Tantangan internal maupun eksternal dalam pembangunan daerah di era otonomi

YAN RINTO SALAMMUDIN

http://epserv.fe.unila.ac.id

ABSTRAK
KAJIAN MODEL PENGEMBANGAN EKONOMI DAERAH
BERBASIS KAWASAN ANDALAN BERDASARKAN KONSEP
STRATEGIC DEVELOPMENT REGIONS
(Studi Kasus Kabupaten Lampung Tengah, Sub Regions Kawasan Terbagus)

Oleh
YAN RINTO SALAMMUDIN

Tantangan internal maupun eksternal dalam pembangunan ekonomi daerah di era
otonomi menuntut tiap daerah untuk mampu bersaing di dalam dan luar negeri.
Kondisi tersebut mengharuskan Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Tengah
untuk melaksanakan percepatan pembangunan ekonomi daerah secara terfokus
melalui pengembangan kawasan dan produk andalannya agar tidak tertinggal
dalam persaingan pasar bebas, minimal di wilayah sendiri. Implikasi dari konsep
Strategic Development Regions yang merupakan salah satu konsep dari Bappenas,
yaitu Direktorat Pengembangan Wilayah dan Transmigrasi Deputi Bidang

Otonomi Daerah dan Pengembangan Regional, adalah adanya konsep Wilayah
Pengembangan (WP) di Kabupaten Lampung Tengah, yang dibagi menjadi tujuh
wilayah pengembangan dan empat Bagian Wilayah Kota (BWK).

YAN RINTO SALAMMUDIN

Masalah utama yang dikaji dalam studi ini adalah mengkaji tentang konsep atau
model perencanaan pengembangan wilayah sekaligus strategi wilayah
pengembangan ke tujuh, yaitu kawasan Terbagus yang merupakan pusat
pertumbuhan di Kabupaten Lampung Tengah. Studi Kajian ini bertujuan untuk:
(1) Menentukan sektor basis yang dominan dalam distribusi pembentukan PDRB;
(2) Menganalisis pergeseran sektor; (3) Mengevaluasi pelaksanaan pengelolaan
kawasan Terbagus.

Metode dalam kajian ini dilakukan dengan cara: Analisis pertama, adalah analisis
kuantitatif yaitu menghitung nilai LQ tiap sektor, dan menghitung nilai shift –
share. Analisis kedua, adalah analisis deskriptif kualitatif yang dilakukan dalam
bentuk tabulasi searah maupun tabulasi silang terhadap beberapa variabel
penelitian, kapasitas dan utilitas sarana perekonomian, dan berbagai bentuk
peraturan yang ditetapkan Pemda.


Kesimpulan dari kajian ini adalah: (1) Sektor yang menjadi basis di Kabupaten
Lampung Tengah adalah sektor Industri Pengolahan sebesar 1,63, basis kedua
adalah sektor Pertanian sebesar 1,13. Yang menjadi basis di Kecamatan Terbanggi
Besar adalah sektor Listrik dan Air Bersih sebesar 5,71, basis kedua adalah sektor
Industri Pengolahan sebesar 1,75. Yang menjadi basis di Kecamatan Gunung
Sugih adalah sektor Industri Pengolahan sebesar 1,70, basis kedua adalah sektor
Pertambangan dan Penggalian sebesar 1,59; (2) Di Kabupaten Lampung Tengah
sektor Pertanian mengalami tingkat pergeseran yang cukup tinggi sebesar
–38.941,051 pergeseran di urutan kedua adalah sektor Industri Pengolahan sebesar
–16.709,98,. Di Kecamatan Terbanggi Besar sektor Industri Pengolahan

YAN RINTO SALAMMUDIN

mengalami tingkat pergeseran yang tinggi sebesar –1.075,04, pergeseran kedua
adalah sektor Jasa-jasa sebesar –727,99. Di Kecamatan Gunung Sugih sektor
Industri Pengolahan mengalami tingkat pergeseran yang tinggi sebesar –466,304
pergeseran kedua adalah sektor Jasa-jasa sebesar –222,495; (3) Kebijakan
Pengembangan Kelembagaan sangat rendah dalam mendukung pengelolaan
pengembangan kawasan. Kebijakan Investasi dan Kebijakan Perdagangan masih

belum optimal dalam mendukung pengelolaan pengembangan kawasan.
Kebijakan Pengembangan Infrastruktur dan Kebijakan Pengembangan Kawasan
yang merupakan jumlah fungsi dari seluruh sistem pengembangan kawasan sudah
optimal dalam mendukung pengelolaan pengembangan kawasan.