Faktor Faktor Dan Kondisi Yang Mempengar
Faktor-Faktor Dan Kondisi Yang Mempengaruhi Sosial, Emosional Dan
Karakter Anak
Muslimatun Mokhlisah
Larangan Tokol, Tlanakan, Pamekasan
18201501060035
[email protected]
087850531668
Muslimatun Mokhlisah1
Abstrac
Abstrak
Ilmu pendidikan telah berkembang pesat dan terpesialisasi. Salah satu
diantaranya ialah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang membahas pendidikan
untuk anak usia 0-8 tahun. Anak usia tersebut dipandang memiliki karakteristik
yang berbeda dengan anak usia dini di atasnya sehingga pendidikannya dipandang
perlu untuk dikhususkan. Di negara-negara maju, taman bermain dan taman kanakkanak (TK) dipandang sebagai bagian integral dari sistem pendidikan nasional
sehingga sederajat dengan SD atau jenjang pendidikan lainnya. Guru TK tidak
dipandang lebih mudah dari guru SD atau dari jenjang pendidikan di atasnya.
Rumusan masalah, pertama apa pengaruh emosi terhadap kehidupan Anak Usia
Dini?, kedua faktor yang mempengaruhi emosi anak?, ketiga kondisi yang
mempengaruhi perkembangan emosi anak?, keempat faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi perkembangan anak?, dan kelima peran keluarga dalam
memengaruhi sosial emosional anak?. Tujuan penulisan ini adalah untuk
mengetahui pengaruh emosi terhadap kehidupan Anak Usia Dini, kedua faktor yang
mempengaruhi emosi anak, ketiga kondisi yang mempengaruhi perkembangan
emosi anak, keempat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan anak,
dan kelima peran keluarga dalam memengaruhi sosial emosional anak. Pengelolaan
emosi oleh seorang anak akan mempengaruhi bagaimana orang dewasa
memperlakukan anak, dan hal ini akan mendasari bagaimana cara anak menilai
dirinyua sendiri. Peranan anak dalam masyarakat dan keluarga secara sosial sangat
dipengaruhi oleh perkembangan emosi mereka dan mempengaruhi pandangan
anak terhadap kehidupan. Faktor Kematangan yaitu Perilaku emosional yang
matang dapat terjadi jika ada perkembangan kelenjar endokrin itulah sebabnya bayi
belum matang secara emosional. Mereka masih kekurangan produksi kelenjar yang
penting untuk mendukung reaksi fisiologis terhadap stress. Kedua, Faktor Belajar.
Kondisi kesehatan anak yang bagus akan mendorong tumbuhnya emosi yang
menyenangkan, sementara kesehatan yang kurang baik akan menyebabkan emosi
negative
menjadi
dominan.
Bentuk
interaksi
yang
terjadi
dapat
di
konseptualisasikan sebagai bentuk hubungan yang terjadi memengaruhi hubungan1JurusanTarbiyah IAINMadura Jl. Raya Panglegur KM 04 Pamekasan, JawaTimur, Indonesia,
Email: [email protected]
1
hubungan lain yang akan terjadi.Alat pendidikan yang digunakan keluarga adalah
kasih sayang dan kewibawaan. Kasih sayang orang tua berperan melindungi anak
dalam hal ketidakberdayaannya. Dengan dilandasi oleh kasih sayang, anak akan
merasa terlindungi dan merasa aman, memungkinkan anak akan tumbuh dan
berkembang secara baik.
Kata Kunci : Faktor, sosial, emosional, Lingkungan, anak usia Dini
Pendahuluan
Ilmu pendidikan telah berkembang pesat dan terpesialisasi. Salah satu
diantaranya ialah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang membahas pendidikan
untuk anak usia 0-8 tahun. Anak usia tersebut dipandang memiliki karakteristik
yang berbeda dengan anak usia dini di atasnya sehingga pendidikannya dipandang
perlu untuk dikhususkan. Di negara-negara maju, taman bermain dan taman kanakkanak (TK) dipandang sebagai bagian integral dari sistem pendidikan nasional
sehingga sederajat dengan SD atau jenjang pendidikan lainnya. Guru TK tidak
dipandang lebih mudah dari guru SD atau dari jenjang pendidikan di atasnya.
Keseriusan di negara-negara maju mengembangkan PAUD sangat beralasan.
Berbagai hasil penelitian menunjukkan usia dini merupakan masa peka yang sangat
penting bagi pendidikan anak. Pada masa tersebut tempaan dapat memberikan
efek bekas yang kuat dan tahan lama, kesalahan menempa akan memberikan efek
negatif jangka panjang yang sulit diperbaiki. Ki Hadjar Dewantara merangkum
semua potensi anak menjadi cipta, rasa dan karsa, PAUD bertujuan membimbing
dan mengembangkan potensi setiap anak agar dapat berkembang secara optimal
sesuai tipe kecerdasannya. Oleh karena itu guru harus memahami kebuthan khusus
atau kebutuhan individual anak. Akan tetapi disadari oula ada faktor-faktor yang
sulit atau tidak dapat diubah dalam diri anak yaitu faktir genetis. Oleh sebab itu,
PAUD diarahkan untuk memfalisitasi setiap anak dengan lingkungan dan bimbingan
bekajar yang tepat agar anak dapat berkembang sesuai kapasitas genetisnya.
Untuk dapat memahami dan mendalami karakter, kecerdasan dan
kecenderungan setiap anak, maka guru dan pihak-pihak terkait di Lembaga PAUD
harus melakukan penelaan terhadap tingkah laku anak. Sebaba hanya dari tingkah
laku inilah akan tampak seberapa jauh kemampuan dasarnya bagaimana
karakteristiknya, apa kecenderungannya, dan lain-lain sebagainya. Anak usia dini
sedang dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat, baik fisik
maupun mental. Selain pertumbuhan dan perkembangan fisik dan motorik,
perkembangan moral (termasuk kepribadian, watak dan akhlak),sosial, emosional,
intelektual, dan bahasa juga berlangsung sangat pesat.
Anak TK adalah berusia 4-6 tahun. Masa ini disebut juga masa emas, karena
peluang perkembangan anak yang sangat berharga. Anak yang mengalami masa
bahagia terpenuhinya segala kebutuhan fisik, maupun psikis di awal
perkembangannya,
diramalkan
akan
dapat
melaksanakan
tugas-tugas
perkembangan selanjutnya.Keadaan lingkungan kehidupan saat ini banyak
berakibat buruk terhadap perkembangan dan kehidupan sosial emosional anak.
Ternyata kehidupan yang teramat sibuk, mengakibatkan timbulnya tekanan-tekanan
pada sosial emosional anak sehingga berdampak pada anak-anak zaman sekarang,
yaitu menjadi lebih mudah kesal dan marah terutama dalam menanggapi segala
2
sesuatu mengenai dirinya.Kecenderang perilaku tersebut tidak hanya terjadi di
suatu tempat atau suatu Negara saja, tetapi hampir merata ke seluruh dunia. Dari
hasil survei terhadap para orangtua dan guru di seluruh dunia, ternyata ditemukan
bahwa generasi sekarang lebih banyak memiliki kesulitan emosi dan sosial daripada
generasi sebelumnya. Generasi sekarang lebih kesepian dan pemurung, lebih
beringasan, kurang memiliki sopan santun, mudah cemas, gugup, serta lebih
implusif. Untuk itu penulis sangat tertarik untuk membuat artikel dengan judul
“Permasalahan Sosial Emosional Anak Usia Taman Kanak-kanak” sebagai salah satu
tugas Mata Kuliah Metodologi Pengembangan Sosial.
Dari latar belakang di atas dapat diambil beberapa rumusan masalah, pertama
apa pengaruh emosi terhadap kehidupan Anak Usia Dini?, kedua faktor yang
mempengaruhi emosi anak?, ketiga kondisi yang mempengaruhi perkembangan
emosi anak?, keempat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan
anak?, dan kelima peran keluarga dalam memengaruhi sosial emosional anak?
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui pengaruh emosi terhadap
kehidupan Anak Usia Dini, kedua faktor yang mempengaruhi emosi anak, ketiga
kondisi yang mempengaruhi perkembangan emosi anak, keempat faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi perkembangan anak, dan kelima peran keluarga dalam
memengaruhi sosial emosional anak.
Pembahasan
Pengaruh Emosi terhadap kehidupan Anak Usia Dini
Menurut Hurlock, emosi akan mempengaruhi penyesuaian pribadi anak dalam
lingkungan sosialnya, antara lain: Emosi akan membuat tubuh bersiap untuk
melakukan suatu tindakan, emosi yang sangat kuat dapat mempengaruhi
keseimbangan dalam tubuh. Misalnya rasa marah yang luar biasa, tubuh akan
bersiap untuk melakukan aktivitas yang biasa ketika timbul amarah. Jika tidak
tersalurkan, bisa timbuk rasa gelisah, tidak nyaman atau amarah yang terpendam.
Keterampilan motorik juga dapat terganggu oleh ketegangan emosi. Misalnya,
karena merasa tegang seorang anak dapat melakukan gerakan yang kurang terarah
dan mengganggu kemampuan motoriknya apabila hal ini berlangsung secara lama.
Perasaan dan pikiran dapat dinyatakan melalui emosi yang dirasakan, yang akan
menyebabkan perubahan ekspresi wajah, bahas tubuh atau gesture tubuh, intonasi
suara dan sebagainya. Kegiatan mental pun dapat terganggu oleh emosi, maka dari
itu proses berpikir, belajar, berkonsentrasi dan lainnya akan terpengaruh apabila
emosi tidak stabil. Pengelolaan emosi oleh seorang anak akan mempengaruhi
bagaimana orang dewasa memperlakukan anak, dan hal ini akan mendasari
bagaimana cara anak menilai dirinyua sendiri. Peranan anak dalam masyarakat dan
keluarga secara sosial sangat dipengaruhi oleh perkembangan emosi mereka dan
mempengaruhi pandangan anak terhadap kehidupan. Interaksi anak dengan
lingkungannya juga dipengaruhi oleh kematangan emosi, dan juga dapat menjadi
panduan cara berprilaku bagi anak untuk menyesuaikan diri dengan norma sosial.
Anak perlu dibiasakan untuk mengulang perilaku positif, karena reaksi emosional
yang diulang akan menetap menjadi suatu kebiasaan yang akan sulit diubah pada
satu saat tertentu.2
Faktor Yang Mempengaruhi Emosi Anak
2 https://www.google.co.id/amp/s/dosenpsikologi.com/perkembangan-anak-usia-dini/amp
3
Pada anak yang masih sangat muda, emosi mereka pada umumnya ditunjukkan
dari reaksi fisik atau tingkah laku dan mereka akan mengambangkan kemampuan
untuk mengenali berbagai jenis emosi seiring dengan pertumbuhannya. Banyak hal
yang akan memberi pengaruh kepada cara anak mengapresikan emosinya, baik itu
melalui kata-kata ataupun tingkah laku. Faktor yang mempengaruhi tersebut
adalah: Yang pertama Faktor Kematangan yaitu Perilaku emosional yang matang
dapat terjadi jika ada perkembangan kelenjar endokrin itulah sebabnya bayi belum
matang secara emosional. Mereka masih kekurangan produksi kelenjar yang
penting untuk mendukung reaksi fisiologis terhadap stress. Kedua, Faktor Belajar.
Dalam metode belajar yang dapat menunjang perkebangan emosi anak usia dini
yaitu; pertama Trial and error, anak yang mempelajari untuk mengekspresikan
emosi secara coba-coba melalui beberapa macam perilaku dan memilih yang
memberikan pemuasan terbedar kepadanya, dan mengeliminasi perilaku yang
memberikan sedikit kepuasan atau tidak sama sekali. Ketiga meniru, anak belajar
mengenal emosi dengan cara meniru yang akan mempengaruhi rangsangan yang
dirasakannya atau aspek reaksinya terhadap emosi atau situasi tertentu. anak
mengamati apa saja hal yang bisa membangkitkan emosi tertentu pada orang lain,
dan akan bereaksi dengan cara yang sama dengan orang yang diamati.
Mengidentifikasi, Sama dengan belajar meniru, namun berbeda dalam aspek
bahwa anak hanya meniru orang yang dikaguminya. Biasanya orang ini adalah
orang yang memounyai ikatan kuat dengan anak, sehingga keinginan anak untuk
meniru kepada orang tersebut akan lebih kuat daripada untuk meniru sembarang
orang. Mengkondisi, Kondisi ini berarti bahwa anak mengasosiasikan objek dan
situasi yang awalnya gagal memancing reaksi emosional darinya. Pengkondisian
terjadi dengan mudah pada anak usia dini karena pada saat itu anak belum mampu
menalar situasi, kurangnya pengalaman untuk bersikap kritis, dan tidak menyadari
jika reaksi mereka tidak rasional. Berlatih, anak berlatih mengelola emosi dengan
bimbingan orang dewasa, yang mengajarkan cara bereaksi yang tepat jika
emosinya terpancing. Anak akan berlatih untuk memberikan reaksi kepada
rangsangan yang memberikan emosi menyenangkan, dan juga mengendalikan
emosi ketika mendapatkan rangsangan yang tidak menyenangkan.
Kondisi Yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi Anak
Perkembangan emosi pada anak usia dini akan sangat dipengaruhi oleh
berbagai kondisi seperti berikut: Nilai serta kepercayaan mengenai cara
mengekspresikan emosi yang layak dan tidak layak, yang dipelajari anak dari orang
tua, kerabat dan guru disekolah akan menjadi cara membentuk karakter anak usia
dini. Temperamen dari si anak itu sendiri, yang terkadang dapat menjadi penyebab
kenakalan anak. Perilaku emosional yang dipelajari anak berdasarkan pengamatan
atau pengalaman. Contohnya, cara merubah diri menjadi lebih baik. Anggota
keluarga lain yang menunjukkan caranya menangani stress dapat mempengaruhi
tahap perkembangan kepribadian. Kondisi kesehatan anak yang bagus akan
mendorong tumbuhnya emosi yang menyenangkan, sementara kesehatan yang
kurang baik akan menyebabkan emosi negative menjadi dominan. Lingkungan
rumah yang banyak berisi emosi positif juga akan memperkuat emosi yang baik dan
sebaliknya. Hal ini merupakan pola asuh anak usia dini yang tepat. 3
3 https://www.google.co.id/amp/s/dosenpsikologi.com/perkembangan-anak-usia-dini/amp
4
Peran Keluarga Dalam Memengaruhi Sosial Emosional Anak
Berkaitan dengan pengaruh lingkungan, Anastasi mengemukakan adanya
semacam faktor segmental, yaitu ada kalanya berlangsung dalam satuan waktu
yang singkat, ada kalanya berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Ada masamasa dimana pengaruh lingkungan sangat kecil dan sebaliknya ada masa-masa
dimana pengaruhnya sangat besar. Faktor nature dan nurture menjadi sumber dari
timbulnya setiap perkembangan tingkah laku. Kedua faktor ini tidak bisa berfungsi
secara terpisah, melainkan saling berinteraksi. Bentuk interaksi yang terjadi dapat
di konseptualisasikan sebagai bentuk hubungan yang terjadi memengaruhi
hubungan-hubungan lain yang akan terjadi. Interaksinya merupakan multiplicative
interactive.4
Dalam melaksanakan fungsi sosialisai, keluarga memiliki kedudukan sebagai
penghubung anak dalam kehidupan sosial dan norma-norma sosial. Faktor yang
menyebabkan peran keluarga sangat penting dalam proses sosialisasai anak yaitu,
keluarga merupakan kelompok kecil yang anggotanya berinteraksi face to face
secara tertutup. Orang tua mempunyai motivasi kuat untuk mendidik anak karena
anak merupakan buah dari kasih sayang hubungan suami istri. Karena hubungan
sosial dalam keluarga bersifat tertutup
Fungsi sosialisasi menunjukkan peran keluarga dalam membentuk kepribadian
anak. Melalui interaksi sosial dalam keluarga, anak mempelajari pola-pola sikap,
tingkah laku, keyakinan, cita-cita, dan nilai-nilai di masyarakat dalam rangka
perkembangan kepribadiannya. Adapun tujuan dari sosialisasi dalam lingkungan
keluarga, yaitu orang tua mengajarkan kepada anaknya tentang ; Penguasaan Diri,
masyarakat menuntut penguasaan diri setiap anggotanya. Proses mengajar anak
untuk menguasai dirinya timbul pada saat orang tua melatih anak untuk
memelihara kebersihan dirinya. Nilai, nilai dasar dalam diri seseorang terbentuk
pada saat usia enam tahun bersamaan dengan latihan penguasaan diri. Peranan
sosial, setelah pada diri anak berkembang kesadaran diri sendiri yang membedakan
dirinya dengan orang lain, dia mulai mempelajari peranan sosial yang sesuai
dengan gambaran tentang dirinya.
Alat pendidikan yang digunakan keluarga adalah kasih sayang dan kewibawaan.
Kasih sayang orang tua berperan melindungi anak dalam hal ketidakberdayaannya.
Dengan dilandasi oleh kasih sayang, anak akan merasa terlindungi dan merasa
aman, memungkinkan anak akan tumbuh dan berkembang secara baik. Tindakan
kewibawaan sebagai perilaku seseorang tercermin pada rasa tanggung jawab
sehingga orang merasa hormat kepadanya.5
Pola asuh yang dilaksanakan dalam keluarga sangat berperan dalam
pembentukan karakter anak. Hubungan emosional muncul karena hubungan cinta
kasih sayang ada dalam keluarga merupkan unsur yang paling mendasar bagi
perkembangan anak. Pola asuh keluarga diantaranya; Pola asuh yang memanjakan,
dalam hal ini masih ada orang tua yang mengartikan kasih sayang dengan
memanjakan yang berlebihan, sehingga segala sesuatu yang diberikan kepada si
anak diluar batas kewajaran. Akibatnya si anak tidak dapat mengembangkan
4Christiana Hari Soetjiningsih, Seri Psikologi Perkembangan, Perkembangan Anak Sejak Pembuahan Sampai
Dengan Kanak-Kanak Terakhir. (Jakarta:Prenadamedia Goup, 2012) hlm. 25-26
5Mursid, Belajar Dan Pembelajaran Paud. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015) hlm. 72
5
dirinya karena terlalu dikhawatirkan oleh orang tuanya. Yang kedua pola asuh
membiarkan, Pola ini dilakukan oleh orang tua dengan membiarkan anak sendiri
tanpa mengarahkan sehingga anak dapat berbuat apa saja yang sesuai
keinginannya. Kemungkinan akibat yang muncul adalah anak akan mementingkan
dirinya sendiri, sulit untuk bekerja sama. Yang ketiga, pola asuh otoriter, dalam pola
ini orang tua bertindak bahwa sesuatuyang menjadi aturannya harus dijalani dan
dipatuhi oleh anak. Akibat dari pola ini yaitu anak tidak akan pernah mampu
mengambil keputusan sendiri selalu bertanya kepada orang tuanya, atau enggan
dan tidak dapat mengambil inisiatif sendiri. Yang keempat, pola asuh otorittif, pola
asuh yang wajar dan tempat untuk membantu perkembangan potensi-potensi anak
yang dibawanya sejak lahir. Dalam penerapan pola ini disesuaikan dengan situasi
dan kondisi.6
Faktor penyebab perilaku agresif anak usia dini yaitu, Lingkungan Sekolah.
Sekolah memiliki peran sentral atas terjadinya perilaku agresif. Hal ini terjadi
karena, sudah menjadi tradisi di sekolah, bahwa pihak sekolah merasa hal itu
sesuatu yang lumrah terjadi. Dalam hal ini pihak sekolah tidak peduli, menganggap
biasa, toleran, dan tidak mengambil kebijakan apapun untuk mengurangi dan
menghilangkan perilaku agresif yang terjadi sekolah melakukan pembiaran atas
agresivitas yang dilakukan siswa-siswanya. Selain lingkungan sekolah yaitu
Lingkungan keluarga, keluarga merupakan lingkungan sosial yang sangat dekat
hubungannya dengan seseorang. Di dalam keluarga itu seseorang dibesarkan,
bertempat tinggal, berinteraksi satu dengan yang lain, dibentuknya nilai-nilai, pola
pemikiran, dan kebiasaannya. Keluarga juga berfungsi sebagai seleksi terhadap
segenap budaya luar, dan mediasi hubungan anak dengan lingkungannya.
Perlakuan orang tua terhadap anak berkaitan dengan apa yang dilakukan orang tua
atau anggota keluarga lain kepada anak. Apakah anak dibiarkan, diperlakukan
secara kasar, atau dimanfaatkan secara salah, atau diperlakukan secara penuh
toleransi dan menciptakan iklim yang sehat. Semuanya memengaruhi
perkembangan anak, dan mungkin juga berpengaruh pada anggota keluarga secara
keseluruhan. Tindakan keluarga yang membiarkan anak, diberlakukan secara kasar,
atau diperlakukan yang semestinya tidak perlu, akan memengaruhi perkembangan
mental anak. Dan Sifat Kepribadian, istilah kepribadian atau personality berasal dari
bahasa latin persona yang berarti topeng. Menurut Goldon Allport, kepribadian
merupakan susunan sistem psikofisik yang dinamis dalam arti diri individu yang
unik dan memengaruhi penyesuaian dirinya terhadap lingkungan. Faktor-faktor
yang memengaruhi kepribadian antara lain fisik, inteligensi, jenis kelamin, teman
sebaya, keluarga, kebuadayaan, lingkungan dan sosial budaya, serta faktor internal
dari dalam diri individu seperti tekanan emosional. 7
Simpulan
Pengelolaan emosi oleh seorang anak akan mempengaruhi bagaimana orang
dewasa memperlakukan anak, dan hal ini akan mendasari bagaimana cara anak
menilai dirinyua sendiri. Peranan anak dalam masyarakat dan keluarga secara sosial
sangat dipengaruhi oleh perkembangan emosi mereka dan mempengaruhi
pandangan anak terhadap kehidupan. Interaksi anak dengan lingkungannya juga
6Ibid, hlm. 73
7Khamim zarkasih, Suryadi, Bimbingan Dan Konseling Paud. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2016) hlm. 150154
6
dipengaruhi oleh kematangan emosi, dan juga dapat menjadi panduan cara
berprilaku bagi anak untuk menyesuaikan diri dengan norma sosial. Anak perlu
dibiasakan untuk mengulang perilaku positif, karena reaksi emosional yang diulang
akan menetap menjadi suatu kebiasaan yang akan sulit diubah pada satu saat
tertentu.
Faktor Kematangan yaitu Perilaku emosional yang matang dapat terjadi jika ada
perkembangan kelenjar endokrin itulah sebabnya bayi belum matang secara
emosional. Mereka masih
kekurangan produksi kelenjar yang penting untuk
mendukung reaksi fisiologis terhadap stress. Kedua, Faktor Belajar. Dalam metode
belajar yang dapat menunjang perkebangan emosi anak usia dini yaitu; pertama
Trial and error, anak yang mempelajari untuk mengekspresikan emosi secara cobacoba melalui beberapa macam perilaku dan memilih yang memberikan pemuasan
terbedar kepadanya, dan mengeliminasi perilaku yang memberikan sedikit
kepuasan atau tidak sama sekali. Ketiga meniru, anak belajar mengenal emosi
dengan cara meniru yang akan mempengaruhi rangsangan yang dirasakannya atau
aspek reaksinya terhadap emosi atau situasi tertentu. anak mengamati apa saja hal
yang bisa membangkitkan emosi tertentu pada orang lain, dan akan bereaksi
dengan cara yang sama dengan orang yang diamati.
Kondisi kesehatan anak yang bagus akan mendorong tumbuhnya emosi yang
menyenangkan, sementara kesehatan yang kurang baik akan menyebabkan emosi
negative menjadi dominan. Lingkungan rumah yang banyak berisi emosi positif juga
akan memperkuat emosi yang baik dan sebaliknya. Hal ini merupakan pola asuh
anak usia dini yang tepat.
Faktor nature dan nurture menjadi sumber dari timbulnya setiap perkembangan
tingkah laku. Kedua faktor ini tidak bisa berfungsi secara terpisah, melainkan saling
berinteraksi. Bentuk interaksi yang terjadi dapat di konseptualisasikan sebagai
bentuk hubungan yang terjadi memengaruhi hubungan-hubungan lain yang akan
terjadi.
Alat pendidikan yang digunakan keluarga adalah kasih sayang dan kewibawaan.
Kasih sayang orang tua berperan melindungi anak dalam hal ketidakberdayaannya.
Dengan dilandasi oleh kasih sayang, anak akan merasa terlindungi dan merasa
aman, memungkinkan anak akan tumbuh dan berkembang secara baik. Tindakan
kewibawaan sebagai perilaku seseorang tercermin pada rasa tanggung jawab
sehingga orang merasa hormat kepadanya.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.co.id/amp/s/dosenpsikologi.com/perkembangan-anak-usiadini/amp
Christiana Hari Soetjiningsih, Seri Psikologi Perkembangan, Perkembangan Anak
Sejak
Pembuahan
Sampai
Dengan
Kanak-Kanak
Terakhir.
Jakarta:Prenadamedia Goup, 2012
Mursid, Belajar Dan Pembelajaran Paud. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015
Khamim zarkasih, Suryadi, Bimbingan Dan Konseling Paud. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2016
7
8
Karakter Anak
Muslimatun Mokhlisah
Larangan Tokol, Tlanakan, Pamekasan
18201501060035
[email protected]
087850531668
Muslimatun Mokhlisah1
Abstrac
Abstrak
Ilmu pendidikan telah berkembang pesat dan terpesialisasi. Salah satu
diantaranya ialah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang membahas pendidikan
untuk anak usia 0-8 tahun. Anak usia tersebut dipandang memiliki karakteristik
yang berbeda dengan anak usia dini di atasnya sehingga pendidikannya dipandang
perlu untuk dikhususkan. Di negara-negara maju, taman bermain dan taman kanakkanak (TK) dipandang sebagai bagian integral dari sistem pendidikan nasional
sehingga sederajat dengan SD atau jenjang pendidikan lainnya. Guru TK tidak
dipandang lebih mudah dari guru SD atau dari jenjang pendidikan di atasnya.
Rumusan masalah, pertama apa pengaruh emosi terhadap kehidupan Anak Usia
Dini?, kedua faktor yang mempengaruhi emosi anak?, ketiga kondisi yang
mempengaruhi perkembangan emosi anak?, keempat faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi perkembangan anak?, dan kelima peran keluarga dalam
memengaruhi sosial emosional anak?. Tujuan penulisan ini adalah untuk
mengetahui pengaruh emosi terhadap kehidupan Anak Usia Dini, kedua faktor yang
mempengaruhi emosi anak, ketiga kondisi yang mempengaruhi perkembangan
emosi anak, keempat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan anak,
dan kelima peran keluarga dalam memengaruhi sosial emosional anak. Pengelolaan
emosi oleh seorang anak akan mempengaruhi bagaimana orang dewasa
memperlakukan anak, dan hal ini akan mendasari bagaimana cara anak menilai
dirinyua sendiri. Peranan anak dalam masyarakat dan keluarga secara sosial sangat
dipengaruhi oleh perkembangan emosi mereka dan mempengaruhi pandangan
anak terhadap kehidupan. Faktor Kematangan yaitu Perilaku emosional yang
matang dapat terjadi jika ada perkembangan kelenjar endokrin itulah sebabnya bayi
belum matang secara emosional. Mereka masih kekurangan produksi kelenjar yang
penting untuk mendukung reaksi fisiologis terhadap stress. Kedua, Faktor Belajar.
Kondisi kesehatan anak yang bagus akan mendorong tumbuhnya emosi yang
menyenangkan, sementara kesehatan yang kurang baik akan menyebabkan emosi
negative
menjadi
dominan.
Bentuk
interaksi
yang
terjadi
dapat
di
konseptualisasikan sebagai bentuk hubungan yang terjadi memengaruhi hubungan1JurusanTarbiyah IAINMadura Jl. Raya Panglegur KM 04 Pamekasan, JawaTimur, Indonesia,
Email: [email protected]
1
hubungan lain yang akan terjadi.Alat pendidikan yang digunakan keluarga adalah
kasih sayang dan kewibawaan. Kasih sayang orang tua berperan melindungi anak
dalam hal ketidakberdayaannya. Dengan dilandasi oleh kasih sayang, anak akan
merasa terlindungi dan merasa aman, memungkinkan anak akan tumbuh dan
berkembang secara baik.
Kata Kunci : Faktor, sosial, emosional, Lingkungan, anak usia Dini
Pendahuluan
Ilmu pendidikan telah berkembang pesat dan terpesialisasi. Salah satu
diantaranya ialah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang membahas pendidikan
untuk anak usia 0-8 tahun. Anak usia tersebut dipandang memiliki karakteristik
yang berbeda dengan anak usia dini di atasnya sehingga pendidikannya dipandang
perlu untuk dikhususkan. Di negara-negara maju, taman bermain dan taman kanakkanak (TK) dipandang sebagai bagian integral dari sistem pendidikan nasional
sehingga sederajat dengan SD atau jenjang pendidikan lainnya. Guru TK tidak
dipandang lebih mudah dari guru SD atau dari jenjang pendidikan di atasnya.
Keseriusan di negara-negara maju mengembangkan PAUD sangat beralasan.
Berbagai hasil penelitian menunjukkan usia dini merupakan masa peka yang sangat
penting bagi pendidikan anak. Pada masa tersebut tempaan dapat memberikan
efek bekas yang kuat dan tahan lama, kesalahan menempa akan memberikan efek
negatif jangka panjang yang sulit diperbaiki. Ki Hadjar Dewantara merangkum
semua potensi anak menjadi cipta, rasa dan karsa, PAUD bertujuan membimbing
dan mengembangkan potensi setiap anak agar dapat berkembang secara optimal
sesuai tipe kecerdasannya. Oleh karena itu guru harus memahami kebuthan khusus
atau kebutuhan individual anak. Akan tetapi disadari oula ada faktor-faktor yang
sulit atau tidak dapat diubah dalam diri anak yaitu faktir genetis. Oleh sebab itu,
PAUD diarahkan untuk memfalisitasi setiap anak dengan lingkungan dan bimbingan
bekajar yang tepat agar anak dapat berkembang sesuai kapasitas genetisnya.
Untuk dapat memahami dan mendalami karakter, kecerdasan dan
kecenderungan setiap anak, maka guru dan pihak-pihak terkait di Lembaga PAUD
harus melakukan penelaan terhadap tingkah laku anak. Sebaba hanya dari tingkah
laku inilah akan tampak seberapa jauh kemampuan dasarnya bagaimana
karakteristiknya, apa kecenderungannya, dan lain-lain sebagainya. Anak usia dini
sedang dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat, baik fisik
maupun mental. Selain pertumbuhan dan perkembangan fisik dan motorik,
perkembangan moral (termasuk kepribadian, watak dan akhlak),sosial, emosional,
intelektual, dan bahasa juga berlangsung sangat pesat.
Anak TK adalah berusia 4-6 tahun. Masa ini disebut juga masa emas, karena
peluang perkembangan anak yang sangat berharga. Anak yang mengalami masa
bahagia terpenuhinya segala kebutuhan fisik, maupun psikis di awal
perkembangannya,
diramalkan
akan
dapat
melaksanakan
tugas-tugas
perkembangan selanjutnya.Keadaan lingkungan kehidupan saat ini banyak
berakibat buruk terhadap perkembangan dan kehidupan sosial emosional anak.
Ternyata kehidupan yang teramat sibuk, mengakibatkan timbulnya tekanan-tekanan
pada sosial emosional anak sehingga berdampak pada anak-anak zaman sekarang,
yaitu menjadi lebih mudah kesal dan marah terutama dalam menanggapi segala
2
sesuatu mengenai dirinya.Kecenderang perilaku tersebut tidak hanya terjadi di
suatu tempat atau suatu Negara saja, tetapi hampir merata ke seluruh dunia. Dari
hasil survei terhadap para orangtua dan guru di seluruh dunia, ternyata ditemukan
bahwa generasi sekarang lebih banyak memiliki kesulitan emosi dan sosial daripada
generasi sebelumnya. Generasi sekarang lebih kesepian dan pemurung, lebih
beringasan, kurang memiliki sopan santun, mudah cemas, gugup, serta lebih
implusif. Untuk itu penulis sangat tertarik untuk membuat artikel dengan judul
“Permasalahan Sosial Emosional Anak Usia Taman Kanak-kanak” sebagai salah satu
tugas Mata Kuliah Metodologi Pengembangan Sosial.
Dari latar belakang di atas dapat diambil beberapa rumusan masalah, pertama
apa pengaruh emosi terhadap kehidupan Anak Usia Dini?, kedua faktor yang
mempengaruhi emosi anak?, ketiga kondisi yang mempengaruhi perkembangan
emosi anak?, keempat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan
anak?, dan kelima peran keluarga dalam memengaruhi sosial emosional anak?
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui pengaruh emosi terhadap
kehidupan Anak Usia Dini, kedua faktor yang mempengaruhi emosi anak, ketiga
kondisi yang mempengaruhi perkembangan emosi anak, keempat faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi perkembangan anak, dan kelima peran keluarga dalam
memengaruhi sosial emosional anak.
Pembahasan
Pengaruh Emosi terhadap kehidupan Anak Usia Dini
Menurut Hurlock, emosi akan mempengaruhi penyesuaian pribadi anak dalam
lingkungan sosialnya, antara lain: Emosi akan membuat tubuh bersiap untuk
melakukan suatu tindakan, emosi yang sangat kuat dapat mempengaruhi
keseimbangan dalam tubuh. Misalnya rasa marah yang luar biasa, tubuh akan
bersiap untuk melakukan aktivitas yang biasa ketika timbul amarah. Jika tidak
tersalurkan, bisa timbuk rasa gelisah, tidak nyaman atau amarah yang terpendam.
Keterampilan motorik juga dapat terganggu oleh ketegangan emosi. Misalnya,
karena merasa tegang seorang anak dapat melakukan gerakan yang kurang terarah
dan mengganggu kemampuan motoriknya apabila hal ini berlangsung secara lama.
Perasaan dan pikiran dapat dinyatakan melalui emosi yang dirasakan, yang akan
menyebabkan perubahan ekspresi wajah, bahas tubuh atau gesture tubuh, intonasi
suara dan sebagainya. Kegiatan mental pun dapat terganggu oleh emosi, maka dari
itu proses berpikir, belajar, berkonsentrasi dan lainnya akan terpengaruh apabila
emosi tidak stabil. Pengelolaan emosi oleh seorang anak akan mempengaruhi
bagaimana orang dewasa memperlakukan anak, dan hal ini akan mendasari
bagaimana cara anak menilai dirinyua sendiri. Peranan anak dalam masyarakat dan
keluarga secara sosial sangat dipengaruhi oleh perkembangan emosi mereka dan
mempengaruhi pandangan anak terhadap kehidupan. Interaksi anak dengan
lingkungannya juga dipengaruhi oleh kematangan emosi, dan juga dapat menjadi
panduan cara berprilaku bagi anak untuk menyesuaikan diri dengan norma sosial.
Anak perlu dibiasakan untuk mengulang perilaku positif, karena reaksi emosional
yang diulang akan menetap menjadi suatu kebiasaan yang akan sulit diubah pada
satu saat tertentu.2
Faktor Yang Mempengaruhi Emosi Anak
2 https://www.google.co.id/amp/s/dosenpsikologi.com/perkembangan-anak-usia-dini/amp
3
Pada anak yang masih sangat muda, emosi mereka pada umumnya ditunjukkan
dari reaksi fisik atau tingkah laku dan mereka akan mengambangkan kemampuan
untuk mengenali berbagai jenis emosi seiring dengan pertumbuhannya. Banyak hal
yang akan memberi pengaruh kepada cara anak mengapresikan emosinya, baik itu
melalui kata-kata ataupun tingkah laku. Faktor yang mempengaruhi tersebut
adalah: Yang pertama Faktor Kematangan yaitu Perilaku emosional yang matang
dapat terjadi jika ada perkembangan kelenjar endokrin itulah sebabnya bayi belum
matang secara emosional. Mereka masih kekurangan produksi kelenjar yang
penting untuk mendukung reaksi fisiologis terhadap stress. Kedua, Faktor Belajar.
Dalam metode belajar yang dapat menunjang perkebangan emosi anak usia dini
yaitu; pertama Trial and error, anak yang mempelajari untuk mengekspresikan
emosi secara coba-coba melalui beberapa macam perilaku dan memilih yang
memberikan pemuasan terbedar kepadanya, dan mengeliminasi perilaku yang
memberikan sedikit kepuasan atau tidak sama sekali. Ketiga meniru, anak belajar
mengenal emosi dengan cara meniru yang akan mempengaruhi rangsangan yang
dirasakannya atau aspek reaksinya terhadap emosi atau situasi tertentu. anak
mengamati apa saja hal yang bisa membangkitkan emosi tertentu pada orang lain,
dan akan bereaksi dengan cara yang sama dengan orang yang diamati.
Mengidentifikasi, Sama dengan belajar meniru, namun berbeda dalam aspek
bahwa anak hanya meniru orang yang dikaguminya. Biasanya orang ini adalah
orang yang memounyai ikatan kuat dengan anak, sehingga keinginan anak untuk
meniru kepada orang tersebut akan lebih kuat daripada untuk meniru sembarang
orang. Mengkondisi, Kondisi ini berarti bahwa anak mengasosiasikan objek dan
situasi yang awalnya gagal memancing reaksi emosional darinya. Pengkondisian
terjadi dengan mudah pada anak usia dini karena pada saat itu anak belum mampu
menalar situasi, kurangnya pengalaman untuk bersikap kritis, dan tidak menyadari
jika reaksi mereka tidak rasional. Berlatih, anak berlatih mengelola emosi dengan
bimbingan orang dewasa, yang mengajarkan cara bereaksi yang tepat jika
emosinya terpancing. Anak akan berlatih untuk memberikan reaksi kepada
rangsangan yang memberikan emosi menyenangkan, dan juga mengendalikan
emosi ketika mendapatkan rangsangan yang tidak menyenangkan.
Kondisi Yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi Anak
Perkembangan emosi pada anak usia dini akan sangat dipengaruhi oleh
berbagai kondisi seperti berikut: Nilai serta kepercayaan mengenai cara
mengekspresikan emosi yang layak dan tidak layak, yang dipelajari anak dari orang
tua, kerabat dan guru disekolah akan menjadi cara membentuk karakter anak usia
dini. Temperamen dari si anak itu sendiri, yang terkadang dapat menjadi penyebab
kenakalan anak. Perilaku emosional yang dipelajari anak berdasarkan pengamatan
atau pengalaman. Contohnya, cara merubah diri menjadi lebih baik. Anggota
keluarga lain yang menunjukkan caranya menangani stress dapat mempengaruhi
tahap perkembangan kepribadian. Kondisi kesehatan anak yang bagus akan
mendorong tumbuhnya emosi yang menyenangkan, sementara kesehatan yang
kurang baik akan menyebabkan emosi negative menjadi dominan. Lingkungan
rumah yang banyak berisi emosi positif juga akan memperkuat emosi yang baik dan
sebaliknya. Hal ini merupakan pola asuh anak usia dini yang tepat. 3
3 https://www.google.co.id/amp/s/dosenpsikologi.com/perkembangan-anak-usia-dini/amp
4
Peran Keluarga Dalam Memengaruhi Sosial Emosional Anak
Berkaitan dengan pengaruh lingkungan, Anastasi mengemukakan adanya
semacam faktor segmental, yaitu ada kalanya berlangsung dalam satuan waktu
yang singkat, ada kalanya berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Ada masamasa dimana pengaruh lingkungan sangat kecil dan sebaliknya ada masa-masa
dimana pengaruhnya sangat besar. Faktor nature dan nurture menjadi sumber dari
timbulnya setiap perkembangan tingkah laku. Kedua faktor ini tidak bisa berfungsi
secara terpisah, melainkan saling berinteraksi. Bentuk interaksi yang terjadi dapat
di konseptualisasikan sebagai bentuk hubungan yang terjadi memengaruhi
hubungan-hubungan lain yang akan terjadi. Interaksinya merupakan multiplicative
interactive.4
Dalam melaksanakan fungsi sosialisai, keluarga memiliki kedudukan sebagai
penghubung anak dalam kehidupan sosial dan norma-norma sosial. Faktor yang
menyebabkan peran keluarga sangat penting dalam proses sosialisasai anak yaitu,
keluarga merupakan kelompok kecil yang anggotanya berinteraksi face to face
secara tertutup. Orang tua mempunyai motivasi kuat untuk mendidik anak karena
anak merupakan buah dari kasih sayang hubungan suami istri. Karena hubungan
sosial dalam keluarga bersifat tertutup
Fungsi sosialisasi menunjukkan peran keluarga dalam membentuk kepribadian
anak. Melalui interaksi sosial dalam keluarga, anak mempelajari pola-pola sikap,
tingkah laku, keyakinan, cita-cita, dan nilai-nilai di masyarakat dalam rangka
perkembangan kepribadiannya. Adapun tujuan dari sosialisasi dalam lingkungan
keluarga, yaitu orang tua mengajarkan kepada anaknya tentang ; Penguasaan Diri,
masyarakat menuntut penguasaan diri setiap anggotanya. Proses mengajar anak
untuk menguasai dirinya timbul pada saat orang tua melatih anak untuk
memelihara kebersihan dirinya. Nilai, nilai dasar dalam diri seseorang terbentuk
pada saat usia enam tahun bersamaan dengan latihan penguasaan diri. Peranan
sosial, setelah pada diri anak berkembang kesadaran diri sendiri yang membedakan
dirinya dengan orang lain, dia mulai mempelajari peranan sosial yang sesuai
dengan gambaran tentang dirinya.
Alat pendidikan yang digunakan keluarga adalah kasih sayang dan kewibawaan.
Kasih sayang orang tua berperan melindungi anak dalam hal ketidakberdayaannya.
Dengan dilandasi oleh kasih sayang, anak akan merasa terlindungi dan merasa
aman, memungkinkan anak akan tumbuh dan berkembang secara baik. Tindakan
kewibawaan sebagai perilaku seseorang tercermin pada rasa tanggung jawab
sehingga orang merasa hormat kepadanya.5
Pola asuh yang dilaksanakan dalam keluarga sangat berperan dalam
pembentukan karakter anak. Hubungan emosional muncul karena hubungan cinta
kasih sayang ada dalam keluarga merupkan unsur yang paling mendasar bagi
perkembangan anak. Pola asuh keluarga diantaranya; Pola asuh yang memanjakan,
dalam hal ini masih ada orang tua yang mengartikan kasih sayang dengan
memanjakan yang berlebihan, sehingga segala sesuatu yang diberikan kepada si
anak diluar batas kewajaran. Akibatnya si anak tidak dapat mengembangkan
4Christiana Hari Soetjiningsih, Seri Psikologi Perkembangan, Perkembangan Anak Sejak Pembuahan Sampai
Dengan Kanak-Kanak Terakhir. (Jakarta:Prenadamedia Goup, 2012) hlm. 25-26
5Mursid, Belajar Dan Pembelajaran Paud. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015) hlm. 72
5
dirinya karena terlalu dikhawatirkan oleh orang tuanya. Yang kedua pola asuh
membiarkan, Pola ini dilakukan oleh orang tua dengan membiarkan anak sendiri
tanpa mengarahkan sehingga anak dapat berbuat apa saja yang sesuai
keinginannya. Kemungkinan akibat yang muncul adalah anak akan mementingkan
dirinya sendiri, sulit untuk bekerja sama. Yang ketiga, pola asuh otoriter, dalam pola
ini orang tua bertindak bahwa sesuatuyang menjadi aturannya harus dijalani dan
dipatuhi oleh anak. Akibat dari pola ini yaitu anak tidak akan pernah mampu
mengambil keputusan sendiri selalu bertanya kepada orang tuanya, atau enggan
dan tidak dapat mengambil inisiatif sendiri. Yang keempat, pola asuh otorittif, pola
asuh yang wajar dan tempat untuk membantu perkembangan potensi-potensi anak
yang dibawanya sejak lahir. Dalam penerapan pola ini disesuaikan dengan situasi
dan kondisi.6
Faktor penyebab perilaku agresif anak usia dini yaitu, Lingkungan Sekolah.
Sekolah memiliki peran sentral atas terjadinya perilaku agresif. Hal ini terjadi
karena, sudah menjadi tradisi di sekolah, bahwa pihak sekolah merasa hal itu
sesuatu yang lumrah terjadi. Dalam hal ini pihak sekolah tidak peduli, menganggap
biasa, toleran, dan tidak mengambil kebijakan apapun untuk mengurangi dan
menghilangkan perilaku agresif yang terjadi sekolah melakukan pembiaran atas
agresivitas yang dilakukan siswa-siswanya. Selain lingkungan sekolah yaitu
Lingkungan keluarga, keluarga merupakan lingkungan sosial yang sangat dekat
hubungannya dengan seseorang. Di dalam keluarga itu seseorang dibesarkan,
bertempat tinggal, berinteraksi satu dengan yang lain, dibentuknya nilai-nilai, pola
pemikiran, dan kebiasaannya. Keluarga juga berfungsi sebagai seleksi terhadap
segenap budaya luar, dan mediasi hubungan anak dengan lingkungannya.
Perlakuan orang tua terhadap anak berkaitan dengan apa yang dilakukan orang tua
atau anggota keluarga lain kepada anak. Apakah anak dibiarkan, diperlakukan
secara kasar, atau dimanfaatkan secara salah, atau diperlakukan secara penuh
toleransi dan menciptakan iklim yang sehat. Semuanya memengaruhi
perkembangan anak, dan mungkin juga berpengaruh pada anggota keluarga secara
keseluruhan. Tindakan keluarga yang membiarkan anak, diberlakukan secara kasar,
atau diperlakukan yang semestinya tidak perlu, akan memengaruhi perkembangan
mental anak. Dan Sifat Kepribadian, istilah kepribadian atau personality berasal dari
bahasa latin persona yang berarti topeng. Menurut Goldon Allport, kepribadian
merupakan susunan sistem psikofisik yang dinamis dalam arti diri individu yang
unik dan memengaruhi penyesuaian dirinya terhadap lingkungan. Faktor-faktor
yang memengaruhi kepribadian antara lain fisik, inteligensi, jenis kelamin, teman
sebaya, keluarga, kebuadayaan, lingkungan dan sosial budaya, serta faktor internal
dari dalam diri individu seperti tekanan emosional. 7
Simpulan
Pengelolaan emosi oleh seorang anak akan mempengaruhi bagaimana orang
dewasa memperlakukan anak, dan hal ini akan mendasari bagaimana cara anak
menilai dirinyua sendiri. Peranan anak dalam masyarakat dan keluarga secara sosial
sangat dipengaruhi oleh perkembangan emosi mereka dan mempengaruhi
pandangan anak terhadap kehidupan. Interaksi anak dengan lingkungannya juga
6Ibid, hlm. 73
7Khamim zarkasih, Suryadi, Bimbingan Dan Konseling Paud. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2016) hlm. 150154
6
dipengaruhi oleh kematangan emosi, dan juga dapat menjadi panduan cara
berprilaku bagi anak untuk menyesuaikan diri dengan norma sosial. Anak perlu
dibiasakan untuk mengulang perilaku positif, karena reaksi emosional yang diulang
akan menetap menjadi suatu kebiasaan yang akan sulit diubah pada satu saat
tertentu.
Faktor Kematangan yaitu Perilaku emosional yang matang dapat terjadi jika ada
perkembangan kelenjar endokrin itulah sebabnya bayi belum matang secara
emosional. Mereka masih
kekurangan produksi kelenjar yang penting untuk
mendukung reaksi fisiologis terhadap stress. Kedua, Faktor Belajar. Dalam metode
belajar yang dapat menunjang perkebangan emosi anak usia dini yaitu; pertama
Trial and error, anak yang mempelajari untuk mengekspresikan emosi secara cobacoba melalui beberapa macam perilaku dan memilih yang memberikan pemuasan
terbedar kepadanya, dan mengeliminasi perilaku yang memberikan sedikit
kepuasan atau tidak sama sekali. Ketiga meniru, anak belajar mengenal emosi
dengan cara meniru yang akan mempengaruhi rangsangan yang dirasakannya atau
aspek reaksinya terhadap emosi atau situasi tertentu. anak mengamati apa saja hal
yang bisa membangkitkan emosi tertentu pada orang lain, dan akan bereaksi
dengan cara yang sama dengan orang yang diamati.
Kondisi kesehatan anak yang bagus akan mendorong tumbuhnya emosi yang
menyenangkan, sementara kesehatan yang kurang baik akan menyebabkan emosi
negative menjadi dominan. Lingkungan rumah yang banyak berisi emosi positif juga
akan memperkuat emosi yang baik dan sebaliknya. Hal ini merupakan pola asuh
anak usia dini yang tepat.
Faktor nature dan nurture menjadi sumber dari timbulnya setiap perkembangan
tingkah laku. Kedua faktor ini tidak bisa berfungsi secara terpisah, melainkan saling
berinteraksi. Bentuk interaksi yang terjadi dapat di konseptualisasikan sebagai
bentuk hubungan yang terjadi memengaruhi hubungan-hubungan lain yang akan
terjadi.
Alat pendidikan yang digunakan keluarga adalah kasih sayang dan kewibawaan.
Kasih sayang orang tua berperan melindungi anak dalam hal ketidakberdayaannya.
Dengan dilandasi oleh kasih sayang, anak akan merasa terlindungi dan merasa
aman, memungkinkan anak akan tumbuh dan berkembang secara baik. Tindakan
kewibawaan sebagai perilaku seseorang tercermin pada rasa tanggung jawab
sehingga orang merasa hormat kepadanya.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.co.id/amp/s/dosenpsikologi.com/perkembangan-anak-usiadini/amp
Christiana Hari Soetjiningsih, Seri Psikologi Perkembangan, Perkembangan Anak
Sejak
Pembuahan
Sampai
Dengan
Kanak-Kanak
Terakhir.
Jakarta:Prenadamedia Goup, 2012
Mursid, Belajar Dan Pembelajaran Paud. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015
Khamim zarkasih, Suryadi, Bimbingan Dan Konseling Paud. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2016
7
8