KKA 2 MENJAMIN KETERJANGKAUAN WASANTARA

  LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

DISKUSI KELOMPOK (DK-2) B.S WASANTARA

  

Kertas Karya Acuan

Tema Pendidikan : Ketahanan Pangan Dalam Rangka Kemandirian

  Bangsa.

  I. Judul : Menjamin Keterjangkauan Pangan Dalam Perspektif Wasantara Guna Meningkatkan Ketahanan Pangan Dalam Rangka Kemandirian Bangsa (Distribusi, Harga, Daya Beli, Kebiasaan Budaya).

  II. Variabel : Variabel-1 :Menjamin Keterjangkauan Pangan Dalam Perspektif Wasantara.

  Variabel-2 :Meningkatkan Ketahanan Pangan (Distribusi, Harga, Daya Beli, Kebiasaan Budaya).

  Variabel-3 :Kemandirian Bangsa.

  III. Pokok Permasalahan.

  Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap orang dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk melaksanakan pembangunan nasional. Berkaitan dengan pangan ini maka ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan nasional untuk membentuk manusia Indonesia yang berkualitas, mandiri dan sejahtera melalui perwujudan ketersediaan pangan yang cukup, aman, bermutu, bergizi dan beragam serta tersebar merata diseluruh wilayah Indonesia dan terjangkau oleh daya beli masyarakat. Ketahanan pangan diartikan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah

   1 maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.

  

_____ Peraturan Pemerintah Nomor : 68 Tahun 2002 Tentang Ketahanan Pangan, Pasal 1

ayat (1).

  Dikatakan dalam perspektif Wawasan Nusantara menjamin ketersediaan pangan secara nasional merupakan tanggung jawab yang harus dijalankan atau misi negara sebagaimana telah diamanatkan oleh UUD NRI 1945 yang tertuang dalam pembukaan yaitu, “... Melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa serta turut menciptakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamain abadi dan keadilan sosial”. Terwujudnya kondisi ketahanan pangan secara nasional akan semakin meningkatkan harkat dan martabat bangsa sekaligus

   makin mempererat persatuan dan kesatuan bangsa.

  Pada sisi yang lain dari perspektif Wasantara sebagai landasan visional yang dimaknai sebagai cara pandang tentang diri dan lingkungannya, yang bersifat sarwa nusantara untuk dimamfaatkan baik kondisi dan konstalasi geografi atau wilayah, disadari betul bahwa wilayah Indonesia begitu luas. Wilayah ini terdiri dari ribuan pulau dengan penduduk yang tersebar baik dipesisir, lembah maupun pegunungan, sehingga merupakan permasalahan tersendiri dalam pendistribusian pangan sebagai upaya mewujudkan keterjangkauan pangan kepada seluruh masyarakat sampai pada level individu.

  Dengan memperhatikan pemaknaan ketahanan pangan yang salah satunya menekankan masalah keterjangkauan pangan dan wawasan nusantara di atas maka implementasi Wasantara sebagai wawasan nasional dibidang pangan harus diujudkan, sehingga pokok permasalahan yang muncul dalam KKA ini adalah : Bagaimana menjamin keterjangkauan pangan dalam perspektif

  

Wasantara guna meningkatkan ketahanan pangan dalam rangka

kemandirian bangsa?, khususnya di lihat dari distribusi, harga, daya beli dan

  kebiasaan budaya.

IV. Pokok-Pokok Persoalan.

  Pokok-pokok persoalan terkait dengan permasalahan di atas dapat dikemukakan sebagai berikut :

1. Belum optimalnya pemahaman dan pengamalan nilai-nilai Wasantara khususnya oleh para pemangku kepentingan dibidang

  2 pangan. Hal ini berkaitan dengan sikap dan perilaku para aparat Lemhannas R.I., TOR Untuk Menyusun KKA PPRA XLVII/ 2012, Jakarta, 2012, hal. 21. pemerintah khususnya yang bertanggung jawab dibidang distribusi, pengendalian harga pangan maupun para pengusaha dibidang pangan yang cenderung mementingkan kepentingan diri sendiri atau kelompok dan melupakan nilai-nilai persatuan dan kesatuan. Disisi lain peran dari lembaga pendidikan (kurikulum) belum berperan optimal dalam membangun rasa persatuan dan kesatuan bangsa sebagai bagian pembangunan karakter dan jati diri bangsa.

  2. Masih lemahnya penegakan hukum di bidang pangan yang berlandaskan pada nilai-nilai Wasantara. Hal ini berkaitan dengan materi

  hukum dibidang pangan, kelembagaan yang menangani penegakan hukum dibidang pangan dan budaya masyarakat dalam mendukung penegakan hukum itu sendiri.

  3. Masih lemahnya infra struktur. Hal ini berkaitan dengan

  pembangunan dan pemeliharaan sarana transportasi dan angkutan serta tehnologi informasi nasional yang melayani daerah-daerah sentra produksi pertanian pangan demi peningkatan kuantitas dan kualitas produksi serta kemampuan pemasarannya sehingga meningkatkan kemampuan distribusi pangan itu sendiri, harga terjangkau dan daya beli masyarakat semakin menguat.

  4. Masih kurangnya investasi, pembiayaan dan subsidi. Persoalan ini

  berkaitan dengan dorongan untuk berinvestasi dibidang pangan, pertanian dan industri pedesaan yang berbasis produk lokal oleh pelaku usaha dan pemerintah.

V. Pokok-Pokok Pemecahan Persoalan.

  1. Kebijakan.

  Setelah melihat rumusan judul KKA, permasalahan dan pokok- pokok persoalan, maka kebijakan yang diambil adalah “Revitalisasi

  pertanian untuk mewujudkan kemandirian pangan, peningkatan daya saing produk pertanian, peningkatan pendapatan petani serta kelestarian lingkungan dan sumber daya alam”.

  2. Strategi.

  Meningkatkan pemasyarakatan nilai-nilai Wasantara kepada para a. pemangku kepentingan dibidang pertanian melalui pemberdayaan kelembagaan, edukasi, regulasi, penelitian dan pengkajian, fasilitasi, dan koordinasi.

  b.

  Membenahi dan menciptakan peraturan perundang-undangan dibidang pangan yang berlandaskan wawasan nusantara untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa, pemasyarakatan perundang-undangan dibidang pangan untuk mendapatkan dukungan dari para pemegang kepentingan dan penegakan hukum secara tegas, pasti, adil dan mengutamakan kemamfaatan bagi kemaslahatan semua.

  c.

  Pembangunan dan pemeliharaan sarana transportasi dan angkutan, pengairan, jaringan listrik, serta teknologi komunikasi dan sistem informasi nasional yang melayani daerah-daerah sentra produksi pertanian demi peningkatan kuantitas produksi serta kemampuan pemasarannya.

  Melakukan dorongan untuk investasi pangan, pertanian, dan industri d. perdesaan berbasis produk lokal oleh pelaku usaha dan pemerintah, penyediaan pembiayaan yang terjangkau, serta sistem subsidi yang menjamin ketersediaan benih varietas unggul yang teruji, pupuk, teknologi dan sarana pasca panen yang sesuai secara tepat waktu, tepat jumlah, dan terjangkau.

3. Upaya.

  

Upaya strategi-1; Meningkatkan pemasyarakatan nilai-nilai Wasantara

kepada para pemangku kepentingan dibidang pertanian melalui

pemberdayaan kelembagaan, edukasi, regulasi, penelitian dan

pengkajian, fasilitasi, dan koordinasi :

  a. Pemerintah melalui Depdagri dan Lemhannas berkoordinasi dengan DPR untuk merumuskan kembali kebijakan (perundang-undangan) dalam rangka pemasyarakatan nilai-nilai Pancasila termasuk didalamnya Wasantara. b. Pemerintah melalui Kemenko Polhukkam, Lemhannas dan Depdagri membentuk lembaga yang khusus menangani pengembangan dan pemasyarakatan nilai-nilai Pancasila, Wasantara dan Tannas yang kemudian dikongkretkan dalam wujud Peraturan Pemerintah atau produk hukum lainnya.

  c. Pemerintah melalui Kemendikbud dengan melibatkan para pakar dan ahli melakukan penelitian dan pengkajian terhadap kurikulum pendidikan dalam rangka peningkatkan pemasyarakat nilai-nilai Pancasila sejak dini termasuk Wasantara.

  d. Pemerintah melalui Kemendikbud, Kemenpan dan instansi terkait lainnya mengembangkan dan merumuskan program, metodologi (strategi penyelenggaraan), materi (kurikulum dan silabi) dan sistem evaluasi implementasi nilai-nilai Wasantara baik dalam penyelenggaraan diklat dan pendidikan, maupun dalam pembinaan implementasi nilai-nilai Wasantara kepada masyarakat.

  

Upaya strategi-2; Membenahi dan menciptakan peraturan perundang-

undangan dibidang pangan yang berlandaskan wawasan nusantara

untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa, pemasyarakatan

perundang-undangan dibidang pangan untuk mendapatkan dukungan

dari para pemegang kepentingan dan penegakan hukum secara tegas,

pasti, adil dan mengutamakan kemamfaatan bagi kemaslahatan

semua:

  a. Pemerintah khususnya Kementerian yang terkait masalah pangan seperti Kementerian Pertanian, Perdagangan, Kelautan dan Perikanan, Perhubungan dan lembaga yang lainnya agar mengoptimalkan koordinasi dengan DPR, melalui Kemenkumham dengan melibatkan para pakar dan akademisi melakukan penelitian dan pengkajian terhadap seluruh peraturan perundangan-undangan yang berkaitan dibidang pangan, untuk disesuaikan dengan nilai-nilai Wasantara. Muatan atau substansi peraturan perundang-undangan dibidang pangan ini selain betul-betul sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan Wasantara haruslah dalam realisasinya mengutamakan kesejahteraan masyarakat luas, persatuan dan kesatuan bangsa serta kedaulatan dan kemadirian bangsa.

  b. Pemerintah dan DPR melakukan percepatan pengesahan peraturan perundang-undangan dibidang pangan seperti RUU Pangan yang baru sebagai upaya perbaikan dari UU Nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan (hasil penelitian dan pengkajian yang benar) yang telah sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan Wasantara dengan sangat memperhatikan kesejahteraan rakyat Indonesia, kedaulatan dan kemandirian bangsa dibidang pangan dalam rangka memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa.

  c. Pemerintah melalui Kemenkumham dan DPR melalui Badan Legislasi Nasional dan Kementerian yang melaksanakan undang- undang, melalukan sosialisasi peraturan perundang-udangan dimaksud kepada seluruh masyarakat khususnya para pemangku kepentingan dibidang pangan.

  d. Kemenkumham berkoordinasi dengan Kemenkominfo dalam rangka pemberdayaan kemajuan teknologi multimedia guna mendukung upaya sosialisasi peraturan perundang-undangan.

  e. Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) setiap Kementerian yang memiliki peraturan perundang-undangan dibidang pangan seperti Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Kehutanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan dan Balai POM dengan dibantu secara optimal oleh Penyidik Polri melakukan penegakan hukum dibidang pangan ini secara tegas, pasti, adil dan bermamfaat bagi kemaslahatan dibidang pangan. Contohnya undang- undang nomor 41 tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan yang belum efektif ditegakkan sehingga banyaknya peralihan lahan pertanian pangan menjadi lahan-lahan perumahan, perindustrian dan perkantoran tanpa ada penggantian.

  

Upaya strategi-3; Pembangunan dan pemeliharaan sarana

transportasi dan angkutan, pengairan, jaringan listrik, serta teknologi

komunikasi dan sistem informasi nasional yang melayani daerah-

  

daerah sentra produksi pertanian demi peningkatan kuantitas produksi

serta kemampuan pemasarannya :

  a. Pembangunan dan pemeliharaan sarana transportasi dan angkutan yang melayani daerah-daerah sentra produksi pertanian demi peningkatan kuantitas dan kuali tas produksi serta kemampuan pemasarannya.

  b. Pembangunan dan pemeliharaan pengairan yang melayani daerah- daerah sentra produksi pertanian demi peningkatan kuantitas dan kualitas produksi.

  c. Pembangunan dan pemeliharaan teknologi komunikasi dan sistem informasi nasional yang melayani daerah-daerah sentra produksi pertanian demi peningkatan kuantitas dan kualitas produksi serta kemampuan pemasarannya.

  

Upaya strategi-4; Melakukan dorongan untuk investasi pangan,

pertanian, dan industri perdesaan berbasis produk lokal oleh pelaku

usaha dan pemerintah, penyediaan pembiayaan yang terjangkau, serta

sistem subsidi yang menjamin ketersediaan benih varietas unggul

yang teruji, pupuk, teknologi dan sarana pasca panen yang sesuai

secara tepat waktu, tepat jumlah, dan terjangkau.

  Melakukan dorongan kepada pihak pemodal untuk investasi a. pangan, pertanian, dan industri perdesaan berbasis produk pertanian oleh pelaku usaha dan pemerintah.

  Penyediaan pembiayaan yang terjangkau oleh Pemerintah.

  b.

  Sistem subsidi yang menjamin ketersediaan benih varietas unggul c. yang teruji, pupuk, teknologi dan sarana pasca panen yang sesuai secara tepat waktu, tepat jumlah, dan terjangkau.

  Jakarta, Juni 2012. Peserta PPRA XLVIII/ 2012,

  Zulkarnain. Nomor ururt absen : 82

  Lampiran : 1. Alur Pikir.

  2. Pola Pikir.