Filsafat Dan Agama dan 1

BAB I
PENDAHULUAN
A .Latar Belakang
Agama dan filsafat memainkan peran yang mendasar dan fundamental dalam sejarah dan
kehidupan manusia. Agama memang tidak mudah untuk di defenisikan karena agama mengambil
bentuk yang bermacam-macam, namun semua orang berkesimpulan bahwa agama segala yang
menunjukkan pada kesucian, rasa suci. Orang-orang yang mengetahui secara mendalam tentang
sejarah agama dan filsafat niscaya memahami secara benar bahwa pembahasan ini sama sekali
tidak membicarakan pertentangan antara keduanya dan juga tidak seorang pun mengingkari
peran sentral keduanya. Sebenarnya yang menjadi tema dan inti perbedaan pandangan dan terus
menyibukkan para pemikir tentangnya sepanjang abad adalah bentuk hubungan keharmonisan
dan kesesuaian dua mainstream disiplin ini. Sebagian pemikir yang berwawasan dangkal
berpandangan bahwa antara agama dan filsafat terdapat perbedaan yang ekstrim, dan lebih jauh,
dipandang bahwa persoalan-persoalan agama agar tidak "ternodai" dan "tercemari" mesti
dipisahkan dari pembahasan dan pengkajian filsafat. Tetapi, usaha pemisahan ini kelihatannya
tidak membuahkan hasil, karena filsafat berhubungan erat dengan hakikat dan tujuan akhir
kehidupan, dengan filsafat manusia dapat mengartikan dan menghayati nilai-penting kehidupan,
kebahagian, dan kesempurnaan hakiki.”
Sebagian pemikir yang berwawasan dangkal berpandangan bahwa antara agama dan filsafat
terdapat perbedaan yang ekstrim, dan lebih jauh, dipandang bahwa persoalan-persoalan agama
agar tidak "ternodai" dan "tercemari" mesti dipisahkan dari pembahasan dan pengkajian filsafat.

Tetapi, usaha pemisahan ini kelihatannya tidak membuahkan hasil, karena filsafat berhubungan
erat dengan hakikat dan tujuan akhir kehidupan, dengan filsafat manusia dapat mengartikan dan
menghayati nilai-penting kehidupan, kebahagian, dan kesempurnaan hakiki.
Di samping itu, masih banyak tema-tema mendasar berkisar tentang hukum-hukum eksistensi
di alam yang masih membutuhkan pengkajian dan analisa yang mendalam, dan semua ini yang
hanya dapat dilakukan dengan pendekatan filsafat. Jika agama membincangkan tentang
eksistensi-eksistensi di alam dan tujuan akhir perjalanan segala maujud, lantas bagaimana
mungkin agama bertentangan dengan filsafat. Bahkan agama dapat menyodorkan asumsi-asumsi
penting sebagai subyek penelitian dan pengkajian filsafat. Pertimbangan-pertimbangan filsafat
berkaitan dengan keyakinan-keyakinan dan tradisi-tradisi agama hanya akan sesuai dan sejalan

apabila seorang penganut agama senantiasa menuntut dirinya untuk berusaha memahami dan
menghayati secara rasional seluruh ajaran, doktrin, keimanan dan kepercayaan agamanya.
Dengan demikian, filsafat tidak lagi dipandang sebagai musuh agama dan salah satu faktor
perusak keimanan, bahkan sebagai alat dan perantara yang bermanfaat untuk meluaskan
pengetahuan dan makrifat tentang makna terdalam dan rahasia-rahasia doktrin suci agama,
dengan ini niscaya menambah kualitas pengahayatan dan apresiasi kita terhadap kebenaran
ajaran agama. Walaupun hasil-hasil penelitian rasional filsafat tidak bertolak belakang dengan
agama, tapi selayaknya sebagian penganut agama justru bersikap proaktif dan melakukan
berbagai pengkajian dalam bidang filsafat sehingga landasan keimanan dan keyakinannya

semakin kuat dan terus menyempurna, bahkan karena motivasi keimananlah mendorongnya
melakukan observasi dan pembahasan filosofis yang mendalam terhadap ajaran-ajaran agama itu
sendiri dengan tujuan menyingkap rahasia dan hakikatnya yang terdalam.
B. Rumusan Masalah
1.

Apa yang dimaksud filsafat?

2.

Apa yang dimaksud agama?

3.

Apa perbedaan filsafat dan agama?

D. METODE PENULISAN
Adapun penulisan yang penulis gunakan dalam makalah ini adalah metode talaah kepustakaan
(Research Library) yang mana penulis menggunakan buku-buku dari perpustakaan dan hasil
pencarian dari internet sebagai bahan refrensi dimana penulis mencari literature yang sesuai

dengan materi yang dikupas dalam makalah ini dan penulis menyimpulkan dalam benruk
makalah.

A. Pengertian Filsafat
Kata "filsafat" berasal dari bahasa Yunani, philosophia: philein artinya cinta, mencintai, philos
pecinta, sophia kebijaksanaan atau hikmat. Jadi filsafat artinya "cinta akan kebijaksanaan". Cinta
artinya hasrat yang besar atau yang berkobar-kobar atau yang sungguh-sungguh. Kebijaksanaan
artinya kebenaran sejati atau kebenaran yang sesungguhnya. Filsafat berarti hasrat atau keinginan
yang sungguh akan kebenaran sejati. Demikian arti filsafat pada mulanya.
Dari arti di atas, kita kemudian dapat mengerti filsafat secara umum. Filsafat adalah suatu ilmu,
meskipun bukan ilmu vak biasa, yang berusaha menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk
memperoleh kebenaran. Bolehlah filsafat disebut sebagai: suatu usaha untuk berpikir yang
radikal dan menyeluruh, suatu cara berpikir yang mengupas sesuatu sedalam-dalamnya. Hal
yang membawa usahanya itu kepada suatu kesimpulan universal dari kenyataan partikular atau
khusus, dari hal yang tersederhana sampai yang terkompleks. Filsafat, "Ilmu tentang hakikat". Di
sinilah kita memahami perbedaan mendasar antara "filsafat" dan "ilmu (spesial)" atau "sains".
Ilmu membatasi wilayahnya sejauh alam yang dapat dialami, dapat diindera, atau alam empiris.
Ilmu menghadapi soalnya dengan pertanyaan "bagaimana" dan "apa sebabnya". Filsafat
mencakup pertanyaan-pertanyaan mengenai makna, kebenaran, dan hubungan logis di antara ideide dasar (keyakinan, asumsi dan konsep) yang tidak dapat dipecahkan dengan ilmu empiris.
Filsafat ialah hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami secara radikal

hakikat yang ada.
Pengertian Agama
Kata agama dalam Kitab suci Al-Qur'an dan hadits Nabi mempunyai makna antara lain: pahala
dan balasan, ketaatan dan penghambaan, kekuasaan, syariat dan hukum, umat, kepasrahan dan
penyerahan mutlak, aqidah, cinta, akhlak yang baik, kemuliaan, cahaya, kehidupan hakiki, amar
ma'ruf nahi munkar, amanat dan menepati janji, menuntut ilmu dan beramal dengannya, dan
puncak kesempurnaan akal.
Agama ialah suatu sistem credo (tata keyakinan), ritus (peribadatan) dan sistem norma yang
mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia dan alam lainnya sesuai
tata ketentuan yang telah ditetapkan.
Menurut sumbernya agama dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Agama samawi (agama wahyu atau langit)
2. Agama budaya (agama bumi)

Contoh dari agama samawi salah satumya adalah islam. Agama islam adalah wahyu dari Allah
yang diturunkan pada rosul-Nya sebagai suatu sistem keyakinan dan tata aturan yang mengatur
segala pri kehidupan dan kehidupan manusia dalam hubungan nya dengan Tuhan, sesama
makhluk maupun alam yang bertujuan mencari keridhoan Allah serta keselamatan dunia dan
akhirat.
Agama islam bersumber dari kitab suci yaitu kodifikasi wahyu Allah swt untuk umat manusia di

atas planet bumi berupa Al quran sebagai penyempurna wahyu-wahyu Allah sebelumnya.
B. PERBEDAAN FILSAFAT DAN AGAMA

Adapun titik perbedaanya adalah sebagai berikut :
Ilmu dan filsafat adalah hasil dari sumber yang sama yaitu : ra’yu (akal, budi, ratio, reason, nous,
rede, ver nunft) manusia. Sedangkan agama bersumber dari Wahyu Allah.
 Ilmu pengetahuan mencari kebenaran dengan jalan penyeledikan, pengalaman (empiri) dan
percobaan (eksperimen) sebagai batu ujian. Filsafat menghampiri kebenaran dengan cara
mengelanakan atau mengembarakan akal budi secara redikal (mengakar), dan integral
(menyeluruh) serta universal (mengalam), tidak merasa terikat oleh ikatan apapun, kecuali ikatan
tangannya sendiri yang disebut ’logika’ Manusia dalam mencari dan menemukan kebenaran
dengan dan dalam agama dengan jalan mempertanyakan berbagai masalah asasi dari suatu
kepada kitab Suci, kondifikasi Firman Allah untuk manusia di permukaan planet bumi ini.
Kebenaran ilmu pengetahuan ialah kebenaran positif, kebenaran filsafat ialah kebenaran
spekulatif (dugaan yang tak dapat dibuktikan secara empiri, riset, eksperimen). Kebenaran ilmu
pengetahuan dan filsafat keduanya nisbi (relatif). Dengan demikian terungkaplah bahwa manusia
adalah mahluk pencari kebenaran. Di dalam mencari, menghampiri dan menemukan kebenaran
itu terdapat tiga buah jalan yang ditempuh manusia yang sekaligus merupakan institut kebenaran
yaitu : Ilmu, filsafat dan Agama. 1


C. Filsafat Dan Agama
1 http://jagomakalah.blogspot.co.id/2014/02/makalah-hubungan-antara-filsafat-dan.html

Untuk membahas hubungan filsafat dengan agama dan peranannya terhadap agama, harus di
selesaikan terlebih dahulu pengertian agama. Apa itu agama ?


Etimologi agama

Apabila kita kaji etimologinya, kata agama membawa kita kepada bahasa Sansekerta. Akar kata
a-gam-a ialah gam, yang berarti pergi atau berjalan. Sansekerta adalah bahasa Indo Jerman.
Dalam bahasa Belanda dan Inggris (kedua-duanya juga bahasa-bahasa Indo Jerman), kita
temukan kata-kata ga (Belanda=gaan, dan Inggris=go) yang serumpun dengan gam dan berarti
sama. Dengan ditambah dengan awalan a dan akhiran a, gam menjadi agama, yang berarti jalan.
Kata agama dalam bahasa Indonesia kabur dan kacau pengertiannya. Umumnya ia
diekuivalenkan orang dengan religi (religion) kata religi sebagai istilah ilmu telah tertentu
artinya.
Tiga cara religi. Paling kurang ada tiga cirri yang ditemukan pada tiap religi.
i. Percaya kepada yang kudus.
ii. Melakukan hubungan dengan Yang Kudus itu dengan ritus (upacara), kultus (pemujaan), dan

permohonan.
iii. Doktrin tentang Yang Kudus dan hubungan itu.
iv. Biasanya ada cirri yang ke-4, yaitu sikap hidup yang ditumbuhkan oleh ketiga cirri tersebut.
\Apabila yang Kudus itu dipercayai sebagai pribadi, yakni Tuhan (God), maka kata religi dalam
bahasa Belanda berubah menjadi godsdients (kebaktian kepada Tuhan)
 Agama dan kebudayaan
Apakah agama itu masuk kebudayaan atau tidak, terdapat pertikaian antara ilmu dan Islam.
Sepanjang kita bicara tentang agama Islam, adalah agama itu bukan bagian dari kebudayaan
Islam. Tetapi kalau kita berbicara tentang agama bukan-Islam, Islam dapat menerima teori ilmu.
Hal ini baru dapat dipahami setelah menelaah-agama yang ada atau pernah ada.
Ada dua kategori agama (lihat, Perenggan 1)
i. agama budaya (yang disebut oleh kepustakaan Barat dengan natural religion)
ii. Agama langit (disebut oleh kepustakaan tersebut dengan revaled religion)
Diantara banyak perbedaan antara kedua jenis agama itu, ada sejumlah
perbedaan pokok, yang dapat menunjukkan kepada kita, apakah suatu
agama jenis yang pertama atau kedua.
Ciri-ciri agama budaya:
i. Tidak disampaikan oleh Nabi atau Rasul Tuhan, tidak dapat dipastikan bila
lahirnya.
ii. Tidak memiliki Kitab Suci yang diwariskan oleh Nabi/Rasul Tuhan. Kalau

ada Kitab Suci yang diwariskan oleh penganjurnya, isi kitab itu mengalami
perubahan-perubahan dalam perjalanan sejarah agama itu.

iii. Sistem merasa dan berpikir agama inheren dengan sistem merasa dan
berpikir tiap segi kehidupan (faset kebudayaan) masyarakat.
iv. Berubah dengan perubahan mentalitas masyarakat yang menganutnya.
v. Kebenaran prinsip-prinsip ajaran agama tak tahan terhadap akal; mengenai alam nyata
dibuktikan ilmu kekeliruannya; mengenal alam gaib, tak termakan oleh akal.
vi. Konsep ketuhanannya bukan serba-esa tuhan.
Ciri-ciri agama langit:
i. Disampaikan oleh Rasul Tuhan (Utusan Tuhan), dengan pasti dapat dinyatakan waktu lahir
agama.
ii. Memiliki Kitab Suci yang diwariskan Rasul tuhan dengan isi yang serba-tetap.
iii. Sistem merasa dan berpikirnya tidak inheren dengan system merasa dan berpikir tiap segi
kehidupan (faset kebudayaan) masyarakat yang menganutnya, bahkan dikehendaki sistem
merasa danberpikir tiap faset kehidupan, takluk atau mengarah kepada sistem brpikir dan merasa
agama.
iv. Tidak berubah dengan perubahan mentalitas masyarakat yang menganutnya, sebaliuknya
justru mengubah mentalitas penganutnya.
v. Kebenaran prinsip-prinsip ajaran agama tahan terhadap kritik akal; mengenai alam nyata,

manakala ilmu sampai ke ujung perkembangannya, terbukti kebenaran agama itu; mengenai
alam gaib terterima oleh akal.
vi. Konsep ketuhanannya serba-esa tuhan.
 Agama budaya=filsafat.
Yang mengenai agama budaya, jelas sekali betapa agama itu dilahirkan oleh filsafat. Agamaagama bersahaja dilahirkan oleh filsafat masyarakat bersahaja itu tentang dunia gaib, alam dan
manusia, hidup dan mati, ketakutan dan har2apan, manusia dan akhirat. Pada agama Tao jelas
sekali pengaruh filsafat Lao Tze . Agama Kong Hu Cu dibentuk oleh filosof Kong Hu Cu.
Antara agama Sinto dan filsafat bangsa Jepang jelas sekali saling-hubung dan salingpengaruhnya.
Filsafat agama bertolak dari yang gaib, yang di perperangi oleh hati, membawanya dengan
berpikir ke alam budi. Tuhan Yang Maha Gaib, penunjukkan-Nya secara gaib atas seseorang
menjadi Rasul-Nya, penurunan wahyu-Nya secara gaib, dan wahyu-wahyu itu sendiri yang
berasal dari Yang Maha Gaib, yang member peringatan, member petunjuk dan menceritakan
tentang yang gaib, dan lain-lain … kesemuanya itu dibenarkan oleh hati, sehingga menjadi
kepercayaan, selanjutnya dibawa berpikir oleh budi, seingga daspat diterima oleh budi itu.
Berbeda fungsi budi dalam agama budaya dari pada agama langit. Dalam agama budaya, hasil
budi menjadi agama. Dalam agama langit, kepercayaan agama yang diwahyukan dibawa ke alam
budi. Pemikiran budi itu yang sistematis, radikal dan universal tentang wahyu membentuk
filsafat agama.
2 Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat, Jakarta:PT Bulan Bintang,1992 Hlm 67-70




Filsafat Agama

Bertolak dari definisi filsafat, adalah takril filsafat agama: sistem kebenaran tentang agama
sebagai hasil berpikir secara radikal, sistematis dan universal. Dasar-dasar agama yang di
persoalkan dipikirkan menurut logika (teratur dan berdisiplin) dan bebas. Ada dua bentuk filsafat
agama, yakni filsafat pada umumnya dan filsafat sesuatu agama.
Dasar-dasar agama itu merupakan pokok-pokok kepercayaan atau konsep tentang ketuhanan,
alam, manusia, baik dan buruk, kejahatan hidup dan mati, dunia dan akhirat, hubungan manusia
dengan tuhan, ruh dan lain-lainnya. Pada Islam dasar-dasar itu disebut Arkanul iman,Tiang-tiang
Iman, terdiri atas enam sila:
i. Yakin kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa.
ii. Yakin kepada malaikat-mailakat.
iii. Yakin kepada kitab-kitab Suci.
iv. Yakin kepada Rasullah-rasullah.
v. Yakin kepada akhirat.
vi. Yakin kepada qadar, yang baik dan buruknya berasal dari Tuhan.
Yakin kepada Allah akibat logisnya yakin kepada Malaikat-malaikat yang diciptakan Allah untuk
tugas-tugas tertentu. Salah satu tugas malaikat (Jibril) menyampaikan wahyu, yang membentuk

kitab suci.


Teologi atau Ilmu Agama

Ilmu agama atau teologi juga membahas dasar-dasar agama, seperti yang dilakukan oleh filsafat
agama. Teologi membahas dasar-dasar agama tertentu, misalnya teologi Islam, teologi Nasrani,
teologi Yahudi. Perbedaan teologi dengan filsafat umum ialah:
i. Teologi tidak mempersoalkan kebenaran ajaran agama yang dibahasnya karena ajaran itu telah
diterimanya sebagai kebenarannya; yang dikerjakannya ialah memberikan penjelasan, ulasan,
kadang-kadang juga tafsiran tentang ajaran agama itu. Ketika ia memberikan tafsiran, menjadi
kaburlah pembahasan antara teologi suatu agama dan filsafat agama itu.
ii. Filsafat agama umum tidak terikat pada dasar-dasar agama. Pembahasannya tentang ajaranajaran agama mungkin sampai kepada pembenaran agama atau mengingkari kebenarannya.
Filsafat agama dapat menjadi senjata itu mungkin menjadi boomerang, karena ia mungkin pula
menyerang apa yang tadinya hendak di pertahankan.
Teologi dalam pembahasannya terbelah dalam dua aliran. Aliran tradisional, bertolak dari ajaran
agama sebagai kebenaran, dan memberikan penjelasan dan penafsiran tentang ajaran itu. Aliran
liberal membahas dan menafsirkan dasar-dasar agama secara analitis dan kritis. 3
Apabila aliran ini sampai kepada sifat ekstrim, sehingga tidak terikat pada kepercayaan
kebenaran dasar-dasar itu, ia sesungguhnya sudah berubah menjadi filsafat. Seperti telah
3 Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat, Jakarta:PT Bulan Bintang,1992 Hlm 71-72

dinyatakan oleh definisi filsafat, pemikitan filsafat bersifat radikal.
Teologi natural, yang di Inggeris melahirkan deisme, mendasarkan teologinya pada pemikiran
akal, dan bukan pada wahyu dari Tuhan atau dari Hadis Rasul-Nya disebut oleh Islam:naqal.
Jadi naqal berasal dari Tuhan dan akal dari manusia. Kepercayaan teologi natural tidak berasal
dari naqa, tetapi dari akal. Misalnya adanya Tuhan, diciptanya alam dan manusia oleh Tuhan,
keabdian hidup, adanya masa akhirat nanti, nilai dosa dan pahala, penentuan nasib manusia,
bukanlah dasar-dasar yang diberikan oleh naqal, tapi yang disimpulkan oleh akal. Teologi itu
dikandung oleh nature (alam) itu sendiri. Lawan dari teologi natural ialah teologi supernatural.
Teologi supernatural berdasarkan wahyu . wahyu tidak berasal dari alam, tapi dari luarnya. Yang
di luar alam itu ialah Tuhan. Dengan demikian ia berasal dari Tuhan.
Teologi natural melahirkan agama budaya, sedangkan teologi supernatural membentuk agama
langit.
 Akal dan Wahyu
Akal dan wahyu jadi sumber pengetahuan dan alat untuk mencapai kebenaran. Demikian
pendapat umum filosof –filosof Islam. Banyak nas-nas Qur’an dan Sunnah-Hadis yang menurut
lahirnya bertentangan dengan filsafat. Menurut Ibnu Rusyd nas-nas itu dapat ditafsirkan,
sepanjang aturan-aturan takwil dalam bahasa Arab, seperti pula kata-kata Syara’ dapat ditafsirkan
menurut aturan-aturan fikih.
Tuhan menjadikan manusia bertingkat-tingkat. Wajarlah kalau si ajaran agama berbeda-beda,
agar dapat dipahami oleh semua orang. Ada golongan yang cukup mempunyai iman, sesuai
dengan lahir nas dan memahaminya menurut kesanggupannya. Tujuan Syara’ bukan
mengajarkan hakikat semata-mata, tapi yang terpenting ialah amalan mendirikan keutamaan,
menyuruh yang baik dan mencegah yang buruk.
Syarat-syarat takwil.
Ibnu Ruyd menetapkam syarat-syarat takwil sebagai berikut:
i. Tiap orang mesti menerima prinsip-prinsip Syara’ menjalankannya dan menyadari bahwa
Syara’ melarang untuk memperkatakan hal-hal yang tidak disinggungnya.
ii. Yang berwenang melakukan takwil hanya golongan filosof, mereka yang dalam ilmunya.
Takwil tidak boleh dikerjakan oleh ulama-ulama fikih, karena mereka terbatas ilmunya dan
berbeda-beda pendapatnya, sedangkan merekalah yang jadi penyebab perpecahan di kalangan
umat Muslimin.
iii. Hasil takwil hanya bisa dikemukakan pada golongan pemakai qiyas-burhani, bukan kepada
orang-orang awam. Kalau takwil itu benar, orang awam tak mampu memahaminya. Kalau takwil
itu salah, orang awam itu akan tersesat. Dengan demikian bagi orang banyak tersedia Syara’ saja,
sedangkan hakikat dan yang terpendam dari nas-nas adalah untuk filosof-filosof. Dengan jalan
demikian kesatuan dalam lingkungan agama terpelihara, perbedaan aliran-aliran akan sirna. 4

4

iv. Di kalangan kaum Muslimin sudah ada kesepakatan, bahwa Syara’ terbagi menjadi tiga:
a. bagian yang harus di artikan menurut lahirnya.
b. bagian yang harus ditakwilkan.
c. bagian yang masih di perselisihkan.
Demikianlah Ibnu Rusyd mendudukkan filsafat dalam Islam. Syara’dengan arti lahir teruntuk
orang banyak. Dalam arti batinnya, ia teruntuk bagi kaum berpikir.
Kedudukan akal
Pertalian antara filsafat dan agama berkisar sekitar kedudukan akal. Ada yang mengatakan,
bahwa agama memerlukan akal untuk menjelaskan dan mempertahankannya. Ada pula
mengatakan, akal jadi penghubung antara manusia dengan Tuhan. Tugas filsafat sebagai
pekerjaan akal semata-mata, menjelaskan kebenaran-kebenaran agama dan memberikan alas analasannya. Akal itu terbatas kemampuannya. Apabila batas itu tidak dapat dilaluinya, maka ia
harus menuju dan berlindung kepada wahyu, misalnya dalam soal-soal alam langit.
Sebagaimana mesranya hubungan filsafat dan ilmu, demikian pula hubungan filsafat dan agama.
Filsafat berusaha mendapatkan pengertian yang satu dan lengkap tentang dunia, sedangkan
agama berusaha lebih dari itu. Agama berusaha memastikan kesatuan yang seibang antara
manusia dan dunia, terutama antara individu dan Tuhan. Tiap agama mempuyai kepercayaan
tentang alam, penciptanya, konstitusinya dan tujuan akhirnya. Tetapi pusat perhatiannya bukan
pada segala sesuatu itu, melainkan hubungan kita dengan sesuatu itu. Pengetahuan tentang tuhan
adalah penting, tapi lebih penting lagi mendapatkan rida-Nya dan perlindungan-Nya. Karena
itulah inti agama, setelah percaya kepada Tuhan, wajib melakukan hubungan dengan dia (dengan
ritus dan kultus) untuk mendapatkan rida-Nya dan perlindungan dari-Nya (dengan
permohonan).
Fungsi agama umumnya ialah membikin manusia di dunia ini seperti dirumahnya sendiri,
demikian pula setelah dunia ini. Islam merumuskan:mengujudkan salam bagi manusia di dunia
dan di akhirat.

Tujuan ilmu, filsafat, agama.
Ilmu, filsafat, agama bertujuan sama, yaitu memahami dunia, Tetapi tujuan kepemahaman itu
berbeda-beda.
i. Dalam ilmu tujuan itu hanya teori atau pengetahuan demi pengetahuan, umumnya pengetahuan
itu diabadikan untuk tujuan-tujuan ekonomi praktus.
ii. Dalam filsafat tujuan itu ialah cinta kepada pengetahuan yang bijaksana, dengan hasil
kedamaian dan kepuasan jiwa.
iii. Dalam agama tujuan itu damai, keseimbangan, penyesuaian, keselamatan, dirangkum dengan
satu istilah dalam Islam:salam
Sering filsafat dan agama meperkatakan ide-ide yang sama, misalnya ruh, asal dan tujuamnya,
rohaniah, Tuhan dan ciptaan-Nya , kelamjutan kehidupan ruh setelah jasad mati dan sebagainya.
Tetapi perhatian antara kedua itu berbeda, yang pertama bersifat teori dan intelektual, sednagkan
yang kedua bersifat emosional dan abadi.
Efek filsafat pada agama
Sering timbul pertanyaan apa efek kajian filsafat terhadap kepercayaan agama. Kajian filsafat
dapat mengganggu kepercayaan agama, terutama manakala kepercayaan agama seseorang sempit
dan tidak ada tolak-angsurnya.
Filsafat juga dapat mengganggu kepercayaan seseorang yang beragama budaya. Agama budaya
adalah hasil filsafat. Studi filsafat dapat menimbulkan pertentangan antara dua filsafat.
Sekalipun filsafat dan agama sama-sama mengabdi kepada kebenaran, terdapat perbedaan besar
kedudukan kebenaran itu dalam lapangan masing-masing. Pada filsafat kebenaran itu terletak di
ujung. Ia mulai dengan ke sangsian, berpikir selangkah demi selangkah dengan teratur, sadar dan
konsisten, untuk akhirnya diujung pemikiran sampai kepada kebenaran. Pada agama kebenaran
itu terletak pada pangkal. Ia mulai dengan kepecayaan, setelah itu baru ia berpikir. Dan
pemikiran itu tidak boleh lepas dari pangkal itu. Kesangsian itu menyuburkan filsafat. Apabila
kesangsian itu lenyap, filsafat itu berhenti. Apabila seseorang sangsi pada agamanya, bermakna
ia tengah meninggalkan kepercayaa.
Persamaan filsafat dan agama
Persamaan lain antara filsafat dan agama ialah, masing-masing merupakan sumber nilai,
terutama nilai-nilai etika. Perbedaan nya lagi dalam hal ini, nilai-nilai etika filsafat merupakan
produk akal, sedangkan nilai-nilai agama dipercayai sebagai ditentukan oleh Tuhan. Pada agama
budaya sesungguhnya ia masih produk akal juga. Pada agama langitlah baru dapat dikatakan
sebagai ketentuan Tuhan, sepanjang di percayai bahwa agama langit dibentuk oleh wahyu,
sedangkan agama budaya dilahirkan oleh filsafat.
Melalui Syari’at yang terdiri dari lima hukum Islam menggariskan lima tingkat nilai. Hukum
wajib mengandung nilai:baik;hukum sunnat: setengah baik;hokum mubah, jaiz atau harus:netral
atau hampa nilai;hukum makruh mengandung setengah buruk; dan hukum haram berisikan nilai
buruk.

Nilai dalam filsafat dan agama.
Laku perbuatan baik mendapat nilai pahala, sebaliknya laku perbuatan buruk memperoleh nilai
dosa. Nilai pahala itu baru terujud di akhirat dalam bentuk surga. Sebaliknya nilai dosa dalam
bentuk neraka.
Nilai-nilai etika filsafat berubah-ubah menurut ruang dan waktu, seirama dengan perubahan cara
berpikir dan merasa manusia. Sedangkan nilai-nilai etika agama (agama langit) mengatasi ruang
dan waktu, abadi, bahkan mengatasi perahlian dunia kepada akhirat. Ia mutlak, karena berasal
dari Yang Mutlak pula. Dan laku perbuatan etika menurut agama itu, adalah pasti.
Baik filsafat, ataupun agama menentukan norma-norma baik dan buruk. Perbedaan besar antara
filsafat dan agama, antara suatu filsafat dengan filsafat lain, antara suatu agama dengan agama
lain ialah, mana-manakah yang baik itu dan mana-mana pulakah uyang buruk itu. Pebedaanpebedaan inilah yang membedakan filsafat dan agama, antara filsafat dan filsafat dan antara
agama dan agama.

A. Kesimpulan
Filsafat dan agama mempunyai hubungan yang terkait dan reflesif dengan manusia
artinya keduanya tidak ada alat penggerak dan tenaga utama di dalam diri manusia, yang
dikatakan alat dan penggerak tenaga utama pada diri manusia adalah akal, pikiran, rasa,
dan kenyakinan. Dengan alat ini manusia akan mencapai kebahagiaan bagi dirinya.
Agama dapat menjadi petunjuk, pegangan serta pedoman hidup bagi manusia dalam
menempuh hidupnya dengan harapan penuh keamanan, kedamaian, dan kesejahteraan.
Manakala manusia menghadapi masalah yang rumit dan berat, maka timbullah
kesadaranyna, bahwa manusia merupakan makhluk yang tidak berdaya untuk
mengatasinya dan timbulnya kepercayaan dan keyakinan.

B. SARAN
Kami menyadari sepenuhnya bahwasanya makalah yang kami buat ini jauh dari kesempurnaan,
jadi kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami butuhkan, demi kebaikan
pembuatan makalah kami selanjutnya agar kami bisa memperbaiki kesalahan dalam pembuatan
makalah ini.

Daftar Pustaka

H.A. Dardiri. Filsafat dan Logika, Jakarta : Press. Rajawali.1986.
Tafsir Ahmad. Filsafat Umum. Bandung : Rosdakarya.1994.
Gazalba Drs. Sidi Sistematika filsafat, Jakarta:PT Bulan Bintang.1992
Internet:
http://jagomakalah.blogspot.co.id/2014/02/makalah-hubungan-antara-filsafat-dan.html