IDEOPOLSTRATAK Perang dan Politik (1)

IDEOPOLSTRATAK
Perang dan Politik
Pengertian perang merupakan lebih sekedar suatu urusan politik melalui cara-cara lain.
Sedangkan politik adalah perang tanpa pertumpahan darah sedangkan perang adalah politik
dengan pertumpahan darah. Menurut Mao Tse Tsung, pengertian perang dan politik pada
hakekatnya sama, yaitu sebagai alat untuk mencapai tujuan/maksud, Cuma bentuknya
berbeda.
Arti Stratak Dalam Perang Dan Politik
Taktik adalah penggunaan kekuatan untuk memenangkan suatu pertempuran. Strategi adalah
memanfaatkan pertempuran untuk mengakhiri peperangan. Memimpin bala tentara untuk
mengalahkan musuh dan memenangkan suatu pertempuran bukanlah segala-galanya. Taktik
adalah bagaimana menentukan sikap atau menggunakan kekuatan dalam menghadapi
peristiwa politik tertentu pada saat tertentu. Sedangkan strategi adalah bagaimana
menggunakan peristiwaperistiwa
politik dalam jangka waktu tertentu untuk mencapai rencana perjuangan. Dalam politik
tidak dapat dibayangkan kapan idiologi akan terlaksana, karenanya strategi dalam politik
tidak dapat meliputi sampai tercapainya tujuan (ideology), karenanya hanya meliputi jangka
waktu tertentu.
Hubungan Taktik Dan Strategi
Taktik adalah bagian dari strategi. Karenanya taktik baru tunduk dan mengabdi kepada
strategi. Rencana perjuangan (strategi) meliputi perjuangan secara menyeluruh baik dalam

hubungan daerah, nasional dan internasional maupun mengenai semua segi penghidupan
dan kehidupan masyarakat/Negara, ekonomi, hankam, kebudayaan, agama dan lain-lain.
Kedudukan Stratak Dalam Perjuangan Ideology
Stratak tidaklah berdiri sendiri melainkan hanya merupakan alat pelaksana untuk mencapai
tujuan (ideology. Karenanya stratak harus mengabdi kepada perjuangan untuk mencapai
tujuan ideologi.

Tugas Utama Strategi Dan Taktik
Sebagai cara menggunakan organisasi untuk mencapai rencana perjuangan dalam jangka
waktu tertentu, serta sebagai cara berjuang menentukan sikap pada saat tertentu menghadapi
masalah politik tertentu, maka tugas stratak adalah menciptakan, memelihara, dan
menambah syaratsyarat yang akan membawa kepada tujuan. Syarat-syarat yang meliputi
kekuatan fisik berupa tenaga manusia, kekuatan mental, kekuatan materil serta posisi
didalam Negara dan masyarakat.
Tegasnya tugas stratak adalah untuk machts-vorming dan macht-anwending.
Macht : power = kekuasaan
Kracht : force kekuatan
Power : force + position
Macht = kracht + posisi
Kekuasaan = kekuatan + posisi

Position without force = nekad position
Force without position nekad force
Posisi tanpa kekuatan = posisi mentah
Kekautan tanpa posisi = kekuatan mentah
Position – force without ideologi = nekad power
Posisi tidak dapat dipisahkan dengan kekuatan. Posisi yang baik = separuh kekuatan. Posisi
strategis adalah menentukan berhasil tidaknya rencana perjuangan (strategi). Posisi taktis
menentukan berhasil tidaknya langkah-langkah taktik. Machts-vorming dan machtsanwending yang menjadi tugas stratak tidak lain tujuannya melainkan apa yang disebut Mao

Tse Tung: bahwa tugas stratak ialah untuk mempertahankan/menambah kekuatan dan atau
posisi sendiri serta menghancurkan atau mengurangi kekuatan dan atau posisi lawan. Baik
buruknya suatu staratak ditentukan oleh berhasil tidaknya mempertahankan kekuatan sendiri
atau mengurangi kekuatan lawan. Demikian pula baik buruknya leadership tidak terletak
pada tegas atau tidaknya, berani atau tidak, populer atau tidak melainkan kepada hasil
kepemimpinannya

dan hasil dalam

kepemimpinan


ialah

apa saja

yang dapat

mempertahankan kekuatan/posisi sendiri serta yang dapat mengurangi kekuatan atau posisi
lawan.
Dasar-Dasar Menyusun Startegi
1. Rencana perjuangan yang merupakan unsur pokok dan stretegi adalah menetapkan
sasaran yang hendak dicapai oleh organisasi dalam jangka waktu tertentu. Besar kecilnya
sasaran yang hendak dicapai dalam jangka waktu tertentu disesuaikan dengan kemampuan
organisasi.
2. Jangka waktu merupakan unsur strategi
3. Rencana strategi garuslah banyak memiliki sasaran alternatif
4. Sasaran yang hendak dicapai dengan rencana strategis adalah selalu dalam rangka
machts-vorming.
Dasar-Dasar Membentuk Taktik
Taktk adalah menentukan langkah atau sikap pada saat tertentu, menghadapi peristiwa
politik tertentu.

1.

Fleksibilitas

Sikap atau langkah tidak mutlak menuju pada satu arah saja melainkan dapat berubah-ubah
menurut kondisi baik kondisi objektif maupun kondisi subjektif. Sebuah rencana harus
mempertimbangkan kekautan lawan untuk menggagalkan rencana tersebut. Karena itu, apa
yang akan dilakukan oleh musuh/lawan terhadap kita harus selalu dipertimbangkan. Jika
anda mengetahui tentang musuh anda dan mengetahui tentang diri anda sendiri, anda tidak
perlu takut akan hasil yang diperoleh dari ratusan pertempuran. Jika anda mengetahui
tentang diri anda sendiri, tetapi tidak mengetahui tentang musuh anda , untuk mendapatkan
suatu kemenangan anda akan menderita kekalahan. Jika anda tidak mengetahui baik diri
anda maupun musuh anda, anda akan mengalami kekalahan dalam setiap pertempuran. Seni
peperangan mengajarkan kita untuk tidak mempercayai bahwa musuh tidak akan datang,

tapi mengajarkan kita untuk tidak mempercayai bahwa musuh tidak akan menyerang kita,
tapi mengajarkan kita untuk mempersiapkan posisi kita agar tidak terkelahkan.

2.


Orientation, Evaluation and Estimation

Sebelum menentukan sikap atau langkah taktis, harus melihat keadaan secara tepat.
Kemudian menilai keadaan itu dihubungkan dengan keadaan kita dan kehendak lawan dan
sesudahnya lalu menentukan langkah dan mengira-ngira bagaimana hasilnya nanti. Hasil
tidak dapat dipastikan tapi dengan orientasi dan evaluasi yang tepat akan terbayang ada
tidaknya kans untuk hasil. Setelah sasaran taktis ditetapkan sekaligus sasaran alternatifnya
atau dengan bahasa populer; kita menetapkan program minimum.
3.

Kerahasiaan

Biar lawan meraba-raba apa langkah yang akan kita ambil agar mereka tidak dapat
menghalang-halangi.
4.

Gerak Tipu

Lima S ( Sasaran, Sarana, Sandaran, Sistem, Saat )
5.


Perpaduan Kondisi Subjektif dan Kondisi Objektif

Kondisi subjektif ialah mengenai kekuatan atau keadaan organisasi sendiri. Kondisi objektif
ialah mengenai keadaan, situasi atau iklim politik. Jika kondisi subjektif baik tetapi kondisi
objektif tidak baik taktik tidak akan berhasil. Begitupun sebaliknya.
Hukum-Hukum Stratak
1.

Kwantitas

Jumlah yang besar akan mengalahkan jumlah yang kecil. Pihak yang berjumlah kecil tidak
boleh menyerang musuh yang berjumlah besar. Jika musuh yang berjumlah besar
menyerang pihak yang berjumlah kecil hendaknya menyingkir. Musuh yang berjumlah
besar tidak dapat dihancurkan sekaligus, melainkan sedikit demi sedikit dan secara terus
menerus. Kehancuran sedikit demi sedikit disebabkan oleh kesalahannya sendiri, karenanya
dengan jalan provokasi atau lain usahakan di melakukan kesalahan sikap atau gerakan yang
salah.

2.


Kwalitas dan Kwantitas

Kurang dalam kwantitas harus diimbangi dengan kelebihan dalam kwalitas. Kurang dalam
kwaliitas harus diimbangi dengan kelebihan kwantitas.
3.

Posisi

Posisi yang baik adalah separuh kekuatan. Posisi yang tidak baik memerlukan dua kali
kekuatan.
4.

Cadangan

Pihak yang mempunyai cadangan, walaupun telah mundur dan kalah akan dapat maju
kembali. Jika musuh sedang kalah dan mundur, kejarlah. Hancurkan cadangan musuh
sebelum musuhmaju dan bangkit kembali dengan cadangannya.
5.


Kawan, Sekutu dan Lawan

Secara ideologis, kawan adalah yang seideologi. Secara strategis sekutu harus selalu
diperbanyak dan pihak-pihak lawan harus dikurangi. Musuh nomor satu adalah golongan
terbesar yang ideologinya membahayakan kehidupan ideologi sendiri. Sekutu dan musuh
nomor satu adalah lawan. Lawan dan sekutu nomor satu adalah musuh. Antara sekutu dan
musuh terdapat golongan-golongan yang bukan musuh dan bukan sekutu. Golongan ini pada
suatu saat dapat menjadi musuh, pada saat lain menjadi sekutu dan pada satu ketika dapat
pula sekaligus menja\di sekutu dan musuh.
6.

Devide et empera

Pecah belah musuh dan hancurkan dulu yang besar.
7.

Menyerang adalah Pertahanan yang Terbaik

Yang menang ialah yang selalu pegang inisiatif Biarkan lawan bergerak menurut inisiatif
kita pada saat dan tempat kita pilih. Biarkan lawan beraksi terus terhadap isue-isue yang kita

lontarkan. Tujuan membenarkan setiap cara,sepanjang tidak bertentangan dengan kekuatan
ideologi serta tidak membawa akibat yang dapat merugikan sendiri.

Kepemimpinan, Manajemen dan Organisasi
Setiap lembaga/instansi memiliki tujuan dan cita-cita di dalamnya, sebagai proses untuk
mencapai tujuannya, Untuk mengoperasikan sebuah lembaga/instansi, dibutuhkan satu
kesatuan perangkat yang berhubungan sebagai motor penggerak instansi/lembaga yaitu
kepemimpinan, manajemen dan organisasi.
Kepemimpinan-berasal dari kata pemimpin-adalah ilmu/metode yang mengajarkan
bagaimana seseorang menjadi sebuah ‘mercusuar’ dalam sebuah instansi/lembaga yang
mampu menjadi patron bagi para bawahan2nya. Kepemimpinan adalah salah satu bagian
yang vital dalam hal mengoperasikan sebuah instansi/lembaga. Sebuah instansi/lembaga
harus memiliki pemimpin yang memiliki kriteria yang mencukupi sebagai seorang
pemimpin untuk menjalankan roda kegiatan instansi/lembaga secara maksimal sebagai
bagian dari proses menuju cita2 instansi/lembaga.
Untuk menjadi seorang pemimpin yang ideal tidaklah mudah. Beberapa kriteria seorang
pemimpin ideal diantaranya adalah : bijaksana, arif, cerdas, tangkas, berwawasan luas,
berintelektual dan berani. Kriteria menjadi seorang pemimpin yang ideal memang memiliki
banyak interpretasi, namun satu hal yang pasti seorang pemimpin yang cakap harus
menguasai kecerdasan intelektual, kecerdasan moral dan kecerdasan spiritual yang

merupakan elemen utama dan harus dimiliki oleh seorang pemimpin.
Seorang pemimpin juga harus memilik intuisi dan psikologis yang peka. Pemimpin yang
ideal harus mengetahui sisi kelebihan dan kekurangan instansi/lembaga yang dipimpinnya.
Dia memiliki kemampuan untuk mengeksplorasi kelebihan lembaganya dan meminimalisir
kekurangannya agar roda kegiatan instansi/lembaga berjalan dengan profesional dan
proporsional.

Dalam bingkai keislaman dan kebangsaan, Indonesia telah memiliki beberapa tokoh yang
layak untuk dijadikan teladan dan menjadi bahan referensi bagi para generasi2 pemimpin di
masa yang akan datang. Dalam dunia islam sendiri, umat muslim patut menjadikan
Rasulullah SAW sebagai nama terdepan yang sangat layak untuk dikedepankan sebagai
sumber inspirasi dan motivasi untuk menjadi seorang pemimpin yang ideal. Beliau telah
meraih kesuksesan di berbagai bidang yang digelutinya mulai dari politik, ekonomi, sosial,
budaya, hukum dan lingkungan.
Pada masa Rasulullah SAW, islam telah mampu mencapai puncak kesuksesan di berbagai
ruang lingkup kehidupan dan menjadi kebudayaan serta kekuatan yang sangat disegani
dunia ketika itu. Masa2 kejayaan islam tidak berhenti sampai disitu, pasca Rasulullah SAW
meninggal , tongkat estafet kepemimpinan islam di ambil alih oleh para sahabat terdekatnya
yang dikenal sebagai ‘Khulafaur Rasyidin’ yaitu Abu Bakar Ash-shidiq, Umar bin Khattab,
Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib

Dalam konteks kebangsaan, indonesia memiliki para ‘founding father’ ( Bapak Bangsa )
yang mumpuni dan disegani dunia. Siapa yang tidak mengenal Soekarno, Moh. Hatta, Tan
Malaka, Adam Malik serta beberapa nama lain yang telah berhasil mengantarkan bangsa ini
tampil ke depan panggung sejarah peradaban dunia melalui momentum kemerdekaan 17
agustus 1945. Mereka semua dapat menjadi cambuk motivasi yang hebat untuk para
pemimpin2 penerusnya.
MANAJEMEN
Manajemen adalah seni mengelola sebuah instansi/lembaga untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan melalui tangan dan kinerja orang lain. Dapat juga dikatakan manajemen adalah
ilmu yang mempelajari tentang tata cara mencapai tujuan sebuah instansi/lembaga melalui
karya orang lain
Manajemen- ‘to manage’ – merupakan elemen lain yang sangat penting disamping
kepemimpinan sebagai alat untuk menjalankan kegiatan sebuah instansi/lembaga. Sebuah
instansi/lembaga harus memiliki kerangka rencana strategis sebagai tolok ukur dan landasan
kerja sebuah instansi/lembaga agar hasil yang ditetapkan tercapai dengan semaksimal
mungkin.

Kerangka rencana kerja strategis yang dibuat harus dibuat sesuai dengan karakteristik
organisasi yang dipimpinnya agar program kerja yang dicanangkan sebuah instansi/lembaga
sesuai dengan target yang ditetapkan dan tidak membebani instansi/lembaga yang
dipimpinnya. Beban pengeluaran yang harus dikeluarkan instansi/lembaga harus sesuai
dengan landasan filosofis, teori, model, strategi, taktik, kurikulum, program dan pembiayaan
yang telah disusun.
Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah landasan teori yang kuat sebagai kerangka dasar rencana
kerja sebuah instansi/lembaga yang terdiri dari Planning, Organizing, Actuating dan
Controlling agar peristiwa Input-Proses-Output-nya berjalan dengan sebagaimana mestinya .
Peristiwa input-proses-output menjadi sebuah hasil akhir yang sangat menentukan untuk
mengukur tingkat keberhasilan dan kegagalan dari sebuah metode manajemen yang
diberlakukan.
Ketika hasil akhir dari sebuah instansi/lembaga telah diketahui, Sebuah instansi/lembaga
dapat mengukur tingkat keberhasilan atau kegagalan yang telah dialami serta menentukan
langkah perusahaan kedepannya dengan sebuah alat analisa yang dinamakan analisis
S.W.O.T ( Strengths, Weakness, Opportunity, Threatments ). Dengan Analisis S.W.O.T
sebuah lembaga/instansi dapat mengetahui posisi lembaga/instansi yang dipimpinnya dari
sebuah program kerja yang dibuatnya.
Hasil akhir dari sebuah rencana kerja yang dibuat dapat menentukan posisi, tingkat
keberhailan dan nilai tawar sebuah instansi/lembaga dikarenakan ‘finishing’ dan ‘results’
dari sebuah rencana kerja merupakan cermin dari metode manajemen yang diterapkan
sebuah instansi/lembaga.

ORGANISASI
Organisasi adalah kumpulan/komunitas masyarakat yang memiliki kesamaan nasib dan
tujuan di dalamnya. Organisasi dapat menjadi sebuah alat yang efektif sekumpulan
masyarakat yang memiliki tujuan serta cita2 yang sejalan.

Dalam setiap organisasi pasti memiliki tujuan yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan,
sejarah yang melatar belakangi serta para pelaku organisasi tersebut. Seiring dengan
perbedaan tersebut setiap organisasi memiliki karakteristik organisasi yang berbeda
Adapun karakteristik organisasi adalah sebagai berikut :
-membutuhkan informasi
-bersifat dinamis
-terdapat anggota organisasi
-memiliki tujuan yang tetap
Tolok ukur keberhasilan dan kemajuan sebuah organisasi dapat dilihat dari sejauh mana
organisasi tersebut mencapai cita2 yang diperjuangkannya serta kemajuan sebuah organisasi
dipengaruhi oleh beberapa faktor2 yang mendukungnya, seperti kualiatas SDM nya,
infrastruktur organisasi serta popularitas organisasi di mata publik.

PERBEDAAN MANAJER DAN PEMIMPIN
Sering kita mendengar dua kata yang secara praktek kerja sama tetapi secara filosofis jauh
berbeda, manajer dan pemimpin.
Manajer adalah seseorang yang secara eksplisit ruang lingkup kerjanya hanya mencakup
pengelolaan eksploitasi sumber daya manusia ( staff2-nya ) untuk diarahkan menuju target
instansi/lembaga yang telah dicanangkan sebelumnya dengan didukung oleh sarana
infrastuktur yang tersedia di instansi/lembaga tersebut. Seorang manajer juga harus mampu
memformulasikan kualitas SDM dengan teknologi pendukung yang ada.
Sedangkan fungsi seorang pemimpin memiliki arti yang cukup melebar. Tugas dan peran
seorang pemimpin juga lebih luas secara teritorial makna.Seorang pemimpin tidak hanya
harus bisa mengelola SDM dan teknologi, tetapi juga harus lebih peka dan intuitif dalam
mengenali karakteristik organisassi yang dipimpinnya. Tingkat tanggung jawab yang
diemban seorang pemimpin juga lebih berat secara bobotnya sebanding dengan volume

kerja yang dilakukannya. Mengetahui dan membaca situasi kondisi sekitar hingga selalu
‘up-date’ terhadap segala bentuk informasi ada yang juga merupakan peran pemimpin yang
sangat vital tingkat urgensinya.
Jadi, secara eksplisit dalam hal volume kerja dan tingkat tanggung jawab antara manajer dan
pemimpin cenderung menempatkan pemimpin di posisi yang paling berat.

ELEMEN PENDUKUNG MANAJEMEN ORGANISASI
-Men

: Mengacu pada kebutuhan sumber daya manusia.

-Money

: Mengacu pada modal atau aset pemilik instansi/lembaga

-Methods : Mengacu cara/metode manajemen organisasi yang digunakan
-Machine : Mengacu pada sarana infrastruktur pendukung.
-Market

: Mengacu budaya konsumerisme dan orientasi calon SDM

KARAKTERISTIK PEMIMPIN DALAM ISLAM :
Sebagaimana karakteristik pemimpin2 organisasi yang ada, Islam memiliki tolok ukur serta
standar pemimpin yang telah ditetapkan dalam dua pedoman hidup umat Islam, Al-Qur’an
dan hHadits. Adapun karakteristik pemimpin dalam islam adalah sebagai berikut :
-Tabligh ( menyampaikan )
-Amanah ( Dapat dipercaya )
-Shiddiq ( Jujur )
-Fathanah ( Cerdas ).
HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN, MANAJEMEN dan ORGANISASI.
Seperti yang telah dibahas di awal, Kepemimpinan, Manajemen dan Organisasi merupakan
satu kesatuan perangkat yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Keterkaitan ketiga point
ini sangat erat dan saling melengkapi. Kepemimpinan sangat dibutuhkan sebagai kontrol

kendali sebuah metoda manajemen dan menjalankan organisasi, Manajemen sangat vital
urgensinya

untuk

membuat

dan

menyusun

kerangka

rencana

kerja

organisasi/lembaga/instansi serta membuat formulasi yang mujarab untuk menyatukan
kualitas SDM dengan sarana infrastruktur organisasi yang tersedia, sedangkan organisasi
merupakan tempat yang ideal sebagai arena untuk melatih kepemimpinan seseorang dan
sarana pengejewantahan suatu metode manajemen.
Sinkronisasi antara Kepemimpinan, Manajemen dan Organisasi yang kuat juga akan
menghasilkan suatu pengambilan keputusan yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan.
penelitian yang menginginkan dipertegasnya status lembaga kekaryaan, struktur organisasi
dan wewenang lembaga kekaryaan
Keinginan untuk menjadi lembaga kekaryaan otonom penuh terhadap organisasi induk HMI
Kemudian sampai pada tahun 1966 diikuti oleh pembentukan Lembaga Tekhnik Mahasiswa
Islam (LTMI), Lembaga Pertanian Mahasiswa Islam (LPMI), Lembaga Astronomi
Mahasiswa Islam (LAMI). Akhirnya dengan latar belakang di atas melalui kongres VIII
HMI di Solo melahirkan keputusan Kongres dengan memberikan status otonom penuh
kepada lembaga kekaryaan dengan memberikan hak yang lebih kepada lembaga kekaryaan
tersebut, antara lain :
a.

Punya struktur organiasasi yang bersifat nasional dari tingkat pusat sampai rayon

b.

Memiliki Anggaran Dasar dan Anggara Rumah Tangga (AD/ART) sendiri

c.

Bentuk megadakan musyawarah lembaga termasuk memilih pimpinan lembaga

Keputusan-keputusan di atas di satu pihak lebih mengarahkan kepada kegiatan lembaga,
namun di lain pihak lebih merugikan organisasi ke tingkat induk bahkan justru
menimbulkan permasalahan serius. Ini dibuktikan dengan adanya evaluasi pada kongres di
Malang pada tahun 1969, dimana kondisi pada saat tersebut lembaga kekaryaan sudah
cenderung mengarah kepada perkembangan untuk melepaskan diri dari organisasi induknya,
sehingga dalam evaluasi kongres IX HMI di Malang tahun 1969 antara lain melalui
papernya mempertanyakan :
a.

Status lembaga dan hubungan dengan organisasi induknya (HMI)

b.

Perlu tidaknya penegasan oleh kongres, bahwa lembaga kekaryaan adalah bagian
mutlak dari HMI misalnya LKMI menjadi LK HMI, LDMI menjadi LD HMI, dsb.

Setelah kongres X di Palembang tahun 1971, perubahan kelembagaan tidak lagi menjadi
permasalahan dan perhatian Himpunan. Ha ini mengakibatkan lembaga kekaryaan perlahanlahan mengalami kemunduran dan puncaknya terjadi saat diterbitkannya SK Mendikbud
tentang pengaturan kehidupan kemahasiswaan melalui NKK/BKK tahun 1978.
Namun realitas perkembangan organisasi merasakan perlu dihidupkannya kembali, lembaga
kekaryaan yang dikukuhkan melalui kongres XIII HMI di Ujung Pandang. Kemudian LK
menjadi perhatian/alternatf baru bagi HMI karena gencarnya isu profesionalisme. Melalui
kongres XVI di Padang tahun 1986 pendayagunaan LK kembali dicanangkan.
Lembaga Kekaryaan
Yang dimaksud dengan Lembaga Kekaryaan adalah badan-badan khusus HMI (diluar
KOHATI, BPL) yang bertugas melaksanakan kewajiban-kewajiban HMI sesuai dengan
fungsi dan bidangnya (ladang garapan) masing-masing, latihan kerja berupa dharma bhakti
kemasyarakatan dalam proses pembangunan bangsa dan negara. Sebagaimana terdapat
dalam unsur-unsur pokok Esensi Kepribadian HMI yang meliputi :
1.

Dasar Tauhid yang bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah Rasul yakni dasar keyakinan
bahwa “Tiada Tuhan mulainkan Allah”, dan Allah adalah merupakan inti daripada
iman, Islam dan Ihsan.

2.

Dasar keseimbangan yaitu keharmonisan antara pemenuhan tugas dunia dan akhirat,
jasmaniah dan rohaniah, iman dan ilmu menuju kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.

3.

Kreatif, yakni memiliki kemampuan dengan cipta dan daya pikir nasional dan kritis,
hingga memilki kebijakan untuk berilmu amaliah dan beramal ilmiah.

4.

Dinamis, yaitu selalu dalam keadaan gerak dan terus berkembang serta dengan cepat
memberikan respon terhadap setiap tantangan yang dihadapi sehingga memiliki fungsi
pelopor yang militan.

5.

Pemersatu, yaitu sikap dan perbuatan angkatan muda yang merupakan kader seluruh
umat Islam Indonesia menuju persatuan nasional.

6.

Progresif dan Pembaharu, yaitu sikap dan perbuatan orang muda patriotik
mengutamakan kepentingan bersama bangsa datas kepentingan pribadi. Memihak dan
membela kaum-kaum yang lemah dan tertindas dengan menentang penyimpangan dan
kebatilan dalam bentuk dan manifestasinya. Aktif dalam pembentukan dan peranan
umat Islam Indonesia yang adil dan makmur yang diridhoi oleh Allah SWT.

Dilihat dari jenisnya, maka lembaga kekaryaan yang pernah ada :
a.

Lembaga Kesehatan Mahasiswa Islam (LKMI)

b.

Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI)

c.

Lembaga Da’wah Mahasiswa Islam (LDMI)

d.

Lembaga Pendidikan Mahasiswa Islam (LAPENMI)

e.

Lembaga Pertanian Mahasiswa Islam (LPMI)

f.

Lembaga Teknologi Mahasiswa Islam (LTMI)

g.

Lembaga Seni Budaya Mahasiswa Islam (LSMI)

h.

Lembaga Astronomi Mahasswa Islam (LAMI)

i.

Lembaga Ekonomi Mahasiswa Islam (LEMI)

j.

Lembaga Hukum Mahasiswa Islam (LHMI)

k.

Lembaga Penelitian Mahasiswa Islam (LEPMI)

l.

Dan lembaga-lembaga yang dibentuk sesuai dengan kebutuhan karena lembaga
kekaryaan adalah badan pembantu pimpinan HMI, maka dengan melaksanakan
tugas/fungsional (sesuai dengan bidangnya masing-masing) haruslah terlebih dahulu
dirumuskan dalam suatu musyawarah tersendiri. Musyawarah badan yang selanjutnya
disebut rapat kerja itu, bertugas untuk menjabarkan program HMI yang telah
diputuskan oleh instansi-instansi kekuasaan HMI.

Maksud dan Fungsi Lembaga Kekaryaan
Adanya lembaga kekaryaan dimaksudkan untuk mempertajam alat pencapai tujuan HMI,
sehingga dalam proses dapat terbentuk arah yang jelas, agar pelaksanaan, pembinaan dan
pengembangan Lembaga Kekaryaan benar dapat terkoordinasikan.
Adapun fungsi dari lembaga kekaryaan adalah :
a. Melaksanakan peningkatan wawasan profesionalsme anggota, sesuai dengan bidang
masing-masing, (Pasal 59 ART HMI) dan lembaga kekeryaan bertanggung jawab kepada
pengurus HMI setempat, (Pasal 60 ayat d ART HMI)
b. Melaksanakan dan mengembangkan kebijaksanaan HMI untuk meningkatkan keahlian
para anggota melalui pendidikan, penelitian dan latihan kerja praktis serta darma bakti
kemasyarakatan (pasal 60 ayat b ART HMI)
Pedoman Atribut HMI

Pedoman atribut HMI berisi tentang lagu, lambang dan berbagai macam penerapannya.
Lagu yang dijadikan sebagai Hymne HMI adalah lagu yang diciptakan oleh RM Akbar
sebagai berikut :
HYMNE
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Bersyukur dan Ikhlas
Himpunan Mahasiswa Islam
Yakin Usaha Sampai
Untuk kemajuan
Hidayah dan taufiq
Bahagia HMI
Berdoa dan Ikrar
Menjunjung tinggi syiar Islam
Turut Qur’an dan hadist
Jalan keselamatan
Ya Allah berkati
Bahagia HMI

Lambang HMI adalah sebagai berikut :
1.

Bentuk huruf alif :

-

Sebagai huruf hidup, lambang optimis kehidupan HMI

-

Huruf alif merupakan angka 1 (satu) lambang, dasar/semangat HMI

2.

Bentuk perisai : Lambang kepeloporan HMI

3.

Bentuk jantung : Jantung adalah pusat kehidupan manusia, lambang proses
perkaderan

4.

HMI

Bentuk pena : Melambangkan bahwa HMI adalah organisasi mahasiswa yang
senantiasa haus akan ilmu pengetahuan

5.

Gambar bulan bintang : Lambang keimanan seluruh umat Islam di dunia

6.

Warna hijau : Lambang keimanan dan kemakmuran

7.

Warna hitam : Lambang ilmu pengetahuan

8.

Keseimbangan warna hijau dan hitam : Lambang keseimbangan, esensi kepribadian
HMI

9.
10.

Warna putih : Lambang kesucian dan kemurnian perjuangan HMI
Puncak tiga :

-

Lambang Iman, Islam dan Ikhsan

-

Lambang Iman, Ilmu dan Amal

11. Tulisan HMI : Kepanjangan dari Himpunan Mahasiswa Islam

Pengunaan lambang HMI dapat diterapkan pada :
a)

Lencana/Badge HMI

b)

Bendera

c)

Stempel

d)

Kartu Anggota

e)

Papan Nama HMI

f)

Gordon/Selempang HMI

g)

Aksesoris atau perlengkapan lain dengan tidak menyimpang dari lambang dan
penggunaannya

Aturan penggunaan dan lainnya diatur dengan rinci.
Atribut lain yang digunakan dalam HMI adalah :
1)

Muts/Peci HMI

2)

Baret HMI

Segala sesuatu yang berkaitan dengan atribut diatur dalam ketentuan khusus
Hubungan Konstitusi dan Pedoman lainnya
Pada dasarnya konstitusi hanya memberikan aturan yang bersifat umum, aturan secara
khusus dijelaskan dalam pedoman-pedoman lainnya. Pedoman lain berfungsi sebagai
penjelasan teknis hal-hal yang dibahas dalam konstitusi, sehingga tidak boleh bertentangan
dengan konstitusi. Secara hirarki hukum konstitusi merupakan aturan tertinggi.

URAIAN MATERI MISSION HMI
Pengantar
Mission merupakan tugas dan tanggung jawab yang diemban, sehingga mission HMI dapat
diartikan sebagai tugas dan tanggung jawab yang diemban oleh kader HMI. Sebagai
organisasi kader yang memiliki platform yang jelas, sejak awal berdirinya HMI mempunyai
komitmen asasi yang disebut dengan dua komitmen asasi, yakni (1) Mempertahankan
negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat bangsa Indonesia, yang dikenal
dengan komitmen kebangsaan, dan (2) Menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam,
yang dikenal dengan wawasan keislaman/keumatan.
Kesatuan dari kedua wawasan ini disebut dengan wawasan integralistik, yakni cara pandang
yang utuh melihat bangsa Indonesia terhadap tugas dan tanggung jawab yang harus
dilakukan sebagai warga negara dan umat Islam Indonesia. Penerjemahan komitmen HMI
ini disesuaikan dengan konteks jaman, sehingga HMI selalu aktual dan mampu tampil di
garda terdepan dalam setiap even.
Bila dicermati belakangan ini bisa dikatakan bahwa HMI mengalami stagnasi, untuk tidak
dikatakan degradasi. Hampir tidak ada gagasan cerdas yang disumbangkan oleh HMI di
tengah carut marut dan tunggang langgangnya tatanan republik ini, dimana masalah
disintegrasi perlu segera diatasi, masalah ekonomi mendesak untuk segera diperbaiki,
masalah supremasi hukum yang harus ditegakkan, masalah pendidikan mendesak untuk
diperhatikan, dan masalah-masalah lain yang melingkari, seperti budaya, pertahanan
keamanan, yang kesemuanya membutuhkan penanganan secepatnya. Singkatnya, Indonesia
sekarang sedang diterma krisis multi dimensional. Di tengah kondisi ini, komitmen HMI
tidak lebih dari sebatas slogan tanpa jiwa.
Oleh sebab itu untuk mendongkrak kembali ghirah kader HMI dalam berperan serta untuk
penyelesaian problematika bangsa dan umat perlu adanya reaktualisasi mission HMI dalam

jiwa kader HMI melalui proses perkaderan yang selama ini perjalanannya tidak lebih hanya
sebagai proses pencapaian status dengan meninggalkan makna sesungguhnya, yaitu sebagai
proses pembentukan kader yang memiliki karakter, nilai dan kemampuan, yang berusaha
melakukan transformasi watak dan kepribadian seorang muslim yang utuh (kaffah),
sehingga kader HMI memiliki keberpihakan yang jelas terhadap kaum tertindas
(mustad’afin) dan melawan kaum penindas (mustakbirin).
HMI sebagai organisasi berbasis mahasiswa yang merupakan kaum intelektual, generasi
kritis, dan memiliki profesionalisme harus mampu menjadi agen pembaharu di tengah
masyarakat dan kehidupan bangsa. Karena mahasiswa memiliki kekuatan yang luar biasa
dalam tatanan kehidupan bangsa dan negara, maka seluruh gerak perubahan yang terjadi di
bangsa ini dimotori oleh kelompok mahasiswa dan pemuda, mulai dari proklamasi, revolusi,
hingga reformasi, selalu ada andil mahasiswa. Namun demikian arah perubahan harus sesuai
dengan usaha untuk mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT
sebagaimana termaktub dalam penggalan tujuan HMI.
Dalam perjalanannaya, gerakan mahasiswa begitu dimanis, mengikuti perkembangan jaman
dan selalu eksis dalam setiap momen penting kebangsaan. Kekonsistenan itu harus diiringi
oleh pegangan yang teguh terhadap idealisme dan menjaga sikap hanif sehingga kehadiran
mahasiswa sebagai kaum intelektual yang dalam tatanan sosial masyarakat mendapat tempat
yang penting sebagai embun penyejuk. Untuk itulah HMI sebagai organisasi mahasiswa
harus mampu menetaskan kader-kader yang berkualitas insan cita sebagaimana yang
tersurat dalam tujuan HMI “Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang
bernafaskan islam, dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur
yang diridhoi Allah SWT” (pasal 4 AD HMI).
HAKEKAT KEBERADAAN HMI
HMI sebagai Organisasi Mahasiswa (pasal 7 AD HMI) Makna HMI sebagai organisasi
mahasiswa adalah organisasi yang menghimpun mahasiswa yang menuntut ilmu
pengetahuan di perguruan tinggi (Universitas/Akademi/Institut/Sekolah Tinggi) atau yang
sederajat, dan memilki ciri-ciri kemahasiswaan. Adapun ciri-ciri kemahasiswaan tersebut
adalah ilmiah, kritis dan analitis, rasional, obyektif, serta sistematis.

HMI sebagai Organisasi berasaskan Islam (pasal 3 AD HMI) HMI sebagai organisasi
berasaskan Islam maksudnya adalah organisasi yang menghimpun mahasiswa yang
beragama Islam, dimana secara individu dan organisatoris memiliki ciri-ciri keislaman,
menjadikan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai sumber norma, sumber nilai, sumber
inspirasi, dan sumber aspirasi dalam setiap aktivitas dan dinamika organisasi.
HMI sebagai Organisasi yang Bersifat Independen (pasal 6 AD HMI) HMI yang bersifat
independen adalah waktak organisasi yang selalu tunduk danberorientasi pada kebenaran
(hanif), sehingga kiprah setiap individu dan dinamika organisasi dalam bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara mempunyai pola pikir, pola sikap, dan pola tindak tidak terikat
dan tidak mengikatkan diri secara organisatoris dengan kepentingan atau organisasi mana
pun, segala sesuatu tidak didasarkan atas kehendak atau paksaan pihak lain.
Independensi dilihat dari dua dimensi, yakni :
1)

Indepndensi Etis
Sikap dan watak HMI yang termanifestasikan secara individu dan organisasi dalam
dinamika berfikir, bersikap, dan bertindak, baik dalam hubungan terhadap Sang Rab,
ataupun hubungan terhadap sesama, sesuai dengan fitrah kemanusiaannya, yakni tunduk dan
patuh kepada kebenaran (hanif).

2)

Independensi Organisatoris
Sikap dan watak HMI yang teraktualisasikan secara organisatoris di dalam kiprah dinamika
intern organisasi maupun dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam
keutuhan kehidupan nasional melakukan partisipasi aktif, konstruktif secara konstitusional
terhadap perjuangan bangsa dan pencapaian cita-cita nasional, hanya komit kepada
kebenaran, dan tidak tunduk atau komit terhadap kepentingan atau organisasi tertentu.
Prinsip-prinsip independensi HMI dalam implementasi dirumuskan sebagai berikut :

a)

Kader HMI terutama aktivitasnya dalam melakukan tugas dan tanggung jawab organisasi
harus tunduk pada ketentuan-ketentuan organisasi dalam melaksanakan program-program
organisasi, oleh karena itu tidak diperkenankan melakukan kegiatan-kegiatan yang
membawa organisasi atas kehendak pihak luar manapun.

b)

Kader HMI terutama aktivitasnya tidak dibenarkan mengadakan komitmen dalam bentuk
apapun dengan pihak luar selain segala sesuatu yang telah ditetapkan dan diputuskan secara
organisatoris.

c) Alumni HMI senantiasa diharapkan untuk aktif berjuang meneruskan dan mengembangkan
watak independensi etis dimanpun mereka berada dan berfungsi sesuai dengan profesinya
dalam rangka membawa hakekat misi HMI, menganjurkan serta mendorong alumni HMI
untuk menyalurkan aspirasinya secara tepat melalui semua jalur pengabdian, baik jalur
organisasi profesi, instansi pemerintah, wadah aspirasi politik, dan jalur lainnya yang
semata-mata karena hak dan tanggung jawab dalam rangka merealisasikan kehidupan
masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT.
Aplikasi dan dinamika berfikir, bersikap dan bertindak secara keseluruhan dari watak asasi
kader HMI terumus dalam bentuk :
a)

Cenderung kepada kebenaran

b)

Bebas, merdeka dan terbuka

c)

Obyektif, rasional, dan kritis

d)

Progresif dan dinamis

e)

Demokratis, jujur dan adil
TUJUAN HMI
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, tujuan HMI adalah “Terbinanya insan akademis,
pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam, dan bertangung jawab atas terwujudnya
masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT” (pasal 4 AD HMI). Dari tujuan tersebut
dapat dirumuskan menjadi lima kualitas insan cita, yakni kualitas insan akademis, kualitas
insan pencipta, kualitas insan pengabdi, kualitas insan bernafaskan Islam, dan kualitas insan
yang bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah
SWT.
Kualitas insan cita HMI adalah merupakan dunia cita yang terwujud oleh HMI di dalam
pribadi seorang manusia yang beriman dan berilmu pengetahuan serta mampu
melaksanakan tugas kerja kemanusiaan. Kualitas tersebut sebagaimana dalam pasal tujuan
(pasal 4 AD HMI) adalah sebagai berikut :

1.

Kualitas Insan Akademis
Berpendidikan Tinggi, berpengetahuan luas, berfikir rasional, obyektif, dan kritis.
Memiliki kemampuan teoritis, mampu memformulasikan apa yang diketahui dan
dirahasiakan. Dia selalu berlaku dan menghadapi suasana sekelilingnya dengan kesadaran.

Sanggung berdiri sendiri dengan lapangan ilmu pengetahuan sesuai dengan ilmu pilihannya,
baik secara teoritis maupun tekhnis dan sanggup bekerja secara ilmiah yaitu secara bertahap,
teratur, mengarah pada tujuan sesuai dengan prinsip-prinsip perkembangan.

2.

Kualitas Insan Pencipta : Insan Akademis, Pencipta
Sanggup melihat kemungkinan-kemungkinan lain yang lebih dari sekedar yang ada dan
bergairah besar untuk menciptakan bentuk-bentuk baru yang lebih baik dan bersikap dengan
bertolak dari apa yang ada (yaitu Allah). Berjiwa penuh dengan gagasan-gagasan kemajuan,
selalu mencari perbaikan dan pembaharuan.
Bersifat independen dan terbuka, tidak isolatif, insan yang menyadari dengan sikap
demikian potensi, kreatifnya dapat berkembang dan menentukan bentuk yang indah-indah.
Dengan ditopang kemampuan akademisnya dia mampu melaksanakan kerja kemanusiaan
yang disemangati ajaran islam.

3.

Kualitas Insan Pengabdi : Insan Akdemis, Pencipta, Pengabdi
Ikhlas dan sanggup berkarya demi kepentingan orang banyak atau untuk sesama umat.
Sadar membawa tugas insan pengabdi, bukannya hanya membuat dirinya baik tetapi juga
membuat kondisi sekelilingnya menajdi baik.
Insan akdemis, pencipta dan mengabdi adalah yang bersungguh-sungguh mewujudkan citacita dan ikhlas mengamalkan ilmunya untuk kepentingan sesamanya.

4.

Kualitas Insan yang bernafaskan islam : Insan Akademis, pencipta dan pengabdi yang
ber nafaskan Islam
Islam yang telah menjiwai dan memberi pedoman pola fikir dan pola lakunya tanpa
memakai merk Islam. Islam akan menajdi pedoman dalam berkarya dan mencipta sejalan
dengan nilai-nilai universal Islam. Dengan demikian Islam telah menapasi dan menjiwai
karyanya.
Ajaran Islam telah berhasil membentuk “unity personality” dalam dirinya. Nafas Islam telah
membentuk pribadinya yang utuh tercegah dari split personality tidak pernah ada dilema
pada dirinya sebagai warga negara dan dirinya sebagai muslim insan ini telah
mengintegrasikan masalah suksesnya dalam pembangunan nasional bangsa kedalam
suksesnya perjuangan umat islam Indonesia dan sebaliknya.

5.

Kualitas Insan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang
diridhoi oleh Allah SWT :

Insan akademis, pencipta dan pengabdi yang ber nafaskan islam dan bertanggungjawab atas
terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi oleh Allah SWT.
Berwatak, sanggup memikul akibat-akibat yang dari perbuatannya sadar bahwa menempuh
jalan yang benar diperlukan adanya keberanian moral.
Spontan dalam menghadapi tugas, responsip dalam menghadapi persoalan-persoalan dan
jauh dari sikap apatis.
Rasa tanggungjawab, takwa kepada Allah SWT, yang menggugah untuk mengambil peran
aktif dalam suatu bidang dalam me wujudkan masyarakat adil dan makmur yang diridhoi
Allah SWT.
Korektif terhadap setiap langkah yang berlawanan dengan usaha mewujudkan masyarakat
yang adil dan makmur.
Percaya pada diri sendiri dan sadar akan kedudukannya sebagai “khallifah fil ard” yang
harus melaksanakan tugas-tugas kemanusiaan.
Pada pokoknya insan cita HMI merupakan “Man of future” insan pelopor yaitu insan yang
berfikiran luas dan berpandangan jauh, bersikap terbuka, terampil atau ahli dalam
bidangnya, dia sadar apa yang menjadi cita-citanya dan tahu bagaimana mencari ilmu
perjuangan untuk secara kooferatif bekerja sesuai dengan yang dicita-citakan. Ideal type dari
hasil perkaderan HMI adalah “man of inovator” (duta-duta pembantu). Penyuara “Idea of
Progress” insan yang berkeperibadian imbang dan padu, kritis, dinamis, adil dan jujur tidak
takabur dan bertaqwa kepada Allah Allah SWT. Mereka itu manusia-manusia uang beriman
berilmu dan mampu beramal saleh dalam kualitas yang maksimal (insan kamil)
Dari lima kualitas lima insan cita tersebut pada dasarnya harus memahami dalam tiga
kualitas insan Cita yaitu kualitas insan akademis, kualitas insan pencipta dan kualitas insan
pengabdi. Ketiga insan kualitas pengabdi tersebut merupakan insan islam yang terefleksi
dalam sikap senantiasa bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil dan makmur
yang ridhoi Allah SWT.
Yang dimaksud dengan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT adalah
masyarakat yang menjalankan kehidupannya selalu berlandaskan atas asas keadilan
sehingga tercapai kemakmuran dan dalam perjalanan pencapaian masyarakat adil makmur
tersebut tidak mendobrak aturan Allah yang tertuang dalam Al-Qur’an sehingga adil
makmur yang dicapai oleh masyarakat merupakan adil makmur yang dikehendaki oleh

Allah SWT. Jadi setiap usaha dalam pencapaian masyarakat adil makmur harus berpedoman
pada ajaran Islam yang tertuang dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.

FUNGSI DAN PERAN HMI
HMI berfungsi sebagai Organisasi Kader (pasal 8 AD HMI)
HMI sebagai organisasi kader adalah organisasi mahasiswa yang berorientasikan Islam yang
melakukan perkaderan, dimana seluruh aktivitas yang dilakukan pada dasarnya merupakan
proses kaderisasi, sehingga HMI berfungsi dan hanya selalu membentuk kader-kader
muslim intelektual yang profesional
.
HMI berperan sebagai Organisasi Perjuangan (pasal 9 AD HMI)
HMI berperan sebagai organisasi perjuangan adalah organisasi yang selalu berjuang
melakukan dan membentuk kader bangsa yang muslim, intelektual, dan profesional dimana
outputnya ditujukan untuk kepentingan bangsa secara keseluruhan, sehingga insan HMI siap
dan dapat bermanfaat bagi seluruh golongan yang ada di masyarakat selama tidak
bertentangan dengan koridor misi HMI.
HUBUNGAN MISSION SECARA INTEGRAL
Hubungan antara asas, tujuan, sifat, status, fungsi dan peran HMI secara integral adalah
dalam pencapaian dan memperjuangkan mission HMI harus dilakukan secara utuh dan
menyeluruh, dan satu sama lain saling mempengaruhi, dan menentukan sehingga tidak bisa
ditinjau secara parsial.
Dalam diri kader HMI harus :
a)

Senantiasa memperdalam kehidupan rohani agar menjadi luhur dan bertaqwa pada
Allah SWT

b)

Selalu tidak puas dan berkemauan keras untuk mencari kebenaran, HMI hanya komit
pada kebenaran

c)

Jujur pada dirinya dan pada orang lain dan tidak mengingkari hati nuraninya

d)

Teguh dalam pendirian dan obyektif rasional jika berhadapan dengan orang yang
berbeda pendirian

e)

Bersikap kritis dan berfikir bebas kreatif.

URAIAN MATERI NILAI-NILAI DASAR PERJUANGAN (NDP) HMI
A.

Sejarah Perumusan NDP
Sampai pada fase perjuangan HMI dalam transisi orde lama dan orde baru, pedoman
perjuangan HMI yang mendasar dan sistematis belum ada, setelah fase berikutnya baru
disusun Nilai Dasar Perjuangan HMI, yang pada Kongres XVI HMI di Padang tahun 1986
pernah berubah nama menjadi Nilai Identitas Kader (NIK), pada dasarnya tidak ada
perubahan atas isi dari NDP. Perubahan ini didasari atas pertimbangan politik setelah
keluarnya UU No.5 tahun 1985 yang menyatakan bahwa Pancasila satu-satunya azas
organisasi kemasyarakatan. Pada Kongres XXII HMI di Jambi tahun 1999 nama NIK
kembali ditukar menjadi NDP, seirama dengan pertukaran azas organisasi.
Kelahiran NDP dilatarbelakangi oleh :

1)

Keadaan negara
Bangsa Indonesia sekitar 1966-1968 tengah mengalami perbaikan dari segi infra struktur
maupun supra struktur, karena bangsa Indonesia baru dilanda badai pengkhianatan PKI.

2)

Keadaan umat Islam
Nurkholis Madjid dalam buku HMI Menjawab Tantangan Jaman mengungkapkan bahwa
muslim Indonesia adalah termasuk yang paling sedikit ter”Arab”kan. Di Indonesia
pemahaman Islam masih dangkal, sehingga masih ada persoalan bagaimana menghayati
nilai-nilai Islam itu sendiri.

3)

Antek-antek PKI mempunyai pedoman yang baik
Untuk memberikan pemahaman tentang kekomunisan, para kader PKI di masa jayanya
(1960-an) mempunyai buku saku yang bisa dibaca dimanapun dan kapanpun. Melihat
keadaan ini timbul keinginan Cak Nur untuk menyusun dasar-dasar nilai Islam melalui
kerangka sistematis yang kemudia beliau beri nama NDI (Nilai Dasar Islam) dengan tujuan
NDI ini mampu berfungsi sebagai pemahaman global tentang ajaran Islam.

4)

Literatur yang tersedia belum memuaskan

Pada waktu itu para kader HMI masih jarang sekali menuangkan ide keislaman mereka
dalam bentuk tulisan, salah satu penyebabnya adalah kesibukan melawan PKI secara fisik.
Pada masa kepengurusan Nurkholis Madjid, HMI berusaha membuat pedoman
perjuangan dan pada Kongres X HMI di Palembang tahun 1971, ditetapkan menjadi Nilai
Dasar Perjuangan (NDP), yang berasal dari naskah NDI yang disampaikan Cak Nur dalam
Kongres IX HMI di Malang tahun 1969 yang selanjutnya kongres menugaskan kepada
Nurkholis Madjid, Sakib Mahmud, dan Endang Saifudin Anshari (alm.) untuk
menyempurnakannya. Pemilihan nama NDP sendiri memiliki alasan, yaitu (1) Nama NDI
terlalu mengklaim Islam yang bahkan akan mempersimpit ajaran Islam iru sendiri, (2)
Terinspirasi oleh buku “Perjuangan Kita”-nya Syahrir.
Ahmad Wahib dalam buku harian yang kemudian diterbitkan menjadi buku oleh
Johan Effendi dengan tajuk “Pergolakan Pemikiran Islam” yang dianggap controversial,
menuliskan bahwa perumusan NDI tersebut dipengaruhi oleh perjalanan Nurkholis Madjid
ke universitas-universitas di Amerika atas undangan pemerintah Amerika pada tahun 1968.
Hal ini dibantah oleh Cak Nur dalam buku HMI Menjawab Tantangan Jaman, bahwa
sebenarnya perjalanan ke Amerika tidak berpengaruh banyak terhadap dirinya, karena selain
perjalanan ke Amerika, Cak Nur juga melanjutkan lawatan ke Timur Tengah dengan
menggunakan sisa uang saku yang dihematnya waktu di Amerika. Di Timur Tengah
perjalanan dimulai dari Damaskus, Kuwait, Saudi Arabia, Turki, Lebanon, dan terakhir
Mesir. Dalam perjalanan di Timur Tengah inilah untuk pertama kalinya Cak Nur bertemu
Gus Dur, padahal mereka satu kampung. Di Riyadh Cak Nur bertemu dengan Dr. Farid
Mustafa dan mendapat banyak hal darinya. Selama di Timur Tengah Cak Nur sering
mengadakan diskusi kritis tentang berbagai hal keislaman.
Sepulang Cak Nur dari menunaikan ibadah haji atas undangan Menteri Pendidikan
Arab Saudi (Syekh hasan bin Abdullah Ali) sekitar bulan April 1969, keinginannya untuk
menulis NDI makin menggebu-gebu.
B.

Kedudukan NDP dalam tubuh HMI
NDP merupakan landasan perjuangan HMI, dan ini perlu disosialisikan pada setiap
kader. Tujuan NDP dalam HMI merupakan filsafat sosial dalam melakukan perubahan
sesuai tujuan HMI. Hubungan NDP dalam HMI dapat digambarkan sebagai berikut :

Berdasarkan skema tersebut, maka NDP merupakan filsafat sosial yang bersumber dari
ajaran Islam. Filsafat sosial ini diturunkan menjadi teori-teori sosial yang teori-teori ini akan
memberikan konsepsi yang jelas pada arah gerak perubahan sosial yang dilakukan oleh
HMI.

C.

Teks (Isi) NDP
NILAI DASAR PERJUANGAN HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

A.

DASAR-DASAR KEPERCAYAAN
Manusia memerlukan suatu bentuk kepercayaan. Kepercayaan itu akan melahirkan
tata nilai guna menopang hidup dan budayanya. Sikap tanpa percaya atau ragu yang
sempurna tidak mungkin dapat terjadi. Tetapi selain kepercayaan itu dianut karena
kebutuhan dalam waktu yang sama juga harus merupakan kebenaran. Demikian pula cara
berkepercayaan harus pula benar. Menganut kepercayaan yang salah bukan saja tidak
dikehendaki akan tetapi bahkan berbahaya.
Disebabkan kepercayaan itu diperlukan, maka dalam kenyataan kita temui bentukbentuk kepercayaan yang beraneka ragam di kalangan masyarakat. Karena bentuk- bentuk
kepercayaan itu berbeda satu dengan yang lain, maka sudah tentu ada dua kemungkinan:
kesemuanya itu salah atau salah satu saja diantaranya yang benar. Disamping itu masingmasing bentuk kepercayaan mungkin mengandung unsur-unsur kebenaran dan kepalsuan
yang campur baur.
Sekalipun demikian, kenyataan menunjukkan bahwa kepercayaan itu melahirkan
nilai-nilai. Nilai-nilai itu kemudian melembaga dalam tradis-tradisi yang diwariskan turun
temurun dan mengikat anggota masyarakat yang mendukungnya. Karena kecenderungan
tradisi untuk tetap mempertahankan diri terhadap kemungkinan perubahan nilai-nilai, maka
dalam kenyataan ikatan-ikatan tradisi sering menjadi penghambat perkembangan peradaban
dan kemajuan manusia. Disinilah terdapat kontradiksi kepercayaan diperlukan sebagai
sumber tatanilai guna menopang peradaban manusia, tetapi nilai-nilai itu melembaga dalam
tradisi yang membeku dan mengikat, maka justru merugikan peradaban.

Oleh karena itu, pada dasarnya, guna perkembangan peradaban dan kemajuannya,
manusia harus selalu bersedia meninggalkan setiap bentuk kepercayaan dan tata nilai yang
tradisional, dan menganut kepercayaan yang sungguh-sungguh yang merupakan kebenaran.
Maka satu-satunya sumber nilai dan pangkal nilai itu haruslah kebenaran itu sendiri.
Kebenaran merupakan asal dan tujuan segala kenyataan. Kebenaran yang mutlak adalah
Tuhan Allah.
Perumusan kalimat persaksian (Syahadat) Islam yang kesatu : Tiada Tuhan selain
Allah mengandung gabungan antara peniadaan dan pengecualian. Perkataan "Tidak ada
Tuhan" meniadakan segala bentuk kepercayaan, sedangkan perkataan "Selain Allah"
memperkecualikan satu kepercayaan kepada kebenaran. Dengan peniadaan itu dimaksudkan
agar manusia membebaskan dirinya dari belenggu segenap kepercayaan yang ada dengan
segala akibatnya, dan dengan pengecualian itu dimaksudkan agar manusia hanya tunduk
pada ukuran kebenaran dalam menetapkan dan memilih nilai - nilai, itu berarti tunduk pada
Allah, Tuhan Yang Maha Esa, Pencipta segala yang ada termasuk manusia. Tunduk dan
pasrah itu disebut Islam.
Tuhan itu ada, dan ada secara mutlak hanyalah Tuhan. Pendekatan ke arah
pengetahuan akan adanya Tuhan dapat ditempuh manusia dengan berbagai jalan, baik yang
bersifat intuitif, ilmiah, historis, pengalaman dan lain-lain. Tetapi karena kemutlakan Tuhan
dan kenisbian manusia, maka manusia tidak dapat menjangkau sendiri kepada pengertian
akan hakekat Tuhan yang sebenarnya. Namun demi kelengkapan kepercayaan kepada
Tuhan, manusia memerlukan pengetahuan secukupnya tentang Ketuhanan dan tatanilai yang
bersumber kepada-Nya. Oleh sebab itu diperlukan sesuatu yang lain yang lebih tinggi
namun tidak bertentangan denga insting dan indera.
Sesuatu yang diperlukan itu adalah "Wahyu" yaitu pengajaran atau pemberitahuan
yang langsung dari Tuhan sendiri kepada manusia. Tetapi sebagaimana kemampuan
menerima pengetahuan sampai ketingkat yang tertinggi tidak dimiliki oleh setiap orang,
demikian juga wahyu tidak diberikan kepada setiap orang. Wahyu itu diberikan kepada
manusia tertentu yang memenuhi syarat dan dipilih oleh Tuhan sendiri yaitu para Nabi dan
Rasul atau utusan Tuhan. Dengan kewajiban para Rosul itu untuk menyampaikannya kepada
seluruh ummat manusia. Para rasul dan nabi itu telah lewat dalam sejarah semenjak Adam,
Nuh, Ibrahim, Musa,Isa atau Yesus anak Mariam sampai pada Muhammad SAW.
Muhammad adalah Rasul penghabisan, jadi tiada Rasul lagi sesudahnya. Jadi para Nabi dan
Rasul itu adalah manusia biasa dengan kelebihan bahwa mereka menerima wahyu dari
Tuhan.

Wahyu Tuhan yang diberikan kepada Muhammad SAW terkumpul seluruhnya dalam
kitab suci Al-Quran. Selain berarti bacaan, kata Al-Quran juga bearti "kumpulan" atau
kompilasi, yaitu kompilasi dari segala keterangan. Sekalipun garis-garis besar Al-Quran
merupakan suatu kompendium, yang singkat namun mengandung keterangan-keterangan
tentang segala sesuatu sejak dari sekitar alam dan manusia sampai kepada hal-hal gaib yang
tidak mungkin diketahui manusia dengan cara lain (16:89).
Jadi untuk memahami Ketuhanan Yang Maha Esa dan ajaran-ajaran-Nya, manusia
harus berpegang kepada Al-Quran dengan terlebih dahulu mempercayai kerasulan
Muhammmad SAW. Maka kalimat kesaksian yang kedua memuat esensi kedua dari
kepercayaan yang harus dianut manusia, yaitu bahwa Muhammad adalah Rosul Allah.
Kemudian di dalam Al-Quran didapat keterangan lebih lanjut tentang Ketuhanan
Yang maha Esa ajaran-ajaranNya yang merupakan garis besar dan jalan hidup yang mesti
diikuti oleh manusia. Tentang Tuhan antara lain: surat Al-Ikhlas (112: 1-4) menerangkan
secara singkat; katakanlah : "Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa. Dia itu adalah Tuhan. Tuhan
tempat menaruh segala harapan. Tiada Ia berputra dan tiada pula berbapa”. Sela