Hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan RPP

Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan dalam
Penyusunan RPP
http://contohberkas.com

A. Pengantar
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang
menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk
mencapai satu kompetensi dasar (KD) yang ditetapkan dan dijabarkan
dalam silabus. Lingkup RPP paling luas mencakup satu KD yang terdiri
atas sejumlah indikator untuk satu kali pertemuan atau lebih (Petunjuk
Teknik Pengembangan RPP, Ditjen Pembinaan SMA, 2010). RPP
dikembangkan dari silabus, dan silabus dikembangkan dari standar isi (SI)
yang terdapat di dalam Permendiknas Nomor 22/2006.
Tidak ada format baku yang disepakati untuk digunakan di sekolah secara
nasional. Masing-masing sekolah dapat menggunakan format yang
berbeda. Hal itu dimungkinkan karena dengan otonomi yang dimilikinya,
yang tercermin dari diterapkannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP), masing-masing sekolah dapat mengembangakan RPP dengan
format yang dianggapnya cocok. Format RPP di atas merupakan salah
satu contoh.
Komponen RPP adalah (1) identitas, (2) standar kompetensi, (3)

kompetensi dasar, (4) indikator, (5) materi ajar, (6) metode pembelajaran,
(7) prosedur pembelajaran, (8) media pembelajaran, (9) sumber belajar,
dan (10) penilaian.
B. Identitas
Identitas RPP meliputi: satuan pendidikan, kelas, semester, mata pelajaran, keterampilan berbahasa, genre, topik, pertemun ke-, dan alokasi
waktu. Pencantuman unsur keterampilan berbahasa, genre, dan topik
adalah pilihan (optional) – boleh dicantumkan dan boleh tidak
dicantumkan.
C. Standar Kompetensi

Standar kompetensi (SK) merupakan kualifikasi kemampuan minimal
peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau
semester pada suatu mata pelajaran. SK diambil dari SI yang terdapat
dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006. Jenis genre (report,
narrative dan analytical exposition) dapat ditulis semua seperti dalam
contoh RPP di atas karena pada bagian “identitas” sudah disebutkan
jenis genre-nya, yaitu analytical exposition. Bila pada bagian “identitas”
tidak disebutkan jenis genre-nya, pada bagian SK cukup ditulis salah satu
jenis genre, yaitu analytical exposition agar pembaca tahu bahwa

jenis genre yang dikembangkan adalah analytical exposition.
D. Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar (KD) adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai
peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan
indikator kompetensi dalam suatu pelajaran. Sebagaimana SK, KD juga
diambil dari SI yang terdapat dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006.
Jenis genre (report, narrative dan analytical exposition) dapat ditulis
semua seperti dalam contoh RPP di atas karena pada bagian “identitas”
sudah disebutkan jenis genre-nya, yaitu analytical exposition. Bila pada
bagian “identitas” tidak disebutkan jenis genre-nya, pada bagian SK cukup
ditulis salah satu jenis genre, yaitu analytical exposition agar pembaca
tahu bahwa jenis genre yang dikembangkan adalah analytical exposition.
E. Indikator

1.
2.
3.
4.
5.
1.

2.
3.
4.

Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau
diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu
yang menjadi acuan pengembangan materi ajar dan penilaian mata
pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan
menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur.
Dalam merumuskan indikator perlu diperhatikan beberapa ketentuan
sebagai berikut:
Rumusan indikator harus relevan dengan KD-nya;
Indikator harus dirumuskan dalam jumlah yang cukup untuk
menunjukkan ketercapaian kompetensi minimal dalam KD;
Indikator dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional
yang dapat diamati dan diukur;
Setiap satu rumusan indikator hanya memuat satu perilaku;
Rumusan indikator dibedakan dengan rumusan dalam penilaian.
Kesalahan umum yang sering dibuat oleh guru dalam merumuskan
indikator (dari suatu kompetensi dasar) adalah sebagai berikut.

Rumusan indikator tidak relevan dengan rumusan kompetensi
dasarnya;
Indikator dirumuskan secara tidak memadai dalam jumlah;
Rumusan indikator tidak terkait dengan kegiatan pembelajaran
bahasa;
Terdapat lebih dari satu perilaku dalam satu rumusan indikator;

5.
6.

1.
2.
3.
4.
5.

Indikator dirumuskan dengan menggunakan kata kerja yang tidak
terukur;
Guru tidak dapat membedakan antara rumusan indikator dan
bahasa evaluasi.

Berikut ini diberikan beberapa contoh indikator yang kurang tepat, yang
dirumuskan oleh guru.
Memahami makna teks bacaan naratif (kata kerja yang tidak
operasional dan tidak terukur);
Mengisi titik-titik dengan kata atau frasa yang tepat ( bahasa
evaluasi);
Menyebutkan dan menjelaskan makna ungkapan ( mengandung dua
perilaku);
Menyebutkan langkah-langkah membuat nasi goreng (di luar
kegiatan bahasa);
Menjelaskan fungsi sosial teks deskriptif (kognitif teoretik).
Di bawah ini diberikan contoh rumusan indikator yang benar untuk empat
keterampilan berbahasa, khususnya untuk teks monolog yang panjang
(longer monologue texts). Untuk jenis teks lain, seperti teks interpersonal,
teks transaksional, dan teks fngsional pendek, rumuan indikatornya (bisa)
berbeda.
1. Listening

Menunjukkan gagasan utama (main idea) suatu teks;
Menentukan tujuan teks;

Menyebutkan informasi rinci dalam teks, baik yang tersirat maupun
tersurat;
5.
Menjelaskan makna kata atau ungkapan tertentu dalam teks;
6.
Menunjukkan respons yang tepat sesuai dengan tuntutan dalam
teks;
7.
Memanfaatkan peranti kohesi (cohesive devices) untuk menjelaskan
hubungan antar elemen dalam teks.
8.
2. Reading
2.
3.
4.

Menunjukkan gagasan utama (main idea) suatu teks;
Menentukan tujuan teks atau penulis;
Menyebutkan informasi rinci dalam teks, baik yang tersirat maupun
tersurat;

4.
Menjelaskan makna kata atau ungkapan tertentu dalam teks;
5.
Menjelaskan rujukan (reference) yang ada dalam teks;
6.
Memanfaatkan peranti kohesi (cohesive devices) untuk menjelaskan
hubungan antar elemen dalam teks.
7.
3. Speaking
1.
2.
3.

1.
2.
3.

State the main idea of the speech;
Provide supporting details of the topic/idea;
Use appropriate words, phrases, or utterences to express the idea;


4.
5.
6.
7.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Use certain language system (grammar) to make well-formed
utterances;
Make use of appropriate cohesive devices to cretae a well-organized
speech;
Use appropriate gestures to accomplish the purpose of the speech;
Perform acceptable pronunciation to express understandable
utterences.

4. Writing
Express the main idea of the text;
Provide supporting details of the topic/idea;
Use appropriate words and phrases to express the idea;
Use certain language system (grammar) to make well-formed
sentences;
Make use of appropriate cohesive devices to create a well-organized
text;
Use appropriate mechanics to accomplish the purpose of the
speech.
Indikator-indikator di atas tidak disusun secara acak (randomly arranged)
melainkan disusun secara logis dengan mengikuti hukum alam
(sunnatullah) yang didasarkan pada psikologi gestalt. Oleh karena itu,
tidak logis (dan tidak direkomendasikan) apa bila ada guru menempatkan
indikator nomor 3.g (pronunciation pada speaking) pada urutan pertama,
menggantikan butir 3.a. (main idea).
Indikator dapat dirumuskan dengan mempertimbangkan minimal dua
sumber praktis, yaitu keterampilan mikro/makro berbahasa (Brown, H.
Douglas. 2004. Language Assessment:Principles and Classroom Prctice.
New York: Longman, halaman 121-122, 142-143, 187-188, dan 221) dan

standar kompetensi lulusan (SKL) yang dikeluarkan oleh pemerintah
menjelang ujian nasional (UN), di samping mematuhi hakikat berbahasa
yang terdapat dalam teori berbahasa mutakhir (dengan pendekatan
komunikatif).
F. Materi Ajar
Secara umum materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur
yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan
indikator pencapaian kompetensi. Khusus dalam pembelajaran bahasa
Inggris, materi ajar untuk keterampilan reseptif ( listening dan reading)
berbentuk teks yang diikuti dengan sejumlah exercises yang relevan
dengan rumusan indikator. Untuk materi ajar bahasa yang bersifat
produktif (speaking dan writing), materi ajar berupa the expected
texs yang dibuat oleh guru atau yang diambil dari sumber tertentu, yang
diikuti dengan langkah-langkah yang dilakukan untuk menghasilkan teks
tersebut. Di samping itu, materi ajar juga memuat penjelasan teoretis
secara singkat yang terkait dengan isi indikator kompetensi. Untuk
reading comprehension, misalnya, materi juga memuat penjelasan
tentang bagaimana cara menemukan main idea dalam suatu teks atau
paragraf, menunjukkan reference dalam suatu teks, dan menjelaskan


makna ungkapan dalam teks. Materi ajar tersebut hendaknya diambil dari
berbagai sumber pembelajaran yang variatif dan up to date.
Materi ajar dapat ditempatkan langsung pada bagian “Materi Ajar” (bila
volumenya tidak terlalu besar), tapi dapat pula ditempatkan pada
lampiran tersendiri (bila volumenya terlalu besar) yang merupakan bagian
tak terpisahkan dari RPP. Pada bagian “Materi Ajar” disebutkan bahwa
materi terlampir.
Kesalahan umum yang dibuat oleh para guru adalah sebagai berikut,
khususnya untuk RPP reading. Pada bagian “Materi Ajar” guru menuliskan:
(1) lihat LKS, atau (2) teks (recount), tanpa menunjukkan teks-nya, atau
(3) teks (recount), dengan menunjukkan teks-nya tetapi tidak
menyertakan exercisenya, atau (4) teks (recount), dengan menunjukkan
teks-nya yang diikuti dengan sejumlah exercise tetapi tidak ada
penjelasan tentang bagaimana exercise tersebut diselesaikan (penjelasan
teoretis).
G. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi
dasar melalui seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan
metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta
didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang
hendak dicapai pada setiap mata pelajaran.
Lepas dari berbagai istilah yang berbeda-beda yang ada dalam literatur,
seperti approach, method, technique, strategy, model, dan lain
sebagainya, disarankan agar pada bagian “Metode Pembelajaran” guru
menuliskan nama metode yang jumlahnya hanya satu, yang tidak
bersifat terlalu umum (pendekatan komunikatif, misalnya) dan terlalu
spesifik (tanya jawab, misalnya). Pemilihan “metode pembelajaran”
hendaknya yang mengandung langkah-langkah tertentu, yang akan
direalisasikn dalam bagaian “Prosedur Pembelajaran”. Contoh nama
metode yang dimaksud antara lain adalah inquiry-based teaching, role
play, jig-saw, focus group discussion, problem-based learning, dan projectbased learning.
Kesalahan umum yang dibuat oleh guru pada bagian ini adalah
menuliskan (1) nama “metode” yang terlalu umum, yang tidak memiliki
langkah-langkah yang konkret – seperti communicative approach,
contextual teaching and learning, dan cooperative learning ; atau (2) nama
“metode” yang terlalu spesifik, yang juga tidak mengimplikasikan adanya
langkah-langkah pembelajaran – seperti ceramah, tanya jawab,
demonstrasi, drilling, dan diskusi kelompok; atau (3) nama “metode” yang
sebenarnya merupakan tahapan pembelajaran – seperti three phase
technique.
H. Prosedur Pembelajaran
Pada bagian ini guru menuliskan prosedur pembelajaran yang pada
umumnya terdiri atas tiga fase utama, yaitu pendahuluan, kegiatan inti,
dan penutup. Fase pendahuluan dan penutup terdiri atas sejumlah

langkah yang jenis dan jumlahnya relatif sama untuk hampir semua
jenjang pendidikan dan mata pelajaran (lihat contoh RPP pada bagian 1 di
atas). Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan
pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan
memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam
proses pembelajaran. Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk
rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan
tindak lanjut.
Yang membedakan antara jenjang pendidikan satu dengan yang lain dan
mata pelajaran satu dengan yang lain adalah pada kegiatan inti. Di dalam
Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses dinyatakan
bahwa “Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses
eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi”. Namun demikian, kegiatan inti
harus mengakomodasi prinsip pembelajaran yang memberdayakan
peserta didik. Dikatakan bahwa “Pelaksanaan kegiatan inti merupakan
proses pembelajaran untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik”.
Langkah-langkah dalam kegiatan inti hendaknya mencerminkan metode
pembelajaran yang telah ditulis pada bagian “metode pembelajaran”.
Sebagai ilustrasi, apabila metode yang dipilih adalah role play, langkahlangkah dalam kegiatan inti harus merupakan langkah-langkah dalam role
play. Yang diperlukan oleh guru (juga oleh kita sebagai fasilitator) adalah
memperkaya diri dengan pengetahuan tentang “metode-metode”
pembelajaran tersebut.
Kesalahan umum yang terjadi saat ini adalah bahwa kegiatan inti
terdiri atas tiga tahap pembelajaran yang disebut eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi tanpa memandang keterampilan
berbahasa dan kompetensi yang hendak dikembangkan. Konon
sumber kesalahan tersebut adalah “instruksi” para pengawas
yang didasarkan pada Permendiknas No 41 Tahun 2007, yang
sebenarnya tidak mewajibkan hal itu.
Dalam kaitannya dengan tahap-tahap pembelajaran dalam kegiatan inti
(seperti eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi), kita memiliki pengalaman,
seperti “pre-reading, while-reading, dan post-reading”, “pattern, practice,
production”, “exposure, generalization, reinforcement, application”.
Bahkan saat ini kita juga memiliki “genre-based approach” yang terdiri
atas tahapan “building knowledge of the field, modelling of the text, joint
construction of the text, independent construction of the text”.
I. Media Pembelajaran
Media pembelajaran dipilih dan digunakan untuk memperlancar jalannya
pembelajaran. Contoh media pembelajaran adalah LCD projector, layar,
netbook, gambar, foto, dan lain sebagainya. Pemilihan media
pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan.

J. Sumber Belajar
Sumber belajar berupa referensi atau sumber lain yang menjadi rujukan
pengembangan RPP. Disarankan bahwa sumber belajar bersifat variatif
dalam jenis (materi cetak, materi rekaman, materi audio-visual, realia,
dll.) dan up to date. Pemilihan sumber belajar disesuaiakan dengan
kebutuhan.
K. Penilaian
Dalam konteks ini, ada dua macam penilaian, yaitu penilaian formatif
(assessment for learning) dan penilaian sumatif (assessment of learning).
Penilaian formatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada saat proses
belajar mengajar berlangsung. Fungsinya adalah untuk (1) memonitor
kemajuan belajar siswa, (2) memberikan feedback berdasarkan hasil
monitoring tersebut, dan (3) mengoreksi kesalahan siswa, bila ada.
Kegiatan-kegiatan pada butir (1) – (3) tersebut dipandu oleh “indikator”
kompetensi pembelajaran. Teknik yang digunakan dapat berupa
pengamatan, wawancara, unjuk kerja, portofolio, dan lain sebagainya.
Penilaian formatif TIDAK HARUS menghasilkan angka/nilai. Bila guru
menghendaki adanya angka/nilai, guru dapat melakukannya dengan
menggunakan format anecdotal records. Pada pertemuan-pertemuan awal
pembelajaran, sebaiknya guru menggunakan jenis penilaian formatif ini.
Penilaian sumatif adalah jenis penilaian yang dilaksanakan untuk
mengukur ketercapaian kompetensi pembelajaran oleh peserta didik,
sebagaimana ditunjukkan dalam bagiaan “indikator”; dan oleh karena itu,
target penilaian ini adalah diperolehnya indeks prestasi siswa yang berupa
nilai. Teknik penilaian yang lazim digunakan adalah tes, yang diberikan
paling tidak pada setiap akhir pembelajaran suatu KD.
Di dalam bagian “Penilaian”, guru hendaknya menuliskan butir-butir yang
terkait dengan pelaksanaan penilaian, yang mencakupi minimal (1) jenis
penilaian, (2) teknik penilaian, (3) alat penilaian – bila sumatif, (4) kunci
jawaban – bila sumatif, dan (5) rubrik penilaian – bila sumatif.