Pendidikan dan Kesehatan Dalam Pembangun

Pendidikan dan Kesehatan dalam Pembangunan Ekonomi

Oleh : Muhammad Hanif Hidayat
120210120061

Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Padjajaran
2014

 Peran Sentral Pendidikan dan Kesehatan
Pendidikan dan kesehatan merupakan tujuan pembangunan yang mendasar
terlepas dari hal-hal yang lain. Kesehatan merupakan inti dari kesejahteraan dan
pendidikan adalah hal yang pokok untuk menggapai kehidupan yang memuaskan dan
berharga, keduanya adalah hal yang fundamental untuk membentuk kapabilitas
manusia yang lebih luas dan berada pada inti makna pembangunan. Pada saat yang
sama, pendidikan memainkan peran kunci dalam membentuk kemampuan sebuah
negara untuk menyerap teknologi modern dan untuk mengembangkan kapasitas agar
tercipta pertumbuhan serta pembangunan yang berkelanjutan. Lebih jauh lagi,
kesehatan

merupakan


prasyarat

bagi

peningkatan

produktivitas,

sementara

keberhasilan pendidikan juga bertumpu pada kesehatan yang baik. Oleh karenanya
kesehatan dan pendidikan juga dapat dilihat sebagai komponen pertumbuhan dan
pembangunan yang vital sebagai input produksi agregat. Peran gandanya sebagai input
maupun output menyebabkan kesehatan dan pendidikan sangat penting dalam
pembangunan ekonomi.
Tidak ada seorang pun di dunia ini yang berani menolak dasar pertimbangan
mengapa sektor pendidikan menjadi sektor unggulan. Tony Blair, ketika menjadi
perdana menteri Kerajaan Inggris, menyatakan dengan tegas tentang pentingnya
pendidikan dengan menegaskan: ”pendidikan, pendidikan, dan pendidikan”. We

cannot discuss the third millennium (the 21st century) without taking education into
account”. Bahkan dari sisi lain komponen penting pendidikan, mantan Menteri
Pendidikan, Daud Yusuf, menegaskan bahwa di dunia ini hanya ada dua profesi, yakni
guru dan bukan guru.
Untuk ini, Indonesia lebih spesial lagi, karena dalam konstitusinya telah
ditegaskan bahwa anggaran pendidikan minimal 20%, baik dari APBN maupun APBD.
Ketentuan ini pun lebih ditegaskan lagi dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional bahwa anggaran 20% itu tidak termasuk anggaran untuk
gaji guru dan tenaga kependidikan. Mengapa sektor pendidikan ini menjadi sangat
penting dan menjadi sektor unggulan dalam pembangunan nasional suatu negara,
termasuk bagi suatu daerah otonom. Pertama, hasil (outcome) pendidikan memiliki

dampak yang besar terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) di
suatu daerah atau negara. Pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam berbagai bidang
kehidupan, baik ideologi, politik, sosial, ekonomi, dan budaya, amat tergantung dari
hasil pendidikan yang berkualitas. Kesadaran tentang pentingnya menjaga kesehatan,
sebagai contoh, merupakan hasil kerja pendidikan. Dengan demikian, kegiatan
sosialisasi tentang pentingnya menjaga kesehatan tidak perlu banyak dilakukan oleh
kementerian kesehatan jika proses pendidikan telah berhasil membentuk pengetahuan,
sikap, dan keterampilan tentang kesehatan. Dampak langsung maupun tidak langsung

juga berlaku terhadap sektor-sektor pembangunan yang lainnya, termasuk sektor yang
selama ini dinilai paling penting, yakni sektor ekonomi.Pembangunan sektor
pendidikan akan meningkatkan produktivitas dan daya saing suatu bangsa.
Peningkatan produktivitas mempunyai kaitan erat dengan pertumbuhan ekonomi suatu
negara atau daerah. Tingkat rata-rata pendidikan masyarakat mempunyai korelasi yang
berbading lurus dengan tingkat ekonomi masyarakat. Makin tinggi tingkat pendidikan
masyarakat, akan makin tinggi pula peran serta masyarakat, termasuk wanitanya.
Dengan demikian, makin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, makin tinggi pula
produktivitas masyarakat. Dengan kata lain, makin tinggi tingkat pendidikan
masyarakat, makin tinggi pula income perkapita masyarakat. Dengan demikian, sekali
lagi pembangunan sektor pendidikan akan mengangkat secara langsung ataupun tidak
langsung sektor ekonomi. Jika sektor ekonomi saja banyak didukung oleh sektor
pendidikan, apakah lagi dengan sektor-sektor lainnya.
Kedua, hasil pembangunan sektor pendidikan yang diharapkan adalah dari
perubahan sikap mental masyarakat, katakanlah misalnya dalam bidang kesehatan.
Pendidikan yang baik pada hakikatnya akan mengubah sikap mental atau kesadaran
masyarakat terhadap pentingnya menjaga kesehatan, misalnya termasuk tentang
bahaya narkoba dan bahkan bahaya HIV dan AIDS. Sebagai contoh, di Zambia, remaja
usia 15 sampai 19 tahun yang telah menerima pendidikan menengah, memiliki
kemungkinan kecil terjangkit virus AIDS daripada mereka yang kurang berpendidikan

(UNESCO). Contoh lain, tingkat pendidikan yang tinggi dalam masyarakat akan
berpengaruh secara signifikan terhadap upaya pengendalian laju pertambahan
penduduk. Peningkatan rata-rata pendidikan masyarakat akan meningkatkan rata-rata
usia kawin, dan dengan demikian akan menekan angka kelahiran, dan pada gilirannya
akan menekan angka pertambahan penduduk di suatu negara. Dengan demikian,

pembangunan sektor pendidikan akan berpengaruh sangat positif terhadap sektorsektor lain.

 Investasi dalam Bidang Pendidikan dan Kesehatan: Pendekatan
Modal Manusia
Analisis atas investasi dalam bidang kesehatan dan pendidikan menyatu dalam
pendekatan modal manusia. Modal manusia (human capital) adalh istilah yang sering
digunakan oleh para ekonom untuk pendidikan,kesehatan dan kapasitas manusia yang
lain yang dapat meningkatkan produktivitas jika hal-hal tersebut ditingkatkan.Sebuah
analogi terhadap investasi konfensional dalam modal fisik telah dibuat:setelah investasi
awal dilakukan,maka dapat dihasilakan suatu aliran penghasilan masa depan dari
perbaikan pendidikan dan kesehatan. Akibatnya suatu tingkat pengembalian (rate of
return) dapt diperoleh dan dibandingkan dengan pengembalian dari investasi yang
lain.Hal ini dilakukan dengan cara memperkirakan nilai diskonto sekarang dari aliran
pendapatan yang meningkat yang mungkin di hasilkan dari investasi-investasi ini akan

kemudian membandingkannya dengan biaya langsung dan tidak langsungnya. Tentu
saja, pendidikan dan kesehatan juga berkontribusi langsung terhadap kesejahteraan,
namun pendekatan modal manusia berfokus pada kemampuan tidak langsung untuk
meningkatkan utilitas dengan meningkatkan pendapatan. Pada bagian ini kita secara
umum akan mengambarkan beberapa poin yang berkaitan dengan investasi di bidang
pendidikan, namun prinsip yang sama juga berlaku untuk investasi di bidang
kesehatan.
Bagi seseorang di negara berkembang yang memutuskan untuk melanjutkan
pendidikan ketingkat atas akan mengorbankan 4 tahun pendapatan yang tidak akan di
perolehnya karena bersekolah. Hal ini adalah biaya tidak lansgung, anak tersebut dapat
saja bekerja separuh waktu. Namun kemungkinan itu diabaikan disini untuk
menyederhanakan. Jika anak itu bekerja secara paruh waktu, maka hanya sebagian dari
daerah biaya tidak langsung yang berlaku. Disamping itu, juga terdapat biaya lansung
seperti; biaya sekolah, seragam sekolah dan pengeluaran lain yang tidak akan
dikeluarkan jika anak tersebut tidak melanjutkan sekolah begitu lulus dari sekolah
dasar. Selama sisa hidupnya, dia akan berpenghasilan yang lebih besar, dibandingkan

bekerja dengan berbekal ijazah SD.

 Masalah-masalah yang Terdapat di Negara Berkembang

1.

Buruh Anak-anak
Buruh anak-anak adalah fenomena yang meluas di negara berkembang. Apabila

anak-anak berusia kurang dari 14 tahun terpaksa bekerja maka waktu mereka untuk
bersekolah juga akan berkurang. Hal ini juga diperparah dengan kenyataan bahwa
tingkat kesehatan buruh anak-anak lebih rendah dibandingkan tingkat kesehatan anak –
anak yang tidak bekerja meskipun mereka sama-sama berasal dari keluarga miskin.
Dan pada faktanya anak-anak tersebut bekerja pada situasi dan kondisi yang kejam
serta eksploitatif. Meskipun demikian, tidak jelas bahwa larangan bekerja pada buruh
anak-anak adalah hal yang paling tepat.
Untuk melihat mengenai buruh anak kita akan melihat berdasarkan dua asumsi,
yang pertama adalah melihat dari keluarga yang berkecukupan yang tidak menyuruh
anaknya untuk bekerja sedangkan asumsi kedua adalah keluarga miskin yang anaknya
harus ikut bekerja karena dengan bekerja maka kebutuhan gizi sedikit terpenuhi
dengan berpenghasilan meskipun mereka harus merelakan diri untuk tidak bersekolah.
Buruh anak-anak sebagai ekuilibrium yang buruk

Kurva penawaran tenaga kerja dewasa AA’ adalah jumlah orang dewasa yang

tidak terlatih. Jika upahnya turun sampai Wh maka sejumlah keluarga miskin akan
lebih banyak meminta anaknya untuk bekerja. Jika upah terus turun, maka upah akan
sampai pada titik Wl sehingga akan terjadi geseran sebesar S dan kurva penawaran
bergeser pada garis TT’ yang merupaka kurva penawaran tenaga kerja agregat dari
semua orang dewasa dan anak-anak.
Terdapat empat pendekatan utama atas kebijakan mengenai buruh anak-anak
yang berlaku, yaitu:
a.

Memandang buruh anak-anak sebagai cerminan dari kemiskinan dan
merekomendasikan penekanan pada penanggulangan kemiskinan dan
bukan penanganan masalah buruh anak-anak secara langsung.

b.

Menekankan strategi yang mengupayakan agar lebih banyak anak-anak
yang bisa bersekolah, termasuk pembangunan sekolah-sekolah baru di
kawasan pedesaan.

c.


Menganggap bahwa buruh anak-anak tidak bias dicegah, paling tidak
dalam jangka pendek, dan lebih menekankan pada ukuran-ukuran yang
meringankan seperti peraturan yang dapat mencegah penganiayaan anak
dan memberikan berbagai pelayanan pendukung anak-anak yang bekerja.
Mendukung pelarangan buruh anak-anak.

2.

Kesenjangan Gender: Wanita dan Pendidikan
Mengapa pendidikan kaum wanita begitu penting? Apakah ini hanya masalah

pemerataan? Jawabannya adalah sekarang terdapat cukup banyak bukti empiris yang
menyatakan bahwa diskriminasi pendidikan terhadap kaum wanita menghambat
pembangunan ekonomi disamping memperburuk ketimpangan sosial. Mempersempit
kesenjangan gender dalam pendidikan dengan memperluas kesempatan pendidikan
bagi kaum wanita sangat menguntungkan secara ekonomis karena empat alasan.
I.

Rate of return dari pendidikan kaum wanita lebih tinggi daripada tingkat

pengembalian pendidikan pria dikebanyakan negara berkembang

II.

Peningkatan

pendidikan

kaum

wanita

tidak

hanya

menaikkan

produktivitasnya di lahan pertanian dan di pabrik, tetapi meningkatkan
juga partisipasi tenaga kerja, pernikahan yang lebih lambat, fertilitas yang

rendah, dan perbaikan kesehatan serta gizi anak-anak

III.

Kesehatan dan gizi anak-anak yang lebih baik serta ibu yang lebih
terdidik akan memberikan dampak pengganda (multiplier effect) terhadap
kualitas anak bangsa selama beberapa generasi yang akan datang.

IV.

Karena kaum wanita memikul beban terbesar dari kemiskinan dan
kelangkaan lahan garapan yang melingkupi masyarakat di negara
berkembang.

3.

Sistem Pendidikan dan Pembangunan
Sebagian besar kepustakaan dan diskusi yang dilakukan masyarakat mengenai

pendidikan dan pembangunan ekonomi pada umumnya, serta tentang pendidikan dan

kesempatan kerja pada khususnya, berputar di sekitar dua proses ekonomi yang
fundamental yakni:


Interaksi antara permintaan yang bermotivasi ekonomis dan penawaran
yang bermotivasi politik sebagai tanggapannya dalam menentukan
berapa banyak sekolah yang akan didirikan, siapa saja yang akan
mendapatkannya, dan instruksi macam apa yang akan mereka terima.



Pentingnya selisih antara manfaat dan biaya-biaya baik yang berskala
individual maupun sosial dari masing-masing tingkat pendidikan. Serta
segenap implikasi yang ditimbulkan oleh selisih-selisih tersebut
terhadap strategi investasi di bidang pendidikan.

 Penawaran dan Permintaan Pendidikan: Hubungan Antara Kesempatan Kerja
dan Permintaan Pendidikan
Faktor penentu dari sisi permintaan terhadap pendidikan menjadi jauh lebih penting
daripada faktor –faktor penentu di sisi penawarannya. Dari sisi permintaannya, ada dua
hal yang paling berpengaruh terhadap jumlah atau tingkat pendidikan yang diinginkan,
yaitu:
1) Harapan bagi seorang siswa yang lebih terdidik untuk mendapatkan pekerjaan
dengan penghasilan yang lebih baik pada sektor modern di masa yang akan
datang (hal ini merupakan manfaat pendidikan individual/private benefit of
education).

2) Biaya-biaya pendidikan baik bersifat yang langsung maupun tidak langsung,
yang harus di keluarkan atau ditanggung oleh siswa, dalam hal ini kita tahu
bahwa permintaan terhadap pendidikan ini merupakan suatu bentuk permintaan
tidak langsung (derived demand)
Distribusi pendidikan dapat dilihat dari kurva lorenz untuk distribusi pendidikan yang
menggambarkan ketimpangan pendidikan dan kemiskinan:

Manfaat sosial pendidikan (social benefit of education) yakni manfaat dari pendidikan
bagi masyarakat secara keseluruhan, jauh lebih kecil dibandingkan dengan manfaat
individual. Setiap situasi yang memperburuk kesempatan kesempatan kerja segera
akan menaikan prmintaan terhadap pendidikan formal pada segala tingkatan.
Sebagai akibat dari terus berkembangnya fenomena negatif pengutamaan ijazah atau
sertifikasi pendidikan (eduacational certification), orang-orang yang karena
bermacam-macam alasan tidak dapat melanjutkan pendidikan akan berada dalam
golongan orang-orang putus sekolah atau tidak berpendidikan yang pada akhirnya
sangat sulit mendapatkan pekerjaan formal.

 Manfaat Biaya Sosial versus Manfaat Biaya Individual

Daya tarik pendidikan tinggi yang sangat besar sebenarnya menimbulkan jauh
lebih banyak biaya daripada yang tersimpul melalui gambaran sederhana tersebut. Hal
itu akan mudah di pahami jika kita tidak hanya menyoroti biaya individual saja tetapi
juga biaya-biaya pendidikan secara sosial (social cost of education), yaitu biaya
oportunitas yang harus ditanggung oleh masyarakat seluruhnya sebagai akibat dari
adanya kebutuhan masyarakat tersebut untuk membiayai perluasan pendidikan yang
lebih tinggi dan mahal, dengan dana yang mungkin akan menjadi lebih produktif
apabila digunakan pada sektor-sektor ekonomi yang lain. Semetara itu, biaya-biaya
pendidikan individual (private cost of education), yakni biaya yang harus
ditanggung oleh si anak didik dan keluarganya sendiri justru akan meningkat secara
lebih lambat atau bahkan bisa jadi akan mengalami penurunan.

Jurang kesenjangan yang semakin melebar antara biaya individual dengan biaya
sosial akan lebih memacu tingkat permintaan atas pendidikan tinggi. Akibatnya tingkat
permintaan masyarakat akan pendidikan tingkat universitas akan menjadi semakin
meningkat. Namun penciptaan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan tinggi
tersebut hanya dapat memenuhi kebutuhan yang telah terkena “distorsi” itu pada beban
biaya sosial secara penuh. Dengan terciptanya lonjakan permintaan yang begitu besar,

maka biaya-biaya sosial yang ditanggung meningkat jauh lebih cepat daripada sekedar
biaya pembangunan gedung universitas dan segala fasilitasnya. Masyarakat harus
menanggung biaya sosial berupa semakin memburuknya alokasi sumber daya yang
pada akhirnya akan menyusutkan persediaan dana dan kesempatan untuk menciptakan
kesempatan kerja secara langsung atau untuk menjalankan program pembangunan
lainnya.
 Sistem Kesehatan dan Pembangunan

 Pengukuran dan distribusi
Ukuran ini mempunyai keuntungan, yaitu banyak digunakan di sebagian besar
negara paling tidak dalam perkiraan, namun demikian ukuran ini dapat sangat
menyesatkan. Perpanjangan hidup ini dapat berupa perpanjangan tahun-tahun
penuh vitalitas di suatu negara tetapi bisa juga berupa perpanjangan tahuntahun penuh penderita atau kesehatan yang buruk di negara lain. Akan tetapi,
tingkat kesehatan rata-rata dapat mengaburkan ketimpangan yang besar yang
berada dibaliknya.
 Beban penyakit
Negara berkembang menghadapi beban penyakit yang lebih berat daripada
yang dihadappi oleh negara maju,terutama yang berkaitan dengan yang
berpenyakit menular seperti AIDS, malaria, dan parasit. Sejumlah penyakit
akan menjadi sangat mematikan jika dikombinasikan dengan penyakit lain.
Kekurangan gizi adalah sebuah contoh penyakit, dan keberadaannya
merupakan faktor penting yang membuat seorang anak mudah tertular
penyakit dan meninggal.

 Kesehatan dan Produktifitas
Efek negatif dari keseheatan yang buruk terhadap tingkat kematian anak-anak
cukup jelas. Berbagai studi menunjukkan bahwa orang-orang yang sehat memiliki
kondisi tubuh yang prima akan menerima upah yang lebih tinggi. Metode statistik yang
cermat menunjukan bahwa bagian terbesar dari dampak kesehatan terhadap
kemampuan menghasilkan pendapatan terletak pada perbedaan produktivitas. Sebuah

studi di Bangladesh menemukan bahwa produktivitas yang lebih tinggi dari pekerja
yang sehat membuat mereka mampu mendapat pekerjaan yang memberi bayaran
mereka yang lebih tinggi. Pada studi lain india, tidak adanya cacat pada tubuh karena
lepra di perkirakan dapat membuat para pekerja mampu menghasilkan tiga kali lipat.
John strauss dan Duncan Thomas menemukan bahwa pria yang lebih tinggi dapat
memperoleh penghasilan yang banyak di brasil. Kesehatan dan gizi yang baik juga
mempengaruhi kesempatan kerja, produktivitas, serta upah, dan hal seperti ini jarang
ditemui pada masyarakat miskin. Masyarakat yang sehat adalah prasyarat dari
keberhasilan pembangunan.
Waktu sekarang ini keadaannya sangat berbeda, pandangan dan wawasan
masyarakat berubah dan maju. Selain sebagai kebutuhan dasar manusia, kesehatan
menjadi sifat esensial dalam upaya peningkatan produk-tivitas dan efisiensi
terutamaoleh perusahaan-perusahaan atau institusi atau organisasi yang berkepentingan
dengan prestasi sumber daya manusia. Konsep yang sangat mendasar tentang
kesehatan tenaga kerja menyatakan bahwa apabila tenaga kerja merupakan pelaksana
pem-bangunan dan bekerja untuk me-ningkatkan kesejahteraan umum, maka tenaga
kerjalah yang pertama-tama harus memiliki tingkat kesehat-an yang tinggi agar mampu
bekerja dengan produktivitas yang tinggi. Kesehatan kerja telah tumbuh dan
berkembang menjadi Hiperkes (Hige-ne Perusahaan dan Kesehatan Kerja) yang dalam
menciptakan tenaga kerja sehat dan produktif memiliki kegiatan-kegiatan yang ruang
lingkupnya meliputi: pemberantasan dan pencegahan penyakit umum dan penyakit
akibat kerja pada tenaga kerja, pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi
tenaga kerja melalui berbagai aspek yang latar belakangnya adalah faktor manusia,
pencegahan atau perlindungan efek teknologi kepada tenaga kerja, pemeliharaan
kelestarian lingkungan kerja dan lain-lainnya. Diantara kesehatan dan produktivitas
terdapat korelasi yang nyata. Seorang tenaga kerja yang sakit biasanya kehilangan
produktivitas secara nyata, bahkan produk-tivitasnya sering menjadi nihil sama sekali.
Keadaan sakit yang menahun menjadi sebab rendahnya produk-tivitas untuk waktu
yang relatif panjang. Adapun keadaan diantara sehat dan sakit juga menjadi sebab
turunnya produktivitas yang sering dapat dilihat secara nyata bahkan sangat nyata.
Diantara derajat kesehatan yang tinggi dan tingkat produktivitas yang tinggi terdapat
pararellisme. Profesor Suma’mur mengungkapkan, terdapat tiga alasan yang kian lama
kian banyak pembuktian ilmiah dan pengungkapan faktanya dilapangan. Pertama,
untuk efisiensi dan produk-tivitas kerja yang tinggi pekerjaan harus dilaksanakan

dengan cara dan lingkungan yang memenuhi syarat-syarat kesehatan. Cara dan
lingkungan kerja seperti itu antara lain meliputi kesesuaian tenaga kerja dengan mesin
dan peralatan kerja, sikap kerja yang tepat, pengekonomi-san upaya, cuaca kerja/iklim
kerja yang nyaman, penerangan dengan kualitas me-madai, udara segar dan sebagainya. Kedua, tingkat produk-tivitas dan efisiensi tenaga kerja ditentukan oleh derajat
kesehatan tenaga kerja. Gangguan kesehatan menjadi sebab penurunan hasil kerja,
disorganisasi pengubahan cara, kesalahan, dan kecelakaan. Ketiga, biaya cedera,
penyakit atau gangguan kesehatan merupakan pemborosan dan oleh karena itu sama
sekali tidak produktif.
Kesehatan promosional dalam Hiperkes meliputi aspek-aspek pemeriksaan
kesehatan, pengelolaan tempat, cara dan lingkungan kerja yang sehat, perbaikan
gizi kerja, penyuluhan bagi tenaga kerja, nasehat perkawinan, perhatian terhadap
faktor keturunan, konsultasi kesehatan dan keselamatan, penggunaan waktu
senggang dan rekreasi, pendidikan dan penyuluhan. Adapun kesehatan preventif
sebagai perlindungan terhadap kesehatan secara khusus adalah imunisasi, higiene
kerja, sanitasi lingkungan kerja, penggunaan alat proteksi, pengendalian resiko
bahaya, pemberian bahan makanan khusus, perlindungan terhadap karsinogen,
proteksi terhadap alergen dan penyerasian mesin terhadap faktor manusia.
Kesehatan promosional dan preventif sangat penting artinya dalam meningkatkan
derajat kesehatan dan tingkat produktivitas tenaga kerja. Sedangkan kesehatan
kuratif dan rehabilitasi yang diselenggarakan oleh sektor kesehatan baik yang
pelaksanaannya dilakukan baik dilingkungan perusahaan maupun di luar
perusahaan diarahkan kepada upaya perawatan dan pengobatan terhadap penyakit,
gangguan kesehatan maupun cedera karena kecelakaan kerja serta pemulihan
derajat kesehatan tenaga kerja merupakan salah satu perwujudan dalam
menciptakan kesejahteraan bagi tenaga kerja beserta keluarganya yang akan
mampu memberikan ketentraman dan ketenangan bekerja. Kondisi demikian
sangat berarti bagi tenaga kerja, oleh karena tenaga kerja akan dapat
berkonsentrasi terhadap pekerjaannya, yang selanjutnya bekerja secara produktif.
Tenaga kerja yang sehat dan dapat bekerja secara produktif sangat diperlukan
dalam pembangunan.

 Kebijakan Sistem Kesehatan
Sistem Kesehatan adalah suatu jaringan penyedia pelayanan kesehatan (supply
side) dan orang-orang yang menggunakan pelayanan tersebut (demand side) di setiap
wilayah, serta negara dan organisasi yang melahirkan sumber daya tersebut, dalam
bentuk manusia maupun dalam bentuk material. Dalam definisi yang lebih luas lagi,
sistem kesehatan mencakup sektor-sektor lain seperti pertanian dan lainnya. Menurut
definisi WHO, sistem kesehatan adalah semua aktivitas yang tujuan utamannya adalah
meningkatkan, mengembalikan, atau menjaga kesehatan. Sistem kesehatan meliputi
komponen –komponen departemen kesehatan public, rumah sakit dan klinik, serta
ruang-ruang praktek dokter dan paramedic. Hal-hal yang berada di luar sistem formal
ini adalah jaringan informal yang dimanfaatkan oleh banyak penduduk miskin,
termasuk dukun tradisional yang mungkin berpraktek dengan menggunakan obatobatan dari tumbuh-tumbuhan atau metode lain yang membiarkan manfaat medis
seperti, akupuntur disamping juga orang-orang yang mempraktekkan berbagai teknik
yang belum terbukti efektif selain memberikan efek placebo.
Lima indikator kinerja untuk mengukur sistem kesehatan negara anggota WHO:
 Tingkat kesehatan keseluruhan masyarakat
 Ketimpangan dalam masyarakat
 Tingkat tanggapan sistem kesehatan
 Distribusi tingkat tanggapan dalam populasi
 Distribusi atau keadilan, beban finansial sistem kesehatan dalam masyarakat
Pengembangan sistem kesehatan di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1982
ketika Departemen Kesehatan menyusun dokumen sistem kesehatan di Indonesia.
Kemudian Departemen Kesehatan RI pada tahun 2004 ini telah melakukan suatu
“penyesuaian” terhadap SKN 1982. Didalam dokumen dikatakan bahwa Sistem
Kesehatan Nasional (SKN ) didefinisikan sebagai suatu tatanan yang menghimpun
upaya Bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung , guna menjamin derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti
dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945. (Depkes RI; 2004). Dalam batas-batas yang
telah disepakati, tujuan sistem kesehatan adalah:
1.

Meningkatkan status kesehatan masyarakat. Indikatornya banyak, antara lain

Angka Kematian Ibu, Angka Kematian Bayi, Angka kejadian penyakit dan
berbagai indikator lainnya.
2.

Meningkatkan responsiveness terhadap harapan masyarakat. Dalam hal ini
masyarakat puas terhadap pelayanan kesehatan.

3.

Menjamin keadilan dalam kontribusi pembiayaan. Sistem kesehatan
diharapkan memberikan proteksi dalam bentuk jaminan pembiayaan
kesehatan bagi yang membutuhkan.

Berdasarkan pengertian bahwa System is interconnected parts or elements in
certain pattern of work, maka di sistem kesehatan ada dua hal yang perlu diperhatikan,
yakni: (1) elemen, komponen atau bagian pembentuk sistem yang berupa aktor-aktor
pelaku; dan (2) interconnection berupa fungsi dalam sistem yang saling terkait dan
dimiliki oleh elemen-elemen sistem. Secara universal fungsi di dalam Sistem
Kesehatan berdasarkan berbagai referensi dapat dibagi menjadi:
1. Regulator dan/atau stewardship
2. Pelayanan Kesehatan
3. Pembiayaan Kesehatan
4. Pengembangan Sumber Daya

 Kebijakan untuk Kesehatan, Pendidikan, dan Penghasilan
Dalam beberapa tahun mendatang akan terdapat bukti yang jelas bahwa
kesehatan dan pendidikan merupakan investasi gabungan yang dapat menawarkan
linkup pendekatan kebijakan yang lebih terpadu. Hal itu dapat menjadi salah satu
investasi yang paling efektif yang dapat kita lakukan dalam kualitas pendidikan untuk
meningkatkan mutu pendidikan dalam kenyataannya program pengetasan kemiskinan
yang

terkenal

di

banyak

negara

berkembang

sekarang

secara

eksplisit

mengintegrasikan insentif untuk pengembangan modal manusia berupa kesehatan dan
pendidikan di antara keluarga-keluarga berpendapatan rendah.
Program Pendidikan, Kesehatan, dan Gizi yang dikeluarkan Meksiko sebagai
contohnya yang dikenal dengan PROGRESA mencakup:
1. Transfer uang tunai untuk memperbaiki gizi anak-anak,
2. Pemberian suplemen gizi bagi anak di bawah usia 2 tahun
3. Pemantuan pertumbuhan anak

4. Partisipasi dalam pertemuan rutin tentang pendidikan kesehatan
Selain itu, juga ada strategi lain seperti mengaitkan system kredit kecil yang sangat
sukses, misalnya dengan bank pedesaan dan program LSM, intervensi adanya kuliah
mengenai kesehatan dan aktivis yang diberikan oleh dinas kesehatan terkait.
Strategi yang terpadu sangat efektif untuk meningkatkan kesehatan dan
keterampilan bisnis, selain meningkatkan pendapatan, di masa depan ada harapan besar
untuk melihat dunia ketiga yang sehat, terdidik, dan produktif.