pemeriksaan penunjang dan terapi farmako

Pemeriksaan penunjang dan Terapi Farmakologis
pada Gangguan System Endokrin :Hipertiroid

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Endokrin 1
Disusun oleh Kelompok 5:
Latansa Hayyil Islam

(131411131001)

Devi Wahyu Dwi Oktaviani

(131411131004)

Nia Husninda Hawari

(131411131007)

Lucy Kartika Dewi

(131411131031)


Widya Fathul Jannah

(131411131073)

Niken Ariska Prawesti

(131411133002)

Citra Intan Trisnalia

(131411133017)

Dosen Fasilitator :

Yulis Setiya Dewi, S.Kep.,Ns., M.Ng
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2016


1. Jenis pemeriksaan penunjang :
a. Kadar Adrenokartiko Tropik (ACTH)
Pengukuran dilakukan dengan test supresi deksametason. Spesimen yang diperlukan adalah
darah vena lebih kurang 5 cc dan urine 24 jam.
b. Up take Radioaktif (RAI)
Tujuan Pemeriksaan adalah untuk mengukur kemampuan kelenjar tiroid dalam menangkap
iodide
c. T3 dan T4 Serum
a. Tes T4:
digunakan untuk menentukan suatu hipotiroidisme atau hipertiroidisme, menentukan
maintenance dose tiroid pada hipotiroidisme dan memonitor hasil pengobatan antitiroid pada
hipertiroidisme
b. Tes T3:
Tes T3 digunakan untuk mendiagnosis hipertiroidisme dengan kadar T4 normal
d. Up take T3 Resin
Bertujuan untuk mengukur jumlah hormon tiroid (T3) atau tiroid binding globulin (TBG) tak
jenuh. Bila TBG naik berarti hormon tiroid bebas meningkat. Peningkatan TBG terjadi pada
hipertiroidisme dan menurun pada hipotiroidisme. Dibutuhkan spesimen darah vena sebanyak
5 cc.
e. Laju Metabolisme Basal (BMR)

Bertujuan untuk mengukur secara tidak langsung jumlah oksigen yang dibutuhkan tubuh di
bawah kondisi basal selama beberapa waktu.
2. Cara pengambilan
a. Pengambilan darah untuk pemeriksaan fT3dan T4 dapat dilakukan melalui darah vena pada
brachialis seperti pengambilan sampel darah yang lain. Sampel darah diambil menggunakan
spuit 3 atau 5 cc, setelah sampel darah didapatkan sampel dimasukan kedalam tabung
sampling dan kirim ke laboratorium untuk memulai pemeriksaan.
b. Pelaksanaan BMR
a) Segera setelah bangun, dilakukan pengukuran tekanan darah dan nadi
b) Dihitung dengan rumus: BMR (0,75 x pulse) + (0,74 x Tek Nadi)- 72
c) Nilai normal BMR: -10 s/d 15%.
d) Pertimbangkan faktor umur, jenis kelamin dan ukuran tubuh dengan kebutuhan
oksigen jaringan. Pada klien yang sangat cemas, dapat diberikan fenobarbital yang
pengukurannya disebut Sommolent Metabolisme Rate. Nilai normalnya 8-13%
lebih rendah dari BMR.
c. Up take Radioaktif (RAI)
Tujuan Pemeriksaan adalah untuk mengukur kemampuan kelenjar tiroid dalam menangkap
iodide
Persiapan :
a) Klien puasa 6-8 jam

b) Jelaskan tujuan danm prosedur
Pelaksanaan:
a) Klien diberi Radioaktoif Jodium (I131) per oral sebanyak 50 microcuri.
b) Dengan alat pengukur yang ditaruh diatas kelenjar tiroid diukur radio
aktif yang tertahan.

c) Juga dapat diukur clearence I131 melalui ginjal dengan mengumpulkan urine
selama 24 jam dan diukur kadar radioaktiof jodiumnya.
3. Persiapan pasien
1) Kadar Adrenokartiko Tropik (ACTH)
a. Tidak ada pembatasan makan dan minum
b. Bila klien menggunakan obat-obatan seperti kortisol atau antagonisnya dihentikan lebih
dahulu 24 jam sebelumnya.
c. Bila obat-obatan harus diberikan, lampirkan jenis obat dan dosisnya pada lembaran
pengiriman specimen
d. Cegah stres fisik dan psikologis
2) Up take Radioaktif (RAI)
a. Klien di puasakan 6-8 jam
b. Jelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
3) T3 dan T4 Serum

Persiapan fisik secara khusus tidak ada. Spesimen yang di butuhkan adalah darah vena
sebanyak 5-10 cc.
4) Up Take T3
Resin Klien puasa selama 6-8 jam
5) Laju Metabolisme Basal (BMR)
a. Klien puasa sekitar 12 jam
b. Hindari kondisi yang menimbulkan kecemasan dan stress
c. Klien harus tidur paling tidak 8 jam
d. Tidak mengkonsumsi obat-obat analgesik dan sedative
e. Jelaskan pada klien tujuan pemeriksaan dan prosedurnya
f. Tidak boleh bangun dari tempat tidur sampai pemeriksaan dilakukan
4. Peran perawat dalam pemeriksaan penunjang pada pasien hipertiroid:
1. Menjelaskan tujuan dan prosedur kepada pasien
2. Membantu pasien dalam menggunakan obat-obatan
3. Bantu pasien dalam mengendalikan kecemasan/stres fisik dan psikologis
4. Menyiapkan segala kebutuhan pasien terkait dengan pemeriksaan penunjang yang akan
dilakukan pasien
5. Pengiriman specimen
Segera periksa dalam waktu 30 menit, atau simpan dalam lemari es paling lama 24jam
6. Interpretasi hasil


a. Pemeriksaan T3 dan T4
Pada penderita hipertiroid ditemukan hanya 5% kadar T3 yang tinggi, sehingga
pengukuran T4 bebas dan T3 darah perlu dilakukan pada pasien yang mengalami
hipertiroid dengan kadar TSH yang rendah. Hasil pemeriksaan tiroid ini berguna
untuk mengetahui aktivitas T3 dan T4 dalam tubuh sehingga dapat juga ditentukan
faktor atau kondisi penyebab hipertiroid pada pasien dengan kadar TSH rendah.
Berikut ini nilai rujukan laboratorium hasil Pemeriksaan TSHs, fT4, T3:
Pemeriksaan
TSHs
fT4

Hasil
0,270 – 4,20 Μiu/ml
0,93 – 1,7 ng/dL

T3

0,8 – 2,0 ng/dL


Sedangkan di bawah ini merupakan intrepetasi secara singkat dari pemeriksaan TSHs, fT4, dan
T3.

TSH

fT4

Normal
Turun
Normal
Turun
Naik
Naik
Normal
Naik
Turun
b. Up take Radioaktif (RAI)

T3


Normal

Normal
Normal
Naik
Normal
Turun

Interpretasi
Normal
Hipertiroid subklinis
Hipertiroid
Hipotiroid subklinis
Hipotiroid

a) Normal: 10-35%
b) Kurang dari: 10% disebut menurun, dapat terjadi pada hipotiriodisme
c) Lebih dari: 35% disebut meninggi, dapat terjadi pada tirotoxikosis atau pada
defisiensi jodium yang sudah lama dan pada pengobatan lama hipertiroidisme.
c. Laju Metabolisme Basal (BMR)

a) Dihitung dengan rumus: BMR (0,75 x pulse) + (0,74 x Tek Nadi)- 72
b) Nilai normal BMR: -10 s/d 15%.
c) Pertimbangkan faktor umur, jenis kelamin dan ukuran tubuh dengan kebutuhan
oksigen jaringan. Pada klien yang sangat cemas, dapat diberikan fenobarbital
yang pengukurannya disebut Sommolent Metabolisme Rate. Nilai normalnya 813% lebih rendah dari BMR.
7. Dokumentasi

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Pemeriksaan Penunjang apa yang dilakukan
Persiapan Pasien
Waktu dilakukan pemeriksaan penunjang
Posisi pengambilan untuk pemeriksaan penunjang

Alat-alat yang digunakan untuk pemeriksaan penunjang
Posisi pengambilan pemeriksaan peninjang
Respon pasien pra pemeriksaan penunjang
Keadaan pasien pasca pemeriksaan penunjang

Terapi Farmakologis
a. Propiltiourasil (PTU)
a) Nama generik : Propiltiourasil

b) Nama dagang di Indonesia : Propiltiouracil (generik)
c) Indikasi : hipertiroidisme
d) Kontraindikasi : hipersensisitif terhadap Propiltiourasil, blocking replacement
regimen tidak boleh diberikan pada kehamilan dan masa menyusui.
e) Bentuk sediaan : Tablet 50 mg dan 100 mg
f) Dosis dan aturan pakai : untuk anak-anak 5-7 mg/kg/hari atau 150-200 mg/ m2/hari,
dosis terbagi setiap 8 jam. Dosis dewasa 3000 mg/hari, dosis terbagi setiap 8 jam.
untuk hipertiroidisme berat 450 mg/hari, untuk hipertiroidisme ocasional memerlukan
600-900 mg/hari; dosis pelihara 100-150 mg/haridalam dosis terbagi setiap 8-12 jam.
Dosis untuk orangtua 150-300 mg/hari (Lacy, et al, 2006)
g) Efek samping : ruam kulit, nyeri sendi, demam, nyeri tenggorokan, sakit kepala, ada

kecendrungan pendarahan, mual muntah, hepatitis.
h) Mekanisme Obat: menghambat sintesis hormon tiroid dengan memhambatoksidasi
dari iodin dan menghambat sintesistiroksin dan triodothyronin (Lacy, et al, 2006)
i) Resiko khusus : .
Hati-hati penggunaan pada pasien lebih dari 40 tahun karena PTU bisa menyebabkan
hipoprotrombinnemia dan pendarahan, kehamilan dan menyusui, penyakit hati (Lee,
2006).
b. Methimazole
a) Nama generik : methimazole
b) Nama dagang : Tapazole
c) Indikasi : agent antitiroid
d) Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap methimazole dan wanita hamil.
e) Bentuk sediaan : tablet 5 mg, 10 mg, 20 mg
f) Dosis dan aturan pakai : untuk anak 0,4 mg/kg/hari (3 x sehari); dosis pelihara 0,2
mg/kg/hari (3 x sehari). maksimum 30 mg dalam sehari.
g) Untuk dewasa: hipertiroidisme ringan 15 mg/hari; sedang 30-40 mg/hari; hipertiroid
berat 60 mg/ hari; dosis pelihara 5-15 mg/hari.
h) Efek samping : sakit kepala, vertigo, mual muntah, konstipasi, nyeri lambung,
edema.
i) Resiko khusus : pada pasien diatas 40 tahun hati-hati bisa meningkatkan
myelosupression, kehamilan (Lacy, et al, 2006).
c. Karbimazole
a) Nama generik : Karbimazole
b) Nama dagang di Indonesia : Neo mecarzole (nicholas).
c) Indikasi : hipertiroidisme
d) Kontraindikasi : blocking replacement regimen tidak boleh diberikan pada
kehamilan dan masa menyusui.
e) Bentuk sediaan : tablet 5 mg
f) Dosis dan aturan pakai : 30-60 mg/hari sampai dicapai eutiroid, lalu dosis
diturunkan menjadi 5-20 mg/hari; biasanya terapi berlangsung 18 bulan. Untuk dosis
anak mulai dengan 15 mg/hari kemudian disesuaikan dengan respon.
g) Mekanisme obat :Sebagai blocking replacement regimen, karbamizole 20 – 60 mg
dikombinasikan dengan tiroksin 50 -150 mg.

d.

2.

3.

4.

h) Efek samping : ruam kulit, nyeri sendi, demam, nyeri tenggorokan, sakit kepala, ada
kecendrungan pendarahan, mual muntah, leukopenia.
i) Resiko khusus : penggunaan pada pasien lebih dari 40 tahun karena PTU bisa
menyebabkan hipoprotrombinemia dan pendarahan, kehamilan dan menyusui (Lacy,
et al, 2006).
Tiamazole
a) Nama generik : Tiamazole
b) Nama dagang di Indonesia : Thyrozol (Merck).
c) Indikasi : hipertiroidisme terutama untuk pasien muda, persiapan operasi.
d) Kontraindikasi : hipersensitivitas
e) Bentuk sediaan : tablet 5 mg, 10 mg
f) Metode : oral
g) Dosis dan aturan pakai : untuk pemblokiran total produksi hormon tiroid 25-40
mg/hari; kasus ringan 10 mg (2 x sehari); kasus berat 20 mg (2 x sehari); setelah
fungsi tiroid normal (3-8 minggu) dosis perlahan-lahan diturunkanhingga dosis
pemelihara 5 – 10 mg/hari.
h) Efek samping : alergi kulit, perubahan pada sel darah, pembengkakan pada kelenjar
ludah.
i) Resiko khusus : jangan diberikan pada saat kehamilan dan menyusui, hepatitis.
Persiapan pasien
1. Pasien telah siap dan mengetahui tentang adanya interaksi obat serta efek samping
yang ditimbulkan
2. Pasien telah diperiksa untuk kemungkinan terjadinya alergi obat
3. Pasien telah melakukan hal-hal yang harus dikerjakan sebelum terapi farmakologi
Observasi hasil yang diharapkan
a. Propanolol
untuk mengurangi gejala tirotoksikosis dengan cepat, dapat diberikan bersama obat-obat
antitiroid atau sebagai tambahan pada terapi dengan iodium radioaktif.
b. Beta bloker
untuk pengobatan tirotoksikosis neonatus dan untuk aritmia supraventrikular yang
disebabkan oleh hipertiroidisme. Propanolol juga pernah digunakan bersama iodium pada
persiapan operasi pasien tirotoksikosis ringan, tetapi lebih baik menggunakan karbimazol
untuk membuat pasien mencapai keadaan eutiroid. Beta bloker tidak mengganggu hasil
pemeriksaan laboratorium fungsi tiroid. Nadalol juga pernah digunakan sebagai
pengganti propanolol.
Dokumentasi
a) Jika hasil pengkajian menunjukkan bahwa perlu dilakukan pendidikan kesehatn maka
perawat harus membuat perdokumentasian khusus untuk pelaksanaan penyuluhan
kesehatan pada klien dan keluarganya.
b) Pada saat klien telah diberikan informasi tentang mamfaat / fungsi dari pemberian
obat yang dilakukan,maka perawat segera membuat urat persetujuan tindakan medik
(informedcontent) sebagai aspek legilitas dalam perlindungan hukum bagi perawat.

c) Catat semua alat yang digunakan, baik jenisnya, jumlahnya maupun dosisnya, sebagai
pertanggungjawaban adiministrasi pengobatan pada pihak R.S
d) Buat laporan dengan mencatat langkah-langkah prosedur pemberian obat
e) Catat kapan pemberian obat dan obat oapa yang telah diberikan serta Catat perubahan
yang dirasakan oleh pasien setelah pemberian obat tersebut.
f) Dokumentasi harus segera dilakukan pada setiap pelaksanaan pemberian obat
g) Pastikan kebenaran akan setiap pencatatan yang dilakukan
h) Mencatat nama perawat yang melakukan penyuntuikan serta tanda tangan

Daftar Pustaka

Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. 2004. Kumpulan
Kuliah Farmakologi, Ed 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Vaitukaitis JL: Hormone assays. In Felig P. Endocrinology and Metabolism, 2nd ed. McGrawHill,1987;
58-62.
Ekins R: Measurement of free hormones in blood. EndocrRev 1990;11:5

artikel kedokteran. 2015.http://www.artikelkedokteran.com/597/tes-tiroid.html#sthash.nNUdgk1h.dpuf.
diakses pada hari jum'at tanggal 25 maret 2016 pukul 09.00
Digiulio, Mary & Donna Jackson. 2007. Medical Surgical Nursing Demystified. USA: Mc. Graw-Hill
Ekins R: Measurement of free hormones in blood. EndocrRev 1990;11:5
Kee Joyce L., Hayes Evelyn R. 1996. Farmakologi: Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: EGC
Sukandar, E. Y. (2008). Iso Farmakoterapi. Jakarta: PT. ISFI penerbitan (hal: 40)
Badan POM RI.http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-6-sistem-endokrin/62-hormon-tiroid-dan-antitiroid/622antitiroid. Diakses pada hari jum’at tanggal 25 maret 2016 pukul 08.00
Bradero Mary. Mary wilfrid dayrit. Yokobus Iswadi. 2005.Klien Gangguan Endokrin. EGC: Jakarta
Kutaman.2007. http://www.fk.unair.ac.id/pdfiles/Spesimen_Managemen_2007.pdf. diakses pada hari
jum.at tanggal 24 maret 2016 pukul 09.02