KKA 12 HUKUM HAM PENEGAKAN SUPREMASI HUKUM

  LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

DISKUSI KELOMPOK (DK-12) B.S HUKUM DAN HAM

  

Kertas Karya Acuan

Tema Pendidikan : Ketahanan Pangan Dalam Rangka Kemandirian

  Bangsa.

  I. Judul : Penegakan Supremasi Hukum Guna Ketahanan Pangan

Dalam Rangka Kemandirian Bangsa.

  II. Variabel : Variabel-1 : Penegakan Supremasi Hukum Variabel-2 :Ketahanan Pangan.

  Variabel-3 :Kemandirian Bangsa.

  III. Pokok Permasalahan.

  Secara konstitusional Negara Indonesia tegas dikatakan adalah negara hukum (Pasal 1 ayat 3 UUD 1945). Lebih lanjut dikatakan bahwa suatu negara dapat dikatakan sebagai negara hukum atau “rule of law” bilamana aturan hukum telah dijadikan sebagai aturan main (fair play) dalam peneyelenggaraan pemerintahan negara, terutama dalam memelihara ketertiban dan perlindungan terhadap hak-hak warganya. Secara teori hukum John Lock dalam bukunya

  

“Second Tratise of Government” menguraikan ada tiga unsur minimal bagi suatu

  negara dikatakan negara berdasarkan hukum, yaitu :

  1. Adanya hukum yang mengatur bagaimana anggota masyarakat dapat menikmati hak asasi dengan damai.

  2. Adanya suatu badan yang dapat menyelesaikan sengketa yang timbul dibidang pemerintah atau antar pemerintah.

  3. Adanya badan yang tersedia atau diadakan untuk menyelesaikan sengketa yang timbul diantara sesama anggota

  

  Konsep ini menunjukkan bahwa bagi setiap negara yang menyatakan sebagai negara hukum haruslah mutlak sifatnya menghormati dan menjalankan supremasi hukum. Apa yang dimaksud dengan supremasi hukum. Dalam referensi dikatakan supremasi hukum adalah selingkuhan kata supremasi dan hukum yang berasal dari kata bahasa Inggris supremacy dan law, sehingga menjadi “supremacy of law”. Supremacy dapat diartikan “higest in degree or higest rank”, artinya berada pada tingkatan atau peringkat tertinggi atau juga “higest of authority” atau kekuasaan tertinggi. Menurut Soetandyo

  

Wignjosoebroto (2002), supremasi hukum merupakan upaya untuk menegakkan

  dan menempatkan hukum pada posisi tertinggi yang dapat melindungi seluruh lapisan masyarakat tanpa adanya intervensi oleh dan dari pihak manapun, termasuk oleh penyelenggara negara. Oleh Carles Hermawan kiat ini disebut memposisikan hukum menjadi komando atau panglima (2003) , dan kemudian ia menjadi lebih populer supremasi hukum sama dengan menjadikan hukum sebagai panglima. Rumusan sederhana dari supremasi hukum adalah pengakuan dan penghormatan tentang superioritas hukum sebagai aturan main

  

(rule of game) dalam seluruh aktifitas kehidupan berbangsa, bernegara,

  berperintah dan bermasyarakat yang dilakukan dengan jujur (fair play) transparan dan akuntabel.

  Bagaimana kondisi penegakan supremasi hukum saat ini. Berdasarkan literatur angka kuantitas yang mencerminkan penegakan hukum dapat dilihat dari data-data di aparat penegak hukum di lingkungan Polri, misalnya seberapa besar jumlah kejahatan dan penyelesaiannya, bagaimana hasil penelitian tingkat kepercayaan masyarakat kepada Polri sebagai salah satu aparat penegak hukum dan lain-lain. Akan tetapi secara kualitas, dapat dilihat dari penuturan beberapa pakar maupun pejabat dibidang hukum sendiri, misalnya :

  1. Wahyudin H. Hufron, mengatakan bahwa penegakan supremasi hukum di Indonesia ini semua sudah mahfum dan bukan rahasia umum lagi

  1

______, , Pe- ngertian Supremasi Hukum dan Penegakan Hukum, diunduh tanggal 27 Juli 2012. bahwa kondisinya merupakan barang yang langka dan mahal harganya, artinya penegakan supremasi hukum masih payah dan bahkan terindikasi pada titik nadir (2008).

  2. Harkristuti Harkrisnowo, mengatakan bahwa kondisi penegakan hukum di Indonesia saat ini ditenggarai mendekati titik nadir, telah menjadi sorotan yang luar biasa dari komunitas dalam negeri maupun dunia internasional. Proses penegakan supremasi hukum acapkali dipandang bersifat diskriminatif, inkonstitusional dan mengkedepankan kepentingan kelompok tertentu (2008).

  3. Hikmahanto (2006) mengatakan terdapat sekurang-kurangnya ada lima hal mengapa hukum di Indonesia sulit ditegakkan, dengan kata lain penegekan supremasi hukum di Indonesia sukar ditegakkan dikarenakan :

  a. Aparat penegak hukum terbawa sangkaan dan dakwaan korupsi atau suap.

  b. Mafia peradilan masih marak dituduhkan.

  c. Hukum seolah dapat dimainkan, dipelintir bahkan berpihak kepada mereka yang memiliki status sosial tertentu.

  d. Penegakan hukum lemah dan telah kehilangan kepercayaan dari masyarakat.

  e. Masyarakat apatis, mencemooh dan melakukan proses peradilan jalanan.

  Tabel : 1 KONDISI POLRI DIMATA PUBLIK (Hasil Beberapa Institusi Melalui Penelitian Dan Survei) N O

INSTITUSI HASIL

  INDONESIA TERBURUK NO. 2 DI ASEAN MASALAH KAM IDIVIDU SETELAH PHILIPINA (2010)

  

2 KOMPOLNAS PENYIMPANGAN POLRI TERBESAR DIMATA PUBLIK MASALAH PENEGAKAN HUKUM :

72% (2009)

  3 TII POLRI SEBAGAI INSTITUSI TINGKAT SUAP TERTINGGI (2009)

  

4 GCB POLRI MERUPAKAN LEMBAGA TERKORUP DI INDONESIA DENGAN INDEX 4.2 (2010)

  5 MARKPLUS TINGKAT KEPUASAN MASYARAKAT ATAS PELAYANAN POLRI BARU 54,37% (2009)

  6 STAF AHLI KAPOLRI, LITBANG DAN PTIK

  HARAPAN (EKSPEKTASI) MASYARAKAT ATAS PELAYANAN POLRI SEBESAR 86,32 %, TETAPI PELAYANAN YANG BISA DIBERIKAN OLEH POLRI BARU SEBESAR 64,21 %,

MASIH ADA DISPARITAS ATAU GAP SEBESAR 22,11 % (2010)

  1 PERC

  7 PTIK PENINGKATAN KINERJA POLRI DITENTUKAN OLEH DUA VARIABEL YAITU PEMAHAMAN ANGGOTA ATAS PERUBAHAN PARADIGMA DAN PERANAN KEPEMIMPIAN (2002)

  

8 JSI TINGKAT KEPERCAYAAN MASYARAKAT KPD APARAT GAKKUM : TERBAIK POLRI :

58,2%, KPK : 53,8%, MA : 47,8%, MK : 47,3% DAN KEJAGUNG : 46,0%. TINGKAT KEPUASAN JUGA POLRI TERBAIK : 53,6%, KPK : 45,0%, MK : 43,5%, MA : 42,1% DAN KEJAGUNG : 41,1% (2011).

  9 SSS LEMBAGA TERKORUP DI INDONESIA ADALAH DPR (2012) Sumber : Bahan Paparan RBP Polri.

  

Tabel : 2

NO JENIS KEJAHATAN

1 CURAT 34.270 15.180 43.135 20.678 45.089 23.929 48.130 21.796 48.347 23.067

2 CURAS 7.671 2.714 9.951 4.091 10.140 4.110 7.473 3.706 11.141 4.529

3 CURANMOR 45.316 2.637 30.615 3.642 32.042 4.467 19.304 4.092 39.673 5.510

I. KEJAHATAN KONVENSIONAL

DATA KRIMINALITAS PER 4 JENIS KEJAHATAN TAHUN 2005-2009

JTP PTP JTP PTP JTP PTP JTP PTP JTP PTP 2005 2006 2007 2008 2009

11 3.085 1.031 3.107 2.451 2.508 1.552 2.505 1.622 2.683 1.738

10 PEMBUNUHAN 1.102 859 1.299 1.080 1.236 948 1.081 769 1.228 945

9 PERAS & ANCAM 3.749 1.843 4.816 2.266 4.438 2.741 4.099 2.587 5.537 3.176

8 PERUSAKAN 4.522 2.099 5.272 2.591 5.499 2.682 5.448 2.650 6.224 3.134

7 PENGGELAPAN 13.326 5.920 16.524 7.770 17.281 7.918 13.893 7.651 17.847 9.395

6 PENIPUAN 19.051 8.314 20.207 6.446 19.686 7.824 19.787 8.792 27.276 11.728

5 PERJUDIAN 11.329 11.141 10.258 10.274 10.911 10.091 9.770 8.834 12.825 13.347

  

4 ANIRAT 13.368 8.089 17.808 10.750 18.799 11.965 14.250 9.967 16.893 11.572

KEBAKARAN /

JUMLAH 160.588 62.131 167.848 74.705 172.404 81.009 150.404 75.583 314.554 163.996

% PROSENTASE PTP 38,69 44,51 46,99 50,25 52,14

13 PALSU SURAT 1.603 798 1.985 729 2.003 953 1.902 874 2.629 1.425

16 LAIN-LAIN

15 UANG PALSU 186 154 360 310 273 244 272 221 367 310

14 PENCULIKAN 256 125 412 208 275 142 514 144 268 157

12 PERKOSAAN 1.754 1.227 2.099 1.419 2.224 1.443 1.976 1.878 2.115 1.483

PEMBAKARAN
  • - - - - - - - -

  • 119.501 72.480

    1 NARKOBA 3.379 3.445 9.254 8.647 16.822 17.104 12.826 12.213 25.137 23.204

    4 WANITA 5 CYBER CRIME 2 LAUNDRING 3 TERORIS PERDAG BAYI/ MONEY

      II. KEJAHATAN TRANS NASIONAL 24 8 7 11 1 55 4 9 32 349 268 230 167 445 334

    6

    1

    6

    11 13 8 13 3 4 JUMLAH 3.441 3.471 9.331 8.702 17.289 17.436 13.148 12.447 25.685 23.617 % PROSENTASE PTP 100,87 93,26 100,85 94,67 91,95 7 CRIME 8 PEROMPAKAN

      6 LUNDUP SENPI 1 KORUPSI 160 TRANS EKONOMI III. KEJAHATAN THDP KEKAYAAN NEGARA 16 5 2 14 92 322 107 228 159 371 188 436 175 4 5 8 118

    2

    64 84 8 61 6 13 21 37 35 18 6 5 HIDUP

      2 3 4 7 BBM 206 158 168 134 689 630 552 573 8 PENYELUNDUPAN 153 109 6 FISKAL ILEGAL MINING ILEGAL FISHING LINGKUNGAN ILEGAL LOGGING 2.706 2.117 3.711 2.407 3.382 2.827 2.387 1.856 2.934 2.570 38 51 30 14 19 17 10 26 - - 24 45 41 57 21 32 247 221 140 138 227 232 16 32 109 48 38 157 101 116 106 102 81 26 84 45 24 17 16 3 10 9 3 33 33 1 20 31 90 1 JUMLAH 147 % PROSENTASE PTP 75,82 64,11 81,74 78,63 85,50

    JUMLAH 3.152 2.390 4.427 2.838 4.398 3.595 3.739 2.940 4.318 3.692

    2 KONFLIK ETNIS 3 SEPARATISME 1 KERUSUHAN MASA 147 IV. KEJAHATAN IMPLIKASI KONTIJENSI 95 273 95 273 69 1.486 464 69 1.471 449 10 5 10 5 9 9 9 9 9 9 9 9 KEJAHATAN 167.328 68.087 181.879 86.314 194.091 102.040 167.291 90.970 344.566 191.314 % PROSENTASE PTP 64,63 25,27 31,22 100,00 100,00 % PROSENTASE PTP 40,69 47,46 52,57 54,38 55,52 TOTAL JTP-PTP 4 JENIS Sumber : Bareskrim Polri, 2010 KETERANGAN : JTP : JUMLAH TINDAK PIDANA (CT) PTP : PENYELESAIAN TINDAK PIDANA (CC) % PTP : PROSENTASE PTP

      Lebih lanjut perlu dikemukakan bahwa betapa pentingnya penegakan supremasi hukum ini dalam kehidupan berbangsa, bernegara, bermasyarakat khususnya jika dikaitkan dengan ketahanan pangan dan kemandirian bangsa. Hal ini dapat dilihat dari fungsi dan keberadaan hukum itu sendiri, yaitu (1) Law

      

    as a tool of social control, sebagai alat kontrol sosial. (2) Law as a tool social

    engineering, sebagai alat untuk mereka yasa masyarakat. (3) Law as facilitation

    of social, sebagai fasilitas berinteraksinya berbagai interaksi sosial. (4) Law as a

    conflict social, sebagai jalan keluar atau penyelesaian konflik sosial. Dan (5)

    Law as a recruitment of emantipation, sebagai cara untuk memahami berbagai

       perbedaan atau pihak-pihak lain.

      Dalam tulisan ini juga dikemukakan teori akutualisasi hukum yang dikemukakan oleh Lawrance M. Friedman yang menyatakan bahwa keberhasilan penegakan supremasi hukum mensyaratkan berfungsinya semua komponen sistem hukum. Sistem hukum menurut Friedman ini ada tiga, yaitu: (1) Struktur Hukum, merupakan kerangka, bagian yang tetap bertahan (statis), bagian yang memberikan semacam bentuk dan batasan terhadap keseluruhan instansi penegak hukum atau aparat penegak hukum. (2) Substansi hukum, merupakan aturan-aturan atau norma-norma dan pola perilaku nyata manusia yang berada dalam sistem, termasuk produk yang dihasilkan oleh orang-orang yang ada dalam sitem hukum itu mencakup keputusan yang mereka lakukan atau aturan baru yang mereka susun. Jadi disini juga merupakan materi atau isi dari peraturan perundang-undangan tersebut. (3) Budaya hukum, merupakan gagasan, sikap, keyakinan, harapan dan pendapat tentang hukum, jadi disini melihat bagaimana budaya hukum masyarakat apakah patuh atau tidak patuh terhadap hukum. Di Indonesia struktur hukum ini adalah (1) Kehakiman, yang diatur berdasarkan kepada UU Nomor 4 tahun 2004 tentang Pokok-pokok Kekuasaan Kehakiman. (2) Kejaksaan, yang diatur berdasarkan UU Nomor 16 tahun 2004 tentang Kejaksaan. (3) Kepolisian, yang diatur berdasarkan UU Nomor 2 tahun 2002 tentang Polri dan (4) Advokat, yang diatur dalam UU Nomor 18 tahun 2003 tentang Advokat.

      Apabila hal di atas dikaitkan dengan masalah pangan, khususnya UU NO. 7 Tahun 1996 tentang Pangan, maka dikatakan bahwa pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan SDM yang berkualitas untuk melaksanakan

      

      pembangunan nasional Dikatakan bahwa pangan yang aman, bermutu, 2 bergizi, beragam, dan tersedia secara cukup merupakan persyaratan utama 3 Unsiyah, Taqwaddin, S.H., SE, MS. C.D., Materi Sosiologi Hukum S2, Banda Aceh, 2007.

      ______, Undang-undang No. 7 Tahun 1996 Tentang Pangan, Pasal Pertimbangan. yang harus dipenuhi dalam upaya terselenggaranya suatu sistem pangan yang memberikan perlindungan bagi kepentingan kesehatan serta makin berperan dalam meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 2002 Tentang Ketahanan Pangan dikatakan bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan nasional untuk membentuk manusia Indonesia yang berkualitas, mandiri, dan sejahtera melalui perwujudan ketersediaan pangan yang cukup, aman, bermutu, bergizi dan beragam serta tersebar merata di seluruh wilayah Indonesia dan terjangkau oleh daya beli masyarakat.

      Dari uraian fakta dan analis singkat di atas, maka tulisan kertas karya acuan ini merumuskan pokok permasalahannya adalah : Bagaimana penegakan

      

    supremasi hukum guna ketahanan pangan dalam rangka kemandirian

    bangsa ?.

    IV. Pokok-Pokok Persoalan.

      Berdasarkan uraian di atas dan rumusan okok permasalahan, maka pokok- pokok persoalan dan supremasi penegakan hukum ini adalah sebagai berikut :

      1. Belum optimalnya struktur atau aparat penegak hukum dalam

      melaksanakan tugas atau pengembanan sebagai penegak hukum. Hal

      ini berkaitan dengan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap seluruh aparat penegak hukum yaitu Polisi, Jaksa, Hakim dan Pengacara atau advokat.

      2. Masih adanya produk-produk hukum yang substansinya tidak atau

      kurang berpihak kepada kepentingan masyarakat secara keseluruhan dalam meningkatkan kemaslahatan atau kesejahteraan umat manusia Indonesia. Hal ini berkaitan dengan peraturan perundang-undangan yang

      tumpang tindih, hukum yang dibawahnya bertentangan dengan hukum yang ada di atasnya, substansi tidak berpihak kepada kepentingan masyarakat kebanyak, tetapi kepada kelompok tertentu seperti misalnya keputusan impor barang seperti beras atau gula yang merugikan petani.

      3. Budaya hukum masyarakat yang kurang atau tidak patuh pada

      hukum. Hal ini berkaitan dengan pendapat seolah-olah hukum itu dibuat memang untuk dilanggar.

    V. Pokok-Pokok Pemecahan Persoalan.

      1. Kebijakan.

      Untuk mewujudkan penegakan supremasi hukum guna ketahanan pangan dalam rangka kemandirian bangsa, maka kebijakan yang dirumuskan dalam KKA ini adalah “Percepatan reformasi struktur,

      instrumental dan kultur aparat penegak hukum menuju kepada pelayanan prima”.

      2. Strategi.

      Untuk mewujudkan kebijakan di atas maka strategi yang ditempuh adalah : Melakukan restrukturisasi kelembagaan aparat penegak hukum a. (Kemenkum HAM, Polri, Kejagung, Mahkamah Agung dan Pengacara) dengan maksud dan tujuan mendekatkan aparat penegak hukum dengan masyarakat dan berorientasi pemberian pelayanan yang prima.

      Reinventarisasi peraturan perundang-undangan yang substansi b. atau isinya belum sempurna, tidak terlalu berpihak kepada kepentingan masyarakat, bangsa dan negara ataupun saling bertentangan untuk dilakukan harmonisasi ulang, amandemen, penyempurnaan dan sosialisasi kepada publik secara masif, terencana dan terukur.

      Reformasi kultur hukum masyarakat melalui sosialisasi, edukasi, c. pendidikan dan pelatihan serta pengakan hukum yang tidak pilih kasih sesaui dengan peraturan perundang-undangan itu sendiri.

      3. Upaya.

    Upaya strategi-1; Melakukan restrukturisasi kelembagaan aparat penegak

      hukum (Kemenkum HAM, Polri, Kejagung, Mahkamah Agung dan Pengacara) dengan maksud dan tujuan mendekatkan aparat penegak hukum dengan masyarakat dan berorientasi pemberian pelayanan yang prima. a. Kemenkumham, Polri, Kejagung dan MA melakukan restrukturisasi organisasi yang dapat dibantu oleh masyarakat sipil lainnya seperti LSM, kalangan Perguruan Tinggi, Lembaga R and D untuk mendekatkan organisasi aparat penegak hukum dengan masyarakat dan mampu memberikan pelayanan prima.

      b. Pemilihan kepemimpinan tertinggi di lingkungan aparat penegak hukum harus dan mutlak dari pejabat karier profesional di bidangnya secara transparan dan akuntabel (walaupun hak prerogratif Presiden). Unsur kepemimpinan di lingkungan aparat penegak hukum haruslah bersih dan bersih, kondisi ini amatlah penting bagaikan peran jantung dalam kehidupan sebagai upaya menumbuhkan kepercayaan masyarakat, mengurangi politisasi dan mampu menciptakan kinerja yang sinergi dengan komponen lainnya (tidak ego sektoral).

      c. Rekruitmen penegak hukum harus berbeda dengan aparat pemerintahan lainnya sebagai upaya mewujudkan aparat penegak hukum yang benar-benar bersih , tidak terkontaminasi KKN. Metode dapat dilakukan melalui lembaga atau organisasi atau panitia yang independent yang benar-benar transparan dan akuntabel serta tidak memiliki interest kepentingan kelompok, golongan, kecuali semata-mata untuk kebaikan negara dan bangsa.

      d. Tiap-tiap kelembagaan aparat penegak hukum menyelenggarakan sistem pendidikan dan pelatihan yang benar-benar menjamin peningkatan moralitas sebagai aparat yang melayani dan profesionalis- me baik secara umum maupun tehnis dibidangnya. Pendidikan ini pada level tertentu dapat dilakukan secara sinergi bersama antar aparat penegak hukum sebagai upaya mewujudkan visi dan misi penegakan hukum yang sama untuk kepentingan bangsa dan negara.

      e. Negara atau pemerintah memberikan dukungan berupa sarpras, anggaran dan sistem intensif serta perhatian yang cukup kepada seluruh aparat penegak hukum yang berorientasi menghindari penyimpangan-penyimpangan ataupun menyalahi etika profesi yang dapat dilakukan oleh para aparat penegak hukum.

      

    Upaya strategi-2; Reinventarisasi peraturan perundang-undangan yang

      substansi atau isinya belum sempurna, tidak terlalu berpihak kepada kepentingan masyarakat, bangsa dan negara ataupun saling bertentangan untuk dilakukan harmonisasi ulang, amandemen, penyempurnaan dan sosialisasi kepada publik secara masif, terencana dan terukur.

      Kemenkumham, Civitas Akademi Perguruan Tinggi dan a. DPR maupun komponen lain membuat cetak biru atau design makro penjabaran Indonesia sebagai negara hukum.

      Kemenkumham dan setiap aparat penegak hukum b. melakukan inventarisasi peraturan perundang-undangan sesuai dengan hirarkhi peraturan perundang-undangan yang diatur dalam UU No. 12 Tahun 2011 Tentang Tata Cara Pembentukan Perauran Perundang- undangan. Apabila ada yang tidak sinkron segera dilakukan perbaikan melalui amandemen, perbaikan atau penyempurnaan, pembatalan, harmonisasi. Seperti misalnya Perda yang bertentangan dengan Peraturan Menteri atau UU dn lain-lain segera untuk dibatalkan.

      Semua aparat penegak hukum, Kementerian dan Lembaga c. yang diatur oleh peraturan perundang-undangan tersebut dan khususnya Polri harus dapat mengoperasionalkan seluruh produk perundang- undangan Dalam tulisan ini lebih khususnya adalah segala peraturan perundang-undangan yang menyangkut masalah pangan seperti UU No.

      7 Tahun 1996 Tentang Pangan, UU No. 41 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dan lain-lain yang juga sudah mengandung unsur kriminalisasi atau sangsi pidana, dapatnya dioperasionalisasikan. Jaminan dapat dilaksanakannya berbagai produk hukum ini adalah untuk mewujudkan hukum sebagai tool penggerak efektifitasnya kehidupan berbangsa, bernegara, berperintah dan bermasyarakat.

      Segala kebijakan dalam bentuk peraturan perundang- d. undangan haruslah melalui proses Tata Pengambilan Keputusan Berkewenangan (TPKB) sebagaimana diatur dalam Sistem Manajemen Nasional. Artinya sudah melalui proses input pada Tata Kehidupan Masyarakat (TKM) dan Tata Politik Nasional (TPN), sehingga produk hukum yang dihasilkan dapat diterima sebagai sistem nilai dari bagian sistem nilai kemasyarakatan yang bermamfaat.

      

    Upaya Strategi 3; Reformasi kultur hukum masyarakat melalui sosialisasi,

      edukasi, pendidikan dan pelatihan serta pengakan hukum yang tidak pilih kasih sesaui dengan peraturan peundang-undangan itu sendiri.

      Kemendiknas menerapakan kembali pendidikan a. sejak dini kepada para pelajar yang muatannya masalah etika atau budi pekerti yang pada dasarnya mengajarkan tentang betapa pentingnya menghargai nilai-nilai kehidupan bersama untuk patuh terhadap hukum pada umumnya, seperti sikap sopan santun di depan umum, berlalu lintas dan beretika dalam keluarga.

      Kemendiknas dan seluruh aparat penegak hukum b. masing-masing melakukan sosialisasi berbagai peraturan perundang- undangan baik secara sektoral maupun bersama-sama. Merubah pemahaman yang sempit atas penegakan supremasi hukum sebagai tindakan represif dari aparat penegak hukum dalam melakukan reaksi terhadap pelaku kriminal menjadi pemahaman yang lebih luas, yaitru bahwa penegakan supremasi hukum merupakan tanggung jawab setiap orang dewasa yang cakap secara pribadi hukum (perzoonlijk).

      Memberdayakan masyarakat untuk ikut serta c. menegakan supremasi hukum melalui pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat secara bersama (gotong royong) melalui kelompok-kelompok sadar hukum (Pokdarkum), kelompok sadar kamtibmas, pos kamling dan lain-lain.

      Jakarta, 29 Juli 2012. Peserta PPRA XLVIII/ 2012, Zulkarnain.

      Nomor ururt absen : 82 Lampiran : 1. Alur Pikir.

      2. Pola Pikir.