Materi Etika dan Lingkungan Bisnis docx

1. Laporan Indeks Pembangunan Manusia 2015 yang dikeluarkan Badan PBB Urusan
Program Pembangunan (UNDP) baru-baru ini menyatakan Indonesia sebagai negara
berkembang terus mengalami kemajuan. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia
menempati peringkat ke 110 dari 187 negara, dengan nilai indeks 0,684. Jika dihitung dari
sejak tahun 1980 hingga 2014, berarti IPM Indonesia mengalami kenaikan 44,3 persen.
2. pendidikan menjadi kawasan politisasi dari para pejabat.
3. Masalah mutu dalam dunia pendidikan harus menjadi tanggung jawab bersama antara
pemerintah, sekolah dan masyarakat. Mengingat masih diperlukan upaya yang serius guna
meningkatkan mutu pendidikan serta persaingan global dalam bidang pendidikan yang
menunjukkan kecenderungan makin meningkat dengan baik
4. Mutu berarti sesuatu yang dinilai dari tingkat keunggulan. Mutu dalam konsep yang
absolut berarti harus high quality atau top quality. Mutu ialah sesuatu yang bersifat tinggi
dan harus dipenuhi, berstandar tinggi, mahal, sangat mewah, dan jarang dimiliki orang.
5. Pengertian mutu dalam konteks pendidikan mengacu pada proses pendidikan dan hasil
pendidikan
6. Proses pendidikan yang bermutu melibatkan berbagai input seperti bahan ajar, metode
pembelajaran, sarana sekolah, dukungan administrasi, dan sarana prasarana serta sumber
daya lainnya untuk penciptaan suasana sekolah yang kondusif.
7. Kemudian output/keluaran dari mutu pendidikan ialah “hasil pendidikan” mengacu pada
prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu. Prestasi yang dicapai
atau hasil pendidikan (student achivement) dapat berupa hasil tes kemampuan akademis.

8. Di inonesia pada umumnya yang diperhatikan hanya hasilnya tanpa melihat bagaimana
proses nya. Mutu pendidikan bukan sesuatu yang terjadi dengan sendirinya atau tanpa
disadari, namun ini merupakan hasil dari suatu proses pendidikan. Hasil memang penting,
namun hasil yang baik akan dicapai jika melalui proses yang baik pula.
9. Kita hanya berusaha bagaimana caranya agar dapat meraih standar hasil yang telah
disepakati tanpa memperdulikan proses nya.
10. Menurut survei, Efektifitas pendidikan di Indonesia masih sangat rendah.
11. Setelah para praktisi pendidikan melakukan penelitian dan survey ke lapangan, salah satu
penyebabnya adalah tidak adanya tujuan pendidikan yang jelas sebelum kegiatan
pembelajaran dilaksanakan. Hal ini menyebabkan peserta didik dan pendidik tidak tahu
“goal” apa yang akan dihasilkan sehingga tidak mempunyai gambaran yang jelas dalam
proses pendidikan. Jelas hal ini merupakan masalah terpenting jika kita menginginkan
efektifitas pengajaran. Bagaimana mungkin tujuan akan tercapai jika kita tidak tahu apa
tujuan kita.
12.
Selama ini, banyak pendapat beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya
menjadi formalitas saja untuk membentuk sumber daya manusia Indonesia.
13.
Masyarakat Tidak perduli bagaimana hasil pembelajaran formal tersebut, yang
terpenting adalah mereka telah melalui proses, mereka telah melaksanakan pendidikan di

jenjang yang tinggi dan dapat dianggap hebat oleh masyarakat.
14.
Masalah mahalnya biaya pendidikan di Indonesia sudah menjadi rahasia umum bagi
kita. Sebenarnya harga pendidikan di Indonesia relative lebih randah jika kita bandingkan
dengan Negara lain. Akan tetapi jika di kaitkan dengan pendapatan rata-rata penduduk
indonesia
15.
Badan Pusat Statistik (BPS) melansir pendapatan per kapita masyarakat Indonesia
naik dari Rp 41,9 juta per tahun per kapita pada 2014 menjadi Rp 45,18 juta per tahun per
kapita pada 2015 atau sekitar Rp 3.75 juta per bulan
16.
20 persen masyarakat teratas tumbuhnya jauh lebih cepat. Masyarakat terbawah tidak
tumbuh, atau bahkan menurun. Pendapatan per kapita itu kan total pendapatan dibagi

penduduk. Kalau dilihat size memang meningkat, tapi masih ada kesenjangan sehingga
yang menikmati hanya 20 persen teratas.
17.
Rangking pendidikan dunia. Dari 76 negara, indonesia berada pada urutan ke 69.
18.
Mutu pendidikan diindonesia rendah akan tetapi banyak siswa indonesia yang

menjadi juara, yang memperoleh medali emas dalam lomba-loba sains tingkat dunia. Hal
terjadikarena kualitas yang berbeda antar sekolah menjadikan tidak semua anak bangsa
memiliki kesempatan yang sama dalam memperoleh akses pendidikan. adanya jurang
pemisah pendidikan antara pulau jawa khususnya dikota dengan pulau lainnya diluar jawa
dan antara kota serta desa sangat terlihat jelas sekali. belum meratanya pendidikan bagi
warga negara merupakan masalah yang belum terselesaikan. kualitas, proses, dan hasil
pendidikan belum merata antara daerah-daerah di indonesia, antar kota, terutama di jawa
dan luar jawa.
19. Penyebab rendahnya kualitas pendidikan ada bermacam-macam yang secara garis besar
dapat dirangkum dalam tiga hal yaitu Kurangnya efektifitas dalam penyelenggaraan
pendidikan, kurangnya efisiensi dalam pengajaran, standarisasi yang kurang bermutu,
dan Inovasi Pendidikan yang kurang berkembang. Untuk lebih jelasnya dalam dilihat
pada
uraian
berikut
ini:
1. Kurangnya efektifitas dalam penyelenggaraan pendidikan
Dalam kegiatan pendidikan hendaknya diarahkan pada pelaksanaan pendidikan yang efektif
dan tepat sasaran. Pendidikan yang efektif bertujuan agar para siswa dapat menerima
pelajaran dengan baik. Untuk menciptakan itu, haruslah suatu sekolah atau lembaga

mempunyai tenaga pengajar yang baik pula agar dapat memproduksi siswa-siswa yang
diinginkan. Dengan tenaga pengajar yang demikian, mereka dapat dituntut untuk
meningkatkan keefektifan dalam pembelajaran agar pelajaran tersebut dapat berguna.
Faktanya banyak terjadi disekolah-sekolah pelaksanaan pendidikan hanya sebagai formalitas
belaka, di sekolah ada sebagian guru yang datang ke sekolah hanya memberikan tugas atau
catatan setelah itu meninggalkan kelas tanpa ada penjelasan lagi dari pelajaran tersebut dan
ketika bel berbunyi guru baru kembali kekelas hanya untuk mengumpulkan tugas. Banyak
waktu untuk kegiatan pembelajaran habis terbuang percuma, karena banyak siswa yang
ditinggal guru akan bermain-main atau meninggalkan kelas juga, ini banyak terjadi pada
siswa kelas tingkat bawah, sedangkan siswa tingkat atas baru merasakan pembelajaran yang
efektif ketika akan menghadapi ujian yang sudah hampir mendekat.
2. Kurangnya efisiensi dalam pengajaran
Secara mendasar efisiensi dan efektifitas itu saling berhubungan dimana efisiensi itu
menghasilkan effektifitas pendidikan. Masalah krusial yang dihadapi Indonesia dalam
efisiensi pengajaran adalah mahalnya biaya pendidikan dan menggunakan waktu yang tidak
efisien. Jika berbicara tentang mahalnya biaya pendidikan pasti berhubungan dengan dana.
Pendidikan itu tidak hanya persoalan memilih tempat untuk sekolah tetapi juga harus
memikirkan perlengkapan, ongkos, dsb. Memang sekarang ini biaya pendidikan formal di
Indonesia sudah digratiskan sampai jenjang sekolah pertama, tetapi tidak cukup hanya sampai
itu saja, karena masih membutuhkan biaya untuk kebutuhan lain seperti membeli buku,

seragam, alat tulis dsb. Selain biaya adapun masalah lain yaitu waktu. Persoalan waktu
teramat penting seperti selogan "time is money", apabila waktu tidak dipergunakan seefisien
mungkin itu akan berakibat fatal seperti kurang efisiennya pendidikan di Indonesia

20. Berdasar poin-poin perbaikan yang diutarakan Mendikbud tersebut, saya memiliki opini
poin-poin penting yang harus sesegera mungkin di pertimbangkan, diantaranya adalah Isi
pendidikan, Proses Pendidikan, dan Tenaga Pendidikan.
Isi Pendidikan
Isi pendidikan disini mencakup materi dan kurikulum yang harus diberikan kepada siswa
dalam masing masing jenjang pendidikan. Di indonesia materi yang diajarkan terdiri dari
materi pokok dan materi penunjang. Materi pokok seperti matematika, pelajaran bahasa, IPA,
IPS, dan lain sebagainya. Sedangkan materi penunjang seperti pelajaran keterampilan yang
diberikan baik dikelas maupun ekstrakulikuler. Sayangnya pembagian porsi materi dalam
setiap jenjang masih perlu dikaji ulang. Yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemapuan
siswa dalam setiap jenjangnya.
Seperti yang diterapkan negara tetangga yang berhasil dalam sistem pendidikanya, contohnya
Singapura. Negara Singapura juga memiliki kurikulum yang hampir sama seperti Indonesia,
terdapat materi pokok dan terdapat Ujian Nasional setiap kenaikan jenjang pendidikan.
Namun bedanya, Singapura mempunyai jenjang yang sedikit rumit. Yang mana pembagian
materi diberikan sesuai kebutuhan usia dan kemampuan siswa dalam setiap jenjnag tertentu.

Seperti misal, di singapura jenjang sekolah menengah terdiri atas dua tahap.
Yang dilakukan selama 4 hingga 5 tahun melalui program sepesial cepat ataupun normal.
Dimana pada program cepat, siswa akan melakukan semacam ujian nasional General
Certificate of Education Ordinary (GCE ‘O’) pada tahun ke empat. Sedangkan program
normal GCE ‘N’ (normal) akan dilakukan ditahu ke empat. Dan jika hasilnya memuaskan
akan melakukan GCE ‘O’ ditahun ke lima. Dan setelah mereka lulus GCE ‘O’ mereka berhak
mengikuti kelas pra-universitas selama dua tahun. Sehingga pada setiap jenjang pendidikan di
Singapura tujuan dan porsi masing masing jenjang jelas dipersipkan untuk memasuki jenjang
berikutnya. Atau dapat dikatakan tahapanya sangatlah sistematik. Sehingga siswa akan fokus
dalam satu tahapan untuk maju ke tahap selanjutnya.
Proses Pendidikan
Proses pendidikan mencakup kegiatan belajar dan mengajar demi tercapainya semua isi dari
pendidikan yang melibatkan interaksi antara tenaga pendidik dan siswa, atau antara siswa dan
siswa. Disini yang menjadi fokus saya adalah metode yang digunakan untuk menyampaikan
isi dari semua materi dalam suatu jenjang tertentu.
Tidak banyak tenaga pendidik (guru) yang lihai dan menguasai penggunaan metode metode
yang efisien diterapkan untuk menyampaikan suatu materi tertentu, dengan menciptakan
kelas yang aktif dan efektif. Kebanyakan guru di Indonesia menggunakan metode spoon
feeding atau ceramah. Dimana guru menyuapi semua meteri kepada siswa dengan cara
berbicara di depan kelas di hadapan siswa yang tertarik maupun yang tidak tertarik akan

pelajaran yang diberikan dengan hanya duduk pasif mendengarkan. Hal ini hanya akan
mengajarkan kepada siswa komunikasi satu arah. Dan melatih siswa untuk merasa nyaman
menjadi pendengar. Sehingga sering kita jumpai dalam suatu kelas kecil, tidak banyak dari
mereka yang aktif bertanya maupun mengutarakan pendapatnya. Mereka lebih senang diam

untuk mendengarkan. Karena memang dari TK pun pendidikan di Indonesia mengajarkan hal
seperti itu.
Kebiasaan pengajaran satu arah ini harus segera dirubah. Jika tidak ingin pola pikir siswa
hanya mengejar nilai, mengejar kelulusan. Tanpa berkembang kreativitas, inovasi, dan jiwa
kewirausahaannya. Seperti yang dilakukan negara Jerman, sekolah di Jerman membiarkan
siswanya memilih sendiri minat pelajaran sesuai bakatnya. Kemudian dengan pengajaran
yang aktif dan efektif. Siswa akan senang dan antusias menerima pelajaranya karena hal
tersebut memang sesuatu yang sudah dipilihnya. Sehingga kreativitas mereka akan terus
terasah dengan komunikasi yang interkatif antara guru dan siswa, atau antara sesama siswa
dengan minat yang sama.
Tenaga Kependidikan
Demi terlaksananya proses pendidikan yang aktif dan penyampaian semua isi dengan efektif
maka, peran tenaga pendidik sangat besar dalam hal ini. Perlu bakat dan keterampilan khusus
bagi setiap tenaga pendidik untuk menjadi pengajar yang handal. Saya memang tidak bisa
memungkiri, pentingnya peran guru dalam mencerdaskan bangsa. Jika tidak ada guru,

darimana kita bisa mendapatkan segala macam pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu.
Namun, sudah mampukah guru mengemban tugas berat yang diberikan kepadanya?
Seorang guru umumnya dilatih menjadi guru semenjak mereka menjadi mahasiswa di
fakultas kependidikan. Mereka melakukan seleksi test tertulis untuk dapat diterima di fakultas
kependidikan. Akan tetapi saya rasa, banyak dari calon guru tersebut yang hanya jago dalam
teori tanpa memiliki bakat mengajar. Dan banyak dari mereka menjadikan profesi guru hanya
dijadikanya profesi yang menghasilkan uang. Jika ternyata banyak diantara guru guru
menjalani profesinya dengan niat yang salah seperti itu. Mungkinkah hasil yang mereka didik
akan menjadi generasi pembangun bangsa seutuhnya. Bagaimana anak didiknya bisa berhasil
jika sang guru masi kurang ilmunya, karena kurang bersungguh sungguh sewaktu kuliah
dulu.
Kita perlu belajar dari Singapura. Di negara tersebut, seleksi untuk menjadi guru sangatlah
ketat. Hanya guru guru hebat yang akan di jadikan pendidik siswa. Dengan gaji yang cukup
tinggi, guru di singapura dituntut untuk produktif, kreatif dan berkembang. Setiap sekolah
memiliki Teacher’s Assessment(penilai guru) guna memantau cara mengajar seorang guru.
Jika kepala sekolah menilai sang guru tidak siap mengajar dan tidak kompeten, maka
profesinya akan segera dicabut dan diberhentikan. Selain itu setiap tahun pemerintah
Singapura rutin mengadakan pelatihan pelatihan pengajaran kepada guru lama maupun guru
baru. Dan Kepala sekolah rutin melakukan evaluasi kinerja tenaga pendidiknya. Hal ini yang
sangat mendorong keberhasilan sekolah-sekolah di Singapura. Karena peran pendidik

memang yang paling utama mempengaruhi keberhasilan siswa didiknya.
Sehingga upaya awal untuk membenahi sistem pendidikan di Indonesia adalah dengan
memilah mana yang menjadi keunggulan dan kelemahan sistem pendidikan. yang unggul
dapat dipertahankan dan dikembangkan. Sedangkan yang lemah harus segera diperbaiki
dengan melakukan kaji banding kepada negara negara yang sistem pendidikanya maju.
Melalui peningkatan sistem pendidikan kelak, Indonesia akan menjadi negara yang maju.
Karena generasinya kompeten dan dapat bersaing di Dunia.

21. Setelah dilakukan survei tenaga pendidik diantara 14 negara berkembang Indonesia
menduduki peringhkat ke 14.
22. Jenjang pendidikan di Indonesia, pendidkan dasr (SD, SMP), pendidikan menengah
(SMA,SMK,dll), pendidikan tinggi.