D ADP 1201639 Chapter5

278

BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

A. Simpulan
Berdasarkan temuan lapangan yang sudah dijelaskan di Bab IV,
disimpulkan bahwa instansi pemerintah yang menerapkan PK-BLU belum
menetapkan seluruh kebijakan tentang manajemen pembiayaan dan
implementasi hasil riset dalam rangka mencapai visi dan melaksanakan misi
organisasi. Walaupun setiap instansi pemerintah yang menerapkan PK-BLU
secara regulasi dapat memanfaatkan fleksibilitas manajemen pembiayaan riset
sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005
Tentang Badan Layanan Umum, namun instansi pemerintah yang
menerapkan PK-BLU baru dapat menetapkan kebijakan tentang kriteria
seleksi proposal riset; pola kerjasama dalam perencanaan kebutuhan riset dan
pengelolaan alih teknologi hasil riset; mekanisme monitoring, evaluasi dan
pelaporan penggunaan biaya riset; dan pengelolaan alih teknologi hasil riset.
Namun demikian, instansi pemerintah yang menerapkan PK-BLU belum
menetapkan kebijakan tentang standar biaya dan komponen pembiayaan riset;
pola kerjasama dalam komersialaisasi hasil risetdan pengelolaan dampak

komersialisasi hasil riset.
Fleksibilitas BLU dan PTN-BH belum dimanfaatkan instansi pemerintah
yang menerapkan PK-BLU untuk menentukan standar biaya khusus dalam
aktivitas riset, baik dalam pengelolaan biaya riset yang bersumber dari
internal maupun eksternal. UNS, UPI, dan BPTP sebagai lembaga pelaksana
riset masing-masing sudah menetapkan kebijakan standar dan kriteria seleksi
proposal riset yang berlaku secara internal. Sementara LPDP sebagai
lembaga pemberi biaya riset sudah menetapkan kebijakan

standar dan

kriteria seleksi proposal riset yang berlaku secara intenal dan eksternal.
Keempat instansi pemerintah masih menggunakan standar biaya umum
yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.UNS sebagai perguruan tinggi

Mohammad Sofwan Effendi, 2015
MODEL MANAJEMEN PEMBIAYAAN DAN IMPLEMENTASI HASIL RISET PADA INSTANSI PEMERINTAH
YANG MENERAPKAN PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM (PK-BLU)
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu


279

dengan status BLU dan UPI sebagai PTN-BH belum menetapkan kebijakan
standar biaya khusus untuk pembiayaan riset. Begitu juga BPTP dan LPDP
sebagai lembaga yang menerapkan PK-BLU belum menetapkan kebijakan
standar biaya dan komponen pembiayaan riset.
Implementasi kebijakan dan pola kerja sama pengelolaan riset antara
UNS dan UPI dengan mitra riset tidak mengalami hambatan dari segi regulasi
pemerintah, karena mempunyai fleksibilitas dalam pengelolaan pendanaan
dan dapat memotong siklus normal pengelolaan keuangan negara, khususnya
tentang PNBP, namun masih terbatas pada perencanaan kebutuhan riset
institusi dan pengelolaan alih teknologi hasil riset dengan tingkat kesiapan
teknologi (TKT skala 6). Artinya belum sampai pada tingkat komersialisasi
hasil riset ke ranah industri yang langsung menunjang pembangunan
ekonomi Indonesia (TKT skala 9) dan pengelolaan dampak komersialisasi
hasil riset berupa royalti.
Pembobotan aspek administrasi pembiayaan dan aspek substansi riset
dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi riset belum seragam di instansi
pemerintah PK-BLU, dan cenderung difokuskan pada aspek substansi riset,
sehingga dalam mekanisme pelaporan penggunaan pembiayaan riset

dipandang kurang akuntabel.
Unit khusus yang dibentuk di instansi pemerintah PK-BLU untuk alih
teknologi hasil riset belum mampu berperan sebagai inkubasi bisnis atau unit
transfer teknologi yang merupakan media bisnis ke arah start up company
atau spin-off company. Sementara LPDP sebagai lembaga pemberi dana riset
mengarahkan seluruh hasil riset yang dibiayai dalam bentuk RISPRO ke
tahap alih teknologi paten atau bentuk kekayaan intelektual lainnya.
Kebijakan komersialisasi hasil riset oleh perguruan tinggi BLU belum
mampu memenuhi harapan perguruan tinggi untuk mengkomersialkan hasil
risetnya dalam bentuk spin-off university, start-up company, atau joint
venture. Hal ini menunjukkan belum sinkronnya kebijakan BLU yang
mengatur fleksibilitas manajemen pembiayaan perguruan tinggi dengan
kebijakan PNBP. Misalnya, UPI sebagai

PTN-BH belum optimal

Mohammad Sofwan Effendi, 2015
MODEL MANAJEMEN PEMBIAYAAN DAN IMPLEMENTASI HASIL RISET PADA INSTANSI PEMERINTAH
YANG MENERAPKAN PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM (PK-BLU)
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu


280

memanfaatkan

fleksibilitasnyauntuk

menentukan

standar

manajemen

komersialisasi yang mampu memenuhi kebutuhan industri dan/atau
masyarakat. Sementara UNS dan BPTP sebagai instansi BLU terkendala oleh
regulasi keuangan negara dalam komersialisasi hasil riset ke tingkat industri
masal.
Sesuai regulasi perguruan tinggi dengan status PTN-BH dan status BLU
mempunyai kewenangan untuk menentukan tarif layanan riset dan dampak
komersialisasi produk dalam bentuk royalti. Namun demikian, UPI dengan

status PTN-BH belum menetapkan tarif layanan internal royalti riset, di pihak
lain UNS dan BPTP yang berstatus BLU sudah menetapkan tarif layanan
royalti riset.

B. Implikasi
Model manajemen pembiayaan dan implementasi hasil riset pada instansi
pemerintah yang menerapkan PK-BLU mempunyai implikasi positif bagi
lembaga pemberi bantuan dana riset, lembaga riset, dan mitra riset, serta bagi
bangsa Indonesia secara keseluruhan. Penjelasan implikasi untuk setiap
lembaga adalah sebagai berikut.
1. Bagi Lembaga Pemberi Bantuan Dana Riset
a.

Standardisasi seleksi proposal dapat meningkatkan kualitas proposal
riset yang diterima dari lembaga riset;

b.

Standardisasi besaran biaya dan komponen pembiayaan riset dapat
memudahkan verifikasi biaya riset yang diberikan kepada periset;


c.

Pola kerja sama riset dengan mitra industri dapat meningkatkan
pembiayaan riset secara keseluruhan sehingga mampu menghasilkan
produk riset yang lebih berkualitas;

d.

Mekanisme

monitoring

dan

evaluasi

pelaksanaan

riset


dan

penggunaan dana riset yang efektif dapat meningkatkan efektivitas
riset dan akuntabilitas penggunaan dana riset;
e.

Komersialisasi hasil riset dapat meningkatkan pendapatan lembaga
pemberi bantuan dana riset secara finansial berupa royalti.

Mohammad Sofwan Effendi, 2015
MODEL MANAJEMEN PEMBIAYAAN DAN IMPLEMENTASI HASIL RISET PADA INSTANSI PEMERINTAH
YANG MENERAPKAN PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM (PK-BLU)
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

281

2. Bagi Lembaga Riset
a.


Standardisasi seleksi proposal dapat meningkatkan kualitas proposal
riset baik yang diajukan kepada lembaga riset internal maupun kepada
lembaga pemberi bantuan dana riset;

b.

Standardisasi besaran biaya dan komponen pembiayaan riset dapat
meningkatkan produktivitas riset melalui perolehan hibah atau
bantuan pembiayaan riset dari lembaga pemberi bantuan dana riset;

c.

Pola kerja sama riset dengan lembaga pemberi dana riset dan mitra
industri dapat meningkatkan pembiayaan riset dan menumbuhkan
minat periset untuk meningkatkan kesiapan teknologi hasil riset
dan/atau tingkat kesiapan inovasi produk riset ke arah komersialisasi
atau implementasi;

d.


Mekanisme

monitoring

dan

evaluasi

pelaksanaan

riset

dan

penggunaan dana riset yang efektif dapat meningkatkan efektivitas
riset dan akuntabilitas penggunaan dana riset;
e.

Pengelolaan alih teknologi hasil riset yang efektif dapat meningkatkan
produktivitas riset khusunya bagi kelompok periset yang mempunyai

hak kekayaan

intelektual dapat dijamin dan dihargai baik secara

akademik maupun secara finansial;
f.

Komersialisasi hasil riset dapat meningkatkan pendapatan lembaga
riset secara finansial berupa royalti atau tumbuhnya industri pemula
(star-up company) lingkungan lembaga riset dan spin off company,
dan joint venture di lingkungan lembaga riset.

3. Bagi Mitra Riset
a.

Pola kerja sama riset dengan lembaga riset dan lembaga pemberi dana
riset dapat meningkatkan pembiayaan riset secara keseluruhan
sehingga mampu menghasilkan produk riset yang lebih berkualitas;

b.


Komersialisasi hasil riset dapat meningkatkan kualitas proses atau
produk di lingkungan mitra riset karena produk riset mengarah

Mohammad Sofwan Effendi, 2015
MODEL MANAJEMEN PEMBIAYAAN DAN IMPLEMENTASI HASIL RISET PADA INSTANSI PEMERINTAH
YANG MENERAPKAN PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM (PK-BLU)
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

282

mempunyai tingkat kesiapan teknologi yang tepat dan mampu
mendorong inovasi hasil riset.

4. Bagi bangsa Indonesia
a.

Pengelolaan alih teknologi hasil riset yang efektif berupa kekayaan
intelektual dalam bentuk paten atau kekayaan intelektual lainnya
mampu meningkatkan tingkat produktivitas nasional dan tingkat
inovasi nasional;

b.

Komersialisasi hasil riset dapat meningkatkan kualitas produk riset
dan produktivitas nasional yang mampu bersaing di tingkat
internasional;

c.

Tumbuhnya industri pemula (star-up company) dan spin-off company
dan joint venture berbasis riset akan berdampak pada penguatan
ekonomi nasional.

Tabel berikut menggambarkan hubungan implikasi ketujuh komponen
pembahasan riset bagi lembaga pemberi bantuan dana riset, lembaga riset,
mitra riset, dan bangsa Indonesia.
Tabel 5.1, Implikasi model manajemen pembiayaan dan implementasi
hasil riset.
Komponen
Lembaga
Lembaga
Lembaga
Bangsa
Pemberi
Riset
Mitra Riset Indonesia
Bantuan
Impilkasi Dana Riset
Standar seleksi


X
X
proposal riset
Standar biaya dan


X
X
komponen
pembiayaan riset
Pola kerja sama



X
riset
Mekanisme
monitoring dan


X
X
evauasi
Alih teknologi
X

X

hasil riset

Mohammad Sofwan Effendi, 2015
MODEL MANAJEMEN PEMBIAYAAN DAN IMPLEMENTASI HASIL RISET PADA INSTANSI PEMERINTAH
YANG MENERAPKAN PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM (PK-BLU)
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

283

Komponen

Lembaga
Lembaga
Pemberi
Riset
Bantuan
Impilkasi Dana Riset
Komersialisasi


hasil riset
Dampak
komersialisasi


hasil riset
√ = Mempunyai Implikasi
X = Tidak Mempunyai Implikasi

Lembaga
Mitra Riset

Bangsa
Indonesia









C. Rekomendasi
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang disajikan dalam Bab
IV, direkomendasikan untuk penyempurnaan kebijakan dan implementasi
manajemen pembiayaan dan implementasi hasil riset pada instansi
pemerintah yang menerapkan PK-BLU, sebagai berikut.
Pertama,pemerintah dalam hal ini Menteri Keuangan agar mengkaji
ulang PP 23/2005 tentang Badan Layanan Umum (BLU) dalam rangka
sinkronisasi kebijakan alih teknologi hasil riset dan komersialisasi hasil riset
di lingkungan perguruan tinggi yang menerapkan PK-BLU agar mampu
meningkatkan hilirisasi hasil riset dalam bentuk lisensi atau kerja sama (start
up company, spin-off company, dan joint venture).
Kedua, pemerintah dalam hal ini Menteri Riset, Teknologi, dan
Pendidikan

Tinggi

agar

menetapkan

Tingkat

Kesiapan

Teknologi

(Technology Readiness Level) dan Tingkat Kesiapan Inovasi (Innovation
Readiness Level) sebagai acuan kebijakan hilirisasi hasil riset.
Ketiga, pemerintah dalam hal ini Menteri Keuangan dan Menteri
Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi merumuskan kebijakan pembiayaan
riset dalam bentuk block grantuntuk jangka waktu pelaksanaan riset yang
efektif.

Mohammad Sofwan Effendi, 2015
MODEL MANAJEMEN PEMBIAYAAN DAN IMPLEMENTASI HASIL RISET PADA INSTANSI PEMERINTAH
YANG MENERAPKAN PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM (PK-BLU)
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

284

Keempat, lembaga riset dan PTN BLU dapat menerapkan model
manajemen pembiayaan dan implementasi hasil riset sebagai bagian di
kebijakan dan manajemen riset di lingkungannya.

Mohammad Sofwan Effendi, 2015
MODEL MANAJEMEN PEMBIAYAAN DAN IMPLEMENTASI HASIL RISET PADA INSTANSI PEMERINTAH
YANG MENERAPKAN PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM (PK-BLU)
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

[Type text]