Biografi dan pemikiran Emile Durkheim

Biografi dan Pemikiran Emile Durkheim « Sejarah Peradaban Islam

HOME

ABOUT ME

CONTACT ME

DISCLAIMER »

10/22/2015

SITE MAP

Sejarah
Peradaban Islam
HOME

SEJARAH INDONESIA

SEJARAH ISLAM


PERADABAN ISLAM

TOKOH SEJARAH

Enter keywords

Search

Home » Tokoh Sejarah » Biografi dan Pemikiran Emile Durkheim

Stay Connect with Me
Enter your email address

Popular Posts

Subscribe

Recent Posts


Biografi dan Pemikiran Emile Durkheim
By Sejarah Islam

Posted at 5:42 PM

Tokoh Sejarah

No comments

Latar Belakang

Dinasti Abbasiyah (Kemajuan dan
Keberhasilannya)
Perluasan Wilayah Pada Masa
Khulafaurasyiddin dan Dinasti Umayyah
Partai Komunis Indonesia (awal
kemunculan hingga kehancuran)
Ekspansi kekuasaan Islam berlangsung
secara cepat (Pada zaman
Khulafaurrasyidin, Umayyah,

Abbasiyah)
Gerakan Radikal Islam di Indonesia

Muslim Rohingya

Sarekat Dagang Islam (Sejarah dan
Perkembangannya)
Tokoh-tokoh Filsafat Sejarah

Islam dalam Pembangunan Nasional

Emile Durkheim

Emile Durkheim lahir di Epinal, Perancis timur, tahun 1858. Ia adalah seorang pemeluk Katholik
meskipun ayahnya adalah seorang petinggi Yahudi, namun kemudian ia memilih untuk tidak tahu
menahu tentang Katholik. Ia lebih menaruh perhatian pada masalah moralitas, terutama moralitas
kolektif.
Durkheim terkenal sebagai sosiolog yang brilian dan memiliki latar belakang akademis dalam ilmu
sosiologis. Dengan mengikuti tradisi yang digariskan oleh Saint-Simon (1760-1825), Durkheim adalah
seorang murid yang ragu-ragu tetapi dari August Comte (1798-1857), perintis positivisme Perancis

yang menciptakan kata Sosiologi.
Pada usia 21 tahun ia masuk pendidikan di Ecole Normale Superiure. Dalam waktu singkat ia
membaca Renouvier, Neo Kantian yang sangat dipengaruhi pemikiran Saint Simon dan August
Comte, dan bahkan melahap karya-karya Comte sendiri. Disertasinya The Division of Labor in Society
yang diterbitkan tahun 1893 memaparkan konsep-konsep evolusi sejarah moral atau norma-norma
tertib sosial, serta menempatkan krisis moral yang hebat dalam masyarakat modern. Itu sebabnya,
disertasi itu menjadi karya klasik dalam tradisi sosiologi.

HMI (Himpunan Mahasiswa Islam)

Trending Stories
Masa Dinasti
Peradaban Islam
Sejarah Islam
Sejarah Islam Indonesia
Emile Durkheim

Sejarah Politik Indonesia
Tokoh Sejarah


Blog Archive
▼ 2015

▼ October

Biografi dan Pemikiran Emile Durkheim
Gerakan Radikal Islam di Indonesia
► September
► August

Pemikiran Durkheim secara umum memberikan landasan dasar bagi konsep-konsep sosiologi melalui
kajian-kajiannya terhadap elemen-elemen pembentuk kohesi sosial, pembagian kerja dalam
masyarakat, implikasi dari formasi sosial baru yang melahirkan gejala anomie, dan nilai-nilai kolekltif,
termasuk juga tentang aksi dan interaksi individu dalam masyarakat. Inilah yang menjadi dasar
Durkheim mengembangkan sosiologi dalam bidang sosial keagamaan dan politik.

Metode-metode yang digunakan Emile Durkheim
Metode Sosiologi
Dalam The Rule of Sociological Method ia berpendapat bahwa para teoretikus social memakai sikap
ilmuwan yang menngamati dengan mengambil jarak tanpa prasangka terhadap kenyataan social

yang tidak diketahui. Dalam bab pertama dari Rule ia mendefinisikan fakta sosial sebagai:

"Cara-cara bertindak, berpikir dan merasa, yang berada diluar
individu dan dimuati dengan sebuah kekuatan memaksa, yang
karenanya hal-hal itu mengontrol individu itu"
Durkheim menekankan bahwa tugas sosiologi adalah mempelajari apa yang dia sebut sebagai faktafakta sosial. Asumsi umum yang paling fundamental yang mendasari pendekatan Dukheim terhadap
individu serta perilakunya adalah bahwa fakta-fakta sosial itu riil dan mempengaruhi kesadaran individu
serta perilakunya yang berbeda dari karakteristik psikologi, biologis atau karakteristik individu lainya.
Selain itu fakta-fakta sosial dapat dipelajari dengan metode-metode empirik, karena fakta-fakta sosial
merupakan benda dan harus diperlakukan sebagaimana benda.
Menurut Durkheim bahwa fakta sosial merupakan kekuatan dan struktur yang bersifat eksternal dan
memaksa individu. Studi tentang kekuatan dan struktur berkala luas ini misalnya, hukum yang
melembaga dan keyakinan moral bersama dan pengaruhnya terhadap individu menjadi sasaran studi
banyak teoritas sosiologi dikemudian hari (misalnya persons).

http://peradabandansejarah.blogspot.co.id/2015/10/biografi-emile-durkheim.html

1/4

Biografi dan Pemikiran Emile Durkheim « Sejarah Peradaban Islam


10/22/2015

Le Suicide karya Emile Durkheim

Dalam bukunya yang berjudul Suicide (1897/1951) Durkheim berpendapat bahwa bila ia dapat
menghubungkan perilaku individu seperti bunuh diri itu dengan sebab-sebab sosial (fakta sosial) maka
ia akan dapat menciptakan alasan meyakinkan tentang pentingnya disiplin sosiologi.

Karakteristik dan Tipe Fakta Sosial
Menurut Durkheim bahwa fakta sosial memiliki karakteristik, pertama, gejala sosial bersifat eksternal
terhadap individu, misalnya bahasa, sistem moneter, norma-norma, profesional. Kedua, bersifat
memaksa individu. Dalam hal ini individu dipaksa, dibimbing, diyakini, didorong, atau dengan cara
tertentu dipengaruhi oleh berbagai tipe fakta sosial dalam lingkungan sosialnya. Ketiga, bersifat umum
atau terbesar secara meluas dalam satu masyarakat. Dengan kata lain, fakta sosial itu merupakan
milik bersama; bukan sifat individu persorangan. Sifat umumnya ini bukan sekedar hasil penjumlahan
beberapa fakta sosial lainnya, anatara lain, angka perkawinan, angka bunuh diri, dan angka mobilitas.
Dalam The Rule Of Sociolocal Method, Durkheim membedakan antara dua tipe fakta sosial: material
dan non-material. Meski ia membahas keduanya dalam karyanya, perhatian utamanya lebih tertuju
pada fakta sosial non material (misalnya kultur, instrusi sosial) ketimbang pada fakta sosial material

(birokrasi, hukum). Perhatiannya tertuju pada upaya membuat analisis komparatif mengenai apa
yang membuat masyarakat bisa dikatakan berada dalam keadaan primitif atau modern.

Buku karya Emile Durkheim

Durkheim menyimpulkan bahwa masyarakat primitif dipersatukan terutama oleh fakta sosial nonmaterial, khususnya oleh kuatnya ikatan moralitas bersama, atau oleh apa yang ia sebut sebagai
kesadaran kolektif yang kuat. Tetapi, karena kompleksitas masyarakat modern, kekuatan kesadaran
itu telah menurun. Dalam Les former elementaire de levie religieuse (bentuk-bentuk dasar kehidupan
religius). Dalam karyanya ini Durkheim membahas masyarakat primitif untuk menemukan akar
agama.
Durkheim yakin bahwa ia akan dapat secara lebih baik menemukan akar agama itu dengan
membandingkan masyarakat primitif yang sederhana ketimbang dalam masyarakat modern yang
kompleks. Temuannya adalah bahwa sumber agama adalah masyarakat itu sendiri. Masyarakatlah
yang menentukan bahwa sesuatu itu bersifat sakral dan yang lainnya bersifat profan, khusnya dalam
kasus yang disebut tetomisme. Dalam agama primitif (totemisme) ini benda-benda seperti tumbuhtumbuhan dan binatang didewakan.
Selanjutnya totemisme dilihat sebagai tipe khusus fakta sosial nonmaterial, sebagai bentuk kesadaran
kolektif. Akhirnya Durkheim menyimpulkan bahwa masyarakat dan agama (atau lebih umum lagi,
kesatuan kolektif ) adalah satu sama. Agama adalah cara masyarakat memperlihatkan dirinya sendiri
dalam bentuk fakta sosial nonmaterial. Durkheim menyimpulkan bahwa :


“Agama sesungguhnya adalah masalah sosial”
Dan ia juga meyakini bahwa :

“Agama adalah hal paling primitif dari segala fenomena sosial”
Semua manifestasi lain dalam aktivitas kolektif berasal dari agama dan melalui berbagai transformasi
secara berturut-turut: antara lain mengangkut hukum, moral, seni, bentuk politik. Bahkan ikatan
keluarga merupakan salah satu ikatan yang bersifat religius.

Solidaritas dan Tipe Struktural Sosial
Solidaritas menunjuk pada satu keadaan hubungan antara individu dan/atau kelompok yang
didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat oleh
pengalaman emosional bersama. Ikatan ini lebih mendasar dari pada hubungan kontraktual yang
dibuat atas persetujuan rasional.
Hubungan-hubungan serupa itu mengandalkan sekurang-kurangya satu tingkat konsensus terhadap
prinsip-prinsip moral yang menjadi dasar kontrak itu, sekaligus berusaha menjelaskan asal mula
keadaan menurut persetujuan kontraktual yang dirembuk individu untuk kepentingan pribadi mereka
selanjutnya. Penjelasan Durkheim mengenai solidaritas diperoleh dalam bukunya The Division of
Labour in Society.

Integrasi Sosial dan Angka Bunuh Diri (Suicide)

Durkheim memandang bunuh diri sebagai fakta sosial, bukan fakta individu. Proposisi dasar yang
digunakan dalam bunuh diri adalah bahwa angka bunuh diri berbeda-beda menurut tingkat integrasi
sosial. Durkheim membedakan 3 (tiga) jenis tipe bunuh diri, diantaranya :

Bunuh diri Egoistik
http://peradabandansejarah.blogspot.co.id/2015/10/biografi-emile-durkheim.html

2/4

Biografi dan Pemikiran Emile Durkheim « Sejarah Peradaban Islam

10/22/2015
Merupakan hasil dari suatu tekanan yang berlebih-lebihan pada individualisme atau kurangnya ikatan
sosial yang cukup dengan kelompok sosial. Jadi orang protestan memiliki angka bunuh diri yang lebih
tinggi dari pada katolik, karena kepercayaan mereka mendorong invidualisme yang lebih besar, dan
ikatan komunal dalam gereja Protestan lebih lemah.
Sama halnya, orang-orang yang tidak kawin mempunyai angka bunuh diri yang lebih tinggi dari pada
orang yang sudah kawin: dan orang-orang yang kawin tanpa anak, mempunyai angka bunuh diri
yang lebih tinggi dari pada mereka yang menpunyai anak.


Bunuh diri Altruistik
Merupakan hasil dari suatu integritas sosial yang terlampau kuat. Tingkat integrasi yang tinggi itu
menekan individualitas pada titik dimana individu kedudukannya sendiri. Sebaliknya, individu itu
diharapkan tunduk sepenuhnya terhadap kebutuhan-kebutuhan atau tuntutan-tuntutan kelompok
yang menempatkan setiap keinginan individu pada posisi lebih rendah yang mengurangi
kesejahteraan kelompok dan mengganggu kehidupannya.
Kalau tingkat solidaritas itu cukup tinggi, sang individu itu tidak kesal terhadap ketaatan pada
kelompok ini, malah sebaliknya merasa sangat puas dan mengorbankan diri untuk kebaikan kelompok
yang lebih besar.
Bunuh diri altruitik dapat merupakan hasil salah satu dari dua kondisi. Pertama, norma-norma
kelompok mungkin menuntun pengorbanan kehidupan-kehidupan individu. Sebagai contoh, bunuh
diri di kalangan pilot-pilot yang bertugas dalam Angkatan Udara Jepang selama perang Dunia II.
Kedua, norma-norma kelompok itu dapat menuntut pelaksanaan tugas-tugas yang begitu berat
untuk dapat dicapai sehinga individu-individu itu mengalami kegagalan walaupun sudah menunjukan
usaha yang paling optimal. Contohnya, para perwira militer yang menderita kekalahan mempunyai
angka bunuh diri yang tinggi, dan lebih tinggi dalam kenyataanya tidak dapat dibandingkan dengan
serdadu-serdadu bawahannya, karena identifikasi mereka dengan kemiliteran.

Bunuh diri Anomik
Muncul dari tidak adanya pengaturan bagi tujuan dan aspirasi individu. Dalam kondisi yang normal
dan stabil keinginan individu. Dalam kondisi yang normal dan stabil keinginan individu dijamin oleh
norma-norma yang sesuai dengan prinsip-prinsip moral yang umum. Norma-norma pengatur ini
mejamin bahwa keinginan individu dan aspirasinya pada umumnya sebanding dengan alat-alat yang
tersedia.
Karena itu, individu berjuang untuk dan menerima imbalan yang sesuai seperti diharapkanya. Kalau
norma-norma pengatur ini tidak berdaya lagi, maka akibatnya adalah bahwa keinginan individu tidak
dapat dipenuhi lagi; keinginan ini lalu meledak di luar kemungkinan untuk mencapainya, dan idividu itu
terus-menerus mengalami frustasi. Contoh, krisis ekonomi.

Bunuh diri Fatalistik
Bunuh diri Fatalistik (Bunuh diri yang dilakukan seseorang karena adanya kondisi yang sangat
tertekan, dengan adanya aturan, norma, keyakinan dan nilai-nilai dalam menjalani interaksi sosial
sehingga orang tersebut kehilangan kebebasan dalam hubungan sosial tersebut).
Kebalikan dari Anomik, ketika seseorang terlalu diatur, ketika masa depan mereka tanpa ampun
diblokir dan nafsu kekerasan tersedak oleh disiplin menindas. Hal ini terjadi dalam masyarakat terlalu
menindas, menyebabkan orang lebih memilih untuk mati daripada melakukan hidup dalam
masyarakat mereka. Ini adalah alasan yang sangat langka bagi orang untuk mengambil kehidupan
mereka sendiri, tetapi contoh yang baik akan berada dalam penjara, beberapa orang mungkin lebih
memilih untuk mati daripada hidup di penjara dengan penyalahgunaan konstan dan peraturan yang
berlebihan melarang mereka mengejar keinginan mereka,

Teori Emile Durkheim
Teori Emile Durkheim tentang Manusia
Durkheim adalah sebuah contoh ekstrem tentang sorang teoretikus holistis. Karena itu tampaknya
menyesatkan berusaha memisahkan teorinya tentang kodrat manusia dari teorinya tentang
masyarakat. Tetapi fakta bahwa Durkheim berkeyakinan bahwa segala sesuatu yang jelas bersifat
manusiawi - seperti bahasa imoralitas, agama, dan kegiatan ekonomis – dapat diberi ciri oleh dan
tergantung pada masyarakat, tak lebih banyak menghalanginya untuk memiliki sebuah teori tentang
manusia daripada dalil-dalil individulistis Hobbes menghalanginya untuk memiliki teori tentang
masyarakat.
Memang persis karena tekanan Durkheim bahwa betapa sedikitnya individu sebagai bahan mentah
yang dapat dibentuk oleh pengaruh kehidupan kelompok dapat melampaui masyarakat, dia dapat
membahas faktor-faktor social lebih banyak daripada faktor individual dalam penjelasanpenjelasannya tentang tingkah laku manusia.
Barangkali cara terbaik untuk melukiskan teori Durkheim mengenai kodrat manusia adalah dengan
mengikuti gagasan-gagasan Hobbes yang mengatakan manusia adalah seberkas penginderaanpenginderaan, refleks-refleks dan naluri-naluri, tetapi dengan dua modifikasi: pertama, individu pada
dirinya tanpa rasio, dan kedua, mannusia tidak pola nafsu yang tetap yang mau tak mau dan niscaya
terarah menuju tujuan-tujuan khusus seperti pemeliharaan diri dan kejayaan.
Jadi dalam individu tak ada apa-apa dengan rasio atau naluri untuk membatasi cakupan dan
jangkakuan nafsunya. Durkheim memandang kodrat manusia sebagai sebuah abstraksi yang hamper
total dari tingkah laku manusia-manusia actual dalam actual dalam situasi-situasi real. Secara
metodologis “individu”, bagi Durkheim, adalah sebuah kategori residual dimana dia hanya
menempatkan apa yang ditinggalkan sesudah ia mengambil semua yang dikenakaan kepada
kehidupan manusia oleh masyarakat.

Related Posts

Biografi dan Pemikiran Emile
Durkhe...

Tokoh-tokoh Filsafat Sejarah

Tokoh Sejarah

About the Author

A Woman who became interested in the History of Islam, and especially the History
of Islam in Indonesia. Strat writing since 2010, finally this year ventured to make
specific blog Islamic History. Through this blog I will try to explain everything related
to the history of Islam. From era Khulafaur Rasyidin, Dynasty, until today. May be benefical to all of
us.
View all posts by: Me

http://peradabandansejarah.blogspot.co.id/2015/10/biografi-emile-durkheim.html

3/4

Biografi dan Pemikiran Emile Durkheim « Sejarah Peradaban Islam

10/22/2015

0 komentar:

Link ke posting ini
Create a Link

Submit URL FREE By Clicking Here Free Website Directory Viesearch - Life powered search 1Abc Directory Free Web Directory – Direct My Link is a free
web directory offering a comprehensive category structure and a growing collection of useful links. Visit our free web directory.
© 2013 Sejarah Peradaban Islam. W P Mythemeshop Converted by Bloggertheme9
Blogger templates. Proudly Powered by Blogger.

http://peradabandansejarah.blogspot.co.id/2015/10/biografi-emile-durkheim.html

4/4