MAKALAH dan pa dan zalili

MAKALAH
PERANAN GURU DALAM PEMBELAJARAN

KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Hidayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Makalah ini berisikan tentang beberapa
peranan guru dalam pembelajaran, kemudian ada beberapa pendapat dari tokoh yang terkemuka
mengenai peran guru dalam proses pembelajaran, dan kinerja guru makalah ini dapat
memberikan informasi kepada kita tentang peran guru dalam pembelajaran maupun kinerja guru
yang baik dan optimal.
Kami mengakui bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
membangun sehingga kedepannya makalah kami bisa menjadi lebih baik lagi.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang sudah terlibat langsung
dalam penyusunan makalah ini sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa melindungi dan
merangkul kita dalam dekapan mulianya dan juga meridhoi segala usaha kita. Amin ya
robbalalamin

DAFTAR ISI


COVER.......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ................................................................................. 1
B. rumusan Masalah............................................................................. 2
C. Tujuan ............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kompetensi Guru dalam Pembelajaran............................................ 3
B. Peran Guru....................................................................................... 4
C. Peran Guru Dalam Proses Pembelajaran.......................................... 5
BAB PENUTUP........................................................................................... 13
A. Kesimpulan......................................................................................... 13
B. Saran................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Guru dewasa ini berkembang sesuai dengan fungsinya, membina untuk mencapai tujuan

pendidikan. Lebih-lebih dalam sistem sekolah sekarang ini, masalah pengetahuan, kecakapan,
dan keterampilan tenaga pengajar perlu mendapat perhatian yang serius. Bagaimanapun baiknya
kurikulum, administrasi, dan fasilitas perlengkapan, kalau tidak diimbangi dengan peningkatan
kualitas guru-gurunya tidak akan membawa hasil yang diharapkan. Guru sangat berperan dalam
membantu perkembangan peserta didik untukk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal.
Salah satu tugas yang harus dilaksanakan oleh guru di sekolah adalah memberikan
pelayanan kepada para siswa agar mereka menjadi siswa atau anak didik yang selaras dengan
tujuan sekolah. Melalui bidang pendidikan, guru mempengaruhi aspek kehidupan, baik sosial,
budaya maupun ekonomi. Dalam keseluruhan proses pendidikan, guru merupakan faktor utama
yang bertugas sebagai pendidik. Guru memegang berbagai jenis peranan yang mau tidak mau
harus dilaksanakannya sebagai guru.
Peran guru ini antara lain meliputi guru sebagai pendidik pengajar, pembimbing,
pelatih, penasihat, pembaharu, model dan teladan, pribadi dan guru sebagai peneliti dan masih
banyak lagi. Untuk lebih memahami masing-masing peran tersebut kami menjelaskan beberapa
peran guru dalam makalah ini yaitu guru sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih,
penasihat, pembaharu, model dan teladan, pribadi dan guru sebagai peneliti.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kompetensi guru dalam pembelajaran?
2. Bagaimana peran guru itu?

3. Bagimanakah peran guru dalam pembelajaran?
C. Tujuan
1. Memahami kompetensi guru dalam pembelajaran
2. Mengerahui peran guru
3. Memahami peran guru dalam pembelajaran

BAB II
PEMBAHASAN
A. Kompetensi Guru dalam Pembelajaran
Sebelum penulis membahas tentang peran guru dalam pembelajaran, disini akan
dijelaskan terlebih dahulu tentang kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru
dalam pembelajaran.
Adapun kompetensi guru yaitu

kemampuan seorang guru dalam melaksanakan

kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak. Kompetensi guru berkaitan dengan
profesionalisme yaitu, guru yang profesional adalah guru yang kompeten (berkemampuan),
karena itu kompetensi profesionalisme guru dapat diartikan sebagai kemampuan dan
kewenangan guru dalam menjalankan profesi keguruannya dengan kemampuan tinggi. Dengan

kata lain kompetensi adalah pemilikan, penguasaan, ketrampilan dan kemampuan yang dituntut
oleh jabatan seseorang.
Jadi kompetensi profesional guru adalah merupakan suatu keharusan dalam mewujudkan
sekolah berbasis pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang pemahaman tentang pembelajaran,
kurikulum, dan perkembangan manusia termasuk gaya belajar. Pada umumnya di sekolahsekolah yang memiliki guru dengan kompetensi profesional akan menerapkan “pembelajaran
dengan melakukan” untuk menggantikan cara mengajar dimana guru hanya berbicara dan peserta
didik hanya mendengarkan.
Sedangkan menurut Depdikbud kompetensi yang harus dimiliki seorang guru adalah :
1. Kompetensi Profesional, guru harus memiliki pengetahuan yang luas dari subject matter
( bidang studi) yang akan diajarkan serta penguasaan metodologi dalam arti memiliki konsep
teoritis mampu memilih metode dalam proses belajar mengajar.
2. Kompetensi Personal, artinya sikap kepribadian yang mantap sehingga mampu menjadi sumbr
intensifikasi bagi subjek. Dalam hal ini berarti memiliki kepribadian yang pantas diteladani,
mampu melaksanakan kepemimpinan seperti yang dikemukakan Ki Hajar Dewantara, yaitu “Ing
Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa. Tut Wuri Handayani”

3. Kompetensi Sosial, artinya guru harus mampu menunjukkan dan berinteraksi sosial, baik dengan
murid-muridnya maupun dengan sesama guru dan kepala sekolah, bahkan dengan masyarakat
luas.
4. Kompetensi untuk melakukan pelajaran yang sebaik-baiknya yang berarti mengutamakan nilainilai sosial dari nilai material.

B. Peran Guru
Guru sebagai pelaku utama dalam penerapan program pendidikan di sekolah memiliki
peran yang sangat penting dalam mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Dalam proses
belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas
belajar bagi murid-murid untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk
melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan anak.
Pendidik adalah orang yang mengajar dan membantu siswa dalam memecahkan masalah
pendidikannya. Sedangkan menurut kajian Islam, menurut Imam al-Ghazali guru/pendidik
adalah orang yang berusaha membimbing, meningkatkan, menyempurnakan, segala potensi yang
ada pada peserta didik. Serta membersihkan hati peserta didik agar bisa dekat dan berhubungan
dengan Allah SWT.
Pendidik di indonesia sendiri lebih dikenal dengan istilah pengajar, adalah tenaga
kependidian yang berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan dengan tugas khusus
sebagi profesi pendidik. pendidik adalah orang-orang yang dalam melaksanakan tugasnya akan
berhadapan dan Perinteraksi langsung dengan para peserta didiknya dalam suatu proses yang
sistematis, terencana, dan bertujuan. Menurut Drs. H. Abu Ahmadi dan Drs. Widodo Supriyono,
peran guru dalam proses belajar berpust pada :
1. Mendidik anak dengan memberikan pengarahan dan motivasi untuk mencapai tujuan, baik
tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang;
2. Memberi fasilitas, media, pengalaman belajar yang memadai;

3. Membantu mengembangkan aspek-aspek kepribadian siswa, seperti sikap, nilai-nilai, dan
penyesuaian diri.
Demikianlah dalam proses belajar mengajar, guru tidak terbatas hanya menyampaikan
ilmu pengetahuan saja akan tetapi lebih dari itu, ia bertanggung jawab akan keseluruhan
perkembangan kepribadian murid. Ia harus mampu menciptakan proses belajar yang sedemikian

rupa, sehingga dapat merangsang murid untuk belajar aktif dan dinamis dalam memenuhi
kebutuhan dan mencapai tujuan.
Mengingat peranannya yang begitu penting, maka guru dituntut untuk memiliki
pemahaman dan kemampuan secara komprehensif tentang kompetensinya sebagai pendidik.
Guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan,
seperti yang di ungkapkan oleh Brand dalam Educational Leadership menyatakan bahwa hampir
semua usaha reformasi pendidikan seperti pembaharuan kurikulum dan metode pembelajaran,
semua bergantung kepada guru.
C. Peran Guru dalam Pembelajaran
Perkembangan baru terhadap pandangan belajar mengajar membawa konsekuensi kepada
guru untuk meningkatkan peranan dan kompetensinya karena proses belajar- mengajar dan hasil
belajar siswa sebagian besar ditentukan oleh peranan dan kompetensi guru. Guru yang kompeten
akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu
mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat optimal.

Peranan dan kompetensi guru dalam proses belajar mengajar meliputi banyak hal
sebagaimana yang diungkapkan oleh Adam dan Becey dalam Basic principles of student
teaching, antara lain guru sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembingbing, pengatur, pengatur
lingkungan, partisipan, ekspeditor, perencana, supervisor, motivator dan konselor. Yang akan
dikemukakan disini adalah peranan yang dianggap paling dominan dan diklasifikasikan sebagai
berikut:

1. Guru Sebagai Pendidik dan Pengajar
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para peserta
didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu guru harus memiliki standar kualitas pribadi teretentu
yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin. Berkaitan dengan tanggung
jawab, guru harus mengetahui, serta memahami nilai, moral dan social serta berusaha dan
berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut.
Seorang guru dikatakan sebagai guru tidak cukup “ tahu” sesuatu materi yang akan
diajarkan, tetapi pertama kali ia harus merupakan seseorang yang memang memiliki “

kepribadian guru” dengan segala cirri tingkat kedewasaannya. Dengan kata lain bahwa untuk
menjadi pendidik atau guru, seseorang harus berpribadi.
Tugas pendidik adalah sebagai teladan bagi siswa. Sukses tidaknya seorang pendidik
adalah dilihat dari hasil didikan seorang pendidik. Pendidik yang sukses akan mengikat peserta

didik dengan nilai-nilai universal dan menjauhkan peserta didik dari pengaruh budaya dan
pemikiran yang merusak. Sebagai seorang guru yang mempunyai tugas dan tanggung jawab
untuk mendidik peserta didik dalam mengembangkan kepribadian, guru dituntut memiliki
kepribadian ideal yang patut untuk dicontoh. Peserta didik tidak akan mudah untuk tergugah hati
dan pikiran atas ajaran pendidik, bila tidak melihat bukti aktualisasinya pada diri pendidik.
Sebagai contoh siswa tidak akan disiplin dalam mengikuti pelajaran guru yang sering terlambat
masuk dan memulai pelajaran.
Kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti motivasi,
kematangan, hubungan peserta didik dan dengan guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan,
rasa aman, dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. Jika faktor-faktor di atas dipenuhi,
maka melalui pembelajaran peserta didik dapat belajar dengan baik.
2.

Guru sebagai Pelatih dan pembimbing
Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan yang berdasarkan pengetahuan
dan pengalamannya bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah
perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas,
moral, dan spiritual yang lebih dan kompleks.
Sebagai pembimbing, guru harus merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan waktu
perjalanan, menetapkan waktu perjalanan, menetapkan jalan yang ditempuhmenggunakan

petunjuk perjalanan, serta menilai kelancarannya sesui dengan kebutuhan dan kemampuan
peserta didik.
Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan baik intelektual
maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih. Pelatihan dilakukan,
disamping harus memperhatikan kompetensi dasar dan materi standar, juga harus mampu
memperhatikan perbedaan individual peserta didik dan lingkungan. Untuk itu, guru harus banyak
tahu, merskipun tidak mencakup semua hal secara sempurna, kerena hal itu tidaklah mungkin.

3. Guru sebagai Perancang Pembelajaran (Designer Instruction)
Pihak Departemen Pendidikan Nasional telah memprogram bahan pembelajaran yang
harus diberikan guru kepada peserta didik pada suatu waktu tertentu. Disini guru dituntut untuk
berperan aktif dalam merencanakan PBM tersebut dengan memerhatikan berbagai komponen
dalam sistem pembelajaran yang meliputi :
a. Membuat dan merumuskan bahan ajar.
b. Menyiapkan materi yang relevan dengan tujuan, waktu, fasilitas, perkembangan ilmu, kebutuhan
dan kemampuan siswa, komprehensif,sistematis, dan fungsional efektif.
c. Merancang metode yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi siswa.
d. Menyediakan sumber belajar, dalam hal ini guru berperan sebagai fasilitator dalam pengajaran.
4. Guru sebagai Pengaruh Pembelajaran
Hendaknya guru senantiasa berusaha menimbulkan, memelihara, dan meningkatkan

motivasi peserta didik untuk belajar. Dalam hubungan ini guru mempunyai fungsi sebagai
motivator dalam keseluruhan kegiatan belajar mengajar. Empat hal yang dapat dikerjakan guru
dalam memberikan motivasi adalah sebagai berikut:
a. Membangkitkan dorongan siswa untuk belajar.
b. Menjelaskan secara konkret, apa yang dapat dilakukan pada akhir pengjaran
c. Memberikan ganjaran terhadap prestasi yang dicapai hingga dapat merangsang pencapaian
prestasi yang lebih baik dikemudian hari
d. Membentuk kebiasaan belajar yang baik.
5. Guru sebagai Konselor
Sesuai dengan peran guru sebagai konselor adalah ia diharapkan akan dapat merespon
segala masalah tingkah laku yang terjadi dalam proses pembelajaran, Oleh karena itu, guru harus
dipersiapkan agar.
a. Dapat menolong peserta didik memecahkan masalah-masalah yang timbul antara peserta didik
dengan orang tuanya.
b. Bisa memperoleh keahlian dalam membina hubungan yng manusiawi dan dapat mempersiapkan
untuk berkomunikasi dan bekerja sama dengan bermacam-macam manusia.

Pada akhirnya, guru akan memerlukan pengertian tentang dirinya sendiri, baik itu motivasi,
harapan, prasangka ataupun keinginannya. Semua hal itu akan memberikan pengaruh pada
kemampuan guru dalam berhubungan dengan orang lain terutama siswa.

6. Guru sebagai Pelaksana Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat pengalaman belajar yang akan didapat oleh peserta didik
selama ia mengikuti suatu proses pendidikan. Secara resmi kurikulum sebenarnya merupakan
sesuatu yang diidealisasikan atau dicita-citakan . Keberhasilan dari suatu kurikulum yang ingin
dicapai sangat bergantung pada faktor kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru. Artinya
guru adalah orang yang bertanggung jawab dalam mewujudkan segala sesuatu yang telah
tertuang dalam suatu kurikulum resmi. Bahkan pandangan mutakhir menyatakan bahwa
meskipun suatu kurikulum itu bagus, namun berhasil atau gagalnya kurikulum tersebut pada
akhirnya terletak di tangan pribadi guru. Sedangkan peranan guru dalam pembinaan dan
pengembangan kurikulum secara aktif antara lain yaitu : perencanaan kurukulum, pelaksanaan di
lapangan, proses penilaian, pengadministrasian, perubahan kurikulum.
7. Guru dalam Pembelajaran yang Menerapkan Kurikulum Berbasis Lingkungan
Peranan guru dalam kurikulum berbasis lingkungan tidak kalah aktifnya dengan peserta
didik. Sehubungan dengan tugas guru untuk mengaktifkan peserta didik dalam belajar, maka
seorang guru dituntut untuk memiliki pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang memadai.
Pengetahuan, sikap, dan ketramoilan yang dituntut dari guru dalam proses pembelajaran yang
memiliki kadar pembelajaran tinggi didasarkan atas posisi dan peranan guru, tugas dan tanggung
jawab sebagai pengajar yang profesional.
Posisi dan peran guru yang dikaitkan dengan konsep pendidikan berbasis lingkungan
dalam proses pembelajaran dimana guru harus menempatkan diri sebagai :
a. Pemimpin belajar, dalam arti guru sebagai perencana, pengorganisasi pelaksana, dan pengontrol
kegiatan belajar peserta didik.
b. Fasilitator belajar, guru sebagai pemberi kemudahan kepada peserta didik dalam melakukan
kegiatan belajarnya melalui upaya dalam berbagai bentuk.

c. Moderator belajar, guru sebgai pengatur arus kegiatan belajar peserta didik,. Selain itu guru
bersama peserta didik harus menarik kesimpulan atau jawaban masalah sebagai hasil belajar
peserta didik,atas dasar semua pendapat yang telah dibahas dan diajukan peserta didik.
d. Motivator belajar, guru sebagai pendorong peserta didik agar mau melakukan kegiatan belajar.
Sebagai motivator guru harus dapat menciptakan kondisi kelas yang merangsang peserta untuk
mau melakukan kegiatan belajar, baik individual maupun kelompok.
e. Evaluator belajar, guru sebagai penilai yang objektif dan komprehensif. Sebagai evaluator guru
berkewajiban mengawasi, memantau proses pembelajaran peserta didik dan hasil belajar yang
dicapainya. Guru juga berkewajiban melakukan upaya perbaikan proses belajar peserta didik,
menunjukkan kelemahan dan cara memperbaikinya, baik secara individual, kelompok, maupun
secara klasikal.
8. Guru sebagai Demonstrator
Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecturer, atau pengajar, guru hendaknya
senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa
mengembagkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya
karena hal ini akan sangat menetukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
Salah satu yang harus diperhatikan oleh guru bahwa ia sendiri adalah pelajar. Ini berarti
bahwa guru harus belajar terus-menerus. Dengan cara demikian ia akan memperkaya dirinya
dengan berbagai ilmu pengetahuan sebagai bekal dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar
dan demonstrator sehingga mampu memperagakan apa yang diajarkannya secara didaktis.
Maksudnya agar apa yang disampaikannya itu dimiliki betul-betul dimiliki oleh anak didik.
9. Guru sebagai pengelola kelas
Pengelolaan kelas adalah salah satu tugas guru yang tidak pernah ditinggalkan. Guru
selalu mengelola kelas ketika dia melaksanakan tugasnya. Pengelolaan kelas dimaksudkan untuk
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi anak didik sehingga tercapai tujuan
pengajaran secara efektif dan efesien.
Dalam perannya sebagai pengelola kelas (learning manager), guru hendaknya mampu
mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang
perlu diorganisasi. Lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah

kepada tujuan –tujuan pendidikan. Pengawasan terhadap belajar lingkungan itu turut menentukan
sejauh mana lingkungan tersebut menjadi lingkungan belajar yang baik. Lingkungan yang baik
ialah yang bersifat menantang dan merangsang siswa untuk belajar, memberikan rasa aman dan
kepuasan dalam mencapai tujuan.
Tujuan umum pengelolaan kelas ialah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas
untuk bermacam-macam kegiatan belajar agar mencapai hasil yang baik. Sedangkan tujuan
khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar,
menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa belajar, tetapi juga mengembangkan
kebiasaan bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan.
Pengelolaan kelas juga terkait dengan kegiatan penjadwalan penggunaan kelas untuk
berbagai mata pelajaran yang sesuai dengan sifat dan karakteristiknya masing-masing, sehingga
tidak saling ganggu-menggangu. Ketika pada satu kelas terjadi kegiatan pelajaran bernyanyi
misalnya, maka kelas yang berdekatan dengannya tidak merasa terganggu.[1
10. Guru sebagai mediator dan fasilitator
Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup
tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih
mengefektifkan proses belajar mengajar. Dengan demikian media pendidikan merupakan dasar
yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral demi
berhasilnya proses pendidikan dan pengajaran disekolah.
Sebagai mediator guru menjadi perantara dalam hubungan antarmanusia. Untuk
keperluan itu guru harus terampil mempergunakan pengetahuan tentang bagaimana orang
berintraksi dan berkomunikasi. Tujuannya agar guru bias menciptakan secara maksimal kualitas
lingkungan yang interaktif.
Dan sebagai fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang
berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar-mengajar baik yang berupa
narasumber, buku teks, majalah, ataupun surat kabar.
11. Guru sebagai evaluator
Dalam proses belajar mengajar guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang dirumuskan itu tercapai atau

belum, dan apakah materi yang diajarkan sudah cukup tepat. Semua pertanyaan tersebut akan
dapat dijawab melalui kegiata evaluasi atau penilaian.
Dengan penilaian, guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan
siswa terhadap pelajaran , serta ketepatan atau keefektifan metode mengajar. Tujuan lain dari
penilaian diantaranya ialah untuk mengatahuikedudukan siswa dalam kelas atau kelompoknya.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Peranan guru akan senantiasa menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam
berbagai interaksinya, baik dengan siswa (yang terutama), sesama guru, maupun mengajar, dapat
dipandang sebagai sentral bagi peranannya. Sebab baik disadari atau tidak bahwa sebagian dari
waktu dan perhatian guru banyak dicurahkan untuk menggarap proses belajar mengajar dan
berinteraksi dengan siswanya.
Peran guru dalam proses pembelajaran adalah guru sebagai pendidik, guru sebagai
pengajar dan fasilitator, guru sebagai pembimbing, guru sebagai pengarah, guru sebagai pelatih,
guru sebagai penilai, guru sebagai pemimpin, guru sebagai didaktikus, guru sebagai rekan
seprofesi, guru sebagai inisiator, guru sebagai transmitter, guru sebagai mediator, guru sebagai
evaluator.
B. Saran
Semoga makalah ini dapat menjadi penambah ilmu pengetahuan bagi seorang guru dalam
memaksimalkan perannya dalam pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, 1991, Psikologi Belajar, Jakarta : Rineka Cipta.
Djaramah Syaiful Bahra dan Zain Aswan, 2010, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta.
Haidir dan Salim, 2012, Strategi Pembelajaran, Medan : Perdana Publishing.
Moh Uzer Usman, 2011, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya,.
Nata Abuddin. 2009, Perspektif islam tentang strategi pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenedia Group.
Syamsu Yusuf dan Nani Sugandhi, 2012, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta : Rajawali Press.
Wina Sanjaya, 2011, Strategi Pembelajaran, Jakarta : Kencana.

FUNGSI DAN POSISI GURU DALAM PROSES MENGAJAR BELAJAR
(PMB)
Oleh : Yuri Alamsyah
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Pendidik adalah satu komponen
manusiawi dalam proses mengajar-belajar, yang ikut berperan dalam usaha

membentuk sumber daya manusia yang potensial dibidang pembangunan.
Oleh karena itu, guru yang merupakan salah satu unsur di bidang
kependidikan harus berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannya
sebagai tenaga professional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang
makin berkembang. Dalam arti khusus dikatakan bahwa pada setiap diri
guru itu terletak tanggung jawab untuk membawa para siswanya pada suatu
kedewasaan atau taraf kematangan tertentu.
Peserta didik merupakan salah satu komponen terpenting dalam
pendidikan. Tanpa anak didik, proses kependidikan tidak akan terlaksana.
Oleh karena itu pengertian tentang peserta didik dirasa perlu diketahui dan
dipahami secara mendalam oleh seluruh pihak. Sehingga dalam proses
pendidikannya nanti tidak akan terjadi distorsi yang terlalu jauh dengan
tujuan pendidikan yang direncanakan. Dalam paradigma pendidikan Islam,
peserta didik merupakan orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah
potensi (kemampuan) dasar yang masih perlu dikembangkan.
Hubungan antara pendidik dan peserta didik inilah yang kemudian disebut
dengan proses mengajar belajar (dalam istilah baru), yang mengalami terus
pengembangan sesuai dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan
tekhnologi. Jika dahulu proses pembelajaran berpusat kepada guru (teacher
centre), namun sekarang sudah berubah bahwa pembelajaran berpusat
kepada peserta didik (student centre). Dengan adanya perubahan
paradigma ini akan berimplikasi terhadap fungsi dan posisi guru dalam
pelaksanaan pembelajaran.
Salah satu contohnya, Menurut teori konstruktivisme yang dikembangkan
oleh Von Glasserfeld, pembentukan pengetahuan seseorang
dilakukan
sendiri oleh orang itu dan bukan oleh guru, sehingga para guru hanya bisa
mendorong para siswa agar aktif dalam pembelajaran untuk membentuk
pengetahuannya sendiri. Dorongan para guru sangat memicu dan memacu
para Siswa aktif dan giat belajar.

1.
2.
3.
4.

Fungsi guru dalam kelas bukan lagi mengajari namun kehadiran guru
membuat siswa belajar sehingga fungsi guru tidak mengajar namun lebih
pada empat fungsi yang harus difahami oleh guru yaitu :
Menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif, kereatif, menciptakan
berbagai kiat dan model penyampaian materi pembelajaran, membuat
suasana pembelajaran menjadi menarik.
Membangkitkan motivasi para siswa agar lebih aktif dan giat dalam belajar.
Membimbing dan memberikan kemudahan bagi siswa dalam pembelajaran,
sehingga proses pembelajaran menjadi berkualitas.
Memimpin pembelajaran, juga sebagai tempat bertanya bagi para siswa.
Dengan guru melaksanakan fungsinya seperti ini akan mendorong siswa
lebih aktif dalam pembelajaran. Keaktifan siswa tersebut akan meningkatkan
mutu pendidikan dan penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan.
Siswa diajak dan ditekankan kepada learning how to learn. Pemahaman ini
akan sangat mendorong para siswa terus mencari ilmu pengetahuan
sehingga dapat terbentuk long life learning.

Tugas guru tidak hanya menyampaikan informasi kepada siswa, tetapi
harus menjadi fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar
kepada seluruh siswa, agar mereka dapat belajar dalam suasana yang
menyenangkan, gembira, penuh semangat, tidak cemas dan berani
mengemukakan pendapat secara terbuka. Untuk kepentingan tersebut perlu
dikondisikan lingkungan belajar yang kondusif dan menantang rasa ingin
tahu siswa, sehingga proses pembelajaranakan berlangsung secara efektif.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa sajakah fungsi guru dalam proses mengajar-belajar?
2. Bagamana fungsi guru tersebut diimplementasikan dalam PMB?
3. Bagaimana posisi guru dalam proses mengajar-belajar?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Memahami perubahan paradigma yang berpengaruh terhadap fungsi guru
dalam proses mengajar-belajar.
2. Mengetahui macam- macam fungsi guru dalam PMB.
3. Memahami operasional dari fungsi guru dalam PMB.
4. Mengetahui posisi guru dalam proses mengajar-belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
Sebelum lebih jauh membahas tentang fungsi dan posisi guru dalam
PMB. Terlebih dahulu penulis ingin meluruskan istilah yang sudah lama
diangggap valid yakni “proses belajar mengajar” menjadi “proses mengajar
belajar”. Namun dikesempatan lain istilah PBM masih juga digunakan. Istilah
ini penulis kutip dari Muhibbin Syah (2010) sebagai berikut:
“Perlu dicatat bahwa dalam interaksi instruksional antara guru dengan siswa,
istilah proses mengajar-belajar (PMB) dipandang lebih tepat daripada proses
belajar-mengajar (PBM). Alasannya, karena dalam “proses” ini yang hampir
selalu lebih dahulu aktif adalah guru (mengajar) lalu diikuti oleh aktivitas
siswa (belajar), bukan sebaliknya. Selain itu para pakar psikologi pendidikan
kelas dunia seperti Barlow (1985) dan Good & Brophy (1990) menyebut
hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu dengan istilah “teachinglearning process” bukan “learning-teaching process”. Sehubungan dengan
ini, setiap guru sangat diharapkan memiliki karakteristik (ciri khas)
kepribadian yang ideal sesuai dengan persyaratan yang bersifat psikologispedagosis.”
Lebih lanjut, beliau menuliskan, hal lain yang juga perlu dimiliki oleh
para guru adalah kompetensi dan profesionalisme keguruan yang sampai
batas tertentu sering terlupakan oleh para guru. Sehingga, tidak jarang
muncul anggapan bahwa guru itu tak berbeda dengan profesi lainnya. Oleh

karena itu, dalam hal ini penulis akan menguraikan tentang posisi dan ragam
guru dalam konteks belajar-mengajar. Namun dalam penggunaannya istilah
PBM masih tetap dipertahankan untuk selanjutnya.”1[1]
A. Fungsi Guru Dalam Proses Mengajar Belajar
Pada asasnya, fungsi atau peran penting guru dalam PMB ialah sebagai
“director of learning” (direktur belajar). Artinya, setiap guru diharapkan
untuk pandai-pandai mengarahkan kegiatan belajar siswa agar mencapai
keberhasilan belajar (kinerja akademik) sebagaimana yang telah ditetapkan
dalam sasaran kegiatan PMB. Dengan demikian, semakin jelaslah bahwa
peranan guru dalam dunia pendidikan modern seperti sekarang ini semakin
meningkat dari sekadar pengajar menjadi direktur belajar. Konsekuensinya,
tugas dan tanggung jawab guru pun menjadi lebih kompleks dan berat pula.
Perluasan tugas dan tanggung jawab guru tersebut membawa konsekuensi
timbul fungsi-fungsi khusus yang menjadi bagian integral (menyatu) dalam
kompetensi profesionalisme keguruan yang disandang oleh para guru.
Menurut Gagne, seperti dikutip Muhibbin Syah, setiap guru berfungsi
sebagai:
1. Designer of instruction (perancang pengajaran);
2. Manager of instruction (pengelola pengajaran);
3. Evaluator of student learning (penilai prestasi belajar siswa).
a.

Guru sebagai Designer of Instruction
Guru sebagai designer of instruction (perancang pengajaran). Fungsi ini
menghendaki guru untuk senantiasa mampu dan siap merancang kegiatan
mengajar-belajar yang berhasil guna dan berdaya guna.
Untuk merealisasikan fungsi tersebut, maka setiap guru memerlukan
pengetahuan yang memadai mengenai prinsip-prinsip belajar sebagai dasar
dalam menyusun rancangan kegiatan mengajar-belajar. Rancangan tersebut
sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai berikut.
1. Memilih dan menentukan bahan pelajaran;
2. Merumuskan tujuan penyajian bahan pelajaran;
3. Memilih metode penyajian bahan pelajaran yang tepat;
4. Menyelenggarakan kegiatan evaluasi.

b.

Guru sebagai Manager of Instruction
Guru sebagai Manager of Instruction, artinya sebagai pengelola
pengajaran. Fungsi ini menghendaki kemampuan guru dalam mengelola
(menyelenggarakan dan mengendalikan) seluruh tahapan proses mengajarbelajar. Di antara kegiatan-kegiatan pengelolaan proses mengajar-belajar,
yang terpenting ialah menciptakan kondisi dan situasi sebaik-baiknya,
sehingga memungkinkan para siswa belajar secara berdayaguna dan
berhasilguna.
Selain itu, kondisi dan situasi tersebut perlu diciptakan sedemikian rupa agar
proses komunikasi baik dua arah maupun multiarah antara guru dengan
1

siswa dalam PBM dapat berjalan secara demokratis. Alhasil, baik guru
sebagai pengajar maupun siswa sebagai pembelajar dapat memainkan
peranan masing-masing secara integral dalam konteks komunikasi
instruksional yang kondusif (yang membuahkan hasil).
c. Guru sebagai Evaluator of Student Learning
Guru sebagai evaluator of student learning, yakni sebagai penilai hasil
belajar siswa. Fungsi ini menghendaki guru untuk senantiasa mengikuti
perkembangan taraf kemajuan prestasi belajar atau kinerja akademik siswa
dalam setiap kurun waktu pembelajaran.
Pada asasnya, kegiatan evaluasi prestasi belajar itu seperti kegiatan belajar
itu sendiri, yakni kegiatan akademik yang memerlukan kesinambungan.
Evaluasi, idealnya berlangsung sepanjang waktu dan fase kegiatan belajar.
Artinya, apabila hasil evaluasi tertentu menunjukkan kekurangan, maka
siswa yang bersangkutan diharapkan merasa terdorong untuk melakukan
kegiatan belajar perbaikan (relearning). Sebaliknya, apabila evaluasi tertentu
menunjukkan hasil yang memuaskan, maka siswa yang bersangkutan
diharapkan termotivasi untuk meningkatkan volume kegiatan belajarnya
agar materi pelajaran lain yang lebih kompleks dapat pula dikuasai.
Selanjutnya, informasi dan data kemajuan akademik yang diperoleh guru
dari kegiatan evaluasi (khususnya evaluasi formal) seyogianya dijadikan
feed back (umpan balik) untuk melakukan penindaklanjutan proses
mengajar-belajar. Hasil kegiatan evaluasi juga seyogianya dijadikan pangkal
tolak dan bahan pertimbangan dalam memperbaiki atau meningkatkan
penyelenggaraan PMB pada masa yang akan datang. Dengan demikian,
kegiatan mengajar-belajar tidak akan statis, tetapi terus meningkat hingga
mencapai puncak kinerja akademik yang sangat memuaskan.2[2]
Fungsi utama evaluasi dalam kelas adalah untuk menentukan hasil-hasil
urutan pengajaran. Hasil-hasil dicapai langsung bertalian dengan
penguasaan tujuan-tujuan yang menjadi target. Selain dari itu, evaluasi juga
berfungsi menilai unsur-unsur yang relevan pada urutan perencanaan dan
pelaksanaan pengajaran.3[3]
Guru sebagai evaluator, maka fungsi guru adalah menilai
perkembangan hasil belajar siswa. Guru karena tanggung jawabnya
berkewajiban untuk mengetahui perkembangan belajar siswa melalui
proses penilaian, sehingga siswa yang belum berhasil, perlu dibantu dan
dicari cara-cata yang tepat dalam mengatasi kesulitan belajarnya sehingga
hasil belajar mereka meningkat.
Kesulitan belajar yang dialami oleh siswa bisa berasal dari kemampuan
akademiknya seperti lamban dalam menangkap pelajaran, dan bisa juga
berasal dari cara-cara mengajar guru yang kurang profesional. Hasil belajar
siswa rendah mungkin disebabkan strategi dan metode mengajar guru yang
kurang tepat. Guru dalam mengajar tidak memberikan contoh-contoh yang
kongrit yang mudah difahami oleh siswa misalnya contoh yang berasal dari
2
3

kehidupan siswa sehari-hari. Guru mengajar tidak menggunakan alat peraga
atau media yang tidak sesuai dengan materi pelajaran yang diajarkan. Guru
tidak memberikan latihan atau pekerjaan rumah kepada siswa baik dalam
bentuk tugas individual maupun tugas kelompok untuk mendorong siswa
belajar mendalami materi pelajaran yang sudah disampaikan oleh guru di
kelas.
Guru bisa mengevaluasi ketidak berhasilan siswa dalam belajar melalui
kegagalannya dalam menerapkan startegi dan metode mengajar dikelas
melalui proses indentifkasi masalah yang dirasakan oleh guru melalui
refleksi diri sepanjang proses pembelajaran yang dilakukannya di kelas.
Berdasarkan evaluasi diri ini guru dapat memperbaiki
program
pembelajaran yang dirancangnya dan menerapkannya dalam proses
pembelajaran di kelas. Guru dapat melakukan evaluasi kemball apakah
program pembelajaran yang sudah diperbaikinya dan dilaksanakannya di
kelas itu telah berhasil, melalui hasil evaluasinya terhadap kemajuan belajar
siswa. Bilamana guru mampu menjalankan fungsinya, sebagaimana
diuraikan di atas, maka dapatlah diharapkan bahwa proses pendidikan yang
dilakukan oleh guru di sekolah akan mampu menghasilkan siswa-siswa yang
berprestasi, educated dan bermoral.
Selain fungsi-fungsi di atas, Sardiman A.M. (2001) merinci fungsi-fungsi guru
sebagai berikut:
a. Sebagai Informator,
Artinya guru sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium, studi
lapangan dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum. Dalam
pada itu berlaku teori komunikasi:
- teori stimulus respon
- teori dissonance-reduction
- teori pendekatan funsional
b. Sebagai Organisator,
Guru sebagai organisator, pengelola kegiatan akademik, sylabus, workshop,
jadwal pelajaran dan lain-lain. Komponen-komponen yang berkaitan dengan
kegiatam PMB, semua diorganisasikan sedemikian rupa, sehingga dapat
mencapai efektiftas dan efsiensi dalam belajar pada diri peserta didik.
c. Sebagai motivator,
Peranan guru sebagai motivator ini penting artinya dalam rangka
meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar peserta
didik. Guru harus dapat merangsang dan memberikan dorongan serta
reinforcement
untuk
mendinamisasikan
potensi
peserta
didik,
menumbuhkan swadaya (aktiftas) dan daya cipta (kreatiftas), sehingga
akan terjadi dinamika di dalam proses belajar mengajar.
Sebagai motivator, maka fungsi guru adalah memberikan surport kepada siswa-siswa agar
belajar dengan sungguh-sungguh demi masa depannya. Guru memberikan penguat baik yang
bersifat positif (Positive Reinforcement) maupun yang bersifat negatif (Negative
Reinforcement). Penguat positif berupa pemberian pujian dan hadiah terhadap siswa. Siswa yang

berperestasi baik diberikan hadiah sebagai penghargaan atas usahanya. Sedangkan siswa yang
berprilaku baik diberikan pujian, sehingga dengan demikian pada diri siswa tertanam nilai
prilaku untuk berbuat baik. Penguat negatif berupa hukuman (Punishment) ataupun pembatalan
terhadap sesuatu yang telah diberikan ( Ekstention). bilamana siswa melakukan prilaku-prilaku
yang menyimpang dalam belajar seperti menyontek, tidak mengerjakan tugas yang diberikan
guru, maka guru perlu memberikan hukuman agar prilaku itu tidak diulangi lagi. Sedangkan
pembantalan adalah penarikan kembali suatu penghargaan atau keputusan yang telah diberikan
kepada siswa karena mengetahui apa yang dilakukan siswa tersebut ternyata tidak benar.
Sebagai contoh misalnya membatalkan hasil ujian yang telah diumumkan karena mengetahui
bahwa ternyata siswa bekerja sama dalam menjawab soal ujian tersebut.
Sebagai pemicu guru harus mampu melipat gandakan potensi siswa dan mengembangkannya
sesuai dengan aspirasi dan cita-cita mereka di masa yang akan datang. Hal ini sangat penting
karena guru sangat berperan dalam membantu perkembangan siswa untuk mewujudkan tujuan
hidupnya secara optimal.
d. Sebagai pengarah/ direktor,
Jiwa kepemimpinan bagi guru dalam peranan ini lebih menonjol. Guru dalam
hal ini harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa
sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
e. Sebagai Inisiator,
Guru dalam hal ini sebagai pencetus ide-ide dalam proses belajar. Sudah
barang tentu ide-ide itu ide-ide kreatif yang dapat dicontoh oleh anak
didiknya.
f. Sebagai Transmitter,
Dalam kegiatan belajar guru juga akan
kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan.

bertindak

selaku

penyebar

g. Sebagai Fasilitator,
Guru dalam hal ini akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses
mengajar belajar, misalnya saja dengan menciptakan suasan kegiatan
belajar yang sedemikian rupa, serasi dengan perkembangan peserta didik,
sehingga interaksi belajar- mengajar akan belangsung secara efektif.
Guru sebagai fasilitator sedikitnya harus memiliki tujuh sikap sebagai
berikut :
1. Tidak berlebihan mempertahankan pendapat dan keyakinannya atau kurang
terbuka.
2.
Dapat lebih mendengarkan siswa terutama tentang aspirasi dan
perasaannya.
3. Mau dan mampu menerima ide siswa yang ionovatif dan kereatif, bahkan
yang sulit sekalipun.
4. Lebih meningkatkan perhatiannya terhadap hubungan dengan siswa seperti
halnya terhadap bahan pelajaran.
5. Dapat menerima balikan baik yang sifatnya positif maupun nagtif dan
menerimanya sebagai pandangan yang konstruktif terhadap diri dan
prilakunya.

6.

Toleransi terhadap kesalahan yang diperbuat siswa selama proses
pembelajaran dan
7. Menghargai siswa meskipun biasanya mereka sudah tahu prestasi yang
dicapainya.
h. Sebagai Mediator,
Guru sebagai mediator dapat diartikan sebagai penengah dalam kegiatan
belajar peserta didik. Misalnya menengahi atau memberikan jalan keluar
kemacetan dalam kegiatan diskusi siswa. Bisa juga diartikan sebagai
penyedia media. Bagaimana cara memakai dan mengorganisasikan
penggunaan media.
i. Sebagai Evaluator4[4]
Hal ini sama dengan pembahasan di atas.
B.

Posisi Guru dalam Proses Mengajar-Belajar
Menurut Claife (1976), guru adalah: ...an authority in the disciplines
relevant to education, yakni pemegang hak otoritas atas cabang-cabang
ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pendidikan. Walaupun begitu,
tugas guru tentu tidak hanya menuangkan ilmu pengetahuan ke dakam otak
para siswa, tetapi juga melatih keterampilan (ranah karsa) dan menanamkan
sikap serta nilai rasa (ranah rasa) kepada mereka (Daradjat, 1982).
Sehubungan dengan hal itu, rangkaian tujuan dan hasil yang harus dicapai
guru terutama ialah membangkitkan kegiatan belajar siswa. Dengan
kegiatan siswa diharapkan berhasil mengubah tingkah lakunya sendiri ke
arah yang lebih maju dan positif. Selanjutnya , untuk memperjelas uraian
mengenai posisi guru tadi, berikut ini penulis sajikan sebuah model.
Model Posisi Guru dalam PMB
Peserta didik
belajar
Perubahan positif tingkah laku
Kognitif, afektif, dan psikomotor
Peserta didik
Guru
Mengajar
hasil

hasil

Model ini menunjukkan bahwa kegiatan belajar siswa merupakan akibat
atau hasil kegiatan guru mengajar dalam konteks PBM. Namun demikian,
tidak tertutup kemungkinan adanya proses belajar siswa tanpa melibatkan
4

kegiatan guru, misalnya belajar di luar konteks PMB atau ketika siswa
melakukan apa yang disebut everyday learning (Biggs, 1991). Artinya, setiap
guru mengajar selalu membutuhkan murid belajar, tetapi tidak semua murid
belajar membutuhkan guru mengajar.5[5]
BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Fungsi guru dalam proses mengajar belajar dipengaruhi oleh perubahan
paradigma tentang pembelajaran itu sendiri. Dari tradisional ke arah
modern. Dari teacher centre ke student centre. Fungsi guru awalnya sebagai
transfer pengetahuan menjadi memfasiltasi peserta didik dalam menggali
potensi peserta didik.
2. Dengan adanya perubahan paradigma tersebut maka fungsi guru semakin
beragam diantaranya sebagai berikut:
a. Guru sebagai Designer of Instruction
Guru sebagai designer of instruction (perancang pengajaran). Fungsi ini
menghendaki guru untuk senantiasa mampu dan siap merancang kegiatan
mengajar-belajar yang berhasil guna dan berdaya guna.
b. Guru sebagai Manager of Instruction
Guru sebagai Manager of Instruction, artinya sebagai pengelola pengajaran.
Fungsi
ini
menghendaki
kemampuan
guru
dalam
mengelola
(menyelenggarakan dan mengendalikan) seluruh tahapan proses mengajarbelajar.
c. Guru sebagai Evaluator of Student Learning
Guru sebagai evaluator of student learning, yakni sebagai penilai hasil belajar
siswa. Fungsi ini menghendaki guru untuk senantiasa mengikuti
perkembangan taraf kemajuan prestasi belajar atau kinerja akademik siswa
dalam setiap kurun waktu pembelajaran.
3. Disamping fungsi-fungsi di atas guru juga mempunyai fungsi sebagai
informator, organisator, motivator, direktor, inisiator, transitter, fasilitator,
mediator, evaluator, dan masih banyak lagi fungsi-fungsi lainnya. Bahkan
dalam pendidikan Islam yang sangat penting adalah guru sebagai teladan,
panutan (Uswatun Hasanah) yang dalam istilah lain sebagai model terutama
dalam sikap atau perilaku kehidupan sehari-hari. Lihat dalam Zakiyah
Daradjat, Ahmad Tafsir dan tokoh-tokoh pendidikan lainnya
4.

Posisi guru dalam PMB pemegang hak otoritas atas cabang-cabang ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan pendidikan. Walaupun begitu,
tugas guru tentu tidak hanya menuangkan ilmu pengetahuan ke dakam otak
para siswa, tetapi juga melatih keterampilan (ranah karsa) dan menanamkan
sikap serta nilai rasa (ranah rasa) kepada mereka .
5

DAFTAR PUSTAKA
Endin Nasrudin, (2008), Psikologi Pembelajaran, Sukabumi: STAI Sukabumi
Publishing.
Muhibbin Syah, (2010) Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Oemar Hamalik,( 2001) Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Bumi Aksara
Sardiman A.M., (2001) Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Udin S. Winata Putra, (2008), Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Universitas Terbuka.
Zakiah daradjat, (1982), Kepribadian Guru, Jakarta: Bulan Bintang

GURU SEBAGAI DESIGNER OF INSTRUCTION (PERANCANG
PENGAJARAN)
GURU SEBAGAI DESIGNER OF INSTRUCTION
(PERANCANG PENGAJARAN)

OLEH : PRIYONO, SH
Waka Kurikulum SMP Al Islam Cipari

Menurut Ary H Gunawan guru adalah seorang administrator, informator, konduktor
dan sebagainya, dan harus berkelakuan menurut harapan masyarakatnya. Sikap perbuatan dan
kepribadian seorang guru sangat besar sekali pengaruhnya terhadap kondisi kelas atau
sekolah. Guru dituntut harus dapat menciptakan kebebasan terbaik bagi peserta didik untuk
dapat mengeluarkan buah pikiran dan mengembangkan kreatifitas siswa. Guru juga harus

dapat menciptakan pagar pembatas kebebasan siswa dalam rangka pembinaan dan
pengembangan kepribadian peserta didik.
Peran guru harus dapat mengadministrasikan kegiatannya, memberikan informasi
yang diperlukan oleh peserta didik, mengatur proses transfers keilmuan, dan kegiatan-kegiatan
lainnya terkait dengan tugas pokoknya untuk mendidik siswa. Begitu kompleks dan beragamnya
tanggung jawab seorang guru sebagai subyek pemberi materi keilmuan atau pendidik sekaligus
pembangun dan pencetak generasi penerus bangsa, sehingga menjadi suatu keharusan bagi
seorang guru untuk bertingkah laku baik terpuji, dan memiliki moralitas yang tinggi demi masa
depan bangsa dan Negara tercinta.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua tahun 1991 guru diartikan
sebagai oarng yang pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar. Dan dilengkapi oleh
Muhibbin Syah, M.ED, bahwa yang disebut sebagai guru adalah tenaga pendidik yang tugas
utamanya mengajar, dalam arti mengembangkan ranah cipta, rasa dan karsa siswa sebagai
implementasi konsep mendidik. Tetapi manakala ditelaah dengan lebih teliti, bahwa fungsi dan
peranan seorang guru dalam kegiatan belajar mengajar adalah sebagai director of learning
(direktur belajar). Disini guru harus dapat membimbing dan mengarahkan peserta didik untuk
tercapainya kinerja akademik sesuai dengan prosesnya dan mampu memenuhi tujuan-tujuan
yang menjadi target dan yang telah ditetapkan sebelumnya. Sehingga jelas terlihat bahwa
fungsi dan peran guru bukan hanya sebagai pengajar saja tetapi sekaligus sebagai direktur
belajar.
Sebagai seorang direktur belajar, guru harus mampu mengarahkan subyek dan obyek
kenirja akademik agar tepat sasaran sehingga tujuan belajar yang dicanangkan dapat tercapai
dengan baik. Bahkan menurut Cagne fungsi guru lebih luas lagi, yaitu meliputi hal-hal sebagai
berikut :

1. Designer of instruction (perancang pengajaran).
2. Manager of instruction (pengelola pengajaran).
3. Evaluator of student learning (penilaian pretasi belajar siswa).
Pada tulisan ini hanya mengupas dan menyajikan secara singkat dan sederhana
mengenai fungsi guru sebagai Designer of instruction (perancang pengajaran) saja, yaitu
dengan mengacu kepada standar baku yang telah digariskan oleh pemerintah. Kita maklumi
bersama bahwa peraturan-peraturan yang melingkupi dunia pendidikan saat ini begitu dinamis
dan sangat cepat sekali berubah. Hampir banyak hal belum sepenuhnya dipahami, tetapi telah
diikuti oleh perubahan-perubahan yang telah ditetapkan oleh para stakeholders di bidang
pendidikan. Sehingga menjadi sangat penting sekali bagi seorang guru untuk selalu mengikuti
dan meneliti perkembangan dunia pendidikan dengan segala macam dinamisasinya. Salah satu
contohnya adalah kasus ujian nasional saat sekarang yang masih menjadi silang sengketa dan
yang masih menjadi obyek pemberitaan sekaligus obyek untuk meraup keuntungan oleh pihakpihak tertentu.
Tetapi guru adalah orang yang harus selalu siap menerima titah demi nasib bangsa
tercinta ini. Polemik yang ada biarlah menjadi pemikiran orang-orang yang ahli di bidangnya,
sementara tugas utama guru adalah mengajar dan mendidik anak bangsa dengan sebaik-baik
menurut segala macam peraturan yang mengaturnya. Posisi guru menjadi sangat fundamental
sekali bagi kepentingan perubahan situasi kondisi suatu bangsa, yaitu memberikan suatu
perubahan dan perkembangan secara pasti melalui tahapan-tahapan pendidikan yang mampu
untuk membekali anak bangsa dengan segala sesuatu yang memang dibutuhkan untuk
kelangsungan hidup suatu bangsa.
Untuk dapat menjadi seorang Designer of instruction (perancang pengajaran), seorang
guru terlebih dahulu harus memiliki pengetahuan yang cukup memadai tentang segala sesuatu
yang terkait dengan prinsip-prinsip belajar. Memahami materi, memahami karakter peserta

didik, memahami situasi dan kondisi, memahami sarana dan prasarana yang tersedia, atau halhal lainnya yang terjadi disekitar tempat guru bekerja.
Secara keilmuan suatu desian pengajaran atau rancangan belajar baru dapat diangap
baik apabila didalam rancangan tersebut termuat ketentuan-ketentuan tentang : pemilihan dan
penentuan bahan pelajaran, perumusan penyajian bahan pelajaran, pemilihan metode
penyajian bahan pelajaran yang tepat dan adanya penyelenggaraan kegiatan evaluasi prestasi
belajar yang cukup memadai dan sesuati standar. Kesemua unsure tersebut harus menyatu
utuh dalam satu kesatuan yang saling mendukung saling mengisi satu sama lainnya untuk
mencapai suatu bentuk kesempurnaan penyajiannya. Kesempurnaan yang terbentuk inilah
yang akan dapat diterjemahkan oleh para guru untuk dapat memberikan materi keilmuaan yang
tepat sasaran dan yang sama persis meskipun diberikan oleh guru yang berbeda-beda.
Pada masa sekarang peran guru sebagai seorang designer of instruction (perancang
pengajaran) dapat ditelusuri pada kelihaian dan keahlian seorang guru dalam membuat dan
menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Rencana pelaksanaan pembelajaran ini
merupakan suatu desain pembelajaran atau skenario proses kegiatan belajar mengajar di kelas
sekaligus merupakan suatu manifestasi yang nyata bagi keberhasilan guru dalam merancang
suatu system pengajaran yang akan diberikan kepada peserta didik. Bahkan saat sekarang,
menurut penulis, penilaian baik buruknya kinerja seorang guru yang dilakukan oleh atasannya
cenderung lebih melihat kepad