MARKET INTELLIGENCE REPORT ON PERKEMBANG

MARKET INTELLIGENCE REPORT ON
PERKEMBANGAN INDUSTRI PAKAN TERNAK DI INDONESIA
Mei 2008
Latar belakang
Industri pakan ternak di dalam negeri sangat berperan mendukung
industri peternakan dalam menyediakan ketersediaan konsumsi daging
dan produk turunannya bagi masyarakat sebagai tambahan sumber
protein. Pakan memiliki kontribusi 70% dari total biaya produksi
peternakan, sehingga tetap menjadi suatu bisnis yang cerah.
Secara umum industri pakan ternak nasional cukup memiliki peluang yang
baik. Dilihat dari tingkat produksi, industri pakan ternak mengalami
pertumbuhan rata-rata 8,4% dalam periode lima tahun terakhir. Total
produksi pakan ternak nasional merosot menjadi 7,7 juta ton pada 2007
dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 9,9 juta ton. Hal ini diakibat
oleh maraknya kasus flu burung H51N pada 2007 lalu di sejumlah provinsi
termasuk Jawa Barat, DKI, Banten, JawaTengah, Bali, Sumatera Utara,
Jambi, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat dan Sulawesi Selatan.
Saat itu masyarakat khawatir mengkonsumsi ayam dan produk
turunannya, menyebabkan konsumsi ayam dan produk turunannya anjlok
hingga 50%-60%. Sehingga menimbulkan kerugian pada industri
peternakan, industri pakan ternak juga merasakan imbas dari kasus flu

burung ini. Bencana tersebut mengakibatkan permintaan terhadap pakan
ternak merosot hingga 30% pada 2007 lalu dibandingkan tahun
sebelumnya.
Menurut Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) industri pakan
ternak nasional rata-rata mampu menyuplai 5 juta ton pakan ternak per
tahun dari kebutuhan sekitar 7 juta ton per tahun. Industri pakan ternak
juga terpengaruh oleh kasus flu burung tahun lalu, sebab dari total
produksi pakan ternak sekitar 90% diserap oleh para peternak ayam
petelur dan pedaging yang terkena imbas langsung dan merugi karena
permintaan serta harga jual ayam merosot tajam..
Paska meredanya wabah flu burung pasar kembali pulih, konsumsi ayam
dan produk turunannya kembali tinggi. Hal ini juga mendorong
permintaan pakan ternak kembali melonjak. Konsumsi pakan ternak
diperkirakan akan meningkat menjadi 8,13 juta ton pada 2008 dari
sebelumnya 7,6 juta ton.
Tingginya tingkat konsumsi menunjukkan bahwa industri pakan ternak
masih memiliki peluang, sehingga sejumlah pemain berminat melakukan
ekspansi. Malindo Feed Mill akan membangun pabrik baru di Tangerang

berkapasitas 300.000 ton per tahun, serta Charoen Pokphand akan

meningkatkan kapasitas.
Hingga kini industri pakan ternak nasional masih didominasi pemain asing
termasuk Charoen Pokphand, Japfa Comfeed, Sierad Produce, CJ Feed,
Gold Coin, dan Sentra Profeed. Produsen besar tersebut masih
menggantungkan kebutuhan bahan baku impor.
Kebutuhan bahan baku masih tergantung impor, terutama jagung dari
Amerika dan Brasil. Tingginya harga bahan baku impor, mengakibatkan
harga pakan ternak dipasar domestik melambung. Pemerintah dalam
jangka pendek akan mendorong pabrik pakan ternak yang selama ini
masih menggunakan bahan baku impor sebagai campuran, untuk
menggunakan bahan baku lokal guna menurunkan harga pakan ternak di
dalam negeri.
Produsen dan kapasitas produksinya
Menurut data dari GPMT di Indonesia terdapat 42 pabrik pakan ternak
yang masih aktif hingga 2008. Sebelumnya terdapat 50 perusahaan,
namun 8 diantaranya sudah menghentkan operasionalnya.
Hingga kini industri pakan ternak nasional masih didominasi asing seperti
Charoen Pokphand, Japfa Comfeed, Sierad Produce, CJ Feed, Gold Coin,
dan Sentra Profeed. Produsen besar tersebut umumnya terintegrasi
dengan industri peternakan dan pengolahan produk ternak.

Dalam periode lima tahun terakhir dari 2002-2006 kapasitas produksi
industri pakan ternak nasional meningkat dengan pertumbuhan rata-rata
2,5% per tahun. Kapasitasnya tercatat sebesar 10,0 juta ton per tahun
pada 2003, kemudian meningkat hingga menjadi 11,0 juta ton pada
2007.
Dari 2003 hingga 2007 kapasitas produksi stabil dan tak mengalami
perkembangan berarti. Meskipun ada penambahan kapasitas dari
sejumlah produsen besar seperti Charoen Pokphand, CJ Feed dan lainnya
namun sebaliknya ada produsen lain yang terpaksa tutup karena terkena
imbas flu burung pada 2005 dan 2007. Meningkatnya konsumsi daging
oleh masyarakat, memicu meningkatnya produksi peternakan yang pada
akhirnya permintaan terhadap pakan ternak juga meningkat.
Sebaran industri pakan ternak
Saat ini sebaran industri pakan ternak berskala besar tersebar di
Indonesia terdapat di delapan provinsi. Sumatera Utara memiliki 8 pabrik,
Lampung ada 4 pabrik, Banten ada10 pabrik dan DKI Jakarta empat
pabrik. Di Jawa Barat terdapat empat pabrik dan Sulawesi Selatan dua
pabrik. Produsen pakan ternak paling banyak terdapat di Jawa Timur
mencapai 15 pabrik.


Wilayah Jawa Timur merupakan sentra industri pakan ternak dan
peternakan terbesar di Indonesia. Lingkup agribisnis Jatim cukup kuat
dengan dukungan tak kurang dari 15 pabrik besar pakan ternak, 52
industri rumahan pakan ternak, 4 pabrik pengolah susu, 201 pasar hewan,
99 TPA, 8 RPA, 1 RPH-A, 33 RPH-C dan 49 RPH-D. Di samping itu masih
ada 11 perusahaan daging olahan, 50 KUD koperasi persusuan dan
potensi yang sangat prospektif yaitu BBIB (Balai Besar Inseminasi Buatan)
di Singosari.
Peternakan ayam di Jatim terdiri dari ayam potong dengan sentra produksi
(Jombang, Malang, Gresik dan Mojokerto). Daerah yang berpotensi untuk
pengembangan adalah Sidoarjo, Pasuruan, Lamongan, Nganjuk dan Kediri.
Untuk jenis ayam buras/ayam kampung banyak dibudidayakan oleh
peternak di daerah pedesaan. Sentra produksi ayam buras terdapat di
Lamongan, Malang, Blitar, Probolinggo, Tulungagung dan Trenggalek.
Sedangkan daerah yang berpotensi untuk pengembangannya adalah
Jombang, Pasuruan, Nganjuk, Kediri, Pacitan dan Bangkalan.
Untuk jenis ayam petelur dengan sentra produksi (Malang, Blitar, Kediri,
Pasuruan dan Mojokerto). Sedangkan daerah yang berpotensi untuk
pengembangannya adalah Jombang, Nganjuk, Tulungagung dan Jember.
Keunggulan Jatim didukung oleh melimpahnya produksi jagung sebagai

bahan baku industri pakan ternak. Salah satu sentra jagung adalah Kediri
rata-rata luas panen adalah 22.354 ha pada 2005. Dengan produksi
jagung per tahun rata-rata 3,3 juta kuintal. Sementara lahan potensial
jagung di Kediri mencapai 54.650 ha/tahun.
Mini Feed Mill
Mengingat harga pakan ternak yang terus melambung akibat
ketergantungan pada bahan baku impor yang terus melonjak, saat ini
sekitar 70% bahan baku masih diimpor, baik pakan, obat, dan teknologi
lainnya. Ini menyebabkan peternakan ayam masih tergolong industri yang
rawan. Tidak mengakar pada pasokan bahan baku dalam negeri. Padahal,
dalam budidaya unggas, misalnya, biaya pakan menempati porsi terbesar
atau mencapai 70-80% dari total biaya
Tahun 2007 lalu, pemerintah telah mengembangkan pabrik pakan ternak
skala kecil di 14 lokasi yaitu di Ciamis, Cirebon, Sukabumi, Subang, dan
Bekasi (Jawa Barat), Magelang, dan Banjarnegara (Jawa Tengah), serta
Blitar (Jawa Timur). Untuk luar pulau Jawa antara lain di Bangli dan
Tabanan (Bali), Sawah Lunto (Sumatera Barat), Bengkulu Utara, Kapuas,
dan Hulu Sungai Utara.
Mulai tahun 2008 ini pemerintah kembali akan mengembangkan pabrik
pakan ternak skala kecil (mini feedmill) yang tersebar di 38 lokasi yang

termasuk sentra produksi bahan baku pakan seperti jagung dan kelapa
sawit.

Pabrik pakan mini tersebut memiliki kapasitas produksi sekitar 3-5 ton per
hari, serta investasi sebesar Rp250 juta per unit. Keberadaannya cukup
mendukung kecukupan pakan unggas lokal. Pengolahan pakan ternak ini
nantinya akan dikelola oleh gabungan kelompok tani (Gapoktan).
Sedangkan, pemenuhan bahan baku diambil dari jagung petani yang
belum terserap industri nasional. Hal itu terkait dengan lokasi perkebunan
yang jauh dari industri pakan yang sebagian besar berada di Jawa.
Disamping itu, pemerintah juga akan mengembangkan pabrik pakan
besar di Subang dan Bekasi untuk mencukupi kebutuhan pakan ayam ras
dan petelur.
Pemain utama
Charoen Popkhand Indonesia Tbk
Charoen Popkhand Indonesia Tbk (CPI) didirikan pada tahun 1972 dan
bergerak dalam industri pakan ternak dan pengolahan daging ayam.
Perusahaan merupakan PMA (Penanaman Modal Asing) dengan pemegang
saham terdiri dari PT. Central Proteinaprima, Royal Bank of Canada (Asia)
Ltd., UBS AG Singapura dan publik.

Saat ini CPI memiliki kapasitas produksi pakan ternak dari unit-unit
pabriknya yang tersebar di Mojokerto, Jakarta dan Medan sebesar 2,6 juta
ton per tahun. Pada 2006 CPI dan anak perusahaan CP Jaya Farm membeli
100% saham PT. Centralavian Pertiwi senilai Rp 30 miliar. Centralavian
Pertiwi bergerak dalam bidang pembibitan DOC parent stock yang
berlokasi di Subang, Bogor dan Lampung. Transaksi ini untuk memperkuat
posisi CP di bidang agribisnis.
Pada 2007 CPI Tbk membeli pabrik pakan ternak milik PT Central Proteina
Prima di Semarang, Jawa Tengah dengan melakukan tukar guling. Pabrik
pakan ikan dan udang milk CPI di Medan yang dihargai Rp 48 miliar
sedangkan pabrik milik CP Prima di Semarang seluas 47ribu m2 senilai Rp
108,7 miliar. Pabrik tersebut memiliki kapasitas produksi 25.000 ton pakan
udang dan 110.000 pakan ikan. Dengan demikian CP harus menombok
sebanyak Rp 60miliar.
Selain itu, CPI akan mendirikan pabrik pakan ternak di Lampung dan
peternakan ayam skala kecil di Indonesia bagian timur. CP juga akan
membangun pabrik pengolahan daging ayam di Salatiga, Bandung dan
Medan berkapasitas 2 ribu ekor per jam. Untuk proyek ekspansi ini CP
mendapat pinjaman dari Citibank sebesar Rp 310 miliar dan US$ 45 juta.
Untuk tahap pertama Citibank Bank menyalurkan US$ 125 juta tahun

2007.
Sementara itu, pertumbuhan pendapatan dan laba bersih 2007 ini sebesar
Rp 8,3 triliun dan Rp 210 miliar atau naik 31% dari 2006. Sedangkan
tahun 2008, CP menargetkan pertumbuhan sebesar 25% dari 2007.

Japfa Comfeed
Japfa Comfeed (JC) berdiri pada 1971 dan bergerak dalam bidang industri
pakan ternak. Saat ini pemegang saham JC terdiri dari Pacific Focus
Enterprises, Ltd. (28,94%), JP Morgan Chase Bank (9,65%), Coutts Bank
Von Ernst, Ltd. (9,15%), Rangi Management Ltd. (8,57%), BNP Paribas
Private Bank Singapore (6,63%) dan publik dengan kepemilikan masingmasing kurang dari lima persen sebanyak (37,06%).
JC adalah salah satu perusahaan agrobisnis terintegrasi di Indonesia, saat
ini industri pakan ternak memiliki total kapasitas produksi 1,73 juta ton
per tahun. Sementara itu, peternakan bibit ayam yang dikelola oleh anak
perusahaan, PT Multibreeder Adirama Tbk, usaha aquakultur yang dikelola
anak perusahaan, PT Suri Tani Pemuka. Lokasi pabrik pakan ternak dan
peternakan tersebar di Lampung, Cirebon (Jawa Barat), Sidoarjo (Jawa
Timur) dan Tangerang.
Pada 2007 Japfa membangun 2 unit pabrik pakan ternak dengan investasi
Rp 50 miliar di Cikupa dan Padang.

JC akan membangun industri pakan ternak berkapasitas 1.000 ton per
tahun dengan investasi awal Rp 50 miliar. Pabrik baru tersebut dibangun
di Padang, Sumatera Barat dan diharapkan akan mulai beroperasi pada
2008 ini.
Selanjutnya JC akan mengembangkan industri breeding (pembibitan)
ternak, terutama day one chick (DOC), untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat di Sumatera Barat dan sekitarnya.
Baru-baru ini JC menyuntikkan dana kepada anak perusahaan, PT
Multibreeder Adirama Indonesia Tbk senilai US$55 juta. Diantaranya
sebesar US$ 38.21 juta akan digunakan untuk pelunasan pinjaman yang
jatuh tempo pada 2011 dan US$ 16.78 juta untuk pembelian aset dan
modal kerja.
Sementara itu, pada 2007 total pendapatan Japfa mencapai Rp 7,9 triliun
dan laba bersih sebesar Rp 180,9 .miliar. Diantaranya 80% merupakan
kontribusi dari industri pakan ternak.
Cheil Jedang Feed Indonesia
CJ Feed Indonesia merupakan anak perusahaan Cheil Jedang dari Korea
Selatan yang mulai berbisnis di Indonesia pada 1989. CJFI
mengoperasikan 2 perusahaan pakan (feedmill) yaitu PT. CJ Superfeed
yang berdiri pada 1996 dan PT. CJ Feed Jombang yang berdiri pada 2004.

Pabrik pakan ternak ini masing-masing berlokasi di Serang, Banten dan
Jombang, Jawa Timur dengan total kapasitas produksi 750.000 ton per
tahun.
Pakan ternak yang diproduksi CJ Feed terdiri dari pakan broiler, layer,
breeder, babi, puyuh, konsentrat dan udang. untuk melayani permintaan

pelanggan yang berada di wilayah Jawa Barat, Jabodetabek, Sumatera dan
Kalimantan. Produk
pakan ternak yang diproduksi CJS menggunakan merk Superfeed.
Pada 1997 CJ Feed Indonesia mendirikan PT. Super Unggas Jaya yang
bergerak dalam industri peternakan yang memproduksi DOC dengan
kapasitas . 20 juta ekor per tahun. Peternakan ini berlokasi di Tutur, Jawa
Timur. Produk DOC ini menggunakan merk Superchicks. SUJ melakukan
ekspansi dengan membangun lagi 9 unit peternakan ayam di berbagai
daerah termasuk Jawa Barat dan Kalimantan Timur. Sehingga kini total
produksi DOCnya mencapai 54 juta ekor per tahun.
CJ Feed Jombang membangun silo untuk menampung jagung sebagai
bahan baku utama produksi pakan ternak yang mulai dioperasikan pada
September 2007. Hal ini untuk menjamin ketersediaan bahan baku, tanpa
tergantung pada musim panen jagung dan stok jagung di pasar. Sehingga

proses produksinya ternak tidak terganggu meski ada peningkatan
produksi.
Pada 2008 CJ Feed menargetkan berada di peringkat ketiga perusahaan
pakan terbesar di Indonesia dengan total produksi satu juta ton per tahun
dari tiga pabriknya.
Sierad Produce Tbk
Sierad Produce didirikan pada 1985 dengan nama PT Betara Darma
Ekspor Impor, merupakan hasil penggabungan dari empat perusahaan
pada tahun 2001, yaitu PT Anwar Sierad Tbk, PT Sierad Produce Tbk, PT
Sierad Feedmill dan PT Sierad Grains.
Sierad Produce (SP) berdiri pada 1985 dan bergerak dalam bidang
peternakan ayam bibit induk untuk menghasilkan ayam niaga,
pemotongan ayam dan pengolahan ayam terpadu dengan cold storage.
Selain itu SP juga bergerak dalam industri pakan ternak, industri
pengeringan jagung dan industri obata-obatan dan vitamin hewan.
Peternakan dan pabrik pengolahan tersebar di Tangerang, Bogor,
Sukabumi, Lampung dan Sidoarjo. Saat ini SP merupakan salah satu
produsen pakan ternak terbesar di Asia Tenggara.
Perusahaan yang berawal dari penjual telur eceran di pasar Jatinegara,
Jakarta Timur. Kemudian berkembang membangun Rumah Potong Ayam
yang terletak di jabaon, Jawa Barat ini merupakan yang terbesar di
Indonesia, yang memiliki kapasitas produksi 8.000 ekor per jam. Produk
olahan ayam yang dihasilkan dikemas dengan merk Delfarm, yang
tersedia di berbagai supermarket besar di Indonesia.
Sementara itu divisi pakan ternaknya yang brelokasi di Sidoarjo (Jawa
Timur). Tangerang (Jawa Barat) memiliki total kapasitas produksi sekitar
540.000 ton per tahun. Produk utamanya berupa pakan unggas baik
berupa pakan lengkap maupun concentrate.

Pada 2007 SP mendapat pinjaman Rp 225 miliar dari BNI, sebesar Rp 200
miliar digunakan untuk peningkatan kapasitas produksi pakan ternak dan
sisanya Rp 25 miliar untuk tambahan modal kerja untuk meningkatkan
populasi ayam hasil produksi mitra bisnisnya. Pinjaman tersebut dijamin
dengan aset-aset berupa tanah dan bangunan serta mesin pabrik pakan
ternak yang terletak di Sidoarjo dan Tangerang.
Tahun 2008 ini SP merencanakan akan membangun tiga pabrik baru di
Magelang, Jawa Tengah yang akan selesai pada awal 2009. Dengan
tambahan pabrik baru tersebut SP menargetkan peningkatan produksi
ayam ternak sebesar 420 ribu per minggu menjadi 2.000.000 per minggu.
Sementara ayam petelur diharapkan bisa mencapai 300 ribu per pekan.
Saat ini, pangsa pasar SP tercatar sebesar 7% untuk peternakan ayam
berusia sehari (DOC) dan 7% untuk pasar pakan ternak. Sementara itu,
pada 2007 SP behasil membukukan pendapatan sebesar Rp 1,2 triliun dan
laba bersih Rp 27,5 miliar.
Malindo Feedmill
Pada awalnya bernama PT. Gymtech Feedmill Indonesia yang berdiri sejak
1998, kemudian nama perusahaan berubah menjadi Malindo Feedmill.
Malindo merupakan salah satu perusahaan milik keluarga Lau dari
Malaysia yang memperoleh pengarahan teknis perternakan ayam dan
pakan ternak dari perusahaan teratas di negara itu yaitu Leong Hup
Holding Berhard dan Emivest Bhd. Leong Hup Holding memiliki pangsa
pasar mencapai 30% untuk industri DOC di Malaysia. Sedangkan Emivest
berpengalaman sebagai perusahaan pakan ternak selama 15 tahun.
Malindo bergerak di bidang produksi dan penjualan pakan ternak dengan
kapasitas produksi 438 ribu ton per tahun. Malindo juga mengoperasikan
pembibitan dan distribusi DOC ras pedaging dan petelur. Melalui anak
perusahaannya, PT Bibit Indonesia mampu menguasai 6% pangsa pasar di
Indonesia. Saat ini, kapasitas produksinya mencapai 100 juta DOC per
tahun.
Pada 2006 Malindo melakukan Initial Public Offering (IPO) dengan melepas
18% saham melalui Bursa Efek Jakarta. Dana hasil IPO sekitar 70% atau
Rp 53,7 miliar digunakan untuk ekspansi usaha dengan membangun
peternakan baru dan sisanya 30% untuk menambah modal kerja. Saat ini
pemegang saham terdiri dari Dragon Amity Ltd (81,6%), Lai Hup Heng
(0,4%) dan publik (18%).
Malindo membangun peternakan berkapasitas 18 juta DOC per tahun di
Pasuruan, Surabaya terdiri dari 2 area pembibitan dan satu area
penetasan yang mulai berproduksi pada pertengahan 2007.
Pada akhir 2007 MF telah menyiapkan dana sebesar US$ 26 juta untuk
membangun pabrik pakan ternak berkasitas 360 ribu ton per tahun. Pabrik

baru yang akan dibangun pada pertengahan 2008 ini berlokasi di Kawasan
Industri Modern Cikande, Banten dengan investasi sekitar Rp 100 miliar.
Lokasi pabrik terletak di Cikande, Banten dan berdekatan dengan
pelabuhan Bojonegara yang sedang dalam tahap pembangunan. Dengan
adanya pelabuhan baru ini, diharapkan aka nada efisiensi biaya dengan
berkurangnya biaya transportasi dan pengiriman bahan baku dan pakan
dari lokasi pabrik kepada pelanggan di sekitar Jawa Barat.
Disamping itu, Malindo juga akan mengakuisisi perusahaan terafiliasi
yaitu PT Leong Ayamsatu Primedona (LAP), yang bergerak dalam bidang
usaha pembibitan DOC dan peternakan ayam ras pedaging. Leong
Ayamsatu memiliki kapasitas produksi 62 juta DOC dan 6 juta broiler per
tahun peternakan di Medan dan Jakarta. Sementara itu, pendapatan MF
pada 2007 tercatat sebesar Rp 982,8 miliar.
Terintegrasi dengan dari hulu ke hilir
Untuk mensinergikan bisnisnya, semua prosusen besar pakan ternak
terintegrasi dari hulu ke hilir mulai dari industri peternakan,