EKSPLOITASI PEKERJA PEREMPUAN DI PERKEBUNAN DELI SUMATERA TIMUR 1870-1930 - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR) BAB II Edit

31

BAB II
SUMATERA TIMUR TAHUN 1870-1930

A. Kondisi Geografis
Selama abad ke-17 sampai abad ke-19 Aceh dan Siak adalah dua kerajaan
terpenting di Sumatera. Kedua kerajaan ini dipisahkan oleh sejumlah negara
sungai kecil yang terletak di antara sungai Tamiang di Utara dan sungai Barumun
Panai di Selatan. Negara- negara sungai kecil ini disebut dengan negara- negara
Pantai Timur yang terdiri dari Tamiang, Langkat, Deli, Serdang, Batu Bara,
Asahan Kualu, Panai, dan Bila. 1 Negara-negara Pantai Timur ini diperebutkan
oleh kedua Kerajaan Aceh dan Siak. Mereka bergantian mengakui berdaulat atas
daerah tersebut.
Kesultanan Siak dan daerah-daerah taklukannya termasuk Negara- negara
Pantai Timur secara administrasi berada di bawah wewenang Residen Riau. Akan
tetapi pada tahun 1873 memisahkan diri menjadi Keresidenan Pantai Timur
Sumatera dengan Kota Bengkalis sebagai ibukotanya. Pada tanggal 1 Maret 1887,
kedudukan pemerintah ibukota Pantai Timur dari Bengkalis dipindahkan ke kota
Labuhan. 2 Seperti tercatat dalam sejarah bahwa Sumatera Timur dibagi atas 5
(lima) Afdeeling, salah satu di antaranya Deli dan Serdang, Afdeeling ini dipimpin

1

Beschr ijving van het eiland Sumtera 1824, Arsip Sumatra Westkust/SWK,
No. 144/11, Arsip Nasional Republik Indonesia. Lihat juga W.H.M. Schadee,
Geschiedenis van Sumatra’s Oostkust I (Amsterdam: Oostkust van SumatraInstituut, 1919), hlm. 30.
2

Reorganisatie en bestuurmiddelen in Oostkust van Sumatra , 1913, Arsip
Binnenland Bestuur , No. 725, Arsip Nasional Republik Indonesia. Lihat juga
Statsblaad van Nederlandsch Indie van het jaar 1887, No. 45.

32

seorang Asisten Residen yang beribukota di Medan. Keresidenan Sumatera Timur
terbagi atas 4 (empat) Onder Afdeeling yaitu Beneden Deli beribukota Medan,
Boven Deli beribukota Pancur Batu, Serdang beribukota Lubuk Pakam, dan
Padang Bedagai beribukota Tebing Tinggi. Masing- masing Onder Afdeeling
dipimpin oleh seorang Kontrolier . 3
Sumatera Timur membentang mulai dari titik batas di puncak Baisabukit
(dulu disebut Wilhelmina Gebergte) dan barisan bukit Simanuk-manuk.

Berangsur-angsur menurun dari Barisan Bukit Simanuk- manuk menyentuh pantai
timur Danau Toba, terus ke dataran rendah dan rawa-rawa sepanjang pantai Selat
Malaka. Luas Sumatera Timur 94.583 kilometer terletak di antara dua barisan
bukit yang merupakan bagian dari sistem Bukit Barisan yang membentang dari
Banda Aceh di utara sampai Tanjung Cina (Selat Sunda) di selatan dengan
panjang 1.650 km. 4
Secara geografis Sumatera Timur terletak di antara garis khatulistiwa dan
garis Lintang Utara 40 , berbatasan dengan Aceh di barat laut, dan Tanjung Cina di
Selat Sunda bagian Selatan. Sumatera Timur mempunyai iklim pantai tropik yang
sifat iklim mikronya dipengaruhi oleh topografi seperti daerah-daerah tanah tinggi
“Tumor Batak”, antara lain; dataran tinggi Karo, pegunungan Simalungun, dan
pegunungan Habisaran. 5
3

Binnenlandsch Bestuur, ibid.

4

Sumatra Westkust/SWK, op.cit ., no. 144/11.


5

Karl J. Pelzer, Toean Keboen dan Petani, Politik Kolonia l dan
Perjuangan Agraria di Sumatera Timur, 1863-1947 (Jakarta: Sinar Harapan,
1985), hlm. 31.

33

Daerah pantai rata-rata bersuhu 250 C maksimum 320 C, sedangkan di
daerah-daerah yang lebih tinggi suhu menurun mencapai 120 C dan berkisar antara
5,50 C dan 180 C.6 Curah hujan di Sumatera Timur rata-rata 2000 mm/tahun dengan
intensitas rata-rata 4,4 mm/jam.
Suatu ciri iklim yang penting di Sumatera Timur adalah angin yang
bertiup sangat kencang, terjadi pada bulan Juli sampai September. Angin bertiup
di sepanjang lembah- lembah sungai, turun dari Tumor Batak melalui zona kaki
pegunungan terus ke tanah-tanah rendah di Langkat. Angin ini dinamakan angin
Bohorok, suatu nama yang diambil dari lembah sungai Bohorok yang merupakan
anak sungai Wampu. Angin Bohorok menggantikan angin laut yang berhembus
ke pedalaman selama siang hari. Hembusan angin Bohorok yang sangat kencang,
menimbulkan kegersangan yang dapat menghancurkan tanaman.

Wilayah Sumatera Timur merupakan hutan belantara, namun dalam
beberapa dekade terbukti wilayah Sumatera Timur berubah menjadi salah satu
daerah penghasil komoditi ekspor tembakau terpenting di Hindia Belanda. Selat
Malaka sebagai jalur ekonomi yang strategis menghubungkan Asia-Eropa seperti
terlihat dalam gambar 2.1 di bawah ini. Daerah-daerah yang berada di sepanjang
Pesisir Pantai Sumatera dan Semenanjung Malaya menjadi incaran para
pengusaha Eropa untuk mengembangkan tanaman komoditas yang tengah laku di
pasaran dunia.

6

hlm. 72.

Lima Puluh Tahun Kota Medan (Medan: Jawatan Penerangan, 1959),

34

Gambar 2. 1. Peta Sumatera Timur yang letaknya sangat strategis, Tanpa Tahun

Sumber: Kartografi Indonesia Jilid 1, No Inventaris KG. 1, No.1312, ANRI.

Selain itu mutu tanah yang berada di Sumatera Timur memiliki prospek
untuk penanaman tembakau yang bernilai tinggi. Para pengusaha perkebunan
sangat menaruh perhatian kepada mutu tanah dalam mempertimbangkan lahan
untuk dikembangkan. Selama bertahun-tahun pengusaha-pengusaha perkebunan
membedakan mutu tanah di Sumatera Timur, untuk menentukan lahan mana yang
cocok ditanami tembakau sehingga dapat menghasilkan tembakau yang bermutu
tinggi.
Mutu dan harga tembakau tergantung kepada tanah tempat tembakau
ditanam, seperti terlihat dalam tabel 2.1.

35

Tabel 2. 1. Harga Rata-rata Tembakau Menurut Jenis Tanah di Sumatera Timur
Tahun 1893-1930
Jenis Tanah
Gulden per ½ kg
Dollar AS per
pon
A


B

Tanah-tanah lama
Debu dan tanah gembur liparitik

0,90

0,45

Tanah gembur dasitik

1,34

0,67

Liparitik-dasitik

1,51

0,75


Lahar dasitik-andesitik

1,70

0,90

Lahar dasitik

1,99

0,99

Liparitik

1,16

0,58

Dasitik-andesitik


1,81

0,90

Tanah-tanah baru

Sumber: Rein W. Van Bemmelen, The Geology of Indonesia (De Hague: van
Hove, 1949 ), hlm. 691.
Berdasarkan tabel tersebut di atas, tembakau yang ditanam baik di atas
tanah lama maupun di atas tanah baru liparitik mempunyai nilai mutu lebih
rendah, dibandingkan apabila ditanam di atas tanah yang berasal dari tanah dasitik
atau dasitik-andesik. 7 Tanah-tanah liparitik sangat asam, sebaliknya tanah-tanah
dasitik dan andesistik hanya memiliki sedikit keasaman dan mempunyai pH 6
sampai 6,7. Tanah yang subur inilah merupakan kunci untuk pertumbuhan daerah
perkebunan, sehingga menarik perhatian para pengusaha untuk membuka lahanlahan luas yang akan di tanami tembakau.

7

Tanah liparitik adalah endapan tanah gembur dari lahan vulkanik yang

berasal dari semburan gunung berapi dan memiliki tingkat keasaman yang tinggi.
Tanah dasitik-andesistik hampir sama dengan tanah liparitik hanya memiliki
keasaman lebih rendah. Lihat Rein W. Van Bemmelen, The Geology of Indonesia
(De Hague: van Hove, 1949 ), hlm. 691.

36

Ketika perkebunan-perkebunan pertama dibuka di atas lahan yang terletak
antara Sungai Wampu dan Sungai Ular, dapat menghasilkan tembakau yang
bermutu tinggi. Namun ketika penanaman tembakau dilakukan ke luar dari lahan
kedua sungai tersebut, hasil tembakaunya bermutu rendah. 8 Kesimpulannya
adalah bahwa tanah yang cocok untuk ditanami tembakau hanyalah di daerah
antara Sungai Wampu dan Sungai Ular, dan daerah-daerah tersebut hampir
seluruhnya berada di wilayah Deli, sebagian di daerah Langkat dan Serdang. 9

B. Kondisi Demografis
Penduduk Sumatera Timur dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu
masyarakat Melayu yang mendiami daerah pesisir pantai di Sumatera Timur dan
masyarakat Batak yang mendiami daerah pedalaman di Sumatera Timur. 10
Daerah yang didiami oleh penduduk Melayu terletak di sepanjang pantai

timur mulai dari Aceh sampai dengan Asahan. Mereka menghuni perkampungan
dekat hilir sungai. Penduduk tersebut merupakan keturunan para imigran Melayu
dari Jambi, Palembang, dan Semenanjung Malaya. Beberapa di antaranya
keturunan dari Minangkabau, Bugis, dan Jawa yang telah menetap di sepanjang

8

A. Hoynck van Papendrecht, Gedenkschrijft van de Tabak Maatschappij
Arendsburg, tergelegenheid van het 50-jarig bestaan , 1877-1927 (Rotterdam:
van Hove, 1972), hlm. 20.
9

Arsip Br ieven Gouvernments Secretaris/BGS, 5 Maret 1929, No. 418/A2,
Arsip Nasional Republik Indonesia. Lihat juga Arsip Commissoria l, 19 Nopember
1926, No. 31713, Arsip Nasional Republik Indonesia.
10

Beschr ijving de Battalanden op Sumatera Westkust 1843 , Arsip Sumatra
Westkust/SWK, no. 144/12, Arsip Nasional Republik Indonesia.


37

pantai. Penduduk Melayu terdiri dari 5 (lima) kerajaan (kesultanan) yaitu Langkat,
Deli, Serdang, Asahan, dan Kota Pinang. 11
Masyarakat Batak terdiri dari 2 kelompok yaitu Batak Karo dan Batak
Simalungun. Mereka mendiami daerah pedalaman Sumatera Timur yang terletak
di derah timur laut dan sebelah timur Danau Toba. Penduduk Batak Karo
mempunyai beberapa kerajaan yaitu Lingga, Suka, Sari nambah, Kuta buluh, dan
Barus Jahe. Masing- masing raja lokal ini menguasai sejumlah desa-desa, yang
secara bersama-sama terikat oleh adat yang membentuk kerajaan. Kekerabatan
dalam masyarakat Karo tradisional yang terpenting adalah marga, yang terdiri dari
Makaro Ginting, Sembiring, Perangin-angin, dan Tarigan.
Masyarakat tradisional

Batak Simalungun secara politik dapat dibagi

menjadi 7 (tujuh) kerajaan kecil yaitu Siantar, Tanah Jawa, Panei, Dolok, Raja
Panai, dan Silimaluta. Sistem kekerabatan orang-orang Batak Simalungun sama
dengan kelompok-kelompok Batak lainnya dengan penekanan pada marga. 12
Masuknya kekuasaan kolonial Belanda dan munculnya perkebunanperkebunan besar serta missionaris asing di Tapanuli dan Simalungun memiliki
dampak yang luas dan mendalam terhadap pola masyarakat tradisional. Pengaruh
Melayu yang kuat terdapat di daerah pemukiman Batak Karo, khususnya dalam
seni tari, musik, dan agama. Orang-orang Batak Karo mengindentifikasikan diri
sebagai orang Melayu setelah mengawini penduduk Melayu di daerah tersebut.
Mickel van Langenberg, ”Revolution in North Sumatra, Sumatra Timur
and Tapanuli, 1942-1950” (Ph.D. Dissertation, University of Sidney, 1977), hlm.
82.
11

Riddle, R.W, “ Ethnicity, Part and National Integration: An Indonesian
Case (PhD Tesis, University of Yale, 1970)
12

38

Masyarakat yang berbeda suku bangsa ini memiliki kontak terbatas hanya pada
perdagangan. Namun adanya ikatan perkawinan dan agama, mengakibatkan
terselenggaranya hubungan di antara kelompok masyarakat tersebut. 13
Pertumbuhan ekonomi yang cepat membawa perubahan besar dalam pola
tata guna lahan serta pola sebaran dan komposisi penduduk. Semakin banyak
jumlah perkebunan semakin bertambah pula jumlah tenaga kerja yang
didatangkan ke Sumatera Timur, sehingga dapat mempengaruhi jumlah
penduduknya. Keadaan masyarakat di perkebunan yang multirasial, terdiri dari
berbagai bangsa seperti, Asia (Jepang, India, dan Cina), Eropa (Belanda, Inggris,
Perancis, Belgia, Swiss, dan Jerman), Amerika, dan pribumi (Melayu dan Batak),
serta tenaga kerja dari Jawa. 14 Tenaga kerja yang dipekerjakan lebih banyak
dikerahkan dari luar daerah seperti Cina dari Straits Settlements, India, dan Jawa.
Hal ini menyebabkan tumbuhnya pemukiman-pemukiman baru, seperti tertera
dalam tabel 2. 2 yang menjelaskan bahwa jumlah penduduk di Sumatera Timur
semakin meningkat. 15 Pada tahun 1880 jumlah penduduk Sumatera Timur
berjumlah 118.755, naik menjadi 420.928 orang (naik 88%) pada tahun 1900.
Pada tahun 1905 penduduknya berjumlah 568.417 orang (naik 35%). Demikian
pula tahun 1915 penduduknya berjumlah 833.320 orang (naik 47%). Hampir

13

Karl J. Pelzer, op.cit., hlm. 42.

J. De. Waard, “De Oostkust van Sumatra”, Tijdscr ift voor Economische
Geographie, No 7, Juli 1934, hlm. 257.
14

15

Deli data 1863-1938 (Mededeeling van het Oostkust van SumatraInstitunt ), No. 26, hlm. 35.

39

semua penduduk baik penduduk Eropa, penduduk pribumi maupun penduduk
Cina bertambah jumlahnya, hanya penduduk Arab dan lainnya saja yang menurun
menjadi 14.320 orang.
Tabel 2.2. Penduduk Sumatera Timur Tahun 1850-1915.
Tahun

Eropa

Pribumi

Cina

Arab/Timur

Jumlah

Asing
1880

522

90.000

25.700

2.533

118.705

1900

2.097

306.035

103.768

9.028

420.928

1905

2.667

450.941

99.236

15.573

568.417

1915

5.200

681.800

132.000

14.320

833.320

Sumber: Deli data 1863-1938 (Mededeeling van het Oostkust van SumatraInstituut ), No. 26, hlm. 35.

C. Kondisi Sosial Ekonomi Tahun 1870-1930
Sebelum pengusaha-pengusaha Barat datang untuk membuka lahan perkebunan,
lahan vulkanik yang subur telah dimanfaatkan oleh masyarakat di daerah
sekitarnya, yaitu Batak Karo dan Melayu untuk menanam padi, cabai, dan
tembakau secara berselang-seling. 16 Sebagian besar penduduknya bermata
pencaharian sebagai petani yang dilakukan secara berhuma, yaitu bercocok tanam
dengan cara berladang di hutan-hutan.
Petani-petani ladang telah melakukan pembukaan dan pembakaran hutan
pada musim kering yang akan digunakan menanam umbi-umbian, sayur- mayur,
tebu, dan pisang. Pada musim hujan berikutnya, lahan tersebut akan digunakan
untuk menanam padi. Setelah penduduk mengenal tanaman lada, mereka
16

Anthony Reid (editor), Soematera Tempo Doeloe Da ri Marco Polo
sampai Tan Malaka (Jakarta: Komunitas Bamboe, 2010), hlm. 300.

40

memadukannya dengan sistem pertanian tradisional yaitu menanam lada secara
berselang-seling di antara tanaman ubi-ubian dan padi.
Lada merupakan tanaman yang relatif baru di Sumatera Timur, namun
sebaliknya di daerah Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Selatan lada merupakan
komoditi ekspor yang sudah lama ditanam. Pada awal tahun 1800 di wilayah
Sumatera Timur khususnya Deli, Langkat, dan Serdang mengalami panen besar
lada. Hal ini didukung oleh data statisik Penang bahwa pengiriman lada dari
Sumatera Timur meningkat dari 3000 pikul pada tahun 1814 menjadi 26.000
pikul pada tahun 1822. 17 Meningkatnya hasil ekspor lada menunjukan bahwa telah
dilakukan perluasan penanaman lada yang sangat besar di daerah tersebut. Lada
ditanam secara besar-besaran di wilayah Sumatera Timur khususnya Deli,
Langkat, dan Serdang.
Sejak saat itu Sumatera Timur menjadi daerah penting sebagai pasar bagi
barang-barang ekspor Penang terutama lada. Pulau Penang yang terletak di
Semenanjung Malaya telah dikuasai Inggris sejak tahun 1786, selain berfungsi
sebagai pintu masuk bagi pemasaran ekspor barang-barang industri Inggris, juga
menampung barang-barang produksi ekspor dari pelabuhan-pelabuhan di
Sumatera.
Kemampuan masyarakat di Sumatera Timur selain menanam lada juga
menanam tembakau yang sudah

dilakukan sebelum kedatangan pengusaha-

pengusaha perkebunan Barat. Hal itu sudah diketahui juga oleh orang Asing sejak

17

Karl J. Pelzer, op.cit., hlm. 20.

41

masa Anderson. 18 Pengamatan Anderson mengenai penanaman tembakau Deli
sangat penting karena tanaman inilah yang kemudian membuat Deli terkenal ke
seluruh dunia. Tembakau yang ditanam oleh orang-orang Melayu dan Batak
dilakukan dengan cara yang sangat sederhana. 19 Produksi dan ekspor tembakau
pada saat itu sudah mendekati produksi dan ekspor lada, sehingga Deli menjadi
suatu daerah makmur karena hasil lada dan tembakaunya. Tanaman tersebut
ditanam secara besar-besaran, karena merupakan komoditi ekspor terpenting.
Pada saat itu Deli berada di bawah pemerintahan Sultan Panglima
Pengedar Alam Syah. Sultan memperoleh penghasilan, dari cukai barang masuk
dan ke luar serta uang pabean lainnya yang diperkirakan berjumlah 4500 r inggit
burung20 atau sekitar 1000 dollar. 21 Jumlah penduduk Deli diperkirakan sekitar
18

Tanggal 1 Januari 1823 Sekretaris Gubernur Perusahaan Hindia Timur
Inggris di Penang, menugaskan Jhon Anderson untuk mensurvei Pantai Timur
Tamiang di Utara sampai ke Jambi di Selatan. Laporan Anderson mencakup
uraian tentang perjalanan dan gambaran Pantai Sumatera Timur yang dituangkan
dalam bukunya, Mission to the Eastcoast of Sumatra (London: Cornell University
Press, 1826), Ibid.
19

Mereka menaburkan bibit di persemaian kecil, kemudian mencabut dan
menanamnya kembali sesudah dua puluh hari dalam deretan kira-kira 2 (dua)
kubit (45,72 cm). Dalam waktu 4 (empat) bulan tembakau siap dipanen. Pada saat
berusia 2 (dua) bulan pucuknya dipotong agar daun-daunnya bertambah lebar.
Apabila tanaman itu telah mempunyai tujuh helai daun, para penanam mulai
memanen daun-daun tembakau tersebut. Tanda tembakau siap dipanen adalah
daunnya mulai layu dan berwarna kecoklat-coklatan. Daun-daun tembakau
dibiarkan disinari matahari selama empat hari kemudian dimasukan ke dalam
keranjang-keranjang kecil dan siap untuk dipasarkan. Lihat Mission to the
Eastcoast of Sumatra (London: Cornell University Press, 1826), hlm. 281.
20

Ringgit burung adalah rial Spanyol, 1 rial Spanyol sama dengan 8
shilling, 1 shilling sama dengan 30 du Belanda. Du atau Duit adalah mata uang
Belanda. 1 rial Spanyol adalah 240 du (8 x 30 du). 8 du Belanda adalah 1 stuiver
setara dengan 5 sen, berarti 1 sen adalah 1,6 du. 100 sen/1 gulden setara dengan
160 du. Jadi 1 rial Spanyol setara dengan 1,5 gulden. Lihat W. H. M. Schadee II,
op.cit ., hlm. 180.

42

3000 orang Melayu, dan penduduk suku Batak Karo yang tinggal di pedalaman
berjumlah 8000 orang. 22 Penduduk Batak Karo di wilayah Sunggal dipimpin oleh
Kepala Suku Batak Karo yang disebut Orang Kaya Sunggal. Hubungan Sultan
Deli dengan Orang Kaya Sunggal tidak pernah baik. Produksi ekspor di wilayah
Sunggal dijadikan sumber cukai oleh Sultan Deli sehingga di antara

mereka

sering terjadi pertikaian.
Kesultanan Deli membuka hubungan dengan dunia luar terutama Belanda,
untuk mengurangi pengaruh Kerajaan Aceh dan Siak. Perjanjian politik yang
pertama dengan Belanda ditandatangani pada bulan Agustus tahun 1862.
Perjanjian tersebut menentukan bahwa orang-orang Eropa tidak diperkenankan
masuk ke Deli tanpa persetujuan lebih dahulu dari residen. 23 Orang-orang Eropa
yang dimaksud adalah Inggris yang telah lebih dahulu mendirikan kantor pusat
perdagangan di Penang, bernama Perusahaan Hindia Timur Inggris. Inggris ingin
mendirikan serangkaian pos kecil di sepanjang pantai Sumatera Timur.
Pada tanggal 5 Maret 1863 perjanjian tersebut diperbaharui dengan
ketentuan bahwa orang-orang yang berdagang boleh masuk ke Deli tanpa izin.

21

Begroting van het Cultuurgebied der Oostkust van Sumatera , 1902-1932,
Arsip Binnenland Bestuur, No. 725, ANRI. Lihat juga Sumatra Post , 5 Mei 1923.
22

W.H.M. Schadee I, op.cit ., hlm. 29.

23

Pemerintah Inggris selain bertujuan untuk mencari keuntungan bagi
perniagaan mereka, juga bertujuan untuk mengurangi perselisihan yang banyak
terjadi di antara kerajaan-kerajaan kecil di wilayah tersebut. Inggris khawatir, jika
Belanda akan menjalankan praktek monopoli perdagangan di Sumatera Timur
yang terletak tepat di seberang Penang. Ibid.

43

Jika mereka bermukim lebih dari 3 bulan, sultan harus melapor kepada residen.
Hal ini membuka kesempatan kepada para peminat Eropa lainnya untuk
menanamkan modalnya di Deli.
Terbukanya kesempatan bagi para pengusaha Eropa untuk menanamkan
modalnya di Wilayah Sumatera Timur juga didukung oleh pemberlakuan UndangUndang Agraria tahun 1870. Undang-undang tersebut memberi peluang untuk
membuka lahan perkebunan seluas- luasnya di wilayah Sumatera Timur.
Pembukaan hutan belantara untuk dijadikan daerah perkebunan dimulai dari
daerah Deli, selanjutnya meluas ke daerah Serdang, Langkat, Simalungun, dan
Asahan. 24
Sejak berlakunya Undang-undang Agraria tahun 1870, peran pemerintah
dalam bidang ekonomi diserahkan kepada pihak swasta. Pengaruh swasta di
dalam sistem monopoli ekonomi

menjadikan peluang kesejahteraan rakyat

semakin menurun. Hal ini disebabkan seluruh kegiatan eksploitasi perekonomian
dimiliki oleh swasta dan tanah-tanah subur telah disewa oleh pengusahapengusaha swasta yang bergerak di bidang tanaman ekspor. 25
Dampak liberalisasi ekonomi menyebabkan perkembangan ekonomi di
kawasan tersebut semakin pesat. Wilayah Sumatera Timur selain membawa
keberuntungan bagi pengusaha-pengusaha Eropa dalam mengelola tanaman
ekspor, juga membawa dampak yang kurang menguntungkan bagi penduduk

24

Commissorial, op. cit ., no. 31713.

25

Ibid.

44

setempat. 26 Hal ini disebabkan pertama, proses produksi dan pemasaran
ditentukan oleh pemerintah kolonial, pengusaha, serta keluarga kerajaan yang
memberikan konsesi. 27 Sementara itu rakyat hanya berfungsi sebagai penyedia
tenaga kerja yang tidak memiliki kekuatan tawar-menawar untuk menentukan
besar kecilnya nilai dan hasil produksi.
Kedua, sistem penyewaan tanah yang berlaku

di Sumatera Timur

menimbulkan keresahan sosial bagi masayarakat di wilayah tersebut dan
berujung pada peristiwa perang Sunggal yang meletus pada tahun 1872. 28
Ketiga, Hubungan ekonomi antara kelompok elite perkebunan dan
masyarakat sekitarnya sangat minim, demikian pula hubungan sosial antara dua
masyarakat tersebut. Minimnya hubungan sosial ekonomi karena adanya
perbedaan yang mencolok dalam kehidupan antara masyarakat perkebunan dan
masyarakat sekitarnya. Hal ini menyebabkan masyarakat perkebunan hidup dalam
suatu enclave yang terpisah dari masyarakat sekitarnya.
Kecemburuan sosial dalam situasi tersebut tidak dapat dihindari di
kalangan masyarakat sekitar terhadap masyarakat perkebunan. Kecemburuan
sosial

muncul karena disatu sisi sebagian besar masyarakat hidup dalam

kemiskinan karena tidak memiliki tanah, di sisi lain pengusaha perkebunan
Indera, “Diversifikasi Usaha Deli Spoorweg Maatschappij: Studi Sejarah
Perusahaan di Sumatera Timur, 1883-1940” (Makalah, disampaikan dalam
Konferensi Nasional Sejarah VIII, Jakarta, 14-17 Nopember 2006), hlm. 2.
26

Bambang Purwanto, ”Menelusuri Akar Ketimpangan dan Kesempatan
Baru: Catatan tentang Sejarah Perkebunan Indonesia” dalam website
(http://sejarah.fib.ugm.ac.id /artdetail. Phpid, hlm.12), diunduh 31/8/2010 7:38
PM.
27

William O’Malley, “Indonesian in The Great Depression: A Study of
Jokyakarta and East Sumatra” (PhD Thesis: Cornell University, 1977), hlm.145.
28

45

menguasai puluhan sampai ratusan ribu hektar tanah. Kecemburuan sosial seperti
ini yang kemudian mudah dimanfaatkan oleh pihak anasir luar, untuk
memunculkan gerakan sosial yang dapat mengganggu stabilitas politik di wilayah
tersebut. 29

D. Perkembangan Lahan Pe rkebunan
Hal yang menarik minat penanam modal asing di Sumatera Timur khususnya
Deli, karena terdapatnya tanaman-tanaman ekspor. Elisa Netsher saat menjadi
Residen Riau, pernah berada di Deli pada bulan Agustus 1862. Pada saat di Deli,
dia mengumpulkan data mengenai perkembangan Ekonomi di daerah tersebut,
terutama dalam hubungan dagang antara Deli dan Semenanjung Malaya.30
Berdasarkan catatan Syahbandar (Menteri Bea dan Cukai Kesultanan Deli) yang
disiarkan lewat majalah Belanda bahwa angka ekspor selama 12 bulan, yaitu
ekspor lada 8300 pikul; rotan 2000 ikat dari 100 biji; 200 ekor kuda; 500 pikul
buah pinang; 300 pikul pala; 500 pikul tembakau; 500 pikul gambir; 400 pikul
getah perca dan getah mayang ; 300 pikul lilin; 250 pikul wajan, dan 400 pasang

29

Sistem penyewaan tanah di Sumatera Timur menimbulkan keresahan
sosial yang berujung pada peristiwa tahun 1872 yaitu meletusnya perang
Sunggal. Lihat William O'Malley, loc.cit .
30

Elisa Netscher ditugaskan ke Deli berdasarkan Besluit No. 2 tanggal 27
Maret 1862. Sampai tahun 1883 Kasultanan Siak dan daerah-daerah taklukannya
yaitu negara-negara Pantai Timur berada di bawah wewenang Residen Riau. Lihat
Anthony Reids, The Contest for North Sumarta: Atjeh, the Netherlands and
Britain 1858-1898 (London: Oxford University Press, 1969), hlm. 30.

46

gading gajah. 31 Namun pada saat itu jumlah tembakau yang ditanam penduduk
setempat terlampau kecil untuk diperdagangkan di pasaran internasional
Perkembangan ekonomi yang pesat terjadi pada tahun 1863, ketika Jacob
Nienhuys mengunjungi Pantai Timur Sumatera untuk pertama kali. Ia melihat
potensi wilayah yang dianggapnya cocok untuk tanaman tembakau dan segera
mengadakan penelitian daerah-daerah mana yang dapat menghasilkan tembakau
bermutu tinggi. Perkebunan tembakau sangat menguntungkan, mengingat mutu
tembakau Deli sudah dikenal di manca negara. 32 Oleh sebab itu pembukaan lahan
perkebunan tembakau dilakukan secara besar-besaran dan hasilnya diekspor ke
manca negara.

1. Jenis Tanaman
a. Tembakau
Deli

merupakan

sebuah

kasultanan

yang

berkembang

perkembangan perkebunan tembakau. Kualitas tembakau Deli

seiring

dengan

sangat bagus,

sehingga memiliki potensi pasar yang sangat besar. Perkembangan tanaman
tembakau yang sangat pesat menjadi daya tarik tersendiri bagi pihak yang ingin
menanamkan modalnya di Deli.

31

Ibid. Lihat juga Muhammad Said, Suatu Zaman Gelap di Deli: Koeli
Kontrak Tempo Doeloe dengan Derita dan Kemarahannya (Medan: Waspada,
1977), hlm. 20.
32

Berdasarkan Investasi modal dari manca negara, selain Belanda yaitu
Negara Amerika, Inggris, Perancis, Belgia, Swiss, Jerman, dan Jepang. Lihat tabel
4.

47

Keberhasilan usaha penanaman tembakau selain dipengaruhi oleh
kesuburan tanah,

juga

dipengaruhi oleh keadaan

iklim selama

masa

pertumbuhannya, seperti curah hujan, kelembaban, penyinaran dan suhu.
Walaupun tembakau yang ditanam sama, namun jika iklimnya berbeda maka
kualitas yang dihasilkan akan berbeda pula.
Tanaman tembakau dapat tumbuh pada dataran rendah maupun dataran
tinggi tergantung pada varietasnya. Ketinggian tempat yang paling cocok untuk
pertumbuhan tanaman tembakau adalah 0-900 mdpl. 33 Tanaman tembakau dataran
rendah, curah hujan rata-rata 2.000 mm/tahun, sedangkan untuk tembakau dataran
tinggi, curah hujan rata-rata 1500-3000 mm/tahun. 34 Lokasi untuk tanaman
tembakau sebaiknya dipilih di tempat terbuka, dan waktu tanam disesuaikan
dengan jenisnya. Suhu udara yang cocok untuk pertumbuhan tanaman tembakau
berkisar antara 21-32,30 C.
Tanaman tembakau (nicotianae tabacum) dapat dibedakan berdasarkan
jenisnya, yaitu tembakau musim kemarau/Voor-Oogst (VO) dan tembakau musim
penghujan/Na-Oogst (NO). Tembakau musim penghujan/Na-Oogst (NO),
merupakan jenis tembakau yang dipakai untuk bahan dasar membuat cerutu.
Tembakau jenis ini yang berhasil ditanam di Deli, oleh sebab itu terkenal dengan
nama tembakau Deli. Tembakau Deli merupakan tembakau terbaik untuk
pembungkus cerutu. Kadar nikotin yang terkandung di dalamnya relatif lebih

33

34

mdpl adalah meter dari permukaan laut

Listyanto, Budidaya Tanaman Nicotiana tabacum /Tembakau (Jakarta:
Alam Lestari Maju Indonesia , 2010).

48

rendah dari tembakau lain. 35 Tembakau Deli memiliki daun jenis elastisitas yang
sangat baik, sehingga menghasilkan daya bakar dan warna abu yang putih sebagi
ciri khas cerutu berkualitas tinggi.

b. Karet
Tanaman komoditi baru yang dapat menguntungkan pengusaha-pengusaha
perkebunan di Sumatra Timur adala karet. Karet adalah tanaman yang harus
dikelola dengan tenaga kerja dan modal besar. 36 Penanaman karet merupakan
alternatif

untuk pengalihan

lahan tembakau yang sudah selesai digunakan.

Namun sampai tahun 1900, di Sumatera Timur tidak ada perusahaan perkebunan
komersial karet. Tahun 1902 Deli Maatschappij baru memilki 5.000 pohon karet
di daerah Langkat, kemudian diperluas sehingga memiliki sekitar 21.000 jenis
karet ficus dan havea . Sebelumnya perusahaan Swis pada tahun 1899 mencoba
menanam 10.000 pohon karet, namun sebelum panen hasil pertama telah dua kali
berpindah tangan, yang akhirnya milik Sumatera Rubber Plantation Ltd . Periode
tahun 1899 sampai tahun 1905 penanaman karet hanyalah proyek percobaan.
Pada tahun-tahun pertama, perkembangan perkebunan karet belum
memberi hasil yang berarti. Pada tahun 1906 baru dilakukan perluasan
perkebunan karet. Hal ini karena tanah dan iklim di Sumatera Timur sangat cocok
untuk ditanami karet, sehingga meningkatkan penanaman modal asing yang
Maulidiana, N. “Identifikasi Sistem Budaya Tembakau Deli di PTPN II
Kebun Helvetia” (Deli: Universitas Sumatera Utara Repository, 2008), dalam
website diunduh tanggal 11 Nopember 2011.
35

36

Clifford Geertz, Involusi Pertanian . Proses Perubahan Ekologi di
Indonesia (Jakarta: Pradnya Paramita, 1978), hlm. 17.

49

berminat pada tanaman baru ini. Pada masa itu merupakan suatu periode yang
paling luar biasa dalam perkembangan sejarah perkebunan di Hindia Belanda,
khususnya selama dua dekade pertama, permintaan terhadap karet hasil produksi
perkebunan Sumatra Timur sangat meningkat di pasaran dunia. 37 Luas karet telah
meningkat dari 188.000 menjadi 255.500 hektar. 38
Pada tahun 1920 pemerintah Hindia Belanda dan para pengusaha
perkebunan benar-benar mulai menaruh perhatian kepada karet rakyat. Perhatian
pemerintah secara resmi yaitu pada tahun 1930 dengan didirikan Badan Rencana
Pembatasan Karet International (International Rubber Restr iction Scheme).
Campur tangan pemerintah Hindia Belanda sangat merugikan rakyat karena
adanya pembatasan penanaman karet untuk rakyat.

c. Sawit
Pada pertengahan tahun 1930 tanaman tembakau selain dialihkan pada
perkebunan karet juga dialihkan ke tanaman kelapa sawit. Penanaman kelapa
sawit dilakukan di atas tanah bekas perkebunan tembakau, yang terletak di atas
tanah-tanah liparitik. 39 Percobaan-percobaan komersial yang pertama untuk
penanaman kelapa sawit dilakukan oleh pengusaha Jerman, K. Schadt yang
menanam kelapa sawit di atas tanah konsesinya, yaitu di daerah Itam Ulu.

37

Ibid., hal. 118

38

Ann Laura Stoler, Kapitalisme dan Konfrontasi di Sabuk Perkebunan
Sumatera, 1870-1979 (Yogyakarta: Karsa, 1995), hlm.142.
39

Tanah-tanah lipar itik keasamannya tinggi dan cenderung sangat mudah
kena erosi karena sifatnya seperti pasir. Lihat Rein W. van Bemmelen loc. cit.

50

Kemudian pengusaha perkebunan dari Belgia Adrien Hallet, menanam kelapa
sawit di perkebunan Pulau raja dan Asahan.
Sebelum tahun 1911 pohon kelapa sawit ditanam semata- mata hanya
sebagai pohon hiasan di perkebunan-perkebunan. Iklim Sumatera Timur yang
sangat cocok menyebabkan perkembangan lahan kelapa sawit sangat pesat karena
dipicu oleh semakin tingginya konsumsi produk-produk minyak sawit yang
datang dari Eropa. Produk minyak sawit digunakan untuk berbagai produk seperti
minyak goreng, lemak/gemuk, margarine, deterjen, lilin dll. Minyak sawit
menjadi komoditi minyak makanan terbesar yang diperdagangkan di dunia.

d. Teh
Teh pertama ditanam pada sebidang tanah percobaan di perkebunan Rimbun di
Deli Hulu pada tahun 1898, tetapi proyek tersebut tidak diteruskan, karena tidak
mempunyai harapan untuk berkembang lebih baik. Namun komersial penanaman
teh di Sumatera Timur telah dibuktikan oleh seorang pengusaha perkebunana asal
Swis, A. Ris, sehingga

pada tahun 1910 modal Jerman dan Inggris turut

mengembangkan perkembangan teh di sekeliling Pematang Siantar. Pengusaha
perkebunan Handels Vereeniging Amsterdam turut mengembangkan perkebunan
teh setelah tahun 1918.
Perusahaan Inggris yang diwakili oleh Rubber Plantation Investment
Trust , telah memperoleh daerah konsesi dari raja-raja Simalungun terutama raja

Pematang Siantar dan Raja Tanah Jawa. 40 Penaklukan kerajaan-kerajaan kecil
40

Ibid., hlm. 77.

51

Simalungun pada tahun 1907, telah merintis jalan bagi perluasan perkebunan teh
ke tanah-tanah pegunungan Simalungun.
Perluasan area tanaman industri yang dimulai dengan penanaman
tembakau sampai dengan tanaman keras seperti karet, teh, rami/sisal, dan sawit
dapat dilihat pada gambar 2.2 di bawah ini. 41
Gambar 2. 2. Pertumbuhan Tanaman Industri di Perkebunan Sumatera Timur
Tahun 1864-1945

Sumber: Karl J. Pelzer, op.cit ., hlm. 228
2. Kontrak Tanah & Luas Perkebunan
Sebelum kehadiran para pengusaha perkebunan, pertanian berhuma adalah sistem
pertanian yang berlaku di Sumatera Timur. Suku Batak Karo sudah melakukan
penanaman jenis tanaman keras, seperti lada ke dalam perladangan mereka yang

41

Arsip AVROS, No. 309, Arsip Nasiolan Republik Indonesia.

52

terus berproduksi selama 15 sampai 20 tahun. Pada saat tanaman keras seperti
karet, kelapa sawit, sisal, dan teh mulai ditanam di Sumatera Timur, tiga penguasa
dari Langkat, Deli, Serdang, dan kepala-kepala distrik Batak Karo dan
Simalungun bagian pedalaman, telah menyerahkan setiap jengkal tanah miliknya
kepada para pengusaha perkebunan. Pihak pengusahalah yang menguasai seluruh
lahan tersebut dan menentukan cara penggunaannya, jenis panen yang ditanam,
dan cara-cara penanamannya. Apabila seorang petani menghendaki penanaman
pangan tetapi pihak pengusaha tidak mengijinkan, maka para petani harus
mentaati ketentuan tersebut. Terpaksa para petani menanam bahan pangannya
bermil- mil jauhnya dari pemukiman, sehingga menimbulkan penderitaan yang
luar biasa.
Kerajaan Deli adalah wilayah pertama yang membuka lahan

bagi

pengusaha-pengusaha perkebunan. Sultan menganggap daerah kekuasaannya
sebagai daerah pribadinya. Rakyat diizinkan membuka tanah dan menanaminya
sebanyak yang diperlukan untuk mendukung kebutuhan hidup mereka sendiri.
Sebagian besar tanahnya masih hutan belantara, siapapun dapat memperoleh tanah
tersebut jika pemohon bersedia membayar ganti sewa kepada sultan. Sebagai
imbalan atas izin yang diperoleh, pemohon diwajibkan menanami lahan tersebut.
Sultan Deli memberi konsesi-konsesi tanah dalam kontrak selama 12
tahun pertama, yang jangka waktunya berbeda-beda. Beberapa konsesi berlaku
untuk 99 tahun, yang lainnya berlaku untuk 70 tahun atau 75 tahun. 42 Sebuah
kontrak yang ditandatangani tahun 1870, menjelaskan bahwa pungutan sewa
42

Karl J. Pelzer, op. cit., hlm. 92.

53

bukan dikenakan pada seluruh konsesi melainkan hanya pada tanah yang benarbenar ditanami. Sesuai dengan hukum yang berlaku, sultan memberikan hak
kepada pengusaha perkebunan hanya untuk membuka dan menanami tanah
kosong. Pada masa itu penghasilan sultan tergantung kepada luas tanah yang
dikembangkan oleh pengusaha perkebunan, sehingga kontrak-kontrak itu merinci
luas tanah yang harus dibuka dalam jangka lima tahun. 43
Bukan hanya Sultan Deli yang menawarkan tanahnya kepada pemodal
Eropa,

melainkan

juga Sultan

Langkat.

Tahun 1871

Sultan

Langkat

mengkonsesikan tanahnya seluas 17.000 bau, 44 dan 20 buah perkebunan berdiri di
atas tanah tersebut.
Selama Sultan Deli memberikan konsesi-konsesi hanya dalam batas
wilayahnya sendiri, segala sesuatunya tampak lancar. Namun menjelang tahun
1871, sultan mulai menyewakan tanah yang terletak d i distrik-distrik Batak Karo
di luar wilayahnya. Kepala-kepala suku Batak Karo yang biasa disebut Datuk
Kepala Urung tidak mendapat bagian sehingga mereka menentang dengan cara
membakar bangsal-bangsal pengeringan yang penuh dengan tembakau. 45
Para kepala suku Batak Karo tidak keberatan terhadap pembukaan
perkebunan. Mereka keberatan terhadap penggunaan hak yang melanggar hukum
oleh Sultan Deli. Pertentangan tersebut dapat diselesaikan dengan cara membagi
43

Binnelandsch Bestuur , op.cit ., no. 1560

44

Bau adalah ukuran luas tanah, 1 bau sama dengan 7,0965 meter persegi
atau 0,79 ha.
45

T. Lukman Sinar, Perang Sungga l 1872-1895 (Medan: Percetakan
Perwira, 1987), hlm. 4.

54

konsesi-konsesi di wilayah Karo menjadi tiga (3) bagian yang sama yaitu,
sepertiga untuk sultan, sepertiga untuk kepala-kepala suku Batak Karo, dan
sepertiga lagi untuk para kepala desa di dalam lingkungan konsesi tersebut.
Tuntutan-tuntutan wilayah sengketa yang lain mulai timbul pada saat tanah
menjadi sumber penghasilan bagi para sultan dan menjadi tinggi nilainya daripada
sebelumnya. Pemerintah Belanda membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk
menentukan perbatasan tanah pada kerajaan-kerajaan kecil tersebut. Konsep
pemilikan tanah yang diperoleh, sebagai kondisi yang berkaitan dengan
munculnya keresahan masyarakat setempat. Alasannya, dalam hukum adat
Melayu tanah merupakan milik keturunan tertentu, sehingga konsep tradisional
mengenai tanah tidak dapat dialihkan kepada orang lain. 46 Hak Agaria penduduk
setempat telah diatur dengan tegas, bahwa para pengusaha perkebunan dilarang
memakai tanah yang digunakan untuk pemukiman, ladang, dan kebun buahbuahan terutama kebun lada dan kebun pala, yang letaknya berada dalam batas
suatu konsesi.

47

Tanah yang merupakan salah satu alat produksi pokok telah mengalami
liberalisasi, sehingga terbukalah kesempatan seluas-luasnya bagi swasta untuk
46
47

William O’Malley, loc. cit.

Hak perseorangan petani atas tanahnya dilindungi oleh apa yang disebut
dengan vervreemdingsverbod (larangan memindahkan hak atas tanah) diatur
dalam Staatsblad van Nederlansdsch Indie, No. 179 tahun 1875 yang menjelaskan
bahwa pemindahan hak atas tanah oleh orang Indo nesia asli kepada orang-orang
bukan Indonesia asli dinyatakan tidak sah. Demikian juga dalam hal penyewaan
tanah oleh orang Indonesia asli kepada orang-orang bukan Indonesia asli, terikat
kepada ketentuan perlindungan dan pengawasan. Lihat juga Staatsblad van
Nederlansdsch Indie, No. 163 tahun 1871.

55

membuka perusahaan perkebunan. Monopoli tanah oleh perusahaan perkebunaan
berlangsung terus menerus. Padahal konsesi-konsesi diberikan dengan syarat tidak
boleh mengusik lahan pertanian penduduk setempat yang sudah ada, dan hak-hak
penduduk lainnya.
Menjelang pertengahan tahun 1870 keinginan untuk mewujudkan kontrak
yang seragam untuk konsesi-konsesi tanah menjadi nyata. Kontrak yang seragam
diperlukan oleh semua konsesi pertanian. 48 Pada contoh kontrak No. 4 tanggal 27
Januari 1877 49 dinyatakan bahwa penduduk hanya diberi hak tanah yang sedang
digunakan untuk pemukiman, dan tidak diberikan tanah cadangan untuk
kelanjutan sistem pertanian huma. Kementerian Jajahan di Den Haag
menyarankan

supaya

contoh

kontrak

tersebut

diperbaharui,

sehingga

menghasilkan contoh kontrak dengan Keputusan No.1 tanggal 19 Oktober 1878,
pasal 6 yang menetapkan bahwa setiap penduduk harus diberi 4 bau (2,8 ha) tanah
untuk pertanian huma. Pada prinsipnya sebuah contoh kontrak harus menegaskan,
bahwa para pengusaha perkebunan tidak mengusik tanah yang benar-benar sedang
digunakan oleh penduduk setempat untuk berladang. Contoh kontrak tahun 1884
dan 1892 tidak lagi membatasi golongan penuntut yang sah, tetapi semua orang
yang bertani pada waktu itu beserta keturunannya mempunyai hak atas tanah yang
sedang digarapnya.

48

Kontrak yang seragam perlu dibuat dan bertujuan untuk melindungi hakhak agraria rakyat. Pengusaha perkebunan dilarang menggunakan tanah yang
sedang digunakan untuk pemukiman, dan hutan belukar yang akan digunakan
sebagai tanah cadangan untuk berhuma.
49

Karl J. Pelzer, op.cit ., hlm. 95.

56

Pada Kontrak Mabar-Delitua tanggal 11 Juni 1870 yang ditanda tangani
oleh Sultan Deli dan Deli Maatschappij , disepakati pembukaan lahan seluas
12.000 bau dalam waktu lima tahun. 50 Pada akhir jangka lima tahun Deli
Maatschappij memperoleh hak selama 99 tahun atas semua tanah yang sudah

dibuka dan ditanami. Kontrak lain yang disepakati pada tanggal 4 Desember 1869,
adalah Kontrak Polonia yang ditandatangani oleh Sultan Deli, yaitu hak konsesi
untuk membuka tanah antara sungai Deli dan Babura yang menjadi kota Medan
sekarang.
Pemberian hak dan konsesi menjadi alat yang ampuh bagi pengusaha
sebagai jaminan kepemilikan. Pengakuan kepemilikan ini baik bagi pemerintah
kolonial maupun penguasa tradisional merupakan salah satu dasar keberanian
pengusaha swasta untuk menanamkan modalnya dalam bentuk ekspansi
perkebunan. Pemberian konsesi memang diperlukan dalam melakukan eksploitasi.
Hak dan konsesi menjadi dasar pokok adanya jaminan akan kepastian hukum
yang jelas. Konsesi merupakan izin dari pemerintah dalam mengusahakan
kegiatan perekonomian yang pada umumnya disertai dengan syarat-syarat dan
batas waktu yang ditentukan. 51

3. Perusahaan Perkebunan
Sekelompok kecil kerajaan Pantai Sumatera Timur dan daerah taklukannya
menarik perhatian para pengusaha perkebunan, antara lain disebabkan pertama,
50

Memori van Overgave van het Bestuur over de Oostkust van Sumatera
1914, hlm. 62-71, Arsip Nasional Republik Indonesia.
51

Indera, op. cit., hlm.6.

57

berhasilnya kegiatan-kegiatan yang dirintis oleh Jacobus Nienhuys sehingga
memudahkan para pengusaha memperoleh tanah. Kedua kesuburan tanah yang
sangat baik, dan ketiga jarangnya penduduk sehingga tanah-tanah subur tersebut
tidak ditanami dan diolah. Tanah vulkanisnya yang subur sangat cocok untuk
budidaya tembakau, karet, dan kelapa sawit. Jumlah perkebunan yang tersebar di
atas lahan seluas 700.000 hektar adalah 265 perkebunan. 52
Sejarah perkebunan Deli dimulai ketika Jacobus Nienhuys pertama kali
membuka wilayah perkebunan di Sumatera Timur. Pada tanggal 6 Juli 1863 kapal
“Josephine” membongkar sauh di Kuala Sungai Deli dan pada kapal tersebut
terdapat Jacobus Nienhuys, wakil- wakil perusahaan dagang J.F. van Leeuwen &
Co (perusahaan tembakau Belanda di Surabaya), dan para pemilik kapal tersebut.

Selain itu juga terdapat seorang pangeran bernama Said Abdullah Ibnu Umar
Bilsagih yang menceritakan bahwa tembakau bermutu tinggi dapat ditanam di
Deli. Bersama dengan wakil perusahaan dagang J.F. van Leeuwen & Co , Jacobus
Nienhuys memutuskan untuk menemui pangeran ke Sumatera Timur. 53
Kegiatan pertamanya adalah memperoleh izin dari atasannya untuk
memindahkan kegiatan penanaman tembakau dari Jawa ke Sumatera. Ia segera
mengirim surat menguraikan pokok-pokok rencana untuk mendapatkan hak
tunggal membeli tembakau Deli yang dihasilkan oleh penduduk setempat.
Rencana lainnya ia akan menanami suatu daerah sebagai lahan percobaan seluas
75 hektar, dan ingin memperoleh wewenang membeli lahan seluas 300 hektar
52

Ann Laura Stoler, op. cit., hlm. 6.

53

Karl J. Pelzer, op. cit., hlm. 51

58

lainnya. Jacobus Nienhuys juga diberi wewenang mengupah pekerja-pekerja Cina
untuk menanam tembakau. Para buruh ini menerima uang muka selama satu tahun
yang sedang berjalan, dan perhitungannya diselesaikan setelah tembakau hasil
tanamannya diserahkan ke bangsal-bangsal pengeringan milik perusahaan.
Gambar 2. 3. Pembukaan lahan baru untuk membangun gudang pengeringan dan
rumah asisten

Sumber: KIT (Koninklijk Instituut voor de Tropen ) Sumatera Utara No 593/54,
No. Inventaris F.1, Arsip Nasional Republik Indonesia
Sejak awal dimulainya perkebunan, hasil produksi tembakau telah terjadi
kemajuan dan perkembangan yang sangat pesat. Tembakau yang dihasilkan pada
bulan Maret 1864 sangat memuaskan bagi van den Arend di Rotterdam dan
produksi tembakau meledak di pasaran Eropa. Sejak saat itu Deli dikenal sebagai
’Dollar Land’ dengan predikat sebagai penghasil daun pembungkus cerutu terbaik
di dunia yang dapat mengalahkan tembakau dari Brazil dan Cuba. 54

54

Erond L. Damanik, Sejarah Tembakau Deli (Pusat Studi Sejarah dan
Ilmu- ilmu Sosial: Lembaga Penelitian Universitas Negeri Medan), dalam website
(http://ipie3.wordpres.com/2008/12/18) diunduh tanggal 25 Nopember 2011.

59

Pada mulanya tembakau yang dihasilkan pada bulan Maret 1864 sangat
memuaskan bagi van den Arend di Rotterdam, namun pada panen berikutnya
mengalami kegagalan karena kekurangan modal. Jacobus Nienhuys kembali ke
negeri Belanda pada bulan Agustus 1867, dengan tujuan mencari pinjaman modal.
Pada tahun 1871, empat tahun setelah kepulangannya ke negeri Belanda
perusahaannya berkembang pesat. Terdapat 40 saham kesertaan orang Eropa di
perkebunan Deli seperti perkebunan Maryland (Marelan), Arhemia, Helvetica
(Helvetia), Poland (Polonia), Mariendal dan lain- lain, serta terdapat 15 proposal
yang telah menyatakan ikut bergabung. 55 Komoditas yang mereka tanam tidak
hanya tembakau tetapi telah meluas ke sektor lain seperti karet, kopi, lada, pala,
kelapa sawit, dan teh.
Wilayah perkebunan tidak lagi terkonsentrasi di Deli, tetapi telah meluas
ke kawasan lain seperti Langkat, Binjai, Serdang, Padang (Tebing Tinggi),
Siantar, dan Simalungun. Jumlah perkebunan meningkat dari 13 buah pada tahun
1873 menjadi 23 buah pada tahun 1874. 56 Hanya dalam kurun waktu satu tahun
saja 10 buah perkebunan telah berdiri di sana.

a. Deli Maatschappij
Pada masa perintisan Jacobus Nienhuys tidak berhasil meyakinkan Firma Pieter
van den Arend untuk berinvestasi di Deli. Ia harus berdikari sendiri mencari

55

Ibid.

56

Breman, op. cit., hlm. 26.

60

kreditor di Penang untuk memodali firmanya. 57 Masalah lain yang dihadapinya
adalah tenaga kerja yang sulit didapat. Oleh sebab itu ia mendatangkan pekerja
Cina yang sudah lama tinggal di Penang yang dikenal dengan “Laukeh ”. 58
Pada tahun 1865 dengan jumlah pekerja 88 orang Cina dan 23 orang
Melayu, kebun milik Jacobus Nienhuys dapat menghasilkan 189 bal tembakau
dengan mutu terbaik. Tembakau tersebut laku pada pelelangan di Rotterdam
dengan harga 149 sen per ½ kilogram. 59 Ia juga berhasil mengajak 2 (dua) orang
pedagang Belanda lainnya untuk bergabung yaitu P.W. Jansen dan C. G. Clemen.
Mereka berkongsi untuk membangun usaha pertembakauan di Deli dengan modal
permulaan f 10.000. Mereka juga mendapat tambahan konsesi tanah yang luas
tanpa uang sewa selama 99 tahun. Tanah tersebut terletak di antara sungai Deli
dan sungai Percut, memanjang sepanjang kampung Mabar hingga Deli Tua. Luas
tanahnya meliputi Mabar, Pulau Berayan, Gelugur, Kesawan, Sukaraja dan Sungai
Mati (Tebing Tinggi), Kampung Brau, dan Deli Tua. Kegiatan perkebunannya
meluas sampai ke hulu, ke Medan Putri di sepanjang jalan Serdang.
Konsesi tanah bebas sewa yang diberikan oleh sultan selama 99 tahun
tercatat dengan akta nomor 21 Januari 1868. Sultan sudah cukup puas menerima
pembayaran cukai import dan eksport, sebagai tambahan menerima pajak dari
setiap kuli yang didatangkan. 60 Begitu royalnya Sultan Mahmud menghadiahkan
57
58

Mohammad Said, op. cit ., hlm. 29.

Brieven Gouvernements Secretaris/BGS, op. cit., No. 418/A2.

59
60

Ibid., hlm.197.

Jan Breman, op. cit ., hlm. 28.

61

tanah secara cuma-cuma kepada pengusaha Belanda, sehingga dengan cara seperti
itu praktis ia sudah mencabut sendiri haknya sebagai sultan di wilayah perkebunan
Deli Maatschappij .

Pada tahun 1868 keuntungan yang diperoleh Jacobus Nienhuys lebih dari
100%, bahkan pada tahun 1869 hampir 200%. 61 Hal ini meyakinkan Bank
Nederlandsche Handel Maatschappij 62 di Belanda untuk memberi kredit, ketika

diketahui bahwa daun tembakau Deli bermutu tinggi. Dengan demikian berarti
penambahan modal sudah didapat, lahan yang luas sudah diperoleh, dan para
pekerja Cina yang dibayar murahpun sudah didatangkan dari Semenanjung
Malaya sebanyak 800 orang. P.W. Janssen sebagai penyokong utama sudah
memberikan tambahan modal, sementara J.T Cremer yang bekerja dan
berpengaruh di Nederlandsche Handel Maatschappij berhasil membangkitkan
animo bank tersebut dan hampir 50% dari seluruh saham dikuasainya. 63
Pada tanggal 28 Oktober 1869 Jacobus Nienhuys, P.W. Janssen, dan C. G.
Clemen, membentuk suatu perseroan terbatas yang dikenal dengan nama Deli
Maatschappij dengan P.W. Janssen sebagai direkturnya.

Deli Maatschappij

adalah perusahaan pertama di Deli atau di Hindia Belanda yang dikembangkan

61

Mohammad Said, op. cit., hlm. 32.

62

Nederlandsche Handel Maatschappij yang didirikan tahun 1824 di
Belanda adalah perusahaan milik kerajaan yang mentransformasikan diri menjadi
perusahaan investasi swasta. Kedudukan Nederlandsche Handel Maatschappij
merupakan setengah bank dan setengah perusahaan perkebunan, karena seluruh
perkebunan di Hindia Belanda telah dikuasainya. Lihat Geertz, op. cit., hlm. 85.
63

T.Volker, Van Oerbosch tot Cultuurgeibied (Medan: Deli Planters
Vereeniging /DPV, 1928), hlm. 13.

62

oleh para pedagang, para pemilik perkebunan. Pusahaan ini resmi berdiri pada
tanggal 1 November 1869 dengan akta tanggal 12 Januari 1870. Modal awal
sebesar f. 300.000 dan sebagian saham merupakan milik Nederlandsche Handel
Maatschappij. Tahun 1875 modal dinaikkan lagi menjadi f 500.000, tahun 1876

menjadi f 800.000, dan tahun 1889 kembali menjadi f 500.000. 64
Usaha Jacobus Nienhuys terus berkembang dan badan usaha tersebut
membawahi sekitar 75 daerah perkebunan di Sumatra Timur yang pengusahapengusahanya berasal dari mancanegara seperti Amerika, Inggris, Swiss, Belgia,
Jerman, dan Jepang.
Sepeninggal Jacobus Nienhuys, Deli Maatschappij dipimpin oleh J.T.
Cremer (1871-1873). Ia memprakarsai Persatuan Pengusaha Perkebunan Deli
(Deli Planters Ver eeniging) yang didirikan tanggal 23 April 1879. 65 Organisasi ini

mewakili pengusaha-pengusaha tembakau Sumatera Timur dalam menjalin
hubungan kerja, baik dengan penguasa-penguasa swatantra ( zelfbestuurders)
maupun dengan pemerintah Hindia Belanda. Urusan utama persatuan ini adalah
agraria, peraturan-peraturan perburuhan, serta pengimporan buruh dari Malaya,
Cina, dan Jawa.
J.T. Cremer adalah pegawai Nederla ndsche Handel Maatschappij di
Amsterdam, tahun 1868 pindah ke cabang Jakarta. Ia diangkat menjadi
adminstrateur (tuan kebun) untuk perkebunan Deli Maatschappij di Sumatera

Timur pada tahun 1871. Cremer banyak berjuang untuk kepentingan maskapai
64

Enscyclopedi van Nederlandsch Indie, op. cit., hlm. 580.

65

Ibid, hlm. 578.

63

tersebut. Ia juga yang mendatangkan banyak pekerja Cina baik langsung dari
Tiongkok maupun dari Semenanjung Malaka. Setelah menjadi menteri jajahan ia
menjadi pemegang kunci dalam mempertahankan poena le sanctie.
Deli Maatschappij adalah perusahaan perkebunan yang mengutamakan

perhatian pada tembakau, bahkan sejarahnya merupakan penghasil tembakau
gulung pembungkus cerutu yang

terkenal di Sumatera Timur.

Penanaman

terhadap tanaman bidang pertanian tropik lainnya tetap dilakukan, seperti kopi
tahun 1880-1891, serta cokelat dan rami tahun 1879-1884. Setelah krisis
tembakau tahun 1901, Deli Maatschappij mengalihkan perhatiannya pada karet
dan mempunyai 20.000 hektar perkebunan karet dalam keadaan menghasilkan.
Pada tahun 1870 perkebunan Deli Maatschappij meluas sampai ke Hulu,
di sepanjang jalan Serdang beberapa kebun di buka dengan berbagai nama.
Tanaman tembakau sudah memiliki 120.000 bibit, dan 2000.000 pohon sudah
ditanam di ladang- ladang seluas 5.000 bau (3.500 hektar), di samping itu juga
telah ditanam 30.000 pohon pala dan 16.000 pohon kelapa. Menginjak tahun
1873 luas lahan perkebunan yang ditanami 26.000 bau, terdiri atas tiga
perkebunan dengan jumlah tenaga kerja 1. 525 orang sebagai tenaga kerja
kontrak, dan 358 orang tenaga lepas. 66
Di bawah kepemimpinan J.T. Cremer, Deli Maatschappij berkembang
menjadi perusahaan besar. Produk