Sampah Dalam Ekonomi Penanganan dan Pema
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberadaan sampah yang semakin hari semakin menumpuk memberi
pengaruh perubahan yang signifikan pada lingkungan. Hadirnya beberapa TPA1
(Tempat Pemprosesan Akhir) di kota besar tidak saja cukup untuk menampung
sampah yang sebagian besar dihasilkan oleh perkotaan. Demikian juga sampah
mempengaruhi permasalahan lingkungan lain seperti banjir 2 dan pencemaran tanah3 .
Sejak awal masyarakat telah disosialisasi atau diberikan penyuluhan oleh pemerintah
atau organisasi lingkungan, namun tingkat kesadaran masyarakat yang rendah akan
sebab-akibat sampah menjadikan tugas penting bersama untuk lingkungan yang lebih
baik.
Bagi perekonomian sebagian besar perkotaan, sampah merupakan hal mikro
yang dijadikan suatu pendapatan oleh sebagian masyarakat kecil, namun bisa menjadi
hal makro jika dari sebagian masyarakat kecil merangkul masyarakat yang lain untuk
mengatasi masalah tersebut. Dengan pemanfaatan dan penanganan sampah yang tepat
diharapkan permasalahan lingkungan akan terselasaikan dan menguntungkan dari segi
ekonomi
bahkan
kesejahteraan
masyarakat.
Oleh
karena
itu,
dengan
mempersandingkan masalah sampah dan ekonomi, karya tulis ilmiah ini hendak
memaparkan bagaimana masalah sampah dan ekonomi saling berkaitan.
1
Tempat Pemprosesan Akhir sebagai tempat untuk menimbun sampah dan merupakan bentuk tertua
perlakuan sampah
2
Banjir , salah satu penyebab yang akan timbul karena pembuangan sampah yang tidak seharusnya.
3
Pencemaran Tanah, keadaan tanah dimana terkena suatu zat kimia yang salah satunya dari zat
microorganisme dari tetimbunan sampah di tanah
B. Permasalahan
Berdasarkan paparan diatas permasalahan yang dapat ditarik dalam karya tulis
ilmiah ini terutama adalah konsep penanganan dan pemanfaatan sampah sebagai suatu
material sisa yang tidak diinginkan setelah adanya proses menjadi suatu kegiatan
positif yang menghasilkan baik dari segi pendapatan, kesehatan, dan lingkungan yang
sehat. Maka disini akan dikaji bagaimana strategi, cara, hingga sistem dari
penanganan dan pemanfaatan dari sampah ini.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan utama pembuatan karya tulis ilmiah ialah memberi edukasi mendalam
mengenai sampah sebagai hal yang dipandang negatif menjadi positif di kalangan
rumah sendiri, masyarakat sekitar hingga masyarakat luas. Sehingga paparan dalam
karya tulis ilmiah ini dapat menangkap dan melihat bagaimana hal negatif itu muncul
menjadi sebuah kreativitas dan mengajak serta turut mengambil bagian.
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Sampah: Pengertian dan Jenis.
Definisi dari sampah menurut (Tchobanoglus, Theissen dan
Eliassen:1993) adalah semua buangan padat yang dihasilkan dari seluruh
kegiatan manusia dan hewan yang tidak berguna atau tidak diinginkan.
Pandangan berbeda dari (Ecolink, Lingkungan untuk Manajemen:1996)
sampah adalah bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber aktivitas
manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Dari dua
definisi tersebut maka, sampah merupakan bahan atau buangan padat yang
dihasilkan dari kegiatan manusia maupun hewan yang belum memiliki nilai
ekonomis. Penekanan “belum memiliki nilai ekonomis” pada definisi diatas,
pada dasarnya sampah mempunyai nilai ekonomis.
Jenis sampah yang beragam, Daniel (2009) dalam bukunya Easy
Green Living mengemukakan, bahwa terdapat tiga jenis sampah diantaranya:
1. Sampah Organik, yaitu sampah yang terdiri dari bahan-bahan yang bisa
terurai secara alamiah atau biologis, seperti sisa makanan dan guguran
daun. Sampah jenis ini juga biasa disebut sampah basah.
2. Sampah Anorganik, yaitu sampah yang terdiri bahan-bahan yang sulit
terurai
secara
biologis.
Proses
penghancurannya
membutuhkan
penanganan lebih lanjut ditempat khusus misalnya plastik, kaleng dan
styrofoam. Sampah jenis ini juga biasa disebut sampah kering.
3. Sampah bahan berbahaya dan beracun (B3), yaitu limbah dari bahan-bahan
berbahaya dan beracun seperti linah rumah sakit, limbah pabrik dan lainlain.
B. Sampah : Jumlah Produksi
Hasil riset tahunan American Assosiation for the Advancement of
Science (AAAS) mengemukakan bahwa, “sekitar delapan juta ton sampah
plastik beredar di lautan dunia setiap tahun”. Di Indonesia sendiri, negara kita
penyumbang sampah terbesar kedua di dunia setelah negara China (RRC). Hal
ini
disebabkan
karena
negara-negara
berkembang
mengesampingkan
infrastruktur pengelolaan sampah ketika pertumbuhan ekonomi sedang positif.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Sabar Ginting
mengemukakan bahwa pertambahan penduduk mencapai 1 (satu) persen dan
berdampak pada produksi sampah. Perkiraan produksi sampah mencapai 0,5
-0,8 kilogram (kg) per orang/hari. Berdasarkan kalkulasi 200.000 jiwa maka
akan menghasilkan setidaknya 100 ton perhari dalam kurun waktu satu tahun.
Intesitas produksi sampah yang meningkat setiap tahunnya, kepala tim
ilmuwan Universitas Georgia, Dr. Jennna Jembeck mengemukakan hasil
studinya mengenai “peredaran sampah plastik dilautan dunia” kepada BBC,
kuantitas sampah plastik yang ditemukan di laut sama dengan sekitar lima
kantong belanja berisi plastik untuk setiap meter garis pantai di dunia”. Hal ini
mengingatkan kita untuk setidaknya mengurangi sampah yang terutama
anorganik seperti bahan plastik yang non-biodegrable.
C. Sampah : Penanganan
Penanganan atau proses, cara, perbuatan menangani sampah ada
banyak sekali, namun istilah tahap penanganan sampah yang paling umum dan
dikenal sebagian masyarakat adalah melakukan 3R, 4R, atau 5R. 3R sendiri
dari reduce (mengurangi), reuse (menggunakan kembali) dan recycle
(mendaur ulang kembali). 4R adalah gabungan 3R dan replace (mengganti)
juga 5R adalah gabungan 4R dan replant (menanam kembali). Penggunaan 4R
dan 5R adalah tahap pengelolaan sampah di perkotaan atau kota besar. Lalu
bagaimanakah langkah yang tepat untuk memulai pengelolaan sampah?
Dimulai dengan konsep pengananan sampah modern 3R (Cunningham:2004);
1. Reduce (mengurangi) adalah kegiatan mengurangi pemakaian suatu
barang atau pola perilaku manusia yang dapat mengurangi produksi
sampah, serta tidak melakukan pola konsumsi yang berlebihan. Pola
konsumsi masyarakat di Indonesia sendiri termasuk dalam kategori yang
total pengeluarannya lebih besar daripada pendapatan. Dalam sebuah
survei Share of Wallet oleh Kadence International (2013) dimana survei
berdasarkan segmentasi kelas ekonomi dan pola konsumsi masyarakat
Indonesia berdasarkan pola menabung dalam empat segmen, yaitu;
1. Deep Pocket sebesar 21%, kelompok yang menabung lebih dari Rp. 2
juta per bulan dari penghasilannya.
2. Pragmatic sebesar 17%, kelompok yang menabung sebesar Rp. 1 juta
– Rp. 2 juta per bulan dari penghasilannya.
3. On Edge sebesar 33%, kelompok yang menabung sebesar Rp. 0 hingga
Rp. 1 juta per bulan dari penghasilannya.
4. Broke sebesar 28% , kelompok yang pengeluaran lebih besar dari
pendapatan, sehingga mengalami defisit hingga rata-rata 35 %.
Dengan pola konsumsi masyarakat seperti survei diatas akan berdampak
positif bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan meningkatkan Produk
Domestik Produk (PDB), dibandingkan berdasarkan data BPS (Badan
Pusat Statistik) dua tahun terakhir antara 2012-2013 rata-rata pengeluaran
untuk sektor non-makanan mencapai Rp. 189.107 atau sebesar 40,99
persen, tahun 2013 dengan proporsi tetap 40 persen rata-rata pengeluaran
per kapita untuk barang non-makanan mencapai Rp. 206.349. Ini
menunjukan bahwa tingkat pengeluran masyarakat Indonesia sangat besar
untuk memenuhi keinginan dan mengesampingkan kebutuhan, perilaku
konsumtif telah mengakar diikuti dengan budaya trend sehingga kantung
belanja masyarakat Indonesia (non-makanan) semakin produktif, dan
menambah produksi sampah. Pola perilaku yang dapat diterapkan dalam
kasus seperti ini adalah menekan anggaran belanja yang bersifat keinginan
dan mengutamakan kebutuhan dengan savings, mengurangi pemakaian
kantung belanja swalayan, kemasan makanan cepat saji dan kemasan refill.
Menurut hal pribadi saya, kemasan refill akan memakan lebih banyak
sampah ketika di kumpulkan menjadi satu atau kolektif. Contoh, ketika
Anda membeli sebuah pembersih lantai dengan kemasan botol 1 liter,
kemudian dengan cara sama membeli kemasan refill 4 buah dengan isi 250
ml agar lebih murah dan tidak memberatkan anggaran belanja. Namun dari
segi produktivitas sampah, ini sangat memberatkan karena Anda akan
menyumbang 4 kemasan refill dengan 1 kemasan botol kedalam sampah
bulanan Anda.
2. Reuse (menggunakan kembali) adalah kegiatan menggunakan kembali
material atau bahan yang masih layak pakai. Pola penanganan sampah
yang dapat diterapkan seperti penggunaan kertas bekas hasil mencetak
yang gagal dapat dipergunakan kembali untuk mencetak ulang,
penggunaan barang yang dapat diisi ulang seperti pulpen dan minyak
wangi, juga penggunaan kemasan botol baik makanan dan non-makanan
untuk menyimpan bahan makanan lain untuk efisien dengan mengetahui
batas aman penggunaan botol tersebut seperti jangka waktu penyimpanan
dan suhu.
3. Recycle (mendaur ulang) adalah kegiatan mengolah kembali atau mendaur
ulang dengan memanfaatkan barang bekas dengan cara mengolah
materinya untuk digunakan lebih lanjut. Kegiatan daur ulang ini adalah
mengubah materi daur ulang menjadi bentuk baru mengubah sampah
basah atau sisa makanan menjadi kompos dan bisa dipergunakan sebagai
pupuk atau kalau pribadi saya sendiri sering menggunakan botol bekas
menjadi pot tanaman untuk bibit tanaman, box sepatu dijadikan rak kertas
seperti kertas fotokopi mata kuliah, modul dan catatan penting dengan
space terpisah dengan menutup semua bukaan box dan menumpuknya
menjadi satu dengan memperhatikan ukuran box sepatu.
Perlakuan 3 R mencakup dalam sektor lingkungan sekitar, namun 4 R
diwujudkan untuk merangkul berbagai sektor. Replace (penggantian) adalah kegiatan
untuk mengganti pemakaian suatu barang atau memakai barang subtitusi/alternatif
yang sifatnya lebih ramah lingkungan dan dapat digunakan kembali. Dalam sektor
pendidikan misalnya, penggunaan papan tulis kapur dengan white board dengan
mengurangi penggunaan kapur, penggunaan pensil kayu dengan pensil mekanik
dengan mengurangi penggunaan kayu, juga penggunaan aplikasi power point untuk
presetasi dengan tinta spidol. Dalam sektor rumah tangga, seperti penggunaan tisu
dengan sapu tangan, lampu hemat energi. Dalam sektor perkantoran, pengiriman
berkas penting bisa digantikan dengan email.
Kegiatan 5 R dapat diwujudkan dengan kesadaran masyarakat untuk bergerak
bersama untuk mengembalikan lahan yang rusak sebagai akibat aktivitas makhluk
hidup. Replant (menanam kembali) kegiatan menanam kembali, sering juga disebut
reboisasi. Reboisasi biasanya dilakukan hanya dilakukan pada hutan yang telah
ditebang dan sebagian besar berada didaerah. Bagaimana dengan perkotaan,
penggunaan lahan yang rusak bisa dijadikan lahan reboisasi untuk kehidupan yang
lebih baik.
Urban Farming, adalah salah satu jawaban untuk mengatasi hal tersebut.
Urban Farming atau Pertanian Kota menurut Boreja. (2010) atau urban agriculture
sebagai membudidayakan tanaman dan/atau memelihara hewan ternak didalam dan
sekitar wilayah kota besar/metropolitan dan atau kota kecil untuk memperoleh bahan
pangan/kebutuhan lain dan tambahan finansial, termaksuk didalamnya pemrosesan
hasil panen, pemasaran, dan distribusi produk dari hasil kegiatan tersebut.
Kegiatan dari urban farming dalam skala kecil akan berbentuk penjualan hasil
usaha berupa bibit atau benih, dalam skala besar atau berkembang kegiatan ini
menjadi penjualan sarana produksi pertanian lain seperti media tanam siap pakai,
pupuk organik (fungsi recycle), wadah tanaman (biasanya wadah tanaman yang
dipakai urban farming adalah pipa bekas, botol kemasan bekas:fungsi reuse), dan
sebagainya. Seperti yang sudah dijelaskan diawal, penanganan sampah yang tepat
akan menghasilkan pendapatan bahkan kesejahteraan, karena kegiatan urban farming
ini berpotensi menciptakan lapangan pekerjaan sehingga mengurangi pengangguran.
Konsep produksi urban farming menggunakan sistem teknologi budi daya
secara tradisional yang artinya bisa dimulai dari lingkungan sendiri atau individual,
konvensional (modern), semi konvensional atau berkelanjutan (dalam skala besar).
Urban Farming bisa diadopsi dengan baik sehingga tidak hanya memperbaiki
lingkungan hidup perkotaan, memberikan lapangan pekerjaan maupun pasokan
pangan bagi masyarakat perkotaan, melainkan bisa berguna lebih luas sehingga
kegiatan ini banyak dilakukan oleh oleh orang-orang level ekonomi menengah
kebawah yang tinggal disekitar perkotaan.
Dampak positif dari adanya Urban Farming ini daerah perkotaan yang
dipenuhi oleh polusi, tekstur tanah yang gersang dan lahan terbatas dapat
memperbaiki lingkungan dengan menyebarkan O2 dan menyerap CO2 , mendapatkan
resapan air dan bernilai ekonomis.
D. Sampah : Pemanfaatan Sebuah Investasi
Menurut Gamal Albinsaid, seorang dokter muda dan pendiri proyek Klinik
Asuransi Sampah mengatakan, “Sesuatu yang tidak berharga menjadi suatu yang
sangat berharga untuk biaya kesehatan. Intinya mengubah sesuatu yang tidak berharga
menjadi berharga melalui sistem asuransi”. Klinik Asuransi Sampah merupakan klinik
yang menyediakan berbagai fasilitas kesehatan dengan membayar premi berupa
sampah diperuntukkan untuk masyarakat ke bawah . Program ini sudah direplikasi di
lima klinik dengan total 700 orang. Tiap bulan anggotanya rutin menyetorkan sampah
senilai Rp. 10.000.
Di Indonesia dengan permasalahan yang besar dalam pembiayaan kesehatan
dengan alokasi anggaran negara 2-3 persen jauh di bawah standar WHO yang
memberikan standar minimal 5 persen tidak cukup merangkul semua lapisan
masyarakat yang 60 persennya tidak mempuyai asuransi kesehatan. Dalam bukunya
(Menyehatkan Indonesia dengan Sampah: 2014), dengan adanya Klinik Asuransi
Sampah bisa menyelesaikan masalah asuransi kesehatan di Indonesia.
Tujuan dari program ini menemukan solusi untuk mengatasi persoalan sampah
perkotaan dengan mengumpulkan sampah-sampah keluarga dengan kompensasi
kesehatan, mendidik masyarakat perkotaan untuk menjadikan sampah bermanfaat
bagi kesehatan, dan beresonansi atau memberikan inspirasi bagi kaum muda untuk
berhenti mengutuk kegelapan dan mulai menyalakan lampu terang benderang
disekitarnya.
Sistem asuransi kesehatan yang berjalan di Klinik Asuransi Sampah ini sangat
berbeda dari segi pelayanan, pembiayaan serta sumber daya manusianya yang
ditawarkan asuransi biasa
1. Segi Pelayanan
Klinik Asuransi Sampah meliputi 3 fasilitas pelayanan yaitu ; a) Promotif,
peningkatan kualitas kesehatan, b) Preventif, pencegahan dari sakit c) Kuratif,
pengobatan dan d) Rehabilitatif, rehabilitasi setelah sakit dengan melakukan
general check-up setiap bulan.
Dampak Sosial ; mengamankan resiko biaya ketika sakit, meningkatkan
kualitas kesehatan masyarakat melalui upaya promotif, mengoptimalkan
potensi pengelolaan sampah dan melakukan pembiayaan secara mandiri.
2. Segi Pembiayaan
Sistem pembiayaan di Klini Asuransi Sampah, masyarakat cukup
menyerahkan sampah, tidak mengeluarkan uang seperti membayar iuran
sampah, berbeda dengan asuransi biasa, masyarakat harus mengeluarkan
pendapatan bulanannya untuk membayar premi.
Tingkat resiko kerugian, jika anggota tidak sakit maka akan mendapat fasilitas
promotif dan preventif berbeda dengan asuransi biasa akan rugi apabila tidak
sakit.
3. SDM atau Sumber Daya Manusia
SDM dalam Klinik Asuransi Sampah sangat multiprofetik yaitu tenaga
kesehatan, pemulung, masyarakat, dan mahasiswa sedangkan asuransi biasa
hanya tenaga kesehatan.
Akses masyarakat dan partisipasi menyeluruh, karena sampah merupakan
produk setiap rumah tangga, bahkan perorangan sehingga setiap orang yang
memiliki sampah dapat menjadi bagian dalam asuransi. Sedangkan asuransi
biasa akses partisipasinya hanya untuk masyarakat yang memiliki cukup uang
untuk membayar premi.
Hal-hal inovatif seperti yang Klinik Asuransi Sampah harus dilakukan secara
bersama-bersama agar tak lagi memperuncing gejolak mengenai salah masyarakat
atau kebijakan pemerintah yang kurang tepat soal penanganan sampah. Langkah –
langkah
yang
terorganisisasi,
sistematis,inovatif,
dan
menyelesaikan masalah sampah dan sekaligus kesehatan.
tepat
sasaran
untuk
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagian masyarakat mengganggap sampah sebagai hal negatif karena sampah
sendiri merupakan bahan buangan padat yang dihasilkan dari aktivitas makhluk
hidup baik manusia maupun hewan. Namun banyak sebagian masyarakat
mengubah paradigma tersebut untuk lingkungan yang lebih baik. Kesadaran
masyarakat menjadi hal penting dalam mengatasi sampah sendiri karena dimulai
dengan kesadaran maka akan timbul gerakan secara massal. Jumlah produksi
sampah yang kian menggunung, negara kita sebagai penyumbang sampah terbesar
kedua perlu menginfrastrukur kembali sampah melalui kegiatan 3 R , 4 R dan 5 R
sebagai langkah awal dari diri sendiri untuk mengurangi, menggunakan kembali,
mendaur ulang, mengganti serta menamam kembali. Urban Farming dan Klinik
Asuransi Sampah merupakan langkah kolektif dan konkrit untuk kesejahteraan
masyarakat karena mencakup segala bidang permasalahan negara seperti ekonomi
dan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Daniel, Valerina. 2009. Easy Green Living. Bandung: Hikmah
Casofa, Fachmy. 2014. Gamal Albinsaid, Menyehatkan Indonesia dengan Sampah.
Solo:Metagraf
Widyawati,
Nugraheni.
2013.
Urban
Faming-
Gaya
Bertani
Spesfifik
Kota.
Yogyakarta:ANDI
www.tribunnews.com/nasional/2013/11/29/empat-pola-konsumsi-masyarakat-menurutsurvei-kadence
www.beritasatu.com/kesra/233419-produksi-sampah-capai-08-kg-per-orang-per-hari.html
KATA PENGANTAR
Rasa dan ucapan syukur kepada Tuhan yang terus mengumandang dari dalam
sanubari ini tatkala menyadari bahwa saya telah menyelesaikan karya tulis ilmiah sebagai
salah satu syarat untuk mengajukan beasiswa PPA (Peningkatan Prestasi Akedemik) di
Politeknik Negeri Jakarta.
Adapun karya tulis ilmiah tentang “Sampah dalam Ekonomi : Penanganan dan
Pemanfaatan” ini telah saya usahakan dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat
memperlancar pembuatan karya tulis ini. Untuk itu saya tidak lupa menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan
baik dari segi penyusunan bahasa maupun dari segi lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang
dada dan tangan terbuka saya membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi
saran dan kritik kepada saya sehingga kami dapat memperbaiki karya tulis ini.
Akhirnya saya sebagai penulis mengharapkan semoga dari karya tulis ini dapat
diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan insprisasi terhadap pembaca.
Depok, 20 Juli 2015
Penulis
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
SAMPAH DALAM EKONOMI : PENANGANAN DAN PEMANFAATAN
KARYA TULIS ILMIAH
MELISA CHRISTINA SINAGA
BK 4A PAGI
NIM: 1413020014
JURUSAN AKUNTANSI
PROGRAM STUDI KEUANGAN DAN PERBANKAN
DEPOK
JULI 2015
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberadaan sampah yang semakin hari semakin menumpuk memberi
pengaruh perubahan yang signifikan pada lingkungan. Hadirnya beberapa TPA1
(Tempat Pemprosesan Akhir) di kota besar tidak saja cukup untuk menampung
sampah yang sebagian besar dihasilkan oleh perkotaan. Demikian juga sampah
mempengaruhi permasalahan lingkungan lain seperti banjir 2 dan pencemaran tanah3 .
Sejak awal masyarakat telah disosialisasi atau diberikan penyuluhan oleh pemerintah
atau organisasi lingkungan, namun tingkat kesadaran masyarakat yang rendah akan
sebab-akibat sampah menjadikan tugas penting bersama untuk lingkungan yang lebih
baik.
Bagi perekonomian sebagian besar perkotaan, sampah merupakan hal mikro
yang dijadikan suatu pendapatan oleh sebagian masyarakat kecil, namun bisa menjadi
hal makro jika dari sebagian masyarakat kecil merangkul masyarakat yang lain untuk
mengatasi masalah tersebut. Dengan pemanfaatan dan penanganan sampah yang tepat
diharapkan permasalahan lingkungan akan terselasaikan dan menguntungkan dari segi
ekonomi
bahkan
kesejahteraan
masyarakat.
Oleh
karena
itu,
dengan
mempersandingkan masalah sampah dan ekonomi, karya tulis ilmiah ini hendak
memaparkan bagaimana masalah sampah dan ekonomi saling berkaitan.
1
Tempat Pemprosesan Akhir sebagai tempat untuk menimbun sampah dan merupakan bentuk tertua
perlakuan sampah
2
Banjir , salah satu penyebab yang akan timbul karena pembuangan sampah yang tidak seharusnya.
3
Pencemaran Tanah, keadaan tanah dimana terkena suatu zat kimia yang salah satunya dari zat
microorganisme dari tetimbunan sampah di tanah
B. Permasalahan
Berdasarkan paparan diatas permasalahan yang dapat ditarik dalam karya tulis
ilmiah ini terutama adalah konsep penanganan dan pemanfaatan sampah sebagai suatu
material sisa yang tidak diinginkan setelah adanya proses menjadi suatu kegiatan
positif yang menghasilkan baik dari segi pendapatan, kesehatan, dan lingkungan yang
sehat. Maka disini akan dikaji bagaimana strategi, cara, hingga sistem dari
penanganan dan pemanfaatan dari sampah ini.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan utama pembuatan karya tulis ilmiah ialah memberi edukasi mendalam
mengenai sampah sebagai hal yang dipandang negatif menjadi positif di kalangan
rumah sendiri, masyarakat sekitar hingga masyarakat luas. Sehingga paparan dalam
karya tulis ilmiah ini dapat menangkap dan melihat bagaimana hal negatif itu muncul
menjadi sebuah kreativitas dan mengajak serta turut mengambil bagian.
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Sampah: Pengertian dan Jenis.
Definisi dari sampah menurut (Tchobanoglus, Theissen dan
Eliassen:1993) adalah semua buangan padat yang dihasilkan dari seluruh
kegiatan manusia dan hewan yang tidak berguna atau tidak diinginkan.
Pandangan berbeda dari (Ecolink, Lingkungan untuk Manajemen:1996)
sampah adalah bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber aktivitas
manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Dari dua
definisi tersebut maka, sampah merupakan bahan atau buangan padat yang
dihasilkan dari kegiatan manusia maupun hewan yang belum memiliki nilai
ekonomis. Penekanan “belum memiliki nilai ekonomis” pada definisi diatas,
pada dasarnya sampah mempunyai nilai ekonomis.
Jenis sampah yang beragam, Daniel (2009) dalam bukunya Easy
Green Living mengemukakan, bahwa terdapat tiga jenis sampah diantaranya:
1. Sampah Organik, yaitu sampah yang terdiri dari bahan-bahan yang bisa
terurai secara alamiah atau biologis, seperti sisa makanan dan guguran
daun. Sampah jenis ini juga biasa disebut sampah basah.
2. Sampah Anorganik, yaitu sampah yang terdiri bahan-bahan yang sulit
terurai
secara
biologis.
Proses
penghancurannya
membutuhkan
penanganan lebih lanjut ditempat khusus misalnya plastik, kaleng dan
styrofoam. Sampah jenis ini juga biasa disebut sampah kering.
3. Sampah bahan berbahaya dan beracun (B3), yaitu limbah dari bahan-bahan
berbahaya dan beracun seperti linah rumah sakit, limbah pabrik dan lainlain.
B. Sampah : Jumlah Produksi
Hasil riset tahunan American Assosiation for the Advancement of
Science (AAAS) mengemukakan bahwa, “sekitar delapan juta ton sampah
plastik beredar di lautan dunia setiap tahun”. Di Indonesia sendiri, negara kita
penyumbang sampah terbesar kedua di dunia setelah negara China (RRC). Hal
ini
disebabkan
karena
negara-negara
berkembang
mengesampingkan
infrastruktur pengelolaan sampah ketika pertumbuhan ekonomi sedang positif.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Sabar Ginting
mengemukakan bahwa pertambahan penduduk mencapai 1 (satu) persen dan
berdampak pada produksi sampah. Perkiraan produksi sampah mencapai 0,5
-0,8 kilogram (kg) per orang/hari. Berdasarkan kalkulasi 200.000 jiwa maka
akan menghasilkan setidaknya 100 ton perhari dalam kurun waktu satu tahun.
Intesitas produksi sampah yang meningkat setiap tahunnya, kepala tim
ilmuwan Universitas Georgia, Dr. Jennna Jembeck mengemukakan hasil
studinya mengenai “peredaran sampah plastik dilautan dunia” kepada BBC,
kuantitas sampah plastik yang ditemukan di laut sama dengan sekitar lima
kantong belanja berisi plastik untuk setiap meter garis pantai di dunia”. Hal ini
mengingatkan kita untuk setidaknya mengurangi sampah yang terutama
anorganik seperti bahan plastik yang non-biodegrable.
C. Sampah : Penanganan
Penanganan atau proses, cara, perbuatan menangani sampah ada
banyak sekali, namun istilah tahap penanganan sampah yang paling umum dan
dikenal sebagian masyarakat adalah melakukan 3R, 4R, atau 5R. 3R sendiri
dari reduce (mengurangi), reuse (menggunakan kembali) dan recycle
(mendaur ulang kembali). 4R adalah gabungan 3R dan replace (mengganti)
juga 5R adalah gabungan 4R dan replant (menanam kembali). Penggunaan 4R
dan 5R adalah tahap pengelolaan sampah di perkotaan atau kota besar. Lalu
bagaimanakah langkah yang tepat untuk memulai pengelolaan sampah?
Dimulai dengan konsep pengananan sampah modern 3R (Cunningham:2004);
1. Reduce (mengurangi) adalah kegiatan mengurangi pemakaian suatu
barang atau pola perilaku manusia yang dapat mengurangi produksi
sampah, serta tidak melakukan pola konsumsi yang berlebihan. Pola
konsumsi masyarakat di Indonesia sendiri termasuk dalam kategori yang
total pengeluarannya lebih besar daripada pendapatan. Dalam sebuah
survei Share of Wallet oleh Kadence International (2013) dimana survei
berdasarkan segmentasi kelas ekonomi dan pola konsumsi masyarakat
Indonesia berdasarkan pola menabung dalam empat segmen, yaitu;
1. Deep Pocket sebesar 21%, kelompok yang menabung lebih dari Rp. 2
juta per bulan dari penghasilannya.
2. Pragmatic sebesar 17%, kelompok yang menabung sebesar Rp. 1 juta
– Rp. 2 juta per bulan dari penghasilannya.
3. On Edge sebesar 33%, kelompok yang menabung sebesar Rp. 0 hingga
Rp. 1 juta per bulan dari penghasilannya.
4. Broke sebesar 28% , kelompok yang pengeluaran lebih besar dari
pendapatan, sehingga mengalami defisit hingga rata-rata 35 %.
Dengan pola konsumsi masyarakat seperti survei diatas akan berdampak
positif bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan meningkatkan Produk
Domestik Produk (PDB), dibandingkan berdasarkan data BPS (Badan
Pusat Statistik) dua tahun terakhir antara 2012-2013 rata-rata pengeluaran
untuk sektor non-makanan mencapai Rp. 189.107 atau sebesar 40,99
persen, tahun 2013 dengan proporsi tetap 40 persen rata-rata pengeluaran
per kapita untuk barang non-makanan mencapai Rp. 206.349. Ini
menunjukan bahwa tingkat pengeluran masyarakat Indonesia sangat besar
untuk memenuhi keinginan dan mengesampingkan kebutuhan, perilaku
konsumtif telah mengakar diikuti dengan budaya trend sehingga kantung
belanja masyarakat Indonesia (non-makanan) semakin produktif, dan
menambah produksi sampah. Pola perilaku yang dapat diterapkan dalam
kasus seperti ini adalah menekan anggaran belanja yang bersifat keinginan
dan mengutamakan kebutuhan dengan savings, mengurangi pemakaian
kantung belanja swalayan, kemasan makanan cepat saji dan kemasan refill.
Menurut hal pribadi saya, kemasan refill akan memakan lebih banyak
sampah ketika di kumpulkan menjadi satu atau kolektif. Contoh, ketika
Anda membeli sebuah pembersih lantai dengan kemasan botol 1 liter,
kemudian dengan cara sama membeli kemasan refill 4 buah dengan isi 250
ml agar lebih murah dan tidak memberatkan anggaran belanja. Namun dari
segi produktivitas sampah, ini sangat memberatkan karena Anda akan
menyumbang 4 kemasan refill dengan 1 kemasan botol kedalam sampah
bulanan Anda.
2. Reuse (menggunakan kembali) adalah kegiatan menggunakan kembali
material atau bahan yang masih layak pakai. Pola penanganan sampah
yang dapat diterapkan seperti penggunaan kertas bekas hasil mencetak
yang gagal dapat dipergunakan kembali untuk mencetak ulang,
penggunaan barang yang dapat diisi ulang seperti pulpen dan minyak
wangi, juga penggunaan kemasan botol baik makanan dan non-makanan
untuk menyimpan bahan makanan lain untuk efisien dengan mengetahui
batas aman penggunaan botol tersebut seperti jangka waktu penyimpanan
dan suhu.
3. Recycle (mendaur ulang) adalah kegiatan mengolah kembali atau mendaur
ulang dengan memanfaatkan barang bekas dengan cara mengolah
materinya untuk digunakan lebih lanjut. Kegiatan daur ulang ini adalah
mengubah materi daur ulang menjadi bentuk baru mengubah sampah
basah atau sisa makanan menjadi kompos dan bisa dipergunakan sebagai
pupuk atau kalau pribadi saya sendiri sering menggunakan botol bekas
menjadi pot tanaman untuk bibit tanaman, box sepatu dijadikan rak kertas
seperti kertas fotokopi mata kuliah, modul dan catatan penting dengan
space terpisah dengan menutup semua bukaan box dan menumpuknya
menjadi satu dengan memperhatikan ukuran box sepatu.
Perlakuan 3 R mencakup dalam sektor lingkungan sekitar, namun 4 R
diwujudkan untuk merangkul berbagai sektor. Replace (penggantian) adalah kegiatan
untuk mengganti pemakaian suatu barang atau memakai barang subtitusi/alternatif
yang sifatnya lebih ramah lingkungan dan dapat digunakan kembali. Dalam sektor
pendidikan misalnya, penggunaan papan tulis kapur dengan white board dengan
mengurangi penggunaan kapur, penggunaan pensil kayu dengan pensil mekanik
dengan mengurangi penggunaan kayu, juga penggunaan aplikasi power point untuk
presetasi dengan tinta spidol. Dalam sektor rumah tangga, seperti penggunaan tisu
dengan sapu tangan, lampu hemat energi. Dalam sektor perkantoran, pengiriman
berkas penting bisa digantikan dengan email.
Kegiatan 5 R dapat diwujudkan dengan kesadaran masyarakat untuk bergerak
bersama untuk mengembalikan lahan yang rusak sebagai akibat aktivitas makhluk
hidup. Replant (menanam kembali) kegiatan menanam kembali, sering juga disebut
reboisasi. Reboisasi biasanya dilakukan hanya dilakukan pada hutan yang telah
ditebang dan sebagian besar berada didaerah. Bagaimana dengan perkotaan,
penggunaan lahan yang rusak bisa dijadikan lahan reboisasi untuk kehidupan yang
lebih baik.
Urban Farming, adalah salah satu jawaban untuk mengatasi hal tersebut.
Urban Farming atau Pertanian Kota menurut Boreja. (2010) atau urban agriculture
sebagai membudidayakan tanaman dan/atau memelihara hewan ternak didalam dan
sekitar wilayah kota besar/metropolitan dan atau kota kecil untuk memperoleh bahan
pangan/kebutuhan lain dan tambahan finansial, termaksuk didalamnya pemrosesan
hasil panen, pemasaran, dan distribusi produk dari hasil kegiatan tersebut.
Kegiatan dari urban farming dalam skala kecil akan berbentuk penjualan hasil
usaha berupa bibit atau benih, dalam skala besar atau berkembang kegiatan ini
menjadi penjualan sarana produksi pertanian lain seperti media tanam siap pakai,
pupuk organik (fungsi recycle), wadah tanaman (biasanya wadah tanaman yang
dipakai urban farming adalah pipa bekas, botol kemasan bekas:fungsi reuse), dan
sebagainya. Seperti yang sudah dijelaskan diawal, penanganan sampah yang tepat
akan menghasilkan pendapatan bahkan kesejahteraan, karena kegiatan urban farming
ini berpotensi menciptakan lapangan pekerjaan sehingga mengurangi pengangguran.
Konsep produksi urban farming menggunakan sistem teknologi budi daya
secara tradisional yang artinya bisa dimulai dari lingkungan sendiri atau individual,
konvensional (modern), semi konvensional atau berkelanjutan (dalam skala besar).
Urban Farming bisa diadopsi dengan baik sehingga tidak hanya memperbaiki
lingkungan hidup perkotaan, memberikan lapangan pekerjaan maupun pasokan
pangan bagi masyarakat perkotaan, melainkan bisa berguna lebih luas sehingga
kegiatan ini banyak dilakukan oleh oleh orang-orang level ekonomi menengah
kebawah yang tinggal disekitar perkotaan.
Dampak positif dari adanya Urban Farming ini daerah perkotaan yang
dipenuhi oleh polusi, tekstur tanah yang gersang dan lahan terbatas dapat
memperbaiki lingkungan dengan menyebarkan O2 dan menyerap CO2 , mendapatkan
resapan air dan bernilai ekonomis.
D. Sampah : Pemanfaatan Sebuah Investasi
Menurut Gamal Albinsaid, seorang dokter muda dan pendiri proyek Klinik
Asuransi Sampah mengatakan, “Sesuatu yang tidak berharga menjadi suatu yang
sangat berharga untuk biaya kesehatan. Intinya mengubah sesuatu yang tidak berharga
menjadi berharga melalui sistem asuransi”. Klinik Asuransi Sampah merupakan klinik
yang menyediakan berbagai fasilitas kesehatan dengan membayar premi berupa
sampah diperuntukkan untuk masyarakat ke bawah . Program ini sudah direplikasi di
lima klinik dengan total 700 orang. Tiap bulan anggotanya rutin menyetorkan sampah
senilai Rp. 10.000.
Di Indonesia dengan permasalahan yang besar dalam pembiayaan kesehatan
dengan alokasi anggaran negara 2-3 persen jauh di bawah standar WHO yang
memberikan standar minimal 5 persen tidak cukup merangkul semua lapisan
masyarakat yang 60 persennya tidak mempuyai asuransi kesehatan. Dalam bukunya
(Menyehatkan Indonesia dengan Sampah: 2014), dengan adanya Klinik Asuransi
Sampah bisa menyelesaikan masalah asuransi kesehatan di Indonesia.
Tujuan dari program ini menemukan solusi untuk mengatasi persoalan sampah
perkotaan dengan mengumpulkan sampah-sampah keluarga dengan kompensasi
kesehatan, mendidik masyarakat perkotaan untuk menjadikan sampah bermanfaat
bagi kesehatan, dan beresonansi atau memberikan inspirasi bagi kaum muda untuk
berhenti mengutuk kegelapan dan mulai menyalakan lampu terang benderang
disekitarnya.
Sistem asuransi kesehatan yang berjalan di Klinik Asuransi Sampah ini sangat
berbeda dari segi pelayanan, pembiayaan serta sumber daya manusianya yang
ditawarkan asuransi biasa
1. Segi Pelayanan
Klinik Asuransi Sampah meliputi 3 fasilitas pelayanan yaitu ; a) Promotif,
peningkatan kualitas kesehatan, b) Preventif, pencegahan dari sakit c) Kuratif,
pengobatan dan d) Rehabilitatif, rehabilitasi setelah sakit dengan melakukan
general check-up setiap bulan.
Dampak Sosial ; mengamankan resiko biaya ketika sakit, meningkatkan
kualitas kesehatan masyarakat melalui upaya promotif, mengoptimalkan
potensi pengelolaan sampah dan melakukan pembiayaan secara mandiri.
2. Segi Pembiayaan
Sistem pembiayaan di Klini Asuransi Sampah, masyarakat cukup
menyerahkan sampah, tidak mengeluarkan uang seperti membayar iuran
sampah, berbeda dengan asuransi biasa, masyarakat harus mengeluarkan
pendapatan bulanannya untuk membayar premi.
Tingkat resiko kerugian, jika anggota tidak sakit maka akan mendapat fasilitas
promotif dan preventif berbeda dengan asuransi biasa akan rugi apabila tidak
sakit.
3. SDM atau Sumber Daya Manusia
SDM dalam Klinik Asuransi Sampah sangat multiprofetik yaitu tenaga
kesehatan, pemulung, masyarakat, dan mahasiswa sedangkan asuransi biasa
hanya tenaga kesehatan.
Akses masyarakat dan partisipasi menyeluruh, karena sampah merupakan
produk setiap rumah tangga, bahkan perorangan sehingga setiap orang yang
memiliki sampah dapat menjadi bagian dalam asuransi. Sedangkan asuransi
biasa akses partisipasinya hanya untuk masyarakat yang memiliki cukup uang
untuk membayar premi.
Hal-hal inovatif seperti yang Klinik Asuransi Sampah harus dilakukan secara
bersama-bersama agar tak lagi memperuncing gejolak mengenai salah masyarakat
atau kebijakan pemerintah yang kurang tepat soal penanganan sampah. Langkah –
langkah
yang
terorganisisasi,
sistematis,inovatif,
dan
menyelesaikan masalah sampah dan sekaligus kesehatan.
tepat
sasaran
untuk
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagian masyarakat mengganggap sampah sebagai hal negatif karena sampah
sendiri merupakan bahan buangan padat yang dihasilkan dari aktivitas makhluk
hidup baik manusia maupun hewan. Namun banyak sebagian masyarakat
mengubah paradigma tersebut untuk lingkungan yang lebih baik. Kesadaran
masyarakat menjadi hal penting dalam mengatasi sampah sendiri karena dimulai
dengan kesadaran maka akan timbul gerakan secara massal. Jumlah produksi
sampah yang kian menggunung, negara kita sebagai penyumbang sampah terbesar
kedua perlu menginfrastrukur kembali sampah melalui kegiatan 3 R , 4 R dan 5 R
sebagai langkah awal dari diri sendiri untuk mengurangi, menggunakan kembali,
mendaur ulang, mengganti serta menamam kembali. Urban Farming dan Klinik
Asuransi Sampah merupakan langkah kolektif dan konkrit untuk kesejahteraan
masyarakat karena mencakup segala bidang permasalahan negara seperti ekonomi
dan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Daniel, Valerina. 2009. Easy Green Living. Bandung: Hikmah
Casofa, Fachmy. 2014. Gamal Albinsaid, Menyehatkan Indonesia dengan Sampah.
Solo:Metagraf
Widyawati,
Nugraheni.
2013.
Urban
Faming-
Gaya
Bertani
Spesfifik
Kota.
Yogyakarta:ANDI
www.tribunnews.com/nasional/2013/11/29/empat-pola-konsumsi-masyarakat-menurutsurvei-kadence
www.beritasatu.com/kesra/233419-produksi-sampah-capai-08-kg-per-orang-per-hari.html
KATA PENGANTAR
Rasa dan ucapan syukur kepada Tuhan yang terus mengumandang dari dalam
sanubari ini tatkala menyadari bahwa saya telah menyelesaikan karya tulis ilmiah sebagai
salah satu syarat untuk mengajukan beasiswa PPA (Peningkatan Prestasi Akedemik) di
Politeknik Negeri Jakarta.
Adapun karya tulis ilmiah tentang “Sampah dalam Ekonomi : Penanganan dan
Pemanfaatan” ini telah saya usahakan dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat
memperlancar pembuatan karya tulis ini. Untuk itu saya tidak lupa menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan
baik dari segi penyusunan bahasa maupun dari segi lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang
dada dan tangan terbuka saya membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi
saran dan kritik kepada saya sehingga kami dapat memperbaiki karya tulis ini.
Akhirnya saya sebagai penulis mengharapkan semoga dari karya tulis ini dapat
diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan insprisasi terhadap pembaca.
Depok, 20 Juli 2015
Penulis
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
SAMPAH DALAM EKONOMI : PENANGANAN DAN PEMANFAATAN
KARYA TULIS ILMIAH
MELISA CHRISTINA SINAGA
BK 4A PAGI
NIM: 1413020014
JURUSAN AKUNTANSI
PROGRAM STUDI KEUANGAN DAN PERBANKAN
DEPOK
JULI 2015