Penatalaksanaan Mouth Preparation Pada Anak Dengan Kelainan Jantung Bawaan Non Sianotik Tipe Dap(Duktus Arteriosus Persisten) Di Bawah Anestesi Unum.

din
ennian I-Imiah Nasional PV
g
MDQ- wDoMer Gigai A bak
r

Indonesia

PEN ATALAKSAN AAN MOUTH PREPARATI ON
PADA ANAK DENGAN KELAI NAN JANTUNG
BAW AAN N ON SI AN OTI K TI PE DAP( DUKTUS
ARTERI OSUS PERSI STEN )
DI BAW AH ANESTESI UMUM

kontinu ( nachinery murmur) yang khas untuk dukes arteriosus di daerah
1
subklavikila kiri.
DAP terbagi menjadi tiga bagian, yaitu DAP kecil, DAP seclang
dan DAP besar. Penderita DAP beresiko terhadap endokarditis
bakterialis oleh karena itu perlu dilindungi terhadap endokarditis
bakterialis. Enclokardlitis bakterialis biasanye tejadi pada duktus

1
arteriosus persisten kecil dan jarang pada duktus yang besar. ’
Endokardtis bakterialis disebabkan oleh irrfeksi bakteri pada katup
jantung atau enclokardium, streptokokus oral seperti S. sarguis dan
S. mitis merupakan organisme yang paling sering menyebabkan
2
endokardtis bakterialis. Dalam bidang kedokteran gigi, endokarditis
bakterialis erat kaitannya dengan infeksi gigi. Gigi sering ditemukan
dalam keadaan buruk akibat gangguan perkemaangan email. Sering
pula terdapat hipertrofi gingiva clan lidah menunjukkan gambaran peta
2
(geographic tongue). Sebelum perawatan gigi dilakukan, upaya untuk
rnencegah endokarditis bakterialis adalah dengah pemberian antibiotik
3
profilaksis. Hal ini disebabkan karena pada beberapa obat jantung
mengandung gula. Pemberian,fissure sealant pada gigi anak, pemberian
fluor, konseling diet dan instruksi pembersihan gigi dan mulut yang
balk dan benar sangat penting dalam meningkatkan kualitas, hiclup anak.6
Oleh sebab itu, peranan dokter gigi sangat diperlukan dalam upaya
4

pencegahan komplikasi ini .
Tahapan perawatan yang diberikan dalam kasus ini meliputi
persiapan pra bedah, pemberian obat premedikasi, pemberian obat
anestesi umum, penatalaksanaan mouth preparation dan perawatan
pasca bedah.

I skandar Biantoro, Syarief Hidayat,
Willyznt i Suwondo dan Kirana L. Gunawan
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

ABSTRAK
Penyakit jantung Bawaan (PJB) merupakan kelainan bawaan
yang ditandai abnormalitas struktur jantung dan dikelompokkan menjadi
tipe sianotik dan asianotik. Tipe Duktus Arteriosus Persisten (DAP)
merupakan kelainan jantung bawan tipe asianotik dengan pirau kiri ke
kanan, dengan tidak terdapat penutupan duktus arteriosus. Seperti
halnya kelainan jantung kongenital lainnya, komplikasi fatal sering terjadi
pads DAP antara lain endokarditis infektif/endokarditis bakterialis yang
berhubungan erat dengan infeksi gigi. Penatalaksanaan pada bidang
kedokteran gigi penting dilakukan untuk mencegah tedadirrya endokarditis

bakterialis. Perawatan pads pasien ini meliputi persiapan pra bedah,
pemberian obat premedikasi, pemberian obat anestesi umum,
penatalaksanaan mouth preparation di bawah anestesi umum dan
perawatan pasca bedah.

TINJAUAN PUSTAKA
Kata kunci: duktus arteriosus persisten, endokarditis bakterialis,
penalaksanaan gigi clan mulut
PENDAHULUAN
Duktus Arteriosus Persisten (DAP) adalah duktus arteriosus
yang tetap terbuka setelah bayi lahir. Kelainan ini sangat jarang
ditemukan pada orang dewasa dan sering ditemukan pada bayi yang
lahir secara prematur. Bilia oksigenasi darah arteri pasca lahirr tidak
memadai maka penutuparn duktus arteriosus persisten tertunda atau
tidak terjadi. DAP tidak memberikan gejala, dengan jantung mormall
disertai impuls apikal hiperdinamik. Pada auskultasi terdengar bising

58

PROSIDING PIN IDGAI 4


i

Duktus Arteriosus Persiten (DAP) adalah duktus arteriosus yang
letap terbuka setelah bayi lahir. Kelainan ini merupakan 7% dari seluruh
penyakit jantung bawaan. Kelainan ini sangat jarang ditemukan pada
orang dewasa dan sering ditemukan pada bayi yang lahir secara prematur.
Bila oksigernasi darah arteri pasca lahir tidak memadai maka penutupan
1,5
duktus arteriosus persisten tertunda atau tidak terjadi. . DAP biasanya
tidak memberikan gejala. Bentuk jantung norrmal/tidak membesar
5
disertai impuls apikal hiperdinamik . Kadang teraba getaran bising di ri
1,5
.sela iga II lkiri sternum. Pada auskultasi terdengar bising kontinu
(machinery murmur) yang khas untuk duktus airteriosus di daerah
1,5
subklavikula kiri. DAP terbagi menjadi tiga bagkian, yaitu DAP kecil,
1
DAP sedang dan DAP besar.


PROSIDING PIN IDGAI 4

59

Penyakit jantung bawaan dapat diklasifikasikan menjadi dua
kelompok, yakni penyakii jantung bawaan sianotik dan non sialotik.
Jumlah pasien penyakit jantung bawaan non sianotik jauh lebih besar
daripada yang sianotik. 1 penyakit Jantung Bawaan (PJB) non sianotik
merupakan bagian terbesar dari seluruh penyakit jantung bawaan. sesuai
dengan namanya, pada pasien penyakit jantung bawaan non sianotik ini
tidak ditemukan gejala atau tanda sianosis. Ada dua kelompok
penyakit jantung bawaan non sianotik bergantung pada ada tidaknya
pirau, yaitu: (1) penyakit jantung bawaan non sianotik dengan pirau kirii
ke kanan meliputi Defek. Septum Atrium (DSA), Defek Septum
Atrioventrikularis (DSAV), dan Duktus Arteriosus Persisten/ DAP; (2)
penyakit jantung bawaan non sianotik tanpa pirau yakni Stenosis
Pulmonal (SP), Stenosis Aorta (SA) dan Koarktasio Aorta (KOA). 1
Studi di negara maju dan di negara berkembang menunjukkan
bahwa insidensi penyakit jantung bawaan berkisar di antara 6-10 per

1000 kelahiran hidup, dengan rata-rata 8 per 1000 kelahiran hidup. 1,4
Insidensi penyakit jantung bawaan dapat ditetapkan apabila dilakukan
pemantauan terhadap populasi yang luas dalam waktu yang cukup
lama. 1,3 Hal tersebut amat sukar dilaksanakan di negara berkembang,
baik karena alasan biaya, kerja sama masyarakat yang sulit, maupun
oleh karena fasilitas dan kemampuan untuk menetapkan diagnosis
spesifik yang masih kurang. 1,5
Penyebab penyakit jantung bawaan berkaitan dengan kelainan
perkembangan embrionik, pada usia lima sampai delapan minggu,
jantung dan pembuluh darah besar dibentuk. 1,4,7 Gangguan
perkembangan dapat disebabkan faktor-faktor prenatal seperti terjadinya
I nfeksi pada ibu selama trisemester pertama. 2 Agen penyebab lain
adalah rubella, influenza atau chicken fox 1 Faktor- faktor prenatal seperti ibu
yang menderita diabetes militus dengan ketergantungan insulin Berta
faktor-faktor genetik juga berpengaruh untuk terjadinya perryakit jantung
bawaan .1,2 Faktor lingkungan seperti radiasi, gizi ibu yang buiruk,
kecanduan obat-obatan terlarang dan alkohol juga mempengaruhi
perkembangan embrio. Tanda dan gejala penyakit jantung bawaan pada
anak antara lain adanya dyspnea, poorphysical development, decrease
exercise tolerance, recurrent respiratory infections, heart m urm ur and

thrill, cyanosis, squatting, clubbing of fingers and toes, elevated bllood
pressure. 1,5,8
Duktus Arteriosus Persisten kecil mungkin dapat menutup
spontan, akan tetapi berapa persen kemungkinannya sulit dipastiKan.
Dengan penatalaksanaan yang adekuat, termasuk terapi medis dan

60

PROSIDING PIN IDGAI 44

tindakan bedah bila diperlukan, pasien duktus arteriosus sedang dan
besar mempunyai prognosis yang baik. 1,3,5
Endokarditis bakterialis atau I nfective Endocardids (1E) adalah
Infeksi mikrobial yang terletak di permukaan jantung. Infeksi mikrobial
serirg tejadi pada penyakit jantung bawaan atau penyakit defek jantung
lainnya. Dulu, I E diklasifikasikan menjadi akut dan subakut, yang
digambarkan berdasarkan cepatnya serangan ( rapidt v of onset ) dan
lamanya gejala (duration ofsymploms) tetapi sekarang diklasifikasikan
berdasarkan mikroorganisme kausatif (endokarditis streptokokal,
endokarditis st aphylococcal, endokarditis kandidal) dan tipe katup

jantung yang terkena ( native valve endocardiitis/ NVE prosthetic valve
endocarditis/ PVE).9 IE merupakan penyakit life-threatening yang diderita
lebih dari 15.000 pasien tiap tahunnya di Amerika Serikat, dengan
angka kematian mendekati 40% . Sebuah studi komunitas di Minnesota
melaporkan insidensi I E ada sekitar 5-7 kasus per 100.000 orang/
tahun, sedangkan di Philadelphia rata-rata insidensinya 11,6 kasus
per 100.000 orang/ tahun. Sekitar 80-90% kasus I E disebabkan oleh
streptokokus dan stafilokokus. Variasi yang tejadi tergantung dari tipe
katup yang terinfeksi. 9 Walaupun mekanisme tejadinya IE tidak dapatt
dijelaskan secara pasti, tetapi diduga berhubungan dengan endotelium,
bakteri dan respon imun inang. I nfeksi berawal dari kerusakan
permukaan endotelial, terutama pada bagian katup jantung ( cardiac
valve leaflet ) .
Kerusakan endotelial ini dapat menyebabkan dekstruktif lokall
akibat adanya lesi intrakardiak, terjadinya embolisasi fragmen vegetatif.
Komplikasi IE yang paling sering tejadi dan menjadi penyebab kematian
utama adalah gagal jantung sebagai akibat dari disfungsi intrakardiak
(vaivular). 9 Tanda dan gejala umum IE adalah demam, murmur
jantung dan kaftan darah positif. Menurut Duke kriteria ada 2 kriteria
yang dapat dijadikan acuan dalam membantu menegakkan diagnosis,

diantaranya adalah kriteria mayor dan kriteria minor. Kriteria mayor
meliputi kultur darah positif, ada keterlibatan endokardial
( echocardiographypositif,
adanya
regurgitasi
valvular
baru)
sedangkan kriteria minor meliputi demam, faktor predisposisi,
fenomena vaskular, fenomena imunologi, keterliibatan mikrobiologi.
Diagnosis defenitif I E terpenuhi jika ada 2 kriteria mayor, 1 kriteria
mayor dan 3 kriteria minor atau 5 kriteria minor.9
LAPORAN KASUS
Tan g g al 8 Feb r u ar i 2010 seorang ibu beserta anak
perempuannya berusia 3,5 tahun ke klinik SCD-RSHS Bandung atas
PROSIDING PI N I DGAI 4

61

rujukan dari bagiaan pedo RSHS dengan diagnosis awal rnultipel pubiitis
irreversibel. Diketahui juga anak akan segera dioperasi jantung di RS

Harapan Kita, Jakarta. Anak tidak kooperatif dan memiliki riwayat sesak
nafas sejak lahir. Ketika hendak diperiksa anak terns menangis dan
memberontak sehingga tidak dapat dilakukan pemeriksaan gigi secara
lengkap. Dari anamnesa (orang tua) didapatkan informasi keadaan gigi
anak buruk. Berdasarkan keterangan di atas, pasien direncanakan untuk
dilakukan mouth preparat ion di bawah anestesi umum. Rencana
perawatan dalarn kasus ini adalah persiapan pra bedah, pernbeiian
obat premedikasi, pemberian obat anestesi umum, penatalaksanaan
m out h preparat ion dan perawatan pasca bedah.

(10) dengan betadine cair 10%; (6) Penurpan daerah sekitar operasii
dengan cuk steril kecuali daerah operasi an pemasangan kassa pack
pada ordaring. Setelah dokter anestesi menyatakan pasien telah siap
unt uk diopersi, maka dilakukan; (7) Penasangan mouth spreader, (8)
Pemeriksaan gigi dengan diagnosis 53, 54, 55, 63,64, 65, 71, 81,
82, 83 reversibel pulpitis, gigi 52, (1, 62, 72, 73, 74, 75, 84, 81.)
dengan diagnosis gangren pulpa; (9) penambalan komposit pada gigii
53, 54, 55, 63,64, 65, 71, 81, 82 dan 83; (10) Pencabutan gigi 52,
61, 62, 72, 73, 74, 75, 84 dan 85 disertai penjahitan pada soket gigi
(11), Spooling intra oral dengan betadine dan NaCI 0,9% diikuti

pembersihan intra oral dan ekstra oral;,12) Pengambilan kassa di
orofaring dan pembukaan penutup mata; dan (13) Tindakan ektubasi.
Instruksi post operasi antara lain: (1) Kotrol nadi, suhu, dan respirasii
tiap jam; (2) Puasa sampai BU (+) dan DL(+); (3) Infus RL diteruskan
sampai intake cairan cukup; (4) Pemberian antibiotika ampisilin 3 x
1
200 mg dan Kaltrofen supp x /2. Tanggal 25 Februari 2010 penderita
datang kontrol untuk buka jahitan. Kondisi pasien saat kontrol baik,
tidak ada perdarahan dan pembengkakan. Pasien dapat makan dan
minum dengan balk. Pada tanggal 4 Matet 2010 dilakukan operasii
jantung di RS Harapan Kita, Jakarta.

Tanggal 10 Februari 2010 pasien dikonsulkan ke bagian anak
untuk penilaian kardiopulmonal. Hasil pemeriksaan dokter anak
didapatkan diagnosis kerja PDA + MR, hasil pemeriksaan
echocaldiograrn, didapatkan hasil PDA7 mm disertai dilatasi RV&LV
Setelah mendapatkan jawaban dari bagian anak kemudian dikonsulkan
lagi ke bagian anestesi. Pada tanggal 11 Februari 2010 didapatkan
persetujuan dari bagian anestesi bahwa pasien dinyatakan dapat
dilakukan mouth preparation bawah anestesi umum. Pasien kemudian
dijadwalkan tanggal 19 Februari 2010 untuk dilakukan m out h
preparat ion di bawah anestesi umum.
PENATALAKSANAAN KASUS
Penatalaksanaan kasus meliputi pemberian antibiotika
profilaksis sebelum operasi dimulai, persiapan operasi, mouth
preparat ion dalarn anestesi umum, perawatan pasca bedah. Tanggal
18 Februari 2010 malam pasien diberikan amoksilin sirup dan
½
paracetamol sirup 3x1 cth. Pada tanggal 19 Februari 2010, sebelum
dilakukan mouth preparat ion, diberikan obat profilaksis 45 menit pre
op berupa cefotaxime 350 mg. Setelah itu, pasien disiapkan dan
diberikan anestesi umum dan dilakukan pemeriksaan gigi dengan
diagnosis 53, 54, 55, 63,64, 65, 71, 81, 82, 83 reversibel pulpitis,
gigi 52, 61, 62, 72, 73, 74, 715, 84, 85 dengan diagnosis gangren
pulpa.

Gambar 1. Profit Pasien

Operasi dilakukan di OK RSHS, larrtai 3 ruang 311. Sebelurn
operasi dimulai dilakukan: (1) Persiapan slat, bahan, operator dan
asisten operator; (2) Tindakan anestesi umum dengan N2 0, O2 dan
enfluran serta pemasanagan Infus di kaki kanan; (3) Intubasi dan injeksi
obat anestesi ; (4) Penutupan nnata dengan salep mata dan hypafix;
(5) Tindakan aseptik (EO) dengan alkohol 70% dan betadine cair 10%,

62

PROSI DI NG PI N I DGAI 4

(Gambar 2. Fot o Gigi RA dan I Gigi RB pre op

.i

PRf ROSI DI NG PI N I DGAI 4

63

Gambar 3. Foto penambalan komposit

DAFTAR PUSTAKA
1. Sastroasmoro S, Madiyono B. lardiologi anak. Jakarta: Binarupa
Aksara; 1994.
2. Koch G, Poulsen S. Pediatric dentistry, a clinical approach.
Copenhagen: Munksgaard; 200: ’"
3. Little JW, Falace DA. Dental management of the medically
compromised patient. 6’ ed. StLouis. Mosby Inc: 2002
4.
Klaus MH, Fanaroff AA. Penatalalsanaan neonatus risiko
tinggi. Ed 4. Jakarta: EGC; 1995.
5.
McPhee SJ, Papadakis MA. Current medical diagnosis &
treatment. 47 t h ed. USA: The McGraw- Hill; Z08.
6.
Scully C, Dios PD, Kumar N. Special care in dentistry.
Churchill Livingstone Elsevier. 2007.
7.
Cam eron AC, Wildm er RP. Handtook of pediat ric dentistry.
d
2" ed. St. Louis: Mosby. 2003.
8. Weibury RR. Paediat ric dent ist ry. 2" d ed. Oxford. 2003.

9.
Little JW, Falace DA, Miller CS, Rhodos NL. Dental
th
management of the medically compromised patieit. 7 ed. Sr.
Louis: Mosby. 2008.
Gambar 4. Foto gigi-gigi yang diekstraksi

Gambar 5. Penjahitan soket gigi
SIMPU LAN
Kasus mouthpreparatfonpada anak dengan kelainanjantung
bawaan merupakan kasus yang perlu mendapatkan perhatian bagi
seorang pedodontis. Penanganan yang multidisiplin dengan bagian
bedah mulut dari cars penanganan kasus sampai pasien masuk: ke
ruang operasi perlu ditentukan dengan seksama. Prognosis dari
perawatan biasanya diten’tukan oleh banyak faktor, dari persiapan
sebelum masuk OK, pemeriksaan dari bagian lain (bagian anak dan
bagian anstesi) sampai pernulihan pasca operasi.
64

PROSI DI NG PI N I D GAI 1 4

PROSI DI NG P1 1 4 I D GAI 4

65