Bagir Manan: Pers Instrumen Demokrasi, Tak Boleh Direduksi.

.

123
17
OJan

18

KOMPAS
o Selasa

Senin
19

OPeb

456
20

8


21

Mar OApr

0

o

Rabu o Kamis 0 Jumat o Sabtu
Minggu
7
12
13
14
15
16
9
10
11
23

24
25
26
27
28
22
29
30
31

!)

OMei

OJun

OJul

0 Ags OSep


OOkt

ONov

WAWANCARA

Bagir Manan: Pers Instrumen
Demokrqs~. Ta~Boleh Dire~l}k~i
Oleh WISNU DEWABRATA

Namanya mulus terpilih sampai kemudian nyaris secara aka bedanya mengurus
lamasi ditunjuk menjadi Ketua
wartawan dengan mengu- Dewan Pers pada rapat pertes hakim? Boleh jadi
ngahan Februari 2010. Mungkin
karena di antara kesembilan
menurut Bagir Manan, mantan
Ketua Mahkamah Agung yang
anggota Dewan Pers dirinyalah
sekarang menjabat Ketua Deyang paling senior, makanya dia
wan Pers periode 2010-2013, tidiangkat sebagai ketua, OOgitu

dak ada bedanya. Kalau dalam
seloroh Bagir saat ditemui di ruistilah gaul, ya, "beda-beda tiang kerjanya di Gedung Dewan
pis"-lah.
'Pers, awal pekan lalu.
Selain lantaran keduanya
Lantas, apa yang sejak awal
membuatnya OOrsediadicalonsarna-sama menjadi bagian penting dalam sistem demokrasi,
kan menjadi anggota Dewan
Pers? Apa saja rencana serta fobaik hakim sebagai representasi
kus Dewan Pers ke depan? Atau,
lembaga peradilan maupun jurbagaimana dia melihat persoalnalis sebagai representasi pers,
an dan kondisi aktual seputar
keduanya mensyaratkan adanya
independensi serta kondisi 00institusi pers dan kebebasan
pers? Berikut petikan wawanbas dari tekanan jika keduanya
caranya.
diharapkan harns bekeIja maksimal.
Bagaimana awalnya Anda bisa terlibat di Dewan Pers dan
Dalam sistem demokrasi,
bahkan merifadi ketua?

lembaga peradilan memang
menjadi salah satu bagian dari
Satu hari saya dihubungi AJI
tiga prinsip pembagian kekuayang meminta saya masuk dasaan, trias politica. Namun, dalam bursa pemilihan calon anglam sistem demokrasi pula pers
gota Dewan Pers periode
2010-2013. Saya katakan oke sakerap diposisikan sebagai pilar
keempat, The Fourth Estate,
ja asal syaratnya saya tidak ingin
yang diyakini menjadi syarat
malah nanti dianggap menjadi
utama penunjang demokrasi.
beban. Saya paham, tidak tahu
Walau awalnya mengaku berbanyak soal pers.
sedia saja ketika Aliansi Jurnalis
Setelah itu, yang saya tabu,
Independen (AJI) memintanya
saya dihubungi sudah lolos tauntuk didaftarkan sebagai bakal
hap seleksi dari 18 orang mencalon anggota Dewan Pers pejadi sembilan orang, sarnpai keriode 2010-2013, mewakili unmudian saya dipilih menjadi kesur masyarakat, dirinya sejak
tua. Mungkin karena saya juga
yang paling tua di sini dari deawal mew~ti-wanti tidak ingin

malah merijadi beban ketika kelapan anggota (Dewan Pers)
lak sudah ada di dalam.
yang lain.
Kalau tadi Anda bilang tidak
tahu terlalu banyak soal pers
menjadi beban,
-dan khawatir
-

M

Kliping Humas Unpad 2010

ODes

.,..
I

"i-


t

KOMPAS/

BAGIR MANAN
Tempat,Tanggallahir:Kota
BandarLampung,
lampung,
6 Oktober1941
Pendidikan:
- FakultasHukumUniversitas
Padjadjaran,
Bandung
(1967)
- Masterof Comparative
Law
SouthernMethodistUniversity LawSchool,Dallas,
Texas(1981)
- Program
DoktorIImuHukumTataNegaraUniversitas Padjadjaran,

Bandung
(1990)
Pengalaman
pengajaran:
- GuruBesarFakultasHukum
UniversitasPadjadjaran,
Bandung
- Gurubesarluarbiasaprogrampascasarjana
pada berbagaiuniversitas,
antaralain UI,UniversitasMuhammadiyah,UII,UGM,Unila,
danUnisba
Pengalaman
kerja:
- KetuaMahkamah
Agung
(2001-2009)
- KetuaDewanPers
(201D-sekarang)
$umber.
Pusat Infarmasi


Kompas

mengapa diteruskan?
Memang persentuhan saya
dengan pers awalnya sebatas
menjadi narasumber berita. Ada
persentuhan yang enak, tapi ada
juga yang tidak mengenakkan.
Apalagi ketika sebelumnya saya
beberapa kali dikritik dan diberitakan pers terindikasi terlibat ini dan itu.
Anda kerap dikritik dan diberitakan macam-macam....
Memang terkadang saya
mengalami diberitakan tidak
enak oleh pers. Namun, saya
berprinsip, seperti juga dinasihatkan kepada saya oleh para
tokoh besar bangsa ini melalui
tulisan dan buku mereka, jangan
sampai prinsip atau keyakinan
tereduksi dan menjadi kacau-balau hanya karena kita

mengalami sesuatu.
Prinsip saya, kebebasan pers
adalah syarat mutlak demokrasi.
Kalaupun ada pemberitaan dan
kritik kepada saya, paling-paling
saya coba untuk terus berpikir,
semua itu karena sekarang ini
kita masih barn menikmati ke.bebasan pers setelah sekian lama. Tentu masih ada banyak kekurangannya.
Saya tidak pernah berkeinginan mengatakan bahwa pers
itu keji atau kebablasan karena

WISNU

DEWABRATA

saya dihantam pemberitaan ini
dan itu. Saya tidak mau merusak prinsip dan keyakinan
saya. Walaupun sedang bermasalah dengan pers, yang namanya prinsip tetap harns ditegakkan.
Saat masih menjabat Ketua
MA, saya perintahkan kepada

hakim-hakim agar ekstra berhati-hati saat memutus perkara
yang berkaitan dengan pers.
Pers itu instrumen demokrasi
yangtidak boleh direduksi. Mereka harns benar-benar menjaga
prinsip itu.
Bagaimana konkretnya?
Buat saya, pers punya tiga
aturan hukum yang harus diterapkan sesuai urutannya ketika masyarakat punya persoalan dengan pers. Seperti juga
profesi bebas lain, macam hakim, pers punya yang namanya
Kode Etik Jurnalistik (KEJ).
Setelah itu, baru kemudian
ada yang namanya Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Setelah itu, barnlah
Kitab Undang-undang Hukum
Pidana (KUHP). Jadi, ketika ada
pelanggaran oleh pers, coba dilihat dahulu, apakah hal itu masih bisa diselesaikan dengan
mengacu pada KEJ?
Kalau tidak bisa, barn kita
mengacu pada UU Pers. Barulah
kalau pelanggaran itu tidak bisa
diselesaikan dengan kedua aturan hukum tadi, aturan hukum
pidana bisa digunakan.
Apakah artinya, ketika semua
urutan tadi telah ditempuh, maka krimina/isasi pers dibolehkan?
Saat ini tren hukum dunia
sekarang sudah mengarah pada
konsep dekriminalisasi. Tidak
lagi untuk mengkriminalisasikan. Hal itu berlaku dalam konteks apa saja. Artinya, bagaimana menyelesaikan perkara pidana dengan cara di luar pidana.
Seorang sarjana politik Amerika Serikat, Lesley Ribbons, dalam bukunya, The Great Issues
of Politics, mendetinisikan keadilan sebagai kondisi di ma,na
terdapat kepuasan dan hatmoni
sekaligus.
Dengan begitu, hukum pidana modenJ. mencari cara menyelesaikan masalah pidana dengan cara-cara yang lebih manusiawi dan membangun harmoni di samping memberikan
kepuasan. Apalagi diketahui selama ini ancaman hukuman berat tidak mampu menghilangkan tindak pidana.