36)

(immediate feedback) sehingga komunikator tahu bagaimana reaksi komunikan terhadap pesan yang disampaikannya.

Umpan balik itu sendiri memainkan peran dalam proses komunikasi, sebab iamenentukan berlanjutnya komunikasi atau berhentinya komunikasi yang dilancarkan oleh komunikator, selain itu umpan balik dapat memberikan komunikator bahan informasi bahwa sumbangan-sumbangan pesan mereka yang disampaikan menarik atau tidak bagi komunikan. Umpan balik dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif.Umpan balik dikatakan bersifat positif ketika respon dari komunikan menyenangkan komunikator, sehingga komunikasi berjalan dengan lancar, sedangkan sebaliknya umpan balik dikatakan negatif ketika respon komunikan tidak menyenangkan komunikator sehingga komunikator enggan untuk elanjutan komunikasi tersebut.

Menurut Irwanto (2001:79) Keluarga yang sehat dapat dibentuk melalui komunikasi. Melalui komunikasi orang tua memberkan dan mengerjakan tentang nilai, norma, pengetahuan, sikap dan harapan terhadap anak – anak. Dengan komunikasi yang efektif, maka beberapa hal tersebut dapat diterima dan dipahami oleh anak. Komunikasi yang efektif akan menimbulkan hubungan dan pengertian yang makin baik antara kedua belah pihak.

Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Kartono (1994:153), bahwa komunikasi yang baik didalam keluarga bersifat dialog dan bukan monolog, berikut ini adalah penjelasanya :


(37)

“Komunikasi yang monolog tidak menimbulkan tantangan dalam diri anak untuk mengembangkan pikiran, kemampuan bertanggung jawab dan anak tidak dimintai pendapatatas usul bila ada masalah dalam keluarga.Jika komunikasi bersifat dialog, orang tua mendapat kesempatan mengenal anaknya atau dapat berkomunikasi secara langsung sehingga dapat memberikan pengaruh langsung kepada anak.Orang tua dapat belajar dari anaknya waktu mendegarkan dan berkomunikasi dengan anak–anak.

Komunikasi yang efektif juga dibutuhkan untuk membentuk keluarga yang harmonis, selain faktor keterbukaan, otoritas, kemampuan bernegosiasi, menghargai kebebasan dan rahasia antar anggota keluarga. Dengan adanya komunikasi yang efektif diharapkan dapat mengarahkan anak untuk mampu mengambil keputusan, mendukung perkembangan otonomi dan kemandirian dan lain – lain. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa komunikasi merupakan faktor yang penting bagi perkembangan diri anak, karena ketiadaan komunikasi dalam suatu keluarga akan berakibat fatal seperti timbulnya perilaku menyimpang pada anak anak.

Sedangkan menurut Rahkmat (2002 : 129) tidak benar anggapan orang bahwa :

“Semakin sering seseorang melakukan komunikasi interpersonal dengan orang lain, maka makin baik hubungan mereka. Persoalannya adalah bukan beberapa kali komunikasi dilakukan, tetapi bagaimana komunikasi itu dilakukan.Hal ini berarti penting bahwa dalam komunikasi yang diutamakan adalah bukan kuantitas dari komunikasinya, akan tetapi seberapa besar kualitas komunikasi tersebut”.

Dalam dunia modern ini menyebabkan perubahan dalam berbagai aspek kehidupan keluarga, akibatnya pola keluarga telah berubah secara radikal (drastis).Dari sekian banyak perubahan yang terjadi pada


(38)

keluarga tersebut dampaknya dapat terjadi pada seluruh komponen keluarga yang ada yaitu dipihak ayah, ibu, anak maupun keluarga yang ikut didalamnya seperti nenek atau anggota lainnya. Dilihat dari uraian diatas, maka anak pun memikul dampak dari perubahan yang terjadi pada keluarga.

Ikatan dengan keluarga yang renggang dan kontak keluarga yang berkurang, berkurangnya pekerjaan yang dilakukan dirumah, anak lebih banyak menghabiskan waktunya diluar rumah dari pada didalam rumah, perceraian atau pernikahan kedua atau ketiga semakin meningkat, para ayah memegang peran lebih besar alam pengasuhan anak, orang tua mempunyai ambisi lebih besar bagi anak dan bersedia mengorbankan kepentingan pribadi mereka demi pendidikan anak dalam mempersiapkan mereka dimasa depan dan adakalanya lebih banyak interaksi dengan orang luar dar pada anggota keluarga. Selanjutnya Hurlock (1997 : 200) menyatakan bahwa hubungan dengan anggota keluarga, menjadi landasan sikap terhadap orang dan kehidupan secara umum.

Dengan demikian maka seseorang akan belajar menyesuaikan diri pada kehidupan atas dasar peraturan dalam keluarga. Peranan keluarga sangat penting terhadap perkembangan sosial anak, tidak hanya terbatas pada situasi sosial ekonominya atau keutuhan struktur dan interaksinya saja.Hal ini mudah diterima apabila kelompok sosial dengan tujuan– tujuan, norma–norma, dinamika kelompok termasuk kepemimpinannya


(39)

yang sangat mempengaruhi kehidupan individu yang menjadi kelompok tersebut diantara anak.

Hal ini sama yang telah diungkapkan oleh Syamsu Yusuf (2007:37) mengenai peran didalam keluarga yang sangat penting dalam mengembangkan pribadi anak, sebagaimana penjelasannya bahwa :

“Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam upaya mengembangkan pribadi anak.Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang dan pendidikan tentang nilai–nilai kehidupan, baik agama maupun sosial budaya yang diberikan merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat”.

Menurut Gunarsa (2002:205) mengenai komunikasi yang dikembangkan oleh orang tua tidak tepat dalam memilih pola asuh akan terjadi hubungan yang tegang, sebagaimana penjelasanya bahwa :

“Komunikasi merupakan salah satu cara yang digunakan untuk menanamkan nilai – nilai. Bila hubungan yang dikembangkan oleh orang tua tidak harmonis misalnya, ketidaktepatan orang tua dalam memilih pola asuhan, pola komunikasi yang tidak dialogis dan adanya permusuhan serta pertentangan dalam keluarga, maka akan terjadi hubungan yang tegang. Komunikasi dalam keluarga terbentuk bila hubungan timbal balik selalu terjalin antara ayah, ibu dan anak”.

Komunikasi yang diharapkan adalah komunisi yang efektif, karena komunikasi yang efektif dapat menimbulkan pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik dan tindakan. Demikian juga dalam lingkungan keluarga diharapkan terbina komunikasi yang efektif antara orang tua dan anak, sehingga akan terjadi hubungan yang penuh kasih sayang dan dengan adanya hubungan harmonis antara orang tua dan anak, diharapkan adanya


(40)

keterbukaan antara orang tua dan anak dalam membicarakan masalah dan kesulitan yang dialami oleh anak yang telah diungkap oleh Mulandar (2003:23). Maka disinilah diperlukan komunikasi dalam keluarga yang sering diebut komunikasi keluarga.

Kegiatan komunikasi dalam keluarga biasanya berlangsung secara tatap muka dan memungkinkan adanya dialog antar anggota–anggota dalam keluarga pada umumnya bersikap akrab dan terbuka. Namun untuk mengadakan komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak usia remaja tidak mudah karena ada faktor–faktor yang menjadi penghambat, berikut yang menjadi faktor-faktor penghambat menurut Soekanto (2003:15)yaitu :

1. Orang tua biasanya merasa kedudukannya lebih tinggi dari pada kedudukan anaknya yang menginjak usia remaja.

2. Orang tua dan anak tidak mempergunakan bahsa yang sama sehingga meninggalkan salah tafsir atau salah paham.

3. Orang tua hanya memberikan informasi, akan tetapi tidak ikut serta memcahkan masalah yang dihadapi anak.

4. Hubungan antara orang tua dan anak hanya terjadi secara singkat dan formal, karena selalu sibuknya orang tua.

Anak tidak diberi kesempatan mengembangkan kreativitasnya serta memberikan pandangan – pandangan secara bebas.


(41)

2.1.3.4 Aspek-Aspek Kualitas Komunikasi Interpersonal Dalam Keluarga Komunikasi yang efektif perlu dibangun dan dikembangkan dalam keluarga. Beberapa faktor penting untuk menentukan jelas tidaknya informasi yang dikomunikasikan didalam keluarga dapat mengarahkan pada komuikasi yang efektif, adapun faktor-faktor yang perlu diperhatikan menurut Irwanto (2001:85) yaitu :

1. Konsistensi

Informasi yang disampaikan secara konsisten akan dapat dipercaya dan relatif lebih jelas dibandingkan dengan informasi yang selalu berubah. Ketidak konsistensian yang membuat anak – anak bingung dalam menfsirkan informasi tersebut.

2. Ketegasan (Assertiveness)

Ketegasan tidak berarti otoriter ketegasan membantu meyakinkan anak–anak atau anggota keluarga yang lain bahwa komunikator benar-benar meyakini nilai atau sikapnya. Bila perilaku orang tua ingin ditiru oleh anak, maka ketegasan akan memberi jaminan bahwa mengharapkan anak – anak yang berperilaku yang sesuai yang berprilaku yang sesuai diharapkan.

3. Percaya (Trust)

Faktor percaya (Thurs) adalah yang palig penting karena percaya menentukan efektifitas komunikasi, meningkatkan


(42)

komunikasi interpersonal karena membuka saluran komunikasi, memperjelas pengiriman dan penerimaan informasi serta memperluas peluang komunikan untuk mencapai maksudnya, hingga kepercayaan pada orang lain akan menghambat perkembangan hubungan interpersonal yang akrab.

Berikut ini ada tiga faktor yang berhubungan dengan sikap percaya menurut Rakhmat (2002:131)yaitu :

A. Menerima

Menerima adalah kemampuan berhuungan dengan orang lain tanpa menilai dan tanpa berusaha mengendalikan, sikap yang melihat orang lain sebagai manusia, sebagai indivisu yang patut dihargai, tidak berarti menyetujui semua perilaku orang lain atau rela menanggung akibat – akibat perilakunya.

B. Empati

Empati dianggap sebagai memahami orang lain dan mengembangkan diri pada kejadian yang menimpa orang lain. Melihat seperti orang lain melihat, merasakan seperti orang lain rasakan.

C. Kejujuran

Manusia tidak menaruh kepercayaan kepada orang lain yang tidak jujur atau sering menyembunyikan


(43)

pikiran dan pendapatnya, kejujuran dapat mengakibatkan perilaku seseorang dapat diduga. Ini mendorong untuk percaya antara satu dengan yang lain.

A. Sikap sportif

Sikap sportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam komunikasi. Sikap defensif akan menyebabkan komunikasi interpersonal akan gagal, karena lebih banyak melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dalam suatu situasi komunikasi daripada pesan yang didapat dari orang lain.

4. Sikap Terbuka

Menurut Rakhmat (2002:16) sikap terbuka mendorong terbukanya saling pengertian, saling menghargai, saling mengembangkan kualitas hubungan interpersonal.

5. Bersikap Positif

Menurut Devito (1997:59) bersikap secara positif mencakup adanya perhatian atau pandangan positif terhadap diri orang, perasaan positif untuk berkomunikasi dan “menyerang” seseorang yang diajak berinteraksi.Perilaku “menyerang” dapat dilakukan secara verbal seperti kata “kamu nakal”.Sedangkan perilaku “menyerang” yang bersifat nonverbal berupa senyuman, pelukan bahkan pukulan.Perilaku “menyerang” dapat bersifat positif yang merupakan bentuk penghormatan atau pujian dan mengandung


(44)

perilaku yang diharpkan dan dihargai.“Menyerang” negatif bersfat menentang atau menghukum hati seseorang secara fisik maupun psikologis.

Hal ini juga diungkapkan oleh Kartono (1994:153) pentingnya “menyerang” positif perlu diberikan kepada anak jikamemang pantas menerimanya.“Menyerang” secara negatif itu jika diperlukan asal dalam batas yang wajar seperti menegur ataumemarahi anak bila memang perlu dan orangtua tetap memberikanpenjelasan alasan bersikap demikian.

2.1.4 Tinjauna Pola Komunikasi

Pola komunikasi adalah bentuk proses yang dirancang untuk

mewakili kenyataan unsur-unsur yang dicakup beserta

keberlangsungannya, guna memudahkan pemikiran secara sistematik dan logis. (Effendy, 1889).

“Dalam kamus besar bahasa Indonesia, pola diartikan sebagai bentuk (struktur) yang tetap. Sedangkan (1) komunikasi adalah proses penciptaan arti terhadap gagasan atau ide yang disampaikan. (2) Komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami; hubungan; kontak. Dengan demikian, pola komunikasi disini dapat dipahami sebagai pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami”. (Djamarah, 2004 ; 1).

Adapun definisi pola komunikasi dari Pace dan Faules sepeti dibawah ini

“Pola komunikasi adalah bagaimana kebiasaan dari suatu kelompok untuk berinteraksi, bertukar informasi, pikiran dan


(45)

pengetahuan. Pola komunikasi juga dapat dikatakan sebagai cara seseorang atau kelompok berinteraksi dengan menggunakan simbol-simbol yang telah disepakati sebelumnya”. (Pace dan Faules, 2002 : 171)

Komunikasi dalam keluarga dapat berlangsung secara timbal balik dan silih berganti; bisa dari orang tua ke anak atau dari anak ke orang tua, atau dari anak ke anak.

Suatu proses komunikasi dapat berjalan dengan baik jika antara komunikator dan komunikasn ada rasa percaya, terbuka dan sportif untuk saling menerima satu sama lain (RakhmatBerdasarkan prilaku orang tua dan anak yang sering muncul dalam keluarga, maka pola komunikasi yang sering terjadi dalam keluarga adalah berkisar seputar Model ABX (Djamarah, 2004 : 38).

Dalam keluarga suami-isteri sering membicarakan anaknya.Entah soal sikap dan prilaku anak, pergaulan anak, dan sebagainya.Ketika pembicaraan kedua orang tua itu berlangsung, anak samasekali tidak tahu.Anak tidak terlibat dalam pembicaraan itu. Sebagai objek yang dibicarakan., anak hanya menunggu hasilnya dan mungkin melaksanakan sebatas kemampuannya.

Dalam kasuistik tertentu, sering terdengar para remaja yang terlibat dalam pergaulan bebas.Pergaulan bebas yang mentradisi di kalangan remaja itu sangat mengkhawatirkan ortang tua.Orang tua tidak senang dengan pergaulan bebas yang dilakukan oleh anak.karena hal itu bisa menjerumuskannya ke jurang kenistaan.karenanya orang tua


(46)

berusaha menghentikan perilaku jahiliah anaknya itu. Paling tidak upaya yang di ambil orang tua adalah melarang dengan cara menasihati anaknyauntuk tidak bergaul dengan para anak yang tidak memiliki akhlak terpuji

Setiap orang tua memiliki keinginan untuk memiliki sesuatu. Keinginan untuk memiliki sesuatu itu terkadang tidak terlalu sama, karena perbedaan pendapat dalam menilainya. Keinginan untuk memiliki kendaraaan bermotor misalnya, keinginan antara suami-itri tidak jarang terjadi perbedaan.Keduanya sepakat untuk memiliki kendaraan, tetapi mereka berbeda dalan menentukan jenis kendaraan.Yang suami inginYamaha, sedangkan istrinya ingin Honda.Kedua belah pihak berusaha menunjukan kelebihan dan kelemahan jenis kendaraan yang diinginkan itu.Namun pada akhirnya, salah seorang harus mengalah, bukan karena kalah, tapi demi meredam konflik, demi kebersamaan, dan demi segalanya.

Banyak sebenarnya permaslahan yang dijadikan objek pembicaraan dalam kehidupan ini.Mjulai objek yang disenangi sampai yang dibenci. Terkadang objek tertentu disenangi oleh seseorang, tetapi belum tentu disenangi oleh orang lain. Atau dua orang yang terlibat sama-sama menyenangi atau membenci suatu objek.Silang pendapat atau kesamaan pendapat adalah manusiawi.Maka dari itu jangan bermusuhan khanya karena perbedaan pendapat.Tetapi perbedaan pendapat itu harus


(47)

dimusyawarahkan.Bermusyawarah untuk mupakat.Itulah the best of the best, yang tebaik dari yang terbaik.

Suatu proses komunikasi dapat berjalan dengan baik jika antara komunikator dan komunikan ada rasa percaya, terbuka dan sportif untuk saling menerima satu sama lain (Rakhmat, 2002 : 129). Adapun sikap yang dapat mendukung kelancaran komunikasi dengan anak adalah sebagai berikut:

a. Mau mendengarkan sehingga anak-anak lebih berani membagi perasaan sesering mungkin sampai pada perasaan dan permasalahan yang mendalam dan mendasar.

b. Menggunakan empati untuk pandangan-pandangan yang berbeda dengan menunjukan perhatian melalui isyarat-isyarat verbal dan nonverbal saat komunikasi berlangsung.

c. Memberikan kebebasan dan dorongan sepenuhnya pada anak untuk mengutarakan pikiran atau perasaannya dan kebebasan untuk menunjukkan reaksi atau tingkah laku tertentu sehingga anak dapat menanggapi dengan positif tanpa adanya unsur keterpaksaan.

2.1.5 Tinjauan Keluarga

2.1.5.1 Pengertian Keluarga

Menurut Djamarah (2004:16) menjelaskan mengenai pengertian keluarga adalah sebagai berikut :

“Keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama dan masing – masing anggota merasakan


(48)

adanya pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan dan saling menyerahkan diri yang dijalin oleh kasih sayang”.

Keluarga merupakan suatu unit terkecil yang bersifat universal, artinya terdapat pada setiap masyarakat didunia atau sistem sosial yang terbentuk dalam sistem sosial yang lebih besar.Ada dua macam keluarga, yaitu keluarga inti (nuclear family) dan keluarga besar

(extended family).Keluarga inti adalah suatu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak–anak yang belum dewasa atau belum kawin, sedangkan keluarga besar adalah suatu satuan keluarga yang meliputi lebih dari satu generasi dan lingkungan kaum keluarga yang lebih luas dari pada ayah, ibu dan anak–anak.

2.1.5.2 Komunikasi Keluarga

Komunikasi keluarga adalah komunikasi yang terjalin didalam keluarga. Kegiatan komunikasi dalam keluarga biasanya berlangsung tatap muka dan memungkinkan adanya dialog antar anggota-anggota dalam keluarga pada umumnya bersikap akrab dan terbuka.

Komunikasi antara suami dan istri, komunikasi antara ayah ibu dan anak, komunikasi antara ayah dan anak, komunikasi anata ibu dan anak dan komunikasi anak dan anak, perlu dibangun secara harmonis dalam rangka membangun pendidikan yang baik dalam keluarga. (Djamarah, 2004 : 38).

Komunikasi merupakan salah satu cara yang digunakan untuk menanamkan nilai-nilai. Bila hubungan yang dikembangkan oleh orang


(49)

tua tidak harmonis misalnya, ketidak tepatan orang tua dalam memilih pola asuhan, pola komunikasi yang dialogis dan adanya permusuhan serta pertentangan dalam keluarga, maka akan terjadi hubungan yang tegang. Komunikasi dalam keluarga terbentuk bila hungungan timbal balik selalu terjalin antara ayah, ibu dan anak (Gunarsa, 2002: 205).

2.1.6 Tinjauan Anak

Anak merupakan petualang dan pembelajar sejati yang penuh kejujuran dalam merealisasikan pikiran dan mengekspresikan perasaannya anak adalah dambaan setiap pasangan yang telah melakukan perkawinan. Karena pandangan memiliki anak setelah menikah sampai saat ini masih kuat dan hal ini dipandang dapat meningkatkan hubungan harmonis dan keintiman antara suami istri. Pengertian anak menurut Undang-Undang RI No.4 tahun 1979 tentang pengertian anak adalah:”Anak adalah seorang yang belum mencapai umur 21 dan belum pernah menikah, menurut Ahmad adalah “Anak adalah seorang yang menurut hukum mempunyai usia tertentu sehingga hak dan kewajibannya dianggap terbatas”. (1996:40).

Menurut Jhon Locke (Gunarsa 1986) “Anak adalah pribadi yang masih bersih dan peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungan”


(50)

Sobur mengartikan anak sebagai: “Orang yang mempunyai pikiran, perasaan, sikap dan minat berbeda dengan orang dewasa dengan segala keterbatasan”. (Sobur, 1988:11).

Berkaitan dengan anak, menurut Jane Carry Peck dalam bukunya Psikologi Perkembangan, Anak adalah:

“Anak merupakan salah satu anugerah perkawinan yang besaar karena seksualitas yang dianggap manusiawi demi tujuan penciptaan.Penciptaan selalu dihasilkan oleh hubungan seksualitas dan utama perkawinan merupakan wadah resmi bagi hubungan seksualitas dan anak-anak yang dihasilkannya. (1990 : 90).

Dalam mempertahankan suatu keharmonisan, pihak keluarga dalam hal ini orang tua harus memperhatikan kesejahteraan anak semaksimal mugkin. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No.4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak bab 1 pasal 1 (a), yang menyebutkan bahwa: “Kesejahteraan anak adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangan dengan wajar, baik secara rohani, jasmani, maupun sosial”. Maka dengan memperhatikan kesejahteraan anak dengan baik akan mewujudkan generasi bangsa yang sehat secara fisik maupun mental.


(51)

2.1.7 Tinjauan Orang Tua 2.1.7.1 Pengertian Orang tua

Dalam kamus besar bahasa indonesia, orang tua adalah ayah danibu kandung. Sedangkan menurut Wright (1991:12), orang tua dibagi menjadi tiga macam, yaitu:

A. Orang Tua Kandung

Orang tua kandung adalah ayah dan ibu yang mempunyai hubungan darah secara biologis (yang melahirkan).

B. Orang Tua Angkat

Pria dan wanita ang bukan kandung tapi dianggap sebagai orang tua sendiri berdasarkan ketentuan hukum atau adat yang berlaku.

C. Orang Tua Asuh

Orang tua yang membiayai hidup seseorang yang bukan anak kandungnya atas dasar kemanusiaan.

Dari pengertian diatas maka orang tua adalah pria dan wanita yangmempunyai hubungan ikatan baik itu secara biologis maupun sosial dan mampu mendidik, merawat, membiayai serta membimbing hidup orang lain yang dianggap anak secara berkesinambungan.


(52)

2.1.7.2 Kriteria Orang tua

Menurut Crain (2007:40) mengenai krteria orang tua, adalah :

“Orang tua yang efektif adalah orang tua yang tidak akan memaksakan harapan dan ambisi kepada anak-anak itu, sebaliknya malah lebih memberikan ruang yang seluas-luasnya bagi pertumbuhan individualitas anak dan penemuan dirinya”.

Hal ini juga diungkap menurut Gordon (2009:101) mengenai orang tua, bahwa :

“Orangtua yang menjadi orangtua efektif ialah orangtua yang pernah bertindak dan bersikap sedemikian rupa sehingga anak-anak menduduki posisi terpenting di rumah”

M. Noor (2009 :198–199) menyatakan bahwa menjadi orangtua memiliki beberapa kriteria, yaitu :

A. Orangtua melakukan tindakan mendisiplinkan anak atau berelasi dengan anak dilandasi oleh kasih sayang.

B. Orangtua lebih banyak memikirkan kebutuhan dan kemampuan anak.

C. Orangtua lebih bersikap demokratis.

D. Orangtua juga mampu memberi ruang kepada perbedaan anak dengan orangtua, tetapi juga memberi ruang bagi anak untuk bertanya dan memberi alasan mengapa suatu hal diijinkan dan hal lain tidak diijinkan.


(53)

2.1.8 Tinjauan Skinhead 2.1.8.1 Definisi Skinhead

Dalam buku George Marshall tentang “Kaum Skinhead” (2004) menerangkan bahwa Skinhead adalah suatu budaya hidup yang berasal dari britain. Skinhead berasal dari golongan anak muda yang menggelar diri mereka sebagai MOD (Modernist). Mereka adalah anak-anak yang cenderung kepada fesyen dan keseronokan walaupun mereka mengatakan “Working Class Kids”. Pada pertengahan tahun 1960 terdapat sekumpulan remaja yang mulai jenuh dengan MOD dan mulai memisahkan diri mereka seterusnya membentuk style baru itu dengan memotong rambut hingga terlihat kulit kepala dan memakai boot, mereka inilah yang digelar

Skinhead.

Mereka pada asalnya adalah golongan bawahan yang bekerja sebagai buruh di Britian. Mereka bangga dengan attitude dan bergembira sebagai anak Working Class. Mereka berkomitmen dengan bekerja dan bergembira di akhir pekan, boot yang mereka pakai adalah untuk keselamatan ketika bekerja dan sebagai simbol Working Class.

Mereka membotakan kepala sebagai identik dan satu protes, golongan Skinhead sangat tertarik dengan musik Ska. Pada tahun 1970

Skinhead yang dimasuki unsur-unsur negatif seperti keganasan dan perkauman, terlalu ramai menyebabkan perkara-perkara buruk, setengah dari kelompok Skinhead kurang senang dengan munculnya pendeatang pakistan yang mana mengecam peluang pekerjaan mereka.


(54)

Skinhead mulai mencetus huru-hara dan mulai menyokong pendatang tersebut, pada pertengahan tahun 1970 keadaan mulai menjadi lebih tegang apabila partai buruh mulai meniup semangat perkauman yaitu

National Front (NF) dan mulai merekrut Skinhead - skinhead dengan semangat nasional yang melampau - lampau dan Skinhead mulai mempengaruhi Ideologi Nazi. Meskipun Skinhead banyak diasosiasikan dengan kelompok orang-orang yang sifatnya menjadi diri sendiri dan Neo-Nazi, namun Skinhead yang sebenarnya tidaklah Neo-Nazi, karena pada awalnya Skinhead adalah kaum tertindas dari kelas pekerja (Utamanya buruh) di London, Inggris.

2.1.8.2 Pakaian Skinhead

Kaum Trads ini mudah dikenali dari setelan seperti shirt button-up Ben Sherman, polo bermerk Freed Perry, Bertel/Suspender, celana jeans

bermerk Levis semi ketat, monkey boots/Dr.Marteen, jaket Harrington, dan juga memakai jaket bomber. Dan yang terpenting adalah potongan rambut yang pendek, berbeda dengan gaya rambut mods pada umumnya. Pilihan akan jenis rambut yang pendek ini lebih disebabkan alasan kepraktisan. Terutama karena sebagian besar lapangan pekerjaan yang tersedia tidak membolehkan pekerja berambut panjang apalagi acak dan tidak rapih dan beraturan.

Potongan rambut pendek merupakan counter terhadap life style

kaum hippe yang dianggap mewah dan juga sedang berkembang pada masa tersebut. Lebih jauh lagi, suatu kisah menceritakan bahwa pilihan


(55)

tersebut berasal dari kaum pekerja, seperti di kota Liverpool, yang memotong pendek rambut mereka untuk menghindari kutu yang banyak terdapat di sekitar.

2.1.8.3 Musik Skinhead

Karena Skinhead sendiri pada dasarnya adalah suatu subkultur

bukanya sebuah genre atau aliran musik, pilihan musiknya pun bisa beragam.

Yang pertama tentunya roots mereka yang berasal dari MOD, para

Trads pun pada awalnya sangat terpengaruh musik R&B ala British. Namun, akhirnya para trads pun sangat menggemari musik ska, hardcore, rocksteady, bahkan sampai musik soul pun mereka gemari. Maka terkadang, seorang Skinhead pun ikut menikmati alunan dari seorang penyanyi soul seperti Aretha Franklin.

Dari roots tersebut dapat di telusuri bahwa pada dasarnya Skinhead

sama sekali tidak identik dengan rasis. Sebagaimana pendapat awam pada umumnya. Karena mereka pun menikmati kultur dari masyarakat hitam. Bahkan, banyak juga skinhead yang berkulit hitam dan berwarna kulit lain.


(56)

2.2 Kerangka Pemikiran

Peneliti akan berusaha membahas masalah pokok dari penelitian ini. Yaitu membahas kata-kata kunci atau subfokus yang menjadi inti permasalahan pada penelitian.

Manusia merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari berkomunikasi, oleh karena itu komunikasi sangatlah berperan penting dalam proses penyampaian informasi antar induvidu. Komunikasi merupakan faktor terpenting dalam menjalanin hubungan antar induvidu baik dalam komunikasi antarpribadi, dalam hal ini orang tua akan dijadikan objek pada penelitian ini.

Dimana komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi yang terjalin diantara dua orang dalam konteks adanya suatu kedekatan emosional.

Menurut Devito (1989), yang dikutip Onong Uchjana Efenndy menyatakan bahwa :

“Komunikasi antarpribadi (interpersonal) adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera (Effendy,2003 : 30).

Dalam hal ini peneliti memfokuskan pada pola komunikasi sebagai bagian dari proses komunikasi. Pengertian pola komunikasi menurut didalam buku Syaiful Djamarah Bahri (2004:1) pola diartikan sebagai bentuk atau struktur yang tetap, sedangkan komunikasi adalah


(57)

proses pengiriman dan penerimaan pesan anatara dua orang atau lebih dengan cara tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Dengan demikian yang dimaksud dengan pola komunikasi adalah hubungan antara dua orang atau lebih dalam penerimaan dan pengiriman pesan dengan cara yang tepat sehingga dapat dipahami.

Bertolak dari definisi diatas, maka peneliti menetapkan sub fokus menganalisis fokus penelitian sebagai berikut :

1. Proses Komunikasi

Proses komunikasi adalah bagaimana komunikator menyampaikan pesan kepada komunikanya, sehingga dapat menciptakan suatu persamaan makna antara komunikan dengan komunikatornya. Proses komunikasi ini bertujuaan untuk menciptakan komunikasi yang efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya). Proses komunikasi, banyak melalui perkembangan. Beberapa adalah yang di kategorikan dengan proses komunikasi (Effendy,2000 : 31).

Pengirim pesan

Pengirim pesan adalah orang yang mempunyai ide untuk disampaikan kepada seseorang dengan harapan dapat dipahami oleh orang yang menerima pesan sesuai yang dimaksud.


(58)

Simbol/Isarat

Pada tahap ini pengirim pesan membuat kode atau simbol sehingga pesannya dapat dipahami oleh orang lain.

Media/Penghubung

Adalah alat untuk penyampaian pesan seperti;TV, Radio surat kabar, papan pengumuman, dan telefon ataun dengan yang lainya.

Mengartikan kode/Isyarat

Setelah pesan diterima melalui indera(telinga,mata dan yang lainya) maka si penerima pesan harus dapat mengartikan simbol/kode dari pesan tersebut, sehingga dapat dipahaminya.

Penerima pesan

Penerima pesan adalah orang yang dapat memahami pesan dari pengirim meskipun dalam bentuk

code/isyarat tanpa mengurangi arti pesan yang dimaksud oleh si pengirim.


(59)

Balikan (Feedback)

Balikan adalah isyarat atau tanggapan yang berisi kesan dari penerima pesan dalam bentuk verbal maupun nonverbal.

Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (orang tua) kepada orang lain (remaja). Adakalanya seseorang menyampaikan buah pikirannya kepada orang lain tanpa menampakkan perasaan tertentu. Pada saat lain seseorang menyampaikan perasaanya kepada orang lain tanpa pemikiran. Tidak jarang pula seseorang menyampaikan pikirannya disertai perasaan tertentu, disadari atau tidak disadari. Komunikasi akan berhasil apabila pikiran disampaikan dengan menggunakan perasaan yang disadari, sebaliknya komunikasi akan gagal jika sewaktu menyampaikan pikiran, perasaan tidak terkontrol.

2. Hambatan

Hambatan komunikasi merupakan sesuatu yang tidak bisa terpisahkan dari kehidupan, khusus nya komunikasi antar manusia. Dalam hal ini orang tua menjalin komunikasi dengan anaknya. Dalam melakukan proses komunikasi tidak selamanya berjalan dengan baik, tentu saja terdapat hambatan-hambatan yang akan terjadi. Hambatan tersebut


(60)

merupakan hal yang wajar apabila kita melakukan komunikasi untuk berkomunikasi dengan orang lain. Berikut beberapa mengenai hambatan komunikasi :

Hambatan Usia

Usia kadang menjadi hambatan saat kita berkomunikasi. Misalnya, seorang pengirim ingin mengirim pesan kepada yang diharapkan nya akan tetapi yang menerimanya tidak bisa menirima karena perbedaan usaia.

Hambatan budaya

Bahasa kerap menjadi suatu hambatan untuk berkomunikasi bila kita berada di negara yang tidak sama akan menjadi suatu hambatan komunikasi.

Hambatan teknologi

Dalam satu pertemuan mediasi komunikasi orang tua dan anak yang menjadi hambatan teknologi adalah ketika pengirm(orang tua) ingin menyampaikan pesan secara langsung hambatan ini terjadi tidak secara tatap muka.


(61)

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan gagasan dari Syaiful Bahri Djamarah. Mengenai pola komunikasi dan didukung oleh tipe kepemimpinan orang tua dalam bukunya yang berjudul “Pola Komunikasi Orang Tua & Anak Dalam Keluarga” yang kemudian peneliti gunakan sebagai pedoman.

Kerangka pemikiran diatas diaplikasikan dalam kerangka pemikiran sesuai dengan penelitian yang akan dikaji yaitu Pola Komunikasi Orang tua dengan Anak Komunitas Skinhead di Kota Bandung. Berbicara mengenai pola komunikasi adalah mengenai sesuatu yang sangat dekat dengan diri kita yang memang sudah biasa kita lakukan sehari-hari yaitu berkomunikasi. Manusia berkomunikasi biasa secara verbal atupun non verbal, pola komunikasi sendiri itu merupakan salah satu kajian komunikasi yang ingin dilakukan oleh orang tua yaitu memberikan informasi tambahan yang memperjelas maksud dari pola komunikasi orang tua tersebut dalam menerapkan suatu pembelajaran bagi seorang anak yang berkeinginan tahunya besar dalam mengetahui sesuatu yang belum diketahui seorang anak.

Dengan kata lain, karena adanya proses komunikasi yang terjadi tidak searah maka orang tua yang diterapkan bertolak belakang dengan seorang anak dan mengakibatkan hambatan, sehingga tidak menciptakan komunikasi yang saling terbuka dan ketertutupan pada pola komunikasi yang terjadi pada orang tua dengan anak tersebut.


(62)

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang tua dan anaknya secara tatap muka, yang memungkinkan setiap orang tua dan anaknya menangkap reaksi secara langsung baik verbal maupun non verbal.

Dalam penelitian ini peneliti beruhasa menjelaskan tentang pola komunikasi orang tua dengan anak Skinhead di Kota Bandung, peneliti mengaplikasikan kedalam bentuk nyata diantaranya “Proses komunikasi dan hambatan yang digunakan orang tua sebagai cara untuk berinteraksi dan juga bagimana cara komunikasi yang efektif dengan anak komunitas Skinhead di Kota Bandung dalam membentuk prilakunya”. Seperti yang sudah dijelaskan diatas tentang proses komunikasi, dan hambatan yang digunakan maka peneliti akan mengaitkan dengan judul yang telah dibuat.

Alur pemikiran merupakan ringkasan pemikiran dari peneliti atau pemikiran dari penelitian ini secara garis besar mengenai langkah-langkah atau tahapan mengenai masalah yang peneliti teliti. Adapun gambar alur peneliti pemikiran berikut dibawah ini :


(63)

Gambar 2.2

Alur Model Kerangka Pemikiran Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak Skinhead di Kota Bandung

Sumber: Analisa Peneliti, 2015

Berdasarkan keranga pemikiran diatas peneliti mencoba mendiskripsikan langkah dan tahapan yang muncul dalam pikiran, sehingga terbentuk rancangan yang tepat untuk dapat diteliti dan dianalisis. Berikut ini adalah penjelasan diatas : bahwa pada dasarnya orang tua ini melakukan komunikasi, kemudian mereka menyampaikan suatu informasi atau pesan-pesan melalui sebuah bahasa. Namun interaksi tersebut tidak selalu berjalan dengan lancar, tidak semua informasi yang disampaikan itu benar-benar dimengerti,

Orang Tua Anak Skinhead

Pola Komunikasi

Pola komunikasi Orang Tua dengan Anak

Skinhead

Proses Komunikasi

Hambatan Interpersonal


(64)

sehingga tidak memperoleh kesamaan makna atau komunikasi tidak berjalan efektif karena diakibatkan ketidak tepatan orang tua dalam memilih pola komunikasi yang menghasilkan pola yang buruk, pola komunikasi yang tidak dialogis dan menghasilkan hambatan yang tegang dengan adanya permusuhan serta pertentangan keluarga, komunikasi yang terjadi tidak akan berhasil dan tidak berjalan dengan efektif karena diakibatkan adanya suatu pola komunikasi orang tua yang dihasilkan tidak berhasil untuk menciptakan suasana keluarga yang kondusif atau menciptakan komunikasi yang berkualitas antara orang tua dan anak sehingga seringnya terjadi konflik antara orang tua dan anak, berhasilnya atau ke tidak berhasilnya suatu pola komunikasi orang tua dalam mendidik, hal ini bisa terlihatakan berdampak pada perilaku-perilaku anak baik positif maupun negatif dalam bertingkah laku dikehidupan sosialnya.


(65)

60 3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini, peneliti melakukan suatu penelitian dengan pendekatan deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat efek yang terjadi, atau tentang kecenderungan yang tengah berlangsung.

Menurut definisi yang dikemukakan dalam buku Metode Penelitian

Public Relation bahwasannya metode penelitian deskriptif adalah:

“Ciri lain metode deskriptif kualitatif ialah metitikberatkan pada observasi dan suasana alamiah. Peneliti terjun langsung ke lapangan, bertindak sebagai pengamat. Ia membuat kategori prilaku, mengamati gejala, dan mencatatnya dalam buku observasi. Ia tidak berusaha untuk memanipulasi data”. (Ardianto, 2014:60)

Penelitian deskriptif ini mengamati objeknya, menjelajahi dan menemukan pengetahuan-pengetahuan sepanjang proses penelitian lebih jauh dan lebih dalam khususnya pola komunikasi orang tua dengan anak komunitas Skinhead di kota Bandung.

Melakukan suatu penelitian sangat diperkukan perencanaan dan perancangan dalam penelitian, agar penelitian dapat berjalan dengan lancar, baik dan sistematis.


(66)

Menurut Jonathan Sarwono pengertian desain penelitian memiliki pengertian sebagai berikut:

“Desain penelitian bagaikan sebuah peta jalan bagi peneliti yang menuntun serta menentukan arah berlangsungnya proses penelitian secara benar dan tepat sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.” (Sarwono, 2005:132)

Berdasarkan definisi diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa desain penelitian merupakan rencana dan struktur penyelidikan terhadap pengumpulan data sehingga dapat menjawab pertanyaan dalam penelitian.

Dalam melakukan penelitian diperlukan melakukan perancangan dan perencanaan. Maka peneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menetapkan judul yang akan diteliti, sehingga dapat diketahui apa yang akan diteliti dan menjadi masalah dalam penelitian. Dalam penelitian ini penulis mengambil judul Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak Komunitas Skinhead Di Kota Bandung.

2. Menetapkan masalah-masalah yang akan dianalisis terhadap suatu kehidupan. Dalam penelitian ini menjadi rumusan masalah adalah sebagai berikut:

a. Proses komunikasi b. Hambatan komunikasi 3. Memilih teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan 2 cara, yaitu pengumpulan data melalui penelitian lapangan seperti wawancara, observasi, dokumentasi dan


(67)

penelitian kepustakaan atau data yang di peroleh dari sumber lain, seperti buku, literatur, ataupun catatan-catatan perkuliahan.

3.2 Informan Penelitian

Menurut Kuswarno, informan penelitian adalah seseorang yang memberikan informasi kepada orang lain yang belum mengetahuinya. Dalam hal ini, inforrman merupakan sumber data penelitian utama yang memberikan informasi dan gambaran mengenai pola prilaku dari kelompok masyarakat yang diteliti.

Dalam penelitian ini teknik penentuan informan yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Purposive sampling

menurut Kriyantono adalah teknik yang digunakan dalam penelitian observasi eksploratoris atau wawancara mendalam dimana teknik ini dipilih untuk penelitian yang lebih mengutamakan kedalaman data dari pada untuk tujuan yang representative yang dapat digeneralisasikan.

Dalam penelitian ini yang menjadi informan penelitian adalah orang-orang pilihan peneliti yang dianggap terbaik dalam memberikan informasi yang dibutuhkan kepada peneliti, Para informan penelitian tersebut akan disajikan dalam bentuk tabel dibawah ini :


(1)

206

4. 2013  Peserta dalam kegiatan Seminar Communi[art]ion “Budayakan

Komunikasi, Komunikasikan Budaya” oleh Program Studi Ilmu Komunikasi UNIKOM Bandung

 Peserta acara dalam kegiatan Seminar Spirit of Communication Science Student “Opportunities and Challenges in Broadcasting and Mass Media” oleh Program Studi Ilmu Komunikasi UNIKOM Bandung

Bersertifikat

5. 2015

 Peserta acara semiloka “Anti Plagiarisme” Diselenggarakan oleh Program Studi Ilmu Komunikasi UNIKOM Bandung

Bersertifikat

PENGALAMAN KERJA

•Praktek Kerja Lapangan

PraktekKerjaLapangan : Radio Pikiran Rakyat (PRfm 107.5 News Chanel) Bandung

Periode : Juli 2014 – September 2014

Posisi : Humas (Public Relation)


(2)

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini yang berjudul

“POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK SKINHEAD (Studi Deskriftif Kualitatif Mengenai Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak Yang Terlibat Dalam Komunitas Skinhead Di Kota Bandung)

Shalawat serta salam bagi junjungan kita Nabi Muhammad SAW berserta

keluarga dan para sahabatnya serta kita sebagai pengikutnya. Tidak lupa saya

ucapkan banyak terima kasih Kepada Orang tua penulis yang telah memberikan

dukungan dan motivasi yang begitu besar kepada penulis yaitu Ibu Sabrina Panigoro. Terima kasih untuk doa-doa dan Perjuanganya .

Pada kesempatan yang baik ini juga penulis menyampaikan rasa terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada Yth :

1. Bapak Dr. Ir. H. Eddy Suryanto Sugoto selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia yang telah menyediakan institusi pendidikan karenanya

Penulis dapat melanjutkan jenjang pendidikan di Strata–1 (S1) ini.

2. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs, MA selaku Dekan FISIP (UNIKOM). yang telah telah mengeluarkan surat pengantar.

3. Ibu Melly Maulin P, S.Sos.,M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Sosial Politik Universitas Komputer Indonesia, serta


(3)

vi

selaku Dosen wali penulis di kelas IK 3 angkatan 2010, terima kasih atas

segala bimbingannya.

4. Bapak Sangra Juliano P, M.I.Kom selaku Sekertaris Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Sosial Politik Universitas Komputer Indonesia.

5. Bapak Adiyana Slamet. S.IP.,M.Si selaku Pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing peneliti, terima kasih

banyak.

6. Ibu Desayu Eka Surya, S.Sos., M.Si selaku Ketua Sidang Skripsi. Terima kasih banyak.

7. Bapak Drs Manap Solihat, M.Si selaku Penguji pada sidang Skripsi. Terima kasih banyak

8. M.Si; Bapak Inggar Prayoga, M.I.Kom; Bapak Dr. Ali Syamsudin, S.Ag., M.Si; Ibu Tine A Wulandari, M.I.Kom; Bapak Olih Solihin, M.I.Kom; dan Seluruh Staf Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Komputer (UNIKOM), yang telah memberikan pembelajaran yang sangat

berharga bagi penulis.

9. Mba Asri Ikawati, Amd.Kom yang telah membantu peneliti dalam administrasi selama berkuliah di UNIKOM dan selama proses penyusunan

skripsi

10. Kepada Kakaku Rinaldi Pratama Terima kasih atas dukungan dan Support bagi peneliti.

11. Teman-teman satu angkatan Ilmu Komunikasi 2010 dan teman-teman


(4)

vii

Gilang Firmansyah, Rizkha Mulya Sanjaya, Novik, Mamu, dan teman yang tidak bisa disebutkan satu per-satu. Terima kasih selalu memberi

dukungan

12. Kendaraan tercinta Si Hitam Manis Pororo Beat yang selalu setia

mengantarkan dan menemani peneliti melakukan penelitian ini dari awal

hingga akhir. Terima kasih.

13. Sahabat – sahabat tercinta Yoga Taruna Sutarno, M.Gusti Pangestu, M.Reza Pahlevi, Boby Agima, Jonathan Ander, Auladi Fauzan Terima kasih atas dukungan selama peneliti menulis skripsi ini. Terima kasih banyak.

14. Teman – teman band Ewing, Wilman, Eres, Dhea Terima kasih banyak atas

support yang diberikan dan dukungan selama peneliti menulis skripsi ini.

Terima kasih banyak

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan karya ilmiah ini masih perlu

penyempurnaan baik dari segi bahasa maupun dari segi keilmuan maupun lainnya.

Oleh karena itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat peneliti

harapkan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Akhir kata peneliti mengucapkan

terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Bandung, Agustus 2015 Penulis

Abhywidya Adhitama NIM 41810209


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak Down Syndrome (Studi Deskriptif Mengenai Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak yang Mengalami Down Syndrome di Kota Bandung)

5 41 108

pola komunikasi orang tua anak jalanan (Studi Deskriptif Mengenai Pola Komunikasi Orang Tua Anak Jalanan Dengan Putra Putrinya Dalam beraktivitas Di Jalanan Kota Bandung)

0 18 99

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak yang Pengemis).

0 1 99

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak yang Pengemis).

0 2 95

POLA KOMUNIKASI ANTARA ORANG TUA DENGAN ANAK AUTIS KOTA SURABAYA ( Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Antara Orang Tua dengan Anak Autis di Surabaya ).

0 1 76

POLA KOMUNIKASI ANTARA ORANG TUA DENGAN ANAK KOMUNITAS PUNK di KOTA CIREBON (Studi Deskriptif Pola Komunikasi Antara Orang Tua Dengan Anak Yang Mengikuti Komunitas Punk).

2 3 90

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK INDIGO (Studi Kualitatif Mengenai Pola Komunikasi Ibu dengan Anak Indigo ).

16 62 99

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK (STUDY DESKRIPTIF KUALITATIF POLA KOMUNIKASI ORANG TUA YANG BERPROFESI SEBAGAI POLITISI DENGAN ANAK USIA REMAJA).

0 1 84

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK (STUDY DESKRIPTIF KUALITATIF POLA KOMUNIKASI ORANG TUA YANG BERPROFESI SEBAGAI POLITISI DENGAN ANAK USIA REMAJA)

0 0 21

POLA KOMUNIKASI ANTARA ORANG TUA DENGAN ANAK AUTIS KOTA SURABAYA ( Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Antara Orang Tua dengan Anak Autis di Surabaya )

0 0 15