MODIFIKASI TATA GUNA LAHAN DAS SUMANI UNTUK MEMPERKECIL EROSI BERDASARKAN METODE USLE DALAM RANGKA MENJAMIN SUMBERDAYA AIR DANAU SINGKARAK YANG BERKELANJUTAN

MODIFIKASI TATA GUNA LAHAN DAS SUMANI UNTUK MEMPERKECIL

  

EROSI BERDASARKAN METODE USLE DALAM RANGKA MENJAMIN

SUMBERDAYA AIR DANAU SINGKARAK YANG BERKELANJUTAN

ARTIKEL

Oleh :

ARY PERMADI

  

NIM 0910018112018

PROGRAM STUDI PENGELOLAAN SUMBER DAYA

PERAIRAN PESISIR DAN KELAUTAN (PSP2K)

  

MODIFIKASI TATA GUNA LAHAN DAS SUMANI UNTUK MEMPERKECIL

EROSI BERDASARKAN METODE USLE DALAM RANGKA MENJAMIN

SUMBERDAYA AIR DANAU SINGKARAK YANG BERKELANJUTAN

Ary Permadi, Isril Berd, John Nurifdinsyah

  Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Peraiaran Pesisir, dan Kelautan Program Pascasarjana Universitas Bung Hatta

  

ABSTRAK

Danau Singkarak ini merupakan sumberdaya air yang mempunyai nilai yang

sangat penting dari fungsi ekologi, hidrologi serta fungsi ekonomi. Lajunya

perkembangan degradasi hutan dan lahan disekitar Daerah Tangkapan Air

(DTA) Danau Singkarak dan tingginya tingkat erosi tentunya akan membawa

konsekuensi terhadap menurunya kuantitas air yang dapat dimanfaatkan oleh

masyarakat sekitar yang mencakup masyarakat wilayah Kabupaten maupun

Kota Solok, Kabupaten Tanah Datar dan Kota Padang Panjang. Laju perubahan

pemanfataan lahan di sekitar Daerah Tangkapan Air (DTA) Singkarak

khususnya di DAS Sumani tentunya akan membawa konsekuensi terhadap

menurunnya kuantitas air yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitarnya.

Dari hasil analisis citra tahun 2000, 2006 dan 2011 di wilayah DAS Sumani

terjadi perubahan tataguna lahan, antara lain perubahan fungsi hutan primer,

hutan skunder dan sawah mengalami mengalami penurunan luasan, sementara

penggunanaan lahan untuk pemukiman, pertanian lahan kering campur semak

dan semak belukar semakin bertambah luasannya. Perubahan lahan tersebut

menyebabkan terjadinya volume aliran permukaan (run off), degradasi lahan

dan erosi di wilayah DAS Sumani yang akhirnya berpengarur terhadap

sumberdaya air Danau Singkarak.

  Kata kunci : erosi, perubahan lahan

I. Pendahuluan hanya satu di dunia serta terbatas hidup di Danau Singkarak.

  Danau Singkarak ini merupakan

sumberdaya air yang mempunyai nilai yang Lajunya perkembangan degradasi

sangat penting dari fungsi ekologi, hidrologi hutan dan lahan disekitar Daerah Tangkapan

serta fungsi ekonomi. Dimana Danau Air (DTA) Danau Singkarak dan tingginya

Singkarak mempunyai arti penting bagi tingkat erosi tentunya akan membawa

daerah sekitarnya. Air danau ini menjadi konsekuensi terhadap menurunya kuantitas

pembangkit tenaga listrik PLTA Singkarak air yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat

yang berkapasitas 175 MW untuk melayani sekitar yang mencakup masyarakat wilayah

kebutuhan listrik bagi 4,4 juta jiwa di Kabupaten maupun Kota Solok, Kabupaten

Sumatera Barat dan Riau (Aflizar, 2008 Tanah Datar dan Kota Padang Panjang. dalam BPDAS Agam Kuanta, 2012), selain Laju perubahan pemanfataan lahan di itu Danau Singkarak memiliki potensi plasma sekitar Daerah Tangkapan Air (DTA) nuftah ikan Bilih yang cukup besar dan

  

Singkarak khususnya di DAS Sumani erosi dan meningkatkan ketersediaan

tentunya akan membawa konsekuensi sumberdaya air terhadap menurunnya kuantitas air yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat

  II. Telaahan Pustaka sekitarnya. Selain itu daerah bagian hulu dan hilir mempunyai keterkaitan biofisik

  Daerah aliran sungai adalah suatu melalui alur hidrologi. Oleh karena itu wilayah daratan yang merupakan satu perubahan penggunaan lahan di daerah hulu kesatuan dengan sungai dan anak-anak akan memberikan dampak di daerah hilir sungainya, yang berfungsi menampung, dalam bentuk fluktuasi debit air, kualitas air menyimpan, dan mengalirkan air yang dan transport sedimen bahan-bahan terlarut berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut di dalamnya. secara alami, yang batas di darat merupakan Melalui penggunaan citra satelit pada pemisah topografis dan batas di laut sampai waktu yang berbeda dapat di deteksi dengan daerah perairan yang masih perubahan yang terjadi di wilayah DAS terpengaruh aktivitas daratan (definisi Sumani tersebut pada setiap waktu. Citra berdasarkan UU No. 7 tahun 2004 tentang satelit yang akan digunakan pada penelitian Sumberdaya Air). ini adalah series tahun 2000, 2006 dan 2011, sehingga dapat dapat dianalisis perubahan penggunaan lahan yang terjadi pada lokasi

  Model USLE (Universal Soil Loss penelitian selama rentang waktu tersebut.

  Equation ) merupakan model prediksi

  erosi empirik yang paling popoler dan

  DAS Sumani merupakan salah satu

bagian dari daerah tangkapan air (DTA) secara luas digunakan sebagai

Danau Singkarak. Sebagai DTA Danau referensi/acuan dalam perencanaan

Singkarak letak DAS Sumani yang berada

  konservasi tanah dan air telah

  di bagian hulu berperan sebagai daerah

  dikembangkan oleh Wesmeier dan Smith

  resapan yang berfungsi untuk menjaga

  dalam Asdak (2007) . Model tersebut keseimbangan fungsi hidrorologi. dikembangkan berdasarkan pengamatan erosi jangka panjang pada skala plot dan

  Penggunaan lahan yang kurang

  dirancang untuk memprediksi erosi rata-

  sesuai dengan kemampuannya akan

  rata tahunan dari suatu lahan dengan

  mengakibatkan terjadinya kerusakan lahan

sehingga mengganggu fungsi hidrorologi penggunaan dan pengolahan tertentu.

daerah hulu dan pada akhirnya akan

  Model USLE disajikan sebagai berikut :

  menyebabkan kekeringan dan banjir di daerah hilir yaitu Kota Solok dan di daerah A = R x K x LS x C x P sekitar Danau Singkarak serta terjadinya

  Keterangan : erosi dan degradasi lahan.

  A = Jumlah erosi dalam

  tujuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang 1) ton/ha/tahun identifikasi bentuk-bentuk penggunaan lahan

  R = Faktor erosivitas

  atau tutupan lahan saat ini yang berpotensi menyebabkan erosi, 2) Penentuan pola tata hujan (cm/bulan) guna lahan yang ideal untuk mengurangi

  K = Faktor Erodibilitas LS = Faktor panjang dan

  8. Soil test kit dan peralatan lainnya kemiringan lereng untuk survey tanah.

  9. Kamera digital, untuk pengambilan C = Faktor pengelolaan dokumentasi di lapangan. tanaman

  10. Bor tanah, untuk pengambilan sampel tanah. P = Faktor tekhnik

  11. Abney level, untuk mengukur lereng konservasi di lapangan 12. Alat tulis menulis.

III. Metode Penelitian

  Pelaksanaan penelitian terletak di

  b. Tahapan Penelitian :

  • Tahap Persiapan DAS Sumani. Secara administratif DAS Sumani berada di Kecamatan - Tahap Pelaksanaan Lapangan Bukit Sundi, Kecamatan IX Koto Sungai - Tahap Pengolahan Data Lasi, Kecamatan Kubung dan Kecamatan

  X Koto Singkarak

  IV. Hasil dan Pembahasan

  Kabupaten Solok, Kecamatan Lubuk Sikarah dan Kecamatan Tanjung

  4.1 Perubahan Penggunaan lahan

  Harapan Kotamadya Solok, serta Dari hasil analisisi citra pada

  Kecamatan Rambatan Kabupaten Tanah ketiga tahun liputan tersebut Datar Provinsi Sumatera Barat. menunjukan bahwa penggunaan lahan di

a. Alat dan Bahan DAS Sumani dan sekitarnya pada tahun

  2000, 2006 dan dan 2011 di dominasi

  1. Peta rupa bumi Indonesia oleh pengggunaan sawah, kemudian

  2. Peta administrasi Kabupaten Solok disusul oleh hutan primer. Persentase dan Kabupaten Tanah Datar luas sawah terhadap luas DAS Sumani

  3. Peta jenis tanah Kabupaten Solok dan sekitarnya pada tahun 2000 sebesar dan Kabupaten Tanah Datar 20,08%, tahun 2006 sebesar 20,08%

  4. Peta kelerengan Kabupaten Solok dan dan tahun 2011 sebesar 20,05,84%, Kabupaten Tanah Datar sedangkan pertanian lahan kering

  5. Peta penggunaan lahan Kabupaten campur semak prosentasenya pada tahun Solok dan Kabupaten Tanah 2000 sebesar 18,90%, tahun 2006 Datar sebesar 19,10% dan tahun 2011 sebesar

  6. Seperangkat komputer dengan 19,16%. Penggunaan lahan yang perangkat lunak: Arc View GIS 3.3; memiliki luasan terkecil adalah tubuh

  LCLP (Land Clasification and air. Persentase tubuh air pada tahun

  Landuse Planning ); dan MS Office 2000 sebesar 0,3%, tahun 2006 sebesar (Program Solver pada Excel, dan 0,3 % dan tahun 2011 sebesar 0,3%.

  Word). Perubahan luasan sebagaimana tabel 1.

  7. Global Possitioning System (GPS), untuk penentuan titik-titik koordinat geografis sampel di lapangan.

  Tabel 1 luasan penggunaan lahan DAS Sumani tahun 2000, 2006 dan 2011 serta perubahannya .

  0.00 Luas Total 51620.16 51620.16 51620.16 Keterangan % perubahan 2000 – 2006 = (luas 2006 –

  13.51 Tubuh air 175 175 175

  0.00

  0.00

  0.00

  0.00

  0.00

  2000)/luas 2000 X 100 % % perubahan 2006 – 2011 = (luas 2011 – 2006)/luas 2006 X 100 % % perubahan 2011 – 2000 = (luas 2011 – 2000)/luas 2000 X 100 %

  15.63

  Penggunaan lahan yang juga terus mengalami peningkatan adalah pada periode 2000-2011 adalah pertanian lahan kering sebesar 401,30 ha (0,33%), semak belukar sebesar 347 ha (5,30%) dan pemukiman sebesar 56,92 Ha (2,58). Peubahan penggunaan lahan tersebut diduga akan berpengaruh terhadap volume aliran permukaan (run off) di wilayah DAS Sumani dan sekitarnya.

  Penggunaan lahan yang mengalami pengurangan luas paling besar sejak periode 2000 hingga 2011 adalah penggunaan lahan hutan primer

  263, 34 ha (3,16%), pertanian lahan kering campur semak 77,09 (1,36%) dan sawah 15,09 ha (0,15%). Pengurangan luas penggunaan lahan hutan tersebut diperkirakan akan berpengaruh terhadap kondisi hidrologis DAS. Berdasarkan analisis spatial dapat diketahui bahwa pengurangan luas hutan tersebut diakibatkan oleh konversi lahan hutan menjadi penggunaan lahan lain, yaitu pemukiman, semak belukar, dan pertnaian lahan kering.

  Erosi

  4.2.1. Laju Erosi aktual

  Perkiraan erosi aktual rata- rata yang terjadi di DAS Sumani pada tahun 2011 rata-ratanya adalah 35,65 ton/ha/tahun atau 14.331,64 ton/tahun. Laju Erosi tersebut lebih besar dari pada laju erosi yang diperbolehkan yaitu sebesar 16,65/ton/ha/tahun atau 6.233,01 ton/tahun. Dari hasil perhitungan laju erosi actual pada masing-masing unit lahan, terdapat 66 unit lahan yang laju erosinya diatas laju erosi yang diperbolehkan (Edp). Sebagian besar unit lahan yang laju erosinya diatas Edp adalah unit lahan untuk penggunaan pertanian lahan kering bersemak, 25 unit lahan, pertanian lahan kering 17 unit lahan, perkebunan 10 unit lahan, hutan skunder 9 unit lahan dan hutan primer 5 unit lahan.

  50.00

  50.00

  2000 2006 2011 2000 – 2006 2006 - 2011 2000 - 2011 Penggunaan lahan

  0.00 Pemukiman 3404 3504 3652 100.00 2.94 148.00 4.22 248.00

  Ha Ha Ha Ha % Ha % Ha %

Hutan Primer 8603.1 8595.03 8405.08 -8.07 -0.09 -189.95 -2.21 -198.02 -2.36

Hutan Skunder 8049.46 7857.53 7322.48 -191.93 -2.38 -535.05 -6.81 -726.98 -9.93

Perkebunan 4612.6 4612.6 4612.6

  0.00

  0.00

  0.00

  0.00

  0.00

  6.79 Pertanian lahan kering 6334 6334 6843

  0.00

  0.00 0.00 509.00 8.04 509.00

  7.44 Pertanian lahan kering campur semak 9758 9858 9891 100.00

  1.02

  33.00 0.33 133.00

  1.34 Sawah 10364 10364 10349

  0.00 0.00 -15.00 -0.14 -15.00 -0.14 Semak belukar 320 320 370

  0.00

  Berdasarkan hasil pengamatan di dengan tutupan lahan berupa tanaman pertanian lahan kering campur semak yang tidak intensif tanpa memperhatikan konservasi tanah dan lokasinya berada pada wilayah curah hujan tinggi serta lereng yang agak curam, maka satuan lahan ini memberikan kontribusi erosi yang paling besar.

  Klasifikasi tingkat bahaya erosi (TBE) merupakan klasifikasi besarnya laju erosi aktual atau kehilangan tanah maksimum dengan faktor kedalaman solum tanah pada setiap unit lahan apabila teknik tanah tidak mengalami perubahan. Pada dasarnya jumlah laju erosi aktual atau kehilangan tanah maksimum ini harus lebih kecil atau sama dengan proses pembentukan tanah, sehingga produktivitas lahan tetap berkelanjutan.

  Nilai laju erosi aktual dalam penelitian ini merupakan nilai erosi aktual (A) yang diperoleh dari perhitungan dengan menggunakan persamaan USLE, sedangkan data solum tanah diperoleh dari hasil pengamatan profil tanah di lapangan.

  Kelas TBE di DAS Sumani secara umum tergolong sangat rendah hingga sangat berat. Namun apabila dilihat dari luasan DAS, maka kelas TBE di DAS Sumani terdiri dari sangat ringan yaitu 16.287,34 ha (31,46 %), ringan yaitu 9.285,43 ha (17,93 %), sedang yaitu 1.876,73 ha (3,62 %), berat 24.101,14 ha (46,55 %) dan sangat berat 225,41 ha (0,44 %).

  5. Modifikasi Tata Guna Lahan untuk Memperkecil Erosi

4.2.2. Tingkat Bahaya Erosi (TBE)

  Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan modifikasi tata guna lahan adalah arahan untuk perubahan penggunaan lahan saat ini dengan mempertimbangkan kemampuan/potensi lahan, kesesuaian penggunaan lahan aktual, pengelolaan tanaman dan teknik erosi, indeks bahaya erosi, dan potensi air. Dengan mempertimbangkan faktor- faktor tersebut diperkirakan akan diperoleh suatu penggunaan lahan yang mampu mengendalikan atau meminimalkan laju erosi sehingga laju erosinya bisa di bawah laju erosi yang di diperbolehkan (Edp) dan mampu meningkatkan produktifitas lahan yang berkelanjutan. Arahan penggunaan lahan dengan mempertimbangkan nilai C standar, diharapkan memperoleh jenis penggunaan lahan dengan laju erosi yang setara atau tidak melebihi laju erosi yang diperbolehkan. Selain menggunakan nilai C standar, untuk mendapatkan jenis konservasi tanah ideal maka dihitung indeks konservasi tanah standar (P).

  Dengan mempertimbangkan kemampuan atau potensi lahan dan factor pembatasnya, kesesuaian penggunaan lahan aktual, tingkat bahaya erosi, arahan penggunaan lahan standar, serta arahan konservasi tanah standar, maka diperoleh arahan modifikasi tata gun lahan. Luasan dan arahan modifikasi tata guna lahan di DAS

  • 1,055.13
  • hutan skunder 1055.13
  • 3,089.37 perkebunan campuran perkebunan campuran 3,089.37 3,089.37 3,089.37

  7 Sawah 10,364.97 Sawah 10,364.97 10,364.97

  Secara hodrologis, air hujan yang masuk ke dalam tanah sebagian

  Selain agroforestry, dengan arahan penggunaan lahan tersebut berarti adanya tambahan berupa hutan seluas 1.055,33 ha yang diharapakan melalui kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan. Konversi menjadi hutan ini karena penggunaan lahan sebelumnya berupa semak belukar dan kebun campuran yang berada di dalam kawasan hutan suaka alam dan hutan lindung.

  3. Tanaman kayu-kayuan dalam agroforestry juga mampu untuk mengurangi erosi dengan cara memperbesar infiltrasi dan memperkecil limpasan. Selain itu juga perakaran tanaman berkayu mampu memperbesar porositas tanah, serta serasahnya mampu menambah kandungan bahan organik tanah, sehingga tanah menjadi subur.

  2. Pola tanam dalam agroforestry yaitu kombinasi tanaman kayu-kayuan dan tanaman semusim mampu membentuk struktur tajuk yang berlapis-lapis sepanjang tahun, kinetik air hujan yang akan menghancurkan tanah sebagai bahan tererosi.

  1. Agroforestry merupakan sistem yang menggabungkan pola tanaman pertanian dan kehutanan, sehingga secara ekonomi mampu memberikan keuntungan ganda yaitu dari tanaman pertanian dan tanaman kehutanan.

  Untuk mengendalikan atau meminimalkan laju erosi secara umum, modifikasi tata guna lahan lebih ditekankan pada konversi lahan yang tidak mempunyai kayu-kayuan (pertanian lahan kering/ladang dan semak belukar) menjadi hutan dan agroforestry. Pola penggunaan lahan yang sebelumnya berupa pertanian lahan kering atau ladang diarahkan menjadi pola penggunaan lahan agroforestry. Pola agroforestry memiliki beberapa keunggulan (ICRAF, 2003), yaitu:

  10,078.08 10,078.08 Luas Total 51,620,16 51,620,16 51,620,16

  0.00

  9 Tubuh air 175.82 Tubuh air 175.82 175.82

  320

  8 Semak belukar 320 agroforestry/Hutan rakyat

  0.00

  0.00

  9,758.08

  6 Pertanian lahan kering campur semak 9,758.08 agroforestry/Hutan rakyat

  3,245.00 3,245.00

  5 Pertanian lahan kering 6,334.37 pertanian lahan kering

  0.00

  4 Pemukiman 3,404.59 Pemukiman 3,404.59 3,404.59

  3 Perkebunan 4612.6 - perkebunan 3557.47 3,557.47

  2 Hutan Skunder 7858.09 Hutan Skunder 7858.09 8,913.22 1,055.13

  0.00

  1 Hutan Primer 8,795.03 Hutan Primer 8,795.03 8,795.03

  Penggunaan lahan actual (Ha) Lahan Ha ha Ha

  Luas Modifikasi penggunaan Luas Luas Selisih No

  Sumani disajikan pada tabel 2 sebagai berikut: Tabel 2. Arahan Modifikasi penggunaan lahan di DAS Sumani

  • 9,758.08
  • 320.00

10 Agoroforestry

  terserap di dalam serasah, humus dan perlahan-lahan akan dilepas lagi selama serasah dan humus tersebut mengandung Tabel

  3. Prediksi upaya air di atas titik jenuh, sehingga air yang penekanan erosi dengan terserap dalam serasah merupakan modifikasi tata guna simpanan air yang tersedia lama setelah lahan di DAS Sumani hujan jatuh. Dengan demikian, walaupun dengan metode USLE

  Modifikasi Penggunaan

  hutan mengurangi jumlah total air

  

No

Lahan ton/ha/tahun ton/Tahun

  tersedia, tetapi hutan akan mendistribusikan air tersebut sepanjang

  1 Erosi yang di perbolehkan 16.65 6,223.01

  tahun, sehingga banjir dalam musim

  (Edp)

  penghujan dan kekeringan pada musim

  2 Sebelum, dilakukan

  35.64 modifikasi 14,336,40

  kemarau dapat dihindari. (Dephut, 1991).

  3 modifikasi hanya dengan 13.35 5,209.12 melakukan tindakan

  Pada lahan dengan kelerengan

  konservasi tanah (P)

  yang curam hingga sangat curam dengan

  4 modifikasi hanya dengan 6.53 2,911.45

  indeks bahaya erosi tinggi, penanaman

  melakukan tindakan modifikasi pengelolaan

  dilakukan dengan teknik konservasi tanah

  lahan/tanaman ( C )

  dan air (P) yaitu pembuatan teras bangku

  5 modifikasi hanya dengan 3.30 1,393.39

  dan penanaman menurut kontur untuk

  melakukan

  mengendalikan laju erosi. Tujuan dari

  mengkombinasikan tindakan

  praktek konservasi tanah dan air ini

  modifikasi pengelolaan lahan/tanaman ( C ) dan

  adalah untuk mencegah terjadinya erosi

  konservasi tanah (P)

  agar produktifitas tanah dapat dipertahankan, upaya-upaya tersebut Dari hasil prediksi erosi dengan dapat ditempuh meliputi memperdek modifikasi tataguna lahan sebagaimana lereng, menurunkan volume dan pada tabel 3 diatas, dimana dengan kecepatan aliran permukaan. melakukan modifikasi terhadap tata guna lahan yang lebih baik akan menekan laju

  Berdasarkan arahan modifikasi erosi menjadi laju erosinya dibawah laju tataguna lahan tersebut, maka prediksi erosi yang diperbolehkan yaitu sebesar erosi aktual dapat dihitung kembali

  16,65 ton/ha/tahun atau 6.223,01 dengan mempertimbangkan nilai C dan P ton/tahun, sementara dengan kondisi hasil modifikasi tataguna lahan, seperti actual saat berdasarkan prediksi dengan disajikan pada tabel 3 sebagai berikut: metode USLE sebesar 35,

  64 ton/ha/tahun atau sebesar 14.336, 40 ton/ha/tahun atau lebih besar dengan erosi yang diperbolehkan pertahunnya.

  Dengan hanya melakukan modifikasi meningkatkan faktor konservasi tanah (P) saja pada unit-unit lahan terpilih tanpa melakukan modifikasi pengelolalaan lahan/tanaman (C) dapat memperkecil erosinya menjadi rata-rata 13,35 ton/ha/tahun atau 5.209, 12 ton/tahun. Faktor konservasi tanah (P) merupakan perlakukan fisik mekanis yang diberikan terhadap tanah dan pembuatan bangunan untuk emngurangi aliran permukaan dan erosi. Berdasarkan pengamatan Sembiring et al (1989), lahan yang di teras bangku tetapi tidak dikelola dengan baik akan memberikan erosi yang lebih tinggi daripada lahan yang di teras baik. Semakin kecil nilai P, menunjukan semakin baik kualitas dari usaha konservasi yang dilakukan.

  . Kegiatan hanya melakukan modifikasi pengelolalan lahan/tanaman tanpa merubah faktor konservasi tanah saja pada unit-unit lahan terpilih dapat memperkecil erosinya menjadi rata-rata 6,53 ton/ha/tahun atau 2.911,45 ton/tahun. Untuk penggunaan lahan pemukiman dan pekarangan, serta sawah irigasi tidak berubah karena hal ini berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan ekonomi masyarakat yang sebagian besar menggantungkan diri dari sawah, dan Kabupaten Solok, Kabupaten Tanah Datar dan Kota Solok merupakan daerah-daerah lumbung padi di Sumatera Barat, namun diusahakan tidak ada penambahan sawah baru.

  Besarnya erosi atau sedimen yang mengalir ke Danau Singkarak dapat dilihat pada tabel berikut ini :

  Tabel. Pengamatan erosi pada DAS Sumani

  Dengan dilakukannya modifikasi tataguna lahan di DAS Sumani sehingga jumlah erosinya masih dibawah erosi yang diperbolehkan, maka kualitas airnya menjadi baik, bersih dan jernih, yang akhirnya muara sungai Sumani dapat menjadi tempat pemijahan ikan bilih, sehingga keberadaan ikan bilih dapat terhindar dari kepunahahan.

  7. Dampak Erosi Pada DAS Sumani

  Dampak erosi tanah diluar lahan pertanian (off-site) merupakan dampak sangat besar pengaruhnya. Sedimen hasil erosi tanah dan kontaminan yang terbawa bersama sedimen menimbulkan kerugian dan biaya yang sangat besar dalam kehidupan. antara lain:

  a. Pelumpuran dan pendangkalan waduk

  b. Tertimbunnya lahan pertanian dan bangunan c. Memburuknya kualitas air, dan

  d. Kerugian ekosistem perairan Dampak erosi diluar lahan pertanian sangat berpengaruh terhadap perairan danau singkarak, dimana akan terjadi pendangkalan pada danau singkarak tepatnya pada hilir dari DAS Sumani. Selain dari itu dengan memburuknya kualitas air danau yang diakibatkan oleh erosi tanah, maka akan mengancam kelestarian dari ekosistem yang ada di danau singkarak khususnya terhadap ikan bilih

6. Besarnya erosi pada DAS Sumani yang mengalir ke Danau Singkarak

  (Mystacoleucus padangensis) dimana ikan bilih untuk

  melakukan pemijahan membutuhkan air bersih dan jernih. Hasil pengambilan sampel di permukaan (run off) dan kondisi lokasi penelitian, diperkirakan laju erosi hidrologis DAS Sumani. di DAS Sumani mencapai 31,20 ton/ha/tahun, dimana laju erosi tersebut

  2. Dari hasil perhitungan laju erosi sangat tinggi akan mengancam dengan menggunakan metode USLE, keberlangsungan kehidupan ikan bilih prediksi laju erosi mengalami dan bisa berpontensi menyebabkan peningkatan mulai dari tahun 2000, kepunahan populasi ikan bilih di Danau 2006 dan 2011. Laju erosi pada tahun Singkarak, akibatnya akan berpengaruh 2011 mencapai 35,65 ton/ha/tahun. terhadap tingkat perekonomian Angka tersebut lebih besar dari angka masyarakat sekitar danau Singkarak, erosi yang diperbolehkan (Edp) yaitu dimana terdapat 1.135 kepala keluarga 16,65 ton/ha/tahun. berprofesi sebagai nelayan yang

  3. Sedangkan berdasarkan hasil bergantung pada ikan bilih hasil pada tahun 2012, erosi sedimentasi tangkapannya (Syandri, 2008). rata-rata di DAS Sumani mencapai 31,20 ton/ha/tahun.

IV. Kesimpulan

  4. Untuk memperkecil laju erosi Berdasarkan hasil penelitian tersebut perlu dilakukan modifikasi diperoleh kesimpulan sebagai berikut: penggunaan lahan di DAS Sumani dengan hasil prediksi laju erosi

  1. hasil analisis citra penutupan lahan, sebagai berikut : perubahan penggunaan lahan dari

  • Modifikasi hanya merubah tahun 2000 sampai dengan 2011 terus konservasi tanah (faktor P) tanpa mengalami peningkatan. Penggunaan merubah pengelolaan tanaman lahan yang mengalami pengurangan

  (faktor C), laju erosinya sebesar luas paling besar adalah penggunaan 13,35 ton/ha/tahun lahan hutan skunder sebesar 726 ha,

  • Modifikasi hanya merubah hutan primer 198,02 ha (2,36% dan ) pengelolaan (faktor C) tanpa sawah yaitu sebesar 15 ha (0,14).

  merubah konservasi tanah (faktor Sedangkan penggunaan lahan yang

  P), laju erosinya sebesar 6,53 bertambah luas adalah pertanian ton/ha/tahun. lahan kering seluas 509,00 ha

  • Modifikasi denagan kombinasi

  (7,44%), pemukiman 248 ha merubah pengelolaan (faktor C) (6,79%), pertanian lahan kering dan konservasi tanah (faktor P), campur semak 133 ha (1,34%) dan laju erosinya sebesar 3,30 semak belukar sebesar 50 ha ton/ha/tahun (13,51%). Perubahan penggunaan

  5. Besarnya tingkat erosi dan lahan tersebut diperkirakan akan sedimentasi di DAS Sumani, berpengaruh terhadap volume aliran berdampak pada kualitas air yang kurang baik, terlihat dari air sungai Sumani yang keruh dan berwarna kecoklatan, sehingga di muara Sungai Sumani bukan merupakan tempat pemijahan ikan bilih yang cocok.

  6. Untuk mengendalikan erosi, maka arahan penggunaan lahannya dengan tetap mempertahankan hutan primer dan hutan skunder dan membangun hutan baru dalam bentuk agroforestry

  Asdak, C. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

  Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air, IPB Press, Bogor. Berd, I. 2008. Rekayasa Biofisik DAS untuk Mitigasi Banjir, Longsor dan

  Kekeringan Guna Kelestarian Sumberdaya Air Berkelanjutan. Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap Ilmu Teknik Tanah dan Air. Universitas Andalas. Padang. BPDAS Agam Kuantan. 2011. Rencana Pengelolaan DAS Antokan

  Terpadu. Balai Pengelolaan DAS Agam Kuantan. Padang Farida dan Meinar. 2004. Analisa Debit Sungai Akibat Alih Guna Lahan dan

  Aplikasi Model Genriver pada DAS Wai Besai, Sumberjaya.

  Jurnal Agrivita Vol. 26 No 1. Maret 2004. Hal 39-47. ISSN : 0216-0537

  Menteri Kehutanan RI. 2005. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 36/Menhut-V/2005 tentang Kreteria Penetapan Urutan DAS Prioritas, Departemen Kehutanan RI. Jakarta

  Syandri, H.2008. Ancaman Terhadap Plasma Nuftah Ikan Bilih (Mytacoleucus padangensis Blkr) dan Upaya Pelestariannya di Danau Singkarak. Pidato Upacara Pengukuhan Guru Besar Tetap Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta. UBH. Padang Kodoatie, R dan Syarif R. 2010. Tata Ruang Air. PT Andi Yogyakarta Van Noordwijk M, Rahayu S, Widodo RH, Suryadi I dan Verbist B. 2009. Monitoring air di Daerah Aliran Sungai. Bogor, Indonesia. World Agroforestry Centre – Southeast Asia Regional Office.