PEMIDANAAN TERHADAP PELAJAR YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta).

(1)

PEMIDANAAN TERHADAP PELAJAR

YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA

(Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Syarat-Syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum Dalam Ilmu Hukum

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Oleh :

HAFIDH FIRMANUDDIN C.100.040.078

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2009


(2)

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Hukum

Univesitas Muhammadiyah Surakarta

Pembimbing I Pembimbing II


(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah diterima dan di sahkan oleh Dewan Penguji Skripsi Fakultas Hukum Univesitas Muhammadiyah Surakarta

Hari : Kamis

Tanggal : 29 Oktober 2009

Dewan Penguji :

Ketua : Natangsa Surbakti, SH, M.Hum. ( ) Sekertaris : Muchamad Iksan, SH, M.H. ( ) Anggota : Hartanto, SH, M.Hum. ( )

Mengetahui Dekan Fakultas Hukum Univesitas Muhammadiyah Surakarta


(4)

MOTTO

“Tak ada pemberian orang tua yang lebih baik, dari pada bekal ilmu

yang baik dan berguna”

(AL-Turmurdzi)

“Barangsiapa yang menetapi istigfar, maka Allah akan menjadikan

baginya dari tiap-tiap kesulitan suatu jalan keluar, dan dari setiap

kesusahan suatu jalan keluar, serta Dia memberinya rizki dari arah yang

tidak diduga-duga”

(HR. Muslim)

”Sesuatu yang sukar untuk ditemukan adalah sahabat ynag setia”

(Penulis)


(5)

PERSEMBAHAN

-

ALLAH SWT.

-

Junjungan Nabi Muhammad SAW.

-

Ayahanda dan Ibunda tercinta.

-

Kakak dan Adik-adikku tersayang.

-

Pacarku tercinta.

-

Sahabat-sahabat seperjuanganku.


(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur yang tak terhingga penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, taufil, hidayah dan ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir untuk menyusun skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Univesitas Muhammadiyah Surakarta.

Sholawat serta salam senantiasa penulis panjatkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia menuju zaman ke-islaman. Semoga kita juga termasuk golongan umat Nabi Muhammad SAW yang berakhlak mulia dan khusnul khatimah. Amin.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis memperoleh bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Sehingga pada kesempatan yang baik ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Aidul Fitriciada, SH. M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum Univesitas Muhammadiyah Surakarta.

2. Ibu Kuswardhani, SH., M.Hum selaku Ketua Bidang Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta.

3. Bapak Natangsa Surbakti, SH, M.Hum selaku Dosen Pembimbing I, yang telah banyak memberikan bimbingan, petunjuk dan pengarahan serta nasehat dengan penuh kesabaran kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Muchamad Iksan, SH.MH selaku Dosen Pembimbing II, yang dengan sabar juga telah banyak memberikan koreksi, arahan, kritik dan saran yang


(7)

bersifat membangun kepada penulis, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

5. Ibu Septarina Budiwati, SH, CN selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberi nasehat dan saran-saran, sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai dengan baik.

6. Bapak dan Ibu Dosen Pengajar yang telah ikhlas memberikan ilmu pengetahuan, serta seluruh Staf dan Karyawan di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta. yang telah memberikan pelayanan yang baik kepada penulis.

7. Bapak Saparudin Hasibuan, SH., Hakim Ketua Pengadilan Negeri Surakarta, yang telah memberikan banyak informasi serta masukan kepada penulis sehingga skrpsi ini dapat terselesaikan.

8. Bapak Hendra Baju Broto Kuntjoro, SH selaku Kepala Bagian Umum Pengadilan Negeri Surakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

9. “Ibu dan Bapak” tercinta yang telah mencurahkan cinta, kasih sayang, do’a, pengertian, perhatian, dukungan, pengorbanan dan kesabarannya yang begitu tulus dan sepanjang masa kepada ananda. Maafkan jika ananda belum dapat membalas semuanya. Insyaallah ananda akan memberikan yang terbaik.

10.Buat kakakku Mas Iib serta adek-adekku Fuad dan Nisa, kalian semua adalah bagian dari hidupku.

11.Buat Esti Ratnawati tercinta, terima kasih atas perhatian, pengertian dan kesetiaannya selama ini.


(8)

12.Sahabatku Ridwan, Bonus, Andang, Ipul, Helan, Amink, Dinar, terimakasih telah membantu memberi dorongan, keceriaan dan kebersamaannya selama ini, dan tak lupa pula Keluarga Besar BKBH, pokoknya thanks banget.

13.Temen-temenku angkatan 2004, yang tidak dapat disebutkan satu persatu, makasih semuanya dan sukses selalu.

14.Teman baikku Mas Tony dan Topras, makasih kalian sudah banyak membantu dan berbuat baik.

15.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis menyelesaikan sekripsi ini.

Penulis hamya mampu membalas dengan untaian do’a, semoga amal baiknya diterima oleh Allah SWT sebagai amal ibadah dan amal sholeh. Dan sebagai hamba-Nya yang tak pernah luput dari kesalahan dan kekurangan, penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga tidak menutup kemungkinan untuk dikoreksi. Penulis selalu terbuka menerima kritik dan saran demi semakin baiknya skripsi ini.

Akhirnya, semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca dan penelitipada umumnya.

Amiin Ya Robbal Allamin.

Surakarta, Oktober 2009 Penulis


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PESETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Pembatasan Masalah ... 7

C. Perumusan Masalah... 7

D. Tujuan Penelitian... 8

E. Manfaat Penelitian... 8

F. Kerangka Pemikiran ... 9

G. Metode Penelitian... 12

H. Sistematika Penulisan... 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Pidana dan Pemidanaan ... 17


(10)

1. Pengertian Pidana dan Pemidanaan ... 18

2. Pengertian Pidana dan Pemidanaan Terhadap Anak... 23

B. Tinjauan Umum Penegakan Hukum Pidana ... 28

1. Pengertian Penegakan Hukum ... 28

2. Bekerjanya Hukum Dalam Masyarakat ... 33

C. Tinjauan Umum Tentang Anak dan Pelajar... 36

1. Pengertian Anak... 36

2. Pengertian Pelajar ... 38

D. Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana Narkotika ... 39

1. Pengertian Tindak Pidana ... 39

2. Pengertian Tindak Pidana Narkotika ... 41

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pemidanaan Terhadap Pelajar Yang Melakukan Tindak Pidana Narkotika Dalam Praktik di Pengadilan Negeri Surakarta ... 44

B. Perlakuan Khusus Yang Diberikan Kepada Pelajar Dalam Pemidanaan Terhadap Pelajar Yang Melakukan Tindak Pidana Narkotika... 57

C. Hal-Hal Yang Menjadi Faktor Penghambat Dalam Memberantas Tindak Pidana Narkotika Di Kalangan Pelajar ... 70


(11)

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ... 79 B. Saran... 81

DAFTAR PUSTAKA


(12)

ABSTRAK

Penyalahgunaan obat sebagai salah satu gajala sosial dalam masyarakat Indonesia, terutama di kota-kota besar-baru mulai tampak dan menjadi sebutan orang yang makin senter di mana-mana sekitar tahun 1969. Penyalahgunaan narkotika, dan obat-obatan berbahaya lainnya oleh remaja tidak dapat digolongkan sebagai kenakalan yang wajar. Penyalahgunaan merupakan pelanggaran hukum. Akibat penyalahgunaan narkotika dan psikotropika pada remaja di hari ini akan terasa akibatnya pada hari esok bagi remaja sebagai generasi penerus. Rusaknya generasi penerus berarti rapuhnya ketahanan nasional suatu bangsa.

Dalam penelitian hukum ini Penulis bermaksud mengambil rumusan masalah yaitu Bagaimanakah pemidanaan terhadap pelajar yang melakukan tindak pidana narkotika dalam praktik di Pengadilan Negeri Surakarta? Perlakuan khusus apa saja yang diberikan kepada pelajar dalam pemidanaan terhadap pelajar yang melakukan tindak pidana narkotika? Perlakuan khusus apa saja yang diberikan kepada pelajar dalam pemidanaan terhadap pelajar yang melakukan tindak pidana narkotika? Hal-hal apa saja yang menjadi faktor penghambat dalam memberantas tindak pidana narkotika di kalangan pelajar?

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis sosiologis yaitu pada tahap awal yang diteliti adalah data sekunder, untuk kemudian dilanjutkan dengan penelitian pada data primer di lapangan, atau terhadap masyarakat.

Berdasarkan penelitian dapat diketahui bahwa pelaksanaan pemidanaan terhadap pelajar pengguna narkotika, bahwa hakim dalam penjatuhan pidana terhadap pelajar pengguna narkotika, sanksi pidana yang dijatuhkan pada umumnya diancam secara kumulatif (dalam hal ini hakim dapat menjatuhkan pidana pokok yaitu pidana penjara dan denda bisa dijatuhkan bersama). Hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap pelajar pengguna dan pengedar narkotika, masih mempertimbangkan bahwa pelajar merupakan anak yang masih dalam pertumbuhan, karena masih dimungkinkan untuk bisa berubah. Karena bukan hukuman yang harus di jatuhkan, akan tetapi pengarahan penyuluhan serta rehabilitasi yang harus diberikan, sehingga mereka bisa memahami permasalahan yang ada dan tidak akan melakukannya lagi.

Perlakuan khusus yang harus diberikan kepada anak yang berhadapan dengan hukum diatur dalam UU No.3 Tahun 1997 tentang Narkotika dan UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Perlindungan khusus yang diberikan terhadap anak yang berhadapan dengan hukum, ditempuh melalui suatu peradilan khusus (sistem peradilan formal) berdasarkan UU No.3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak.

Beberapa faktor yang menjadi penghambat dalam memberantas tindak pidana narkotika dikalangan pelajar yaitu Faktor Perundang-Undangan, Faktor Organisasi/Sindikat, Faktor Penegak Hukum, Faktor Kesadaran Hukum Masyarakat, dan Faktor Peranan Media.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat dan bersatu dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman, tenteram, tertib, dan dinamis dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib, dan damai.1 Masyarakat adalah pelaku utama pembangunan dan pemerintah berkewajiban untuk mengarahkan, membimbing serta menciptakan suasana yang menunjang. Kegiatan masyarakat dan kegiatan pemerintah saling melengkapi dalam kesatuan langkah menuju tercapainya tujuan pembangunan tersebut.

Pembangunan nasional tidak bisa lepas dari kehidupan menusia sebagai motor utama penggeraknya. Sumber daya manusia menjadi hal yang utama dalam pembangunan karena pembangunan tidak akan berjalan tanpa adanya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu pembangunan sumber daya manusia menjadi prioritas utama yang harus digarap, karena dengan meningkatnya kualitas sumber daya manusia Indonesia menjadikan modal yang sangat penting untuk berkompetisi dalam era globalisasi saat ini.

1


(14)

Kualitas sumber daya manusia meningkat apabila individu dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang pesat seiring perkembangannya komunikasi dan trasportasi. Tidak dapat dipungkiri bahwa era globalisasi membawa dampak positif dan negatif terhadap kehidupan suatu bangsa. Berbagai informasi positif dan negatif yang datang dari berbagai negara di seluruh dunia mudah diterima dan memberikan pengaruh terhadap kehidupan yang pada akhirnya berpengaruh terhadap nilai-nilai sosial budaya suatu bangsa. Disinilah peran manusia sangat dibutuhkan untuk dapat memilah-milah mana yang baik dan mana yang buruk. Peran ideologi Pancasila penting digunakan sebagai filter terhadap berbagai pengaruh yang datang dari luar tentu saja yang sesuai dengan kepribadian bangsa kita.

Masa remaja adalah masa yang kritis, masa puber, masa yang paling berat dan berbahaya karena masa ini dipandang sebagai persiapan menjadi dewasa. Remaja perlu dibekali segala ketahanan, baik mental, moral, pendidikan, kepribadian dan keyakinan agama. Ketahanan inilah yang dapat dijadikan benteng pertahanan untuk menangkal berbagai cobaan dan godaan yang menimpanya. Hal ini sangat penting mengingat pemuda adalah pemimpin di masa depan (leader for tomorrow).

Masalah narkoba sudah merupakan masalah nasional, karena masalah narkoba sudah ada dimana-mana. Sepertinya tidak ada lagi wilayah kelurahan atau desa di Republik ini yang steril dari narkoba. Disadari atau tidak, narkoba sudah ada di sekeliling kita.


(15)

Penyalahgunaan obat sebagai salah satu gajala sosial dalam masyarakat Indonesia, terutama di kota-kota besar baru mulai tampak dan menjadi sebutan orang yang makin senter di mana-mana sekitar tahun 1969. Penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan berbahaya lainnya oleh remaja yang dalam hal ini termasuk pelajar, tidak dapat digolongkan sebagai kenakalan yang wajar. Akibat dari penyalahgunaan narkotika dan psikotropika pada remaja di hari ini akan terasa akibatnya pada hari esok bagi remaja sebagai generasi penerus. Rusaknya generasi penerus berarti rapuhnya ketahanan nasional suatu bangsa.

Penyalahgunaan obat di kota-kota besar di Indonesia ternyata mempunyai corak yang lain yang belakangan ini menyerang anak-anak atau remaja usia muda. Di mana hal tersebut merupakan suatu hal yang sangat merisaukan, mengingat mereka adalah generasi yang menjadi harapan kita untuk meneruskan kelangsungan hidup bangsa secara hormat.2

Bila memperhatikan jumlah pemakai/pengguna narkoba di Indonesia, jumlahnya cukup besar. Memang belum ada data yang kongkrit mengenai hal ini, tapi menurut Komjen Togar Sianipar (Ketua BNN), atas kesepakatan diperkirakan jumlahnya sudah mencapai 3 % dari jumlah penduduk Indonesia. Jadi bila 200 juta penduduk Indonesia, diperkirakan ada 6 juta orang yang terjerat kasus narkoba. Jumlah ini bila mengacu hasil penelitian Dadang Hawari dkk, berarti ada 9 atau 10 kali lebih besar. Sebagian besar dari jumlah ini (85 %) merupakan

2

Pramuka Saka Bhayangkara, Wahai Kaum Muda Jangan Berpacu Dengan Ekstasi. Penanggulangan Bahaya Narkotika dan Psikotropika, Jakarta: Bina Darma Pemuda Printing, 1997, hal 153.


(16)

remaja atau generasi muda, usia antara 16–26 tahun. Bahkan beberapa kasus sudah menimpa kalangan anak usia Sekolah Dasar.3

Ancaman bahaya penyalahgunaan narkotika dan zat adiktif lainnya adalah merupakan ancaman nasional yang perlu ditanggulangi sedini mungkin karena merupakan ancaman terhadap peradaban manusia yang pada akhirnya akan membahayakan stabilitas nasional bahkan mengancam pertahanan dan keamanan negara. Ancaman penyalahgunaan obat-obatan terlarang tersebut dapat menjadi ‘kerikil tajam’ bagi kelancaran pembangunan, khususnya pembangunan sumber daya manusia, sehingga perlu ditanggulangi oleh pemerintah maupun masyarakat.

Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan zat adiktif lainnya merupakan masalah besar yang harus dihadapi oleh banyak negara di dunia. Masalah ini tidak dapat ditanggulangi secara sepenggal-sepenggal tetapi harus merupakan gerakan umat manusia secara bersama-sama untuk menghadapi “umat yang sesat”.

Dalam hal ini pemerintah telah menaruh perhatian yang sangat besar dan serius untuk menanggulangi penyalahgunakan narkotika, dan bahan-bahan adiktif lainnya, khususnya di kalangan pelajar atau remaja. Dari kalangan tertentu seperti BNN tidak bosan mengadakan seminar, symposium, lokakarya, dan sebagainya, untuk mendapatkan masukan guna menunjang usaha dan upaya pemerintah ini. Peranan masyarakat, keluarga, sekolah, dan juga lingkungan sekitar sangat penting

3

Daud Bahransyaf, Model Kolaborasi Pranata Sosial Dalam Penanganan Masalah Penyalahgunaan Narkoba, http://www.depsos.go.id/balatbang/puslitbang UKS/PDF/Bram.pdf, 30 November 2008, 15:10 WIB


(17)

guna menunjang dan mencegah bahaya penyalahgunaan obat-obatan tersebut, terutama narkotika yang menjadi pokok bahasan dalam skripsi ini.

Oleh karenanya sejak tahun 1992 PBB telah mencanangkan suatu gerakan “Kampanye hidup sehat dan produktif, serta menjauhi perbuatan penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat-zat adiktif lainnya”.4 Langkah-langkah penanggulangan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan zat-zat adiktif lainnya secara regional maupun internasional telah dilakukan yang dikoordinir oleh badan-badan PBB dengan dukungan dana yang cukup besar untuk memperkecil kegiatan-kegiatan produksi gelap narkotika dan zat adiktif lainnya, untuk memutus mata rantai peredaran gelap dari daerah produsen ke konsumen serta upaya-upaya yang diarahkan untuk penanganan terhadap korban penyalahgunaan narkotika.

Di Indonesia sejak tahun 1971 telah dibentuk Badan Koordinasi Pelaksanaan Intruksi Presiden (Bakorlak Inpres) No. 6 tahun 1971 yang bertugas menentukan kebijaksanaan dan mengkoordinasi segenap upaya dibidang penggolongan masalah lalu lintas perdagangan gelap dan penyalahgunaan narkotika, psikotropika, serta zat adiktif lainnya disamping masalah kenakalan remaja lainnya.5

Disamping Bakorlak Inpres No. 6 tahun 1971 juga merujuk pada Keputusan Presiden (Keppres) No. 17 tahun 2002 yang ditetapkan pada bulan Maret 2002, yang menetapkan perubahan nama Badan Koordinasi Narkotika

4

Pramuka Saka Bhayangkara, Op.Cit, halaman 143. 5


(18)

Nasional (BKNN) menjadi Badan Narkotika Nasional, yang mempunyai tugas pengentasan masalah narkotika dengan cara mencegah, terapi rehabilitasi, penegakan hukum, serta penelitian dan pengembangan inilah lembaga yang langsung bertanggung jawab kepada presiden. Tujuannya, agar lembaga ini dapat lebih leluasa dalam penentuan kebijakan dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden.

Khusus masalah narkotika yang akhir-akhir ini banyak terjadi di tanah air, semula pemerintah atau yang berkopeten dalam hal ini adalah kepolisian mengalami keragu-raguan dalam menentukan dasar hukum (ratio legis) untuk menangkap para pengedar, pengguna, dan penyimpan barang haram ini. Banyak kasus sebelumnya yang menjadi sorotan masyarakat karena begitu mudahnya pihak kepolisian “terpaksa” melepaskan para pengedar atau pengguna narkotika yang tertangkap tangan, dengan alasan tidak adanya suatu dasar hukum atau tidak adanya peraturan yang secara eksplisit dan jelas menyebutkan ekstasi yang masuk kedalam bagian narkotika, sebagai barang atau obat-obatan yang berbahaya. Tetapi keadaan ini sudah berlalu karena dikeluarkannya Undang-undang yang mengatur masalah narkotika yaitu Undang–Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika yang telah diundangkan pada tanggal 1 September 1997 sekaligus dinyatakan mulai berlaku pada tanggal undang-undang tersebut diundangkan.

Undang-undang tersebut di dalamnya mengatur segala kegiatan yang berhubungan dengan masalah narkotika yang berada di bawah pengawasan


(19)

internasional. Undang-undang ini dapat dijadikan dasar hukum bagi pemerintah, khususnya penyidik kepolisian untuk menindak segala kegiatan yang ada hubungannya dengan penyalahgunaan narkotika sehingga tidak ada lagi keraguan bagi polisi untuk mencari dasar hukum yang jelas guna menindak mereka yang nyata-nyata menyimpan, menggunakan dan mengedarkan ‘barang haram’ ini.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan mengangkat hal tersebut sebagai bahan penyusunan penulisan

hukum yang diberi judul “PEMIDANAAN TERHADAP PELAJAR YANG

MELAKUKAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)”.

B. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini hanya akan membahas tentang bagaimana pemidanaan terhadap pelajar yang melakukan tindak pidana narkotika dalam praktek di Pengadilan Negeri Surakarta, kemudian perlakuan khusus apa saja yang diberikan kepada pelajar dalam pemidanaan terhadap pelajar yang melakukan tindak pidana narkotika, serta hal-hal apa saja yang menjadi faktor penghambat dalam memberantas tindak pidana narkotika.

C. Perumusan Masalah

Untuk memudahkan pemahaman terhadap permasalahan yang diteliti dan agar mudah terarah dan mendalam pembahasannya sesuai dengan sasaran yang ditentukan, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:


(20)

1. Bagaimanakah pemidanaan terhadap pelajar yang melakukan tindak pidana narkotika dalam praktik di Pengadilan Negeri Surakarta?

2. Perlakuan khusus apa saja yang diberikan kepada pelajar dalam pemidanaan terhadap pelajar yang melakukan tindak pidana narkotika? 3. Hal-hal apa saja yang menjadi faktor penghambat dalam memberantas

tindak pidana narkotika di kalangan pelajar?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Objektif

a. Mengetahui praktek pemidanaan terhadap pelajar yang melakukan tindak pidana narkotika, khususnya di Pengadilan Negeri Surakarta.

b. Mengetahui perlakuan–perlakuan khusus yang diberikan kepada pelajar yang melakukan tindak pidana narkotika.

c. Mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi aparat penegak hukum dalam memberantas tindak pidana narkotika dikalangan pelajar.

2. Tujuan Subjektif

a. Menambah pengetahuan, pengalaman serta pemahaman aspek hukum di dalam teori dan praktik lapangan hukum yang sangat berarti.

b. Sebagai sarana untuk menyumbangkan gagasan dan pemikiran guna perkembangan ilmu pengetahuan.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat atau kegunaan sebagai berikut :


(21)

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi para pihak yang membutuhkan pengetahuan mengenai hukum pidana khususnya mengenai pemidanaan terhadap pelajar yang melakukan tindak pidana narkotika.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan masukan bagi para pihak yang terkait dalam proses pemidanaan terhadap pelajar yang melakukan tindak pidana narkotika b. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam

memahami bagaimana pelaksanaan pemidanaan terhadap pelajar yang melakukan tindak pidana narkotika.

c. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang sangat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

F. Kerangka Pemikiran

Indonesia merupakan negara hukum yang menggunakan hukum sebagai ideologi untuk menciptakan ketertiban, keamanan, keadilan serta kesejahteraan bagi warga negaranya. Konsekuensi dari itu semua adalah bahwa hukum mengikat setiap tindakan yang dilakukan oleh warga negara Indonesia. Hukum bisa dilihat sebagai perlengkapan masyarakat untuk menciptakan ketertiban dan keteraturan dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu hukum bekerja dengan cara memberikan petunjuk tentang tingkah laku dan karena itu pula hukum berupa norma. Hukum yang berupa norma dikenal dengan sebutan norma hukum, dimana


(22)

hukum mengikatkan diri pada masyarakat sebagai tempat bekerjanya hukum tersebut.

Pembahasan tindak pidana menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) eks WvS dalam teks asli berbahasa Belanda menggunakan istilah

strafbaar felt dan delict. Kedua istilah tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, sebagaimana dikenal dalam kajian hukum pidana dan peraturan perundang-undangan dengan istilah yang beragam, seperti perbuatan pidana, tindak pidana, peristiwa pidana, perbuatan-perbuatan yang dapat dihukum, hal yang diancam dengan hukum dan perbuatan-perbuatan yang dapat dikenakan hukum.6 Pengertian tindak pidana terdapat dalam RUU KUHP Pasal 15 ayat (1), yaitu tindak pidana adalah perbuatan melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana.7

Dalam teori hukum pidana terdapat unsur-unsur tindak pidana, yaitu unsur subyektif dan unsur obyektif. Unsur subjektif adalah unsur yang berasal dari dalam diri pelaku, yaitu kesengajaan dan kealpaan. Sementara itu unsur objektif adalah unsur yang berasal dari luar diri pelaku, yang terdiri atas perbuatan manusia, akibat perbuatan manusia, keadaan-keadaan, sifat dapat dihukum dan sifat melawan hukum.8 Semua unsur tindak pidana tersebut merupakan satu kesatuan. Jika salah satu unsur saja tidak terbukti, maka bisa menyebabkan terdakwa dibebaskan oleh pengadilan.

6

Sudaryono dan Natangsa Surbakti, Buku Pegangan Kuliah Hukum Pidana, UMS Press, 2005, hal 113 7

Departemen Kehakiman, RUU KUHP, Jakarta, 2004 8


(23)

Selain unsur-unsur tindak pidana, dalam teori hukum terdapat juga syarat-syarat pemidanaan. Menurut Soedarto, syarat-syarat-syarat-syarat pemidanaan dibedakan menjadi dua, yakni syarat yang berkaitan dengan perbuatannya, serta syarat yang berkaitan dengan orangnya atau pelaku. Syarat pemidanaan yang berkaitan dengan perbuatan meliputi perbuatan yang memenuhi rumusan undang-undang, dan bersifat melawan hukum (tidak ada alasan pembenar). Sementara itu syarat pemidanaan yang berkaitan dengan orang yaitu yang berupa kesalahan dengan unsur-unsurnya meliputi mampu bertanggung jawab dan ada kesengajaan (dolus) atau kealpaan (culpa) (tidak ada alasan pembenar).9

Kemudian mengenai tujuan pemidanaan, dalam ilmu hukum pidana dikenal tiga macam teori tentang tujuan pemidanaan yaitu Pertama, teori pembalasan (retributive/absolute). Menurut teori ini tujuan penjatuhan pidana itu adalah pembalasan atau pengimbalan kepada seseorang yang telah melakukan perbuatan yang merugikan atau tindak pidana. Kedua, teori relative atau tujuan. Menurut teori ini, penjatuhan pidana bertujuan untuk menjerakan dan mencegah pengulangan tindak pidana baik oleh orang itu sendiri maupun oleh orang-orang lain (prevensi khusus dan prevensi umum). Ketiga, teori gabungan. Menurut teori ini, tujuan pemidanaan itu mencakup baik pembalasan maupun penjeraan dan pencegahan sekaligus juga untuk memperbaiki mentalitas si pelaku tindak pidana.10

9

Sudaryono dan Natangsa Surbakti, Op. Cit, hal 117 10


(24)

Jadi pada hakikatnya, ketiga hal mengenai tujuan pemidanaan tersebut bertujuan untuk menciptakan ketertiban, memberikan rasa keadilan, serta mengatur hubungan baik antar individu dalam masyarakat agar dapat hidup dinamis, aman, tenteram, tertib, dan damai.

Secara normatif, hukum positif Indonesia telah memberikan perhatian yang khusus bagi seorang anak yang dalam hal ini adalah pelajar yang terlibat perkara pidana narkotika, baik menyangkut hak-hak anak, bentuk-bentuk tindakan/pidana/hukuman yang dapat diberikan, tata cara beracara dalam perkara anak, tata cara pembinaan, tempat pembinaan, dan yang lainnya. Hal ini bertujuan agar kehidupan seorang anak dianggap masih panjang, dan masa depan anak nantinya akan menjadi generasi penerus bangsa yang akan menentukan keberlangsungan negara.

G. Metode Penelitian

Penelitian dalam karya ilmiah, merupakan bagian yang sangat penting, karena bertujuan untuk mencari, menemukan, mengembangkan, meningkatkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan. Untuk memperoleh penelitian yang bermutu, baik, sistematis sekaligus dapat dipertanggungjawabkan, maka diperlukan metode penelitian tertentu.

Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian diskriptif-analistis yaitu menggambarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dikaitkan dengan teori-teori hukum dan praktek pelaksanaan hukum positif yang menyangkut permasalahan di atas.


(25)

1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan metode pendekatan yuridis sosiologis yaitu pada tahap awal yang diteliti adalah data sekunder, untuk kemudian dilanjutkan dengan penelitian pada data primer di lapangan, atau terhadap masyarakat.11

Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara rinci, sistematis dan menyeluruh mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan pemidanaan terhadap pelajar yang melakukan tindak pidana narkotika. Penelitian ini menekankan pada pelaksanaan penjatuhan pidana oleh hakim khususnya terhadap pelajar yang melakukan tindak pidana narkotika dengan cara studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta.

2. Jenis Penelitian

Penelitian yang penulis susun adalah penelitian yang bersifat deskriptif. Penelitian Deskriptif adalah suatu penelitian yang dimaksud untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya. Maksudnya adalah mempertegas hipotesa-hipotesa agar dapat membantu memperkuat teori-teori lama, atau di dalam kerangka penyusunan teori baru.12

3. Lokasi Penelitian

Untuk memperoleh data yang sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas, maka penulis melakukan penelitian di Pengadilan Negeri Surakarta

11

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 1986, hal. 52 12


(26)

karena dengan pertimbangan pernah terjadi kasus pelajar yang melakukan tindak pidana narkotika di wilayah hukum Pengadilan Negeri Surakarta dan pelakunya telah memperoleh putusan hakim yang tetap.

4. Jenis Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis data sebagai berikut: a. Data Primer

Adapun data primer ini akan diperoleh melalui keterangan atau fakta yang secara langsung diperoleh melalui penelitian dilapangan yang dilakukan di Pengadilan Negeri Surakarta, dalam hal ini dengan pihak-pihak yang terkait langsung dengan permasalahan yang diteliti.

b. Data Sekunder

Keterangan ini tidak diperoleh secara langsung tetapi diperoleh dari arsip dokumen, literatur, dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian ini.

5. Sumber Data

Sesuai dengan jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan sumber data sebagai berikut:

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer yakni Pengadilan Negeri Surakarta yang memeriksa dan memutus perkara pelajar yang melakukan tindak pidana narkotika. b. Data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan sumber data yang dapat menunjang sumber data primer dan mempunyai kaitan erat dengan sumber data


(27)

primer. Yang menjadi sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah peraturan perundang-undangan, buku-buku literatur dan putusan pengadilan yang berkaitan dengan penelitian ini.

6. Teknik Pengumpulan Data

Guna memperoleh data yang sesuai dan yang mencakup permasalahn yang diteliti, maka dalam penulisan ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Studi Lapangan

Yaitu pengumpulan data dengan cara terjun langsung kepada tempat obyek penelitian untuk memperoleh apa yang dikehendaki. Dalam hal ini melalui wawancara dengan melakukan tanya jawab secara langsung baik lisan maupun tertulis dengan sumber data yang berhubungan dengan objek penelitian.

b. Studi Kepustakaan

Yaitu dengan mempelajari, mengkaji literatur, peraturan perundang-undangan, serta sumber tertulis lainnya untuk mendapatkan data yang berhubungan dan berkaitan dengan penelitian yang sedang dilaksanakan. 7. Teknik Analisis Data

Penelitian ini dalam menganalisa data menggunkan metode analisis kualitatif. Menurut Soerjono Soekanto, analisis kualitatif adalah suatu cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis yaitu apa yang


(28)

dinyatakan oleh responden secara tertulis serta lisan dan juga perilaku yang nyata diteliti sebagai suatu yang utuh.13

Analisis data kualitatif sebagai cara penjabaran data berdasarkan hasil temuan di lapangan dan studi kepustakaan, kemudian disusun dan dilakukan reduksi dan pengolahan data sehingga menghasilkan suatu sajian data yang kemudian dari data tersebut ditarik suatu kesimpulan.

.

H. Sistematika Penulisan

Penulisan hukum ini terbagi menjadi 4 (empat) bab, yang masing-masing bab ada keterkaitan antara satu dengan yang lainnya. Adapun gambaranyang lebih jelas mengenai skripsi ini akan diuraikan dalam sistematika sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan, terdiri beberapa sub bab sebagaiman telah diuraikan diatas.

BAB II Tinjauan Pustaka. Bab ini menguraikan teori dasar atau landasan teoritis yang terdiri atas tinjauan umum tentang pidana dan pemidanaan, tinjauan umum tentang penegakan hukum pidana, tinjauan umum tentang anak dan pelajar, tinjauan umum tentang tindak pidana narkotika.

BAB III Hasil Penelitian dan Pembahasan. Dalam bab ini menguraikan tentang pokok-pokok permasalahan yang telah ditentukan yang terdiri dari pemidanaan terhadap pelajar yang melakukan tindak pidana narkotika dalam praktek di Pengadilan Negeri Surakarta, perlakuan khusus yang diberikan kepada pelajar yang melakukan tindak pidana narkotika dalam proses peradilan, dan

13


(29)

hal yang menjadi faktor penghambat dalam memberantas tindak pidana narkotika dikalangan pelajar.

BAB IV Penutup, terdiri atas kesimpulan hasil penelitian serta saran yang bertujuan untuk memberikan masukan agar pelaksanaan pemidanaan terhadap pelajar yang melakukan tindak pidana narkotika menjadi semakin baik.


(1)

Jadi pada hakikatnya, ketiga hal mengenai tujuan pemidanaan tersebut bertujuan untuk menciptakan ketertiban, memberikan rasa keadilan, serta mengatur hubungan baik antar individu dalam masyarakat agar dapat hidup dinamis, aman, tenteram, tertib, dan damai.

Secara normatif, hukum positif Indonesia telah memberikan perhatian yang khusus bagi seorang anak yang dalam hal ini adalah pelajar yang terlibat perkara pidana narkotika, baik menyangkut hak-hak anak, bentuk-bentuk tindakan/pidana/hukuman yang dapat diberikan, tata cara beracara dalam perkara anak, tata cara pembinaan, tempat pembinaan, dan yang lainnya. Hal ini bertujuan agar kehidupan seorang anak dianggap masih panjang, dan masa depan anak nantinya akan menjadi generasi penerus bangsa yang akan menentukan keberlangsungan negara.

G. Metode Penelitian

Penelitian dalam karya ilmiah, merupakan bagian yang sangat penting, karena bertujuan untuk mencari, menemukan, mengembangkan, meningkatkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan. Untuk memperoleh penelitian yang bermutu, baik, sistematis sekaligus dapat dipertanggungjawabkan, maka diperlukan metode penelitian tertentu.

Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian diskriptif-analistis yaitu menggambarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dikaitkan dengan teori-teori hukum dan praktek pelaksanaan hukum positif yang menyangkut permasalahan di atas.


(2)

1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan metode pendekatan yuridis sosiologis yaitu pada tahap awal yang diteliti adalah data sekunder, untuk kemudian dilanjutkan dengan penelitian pada data primer di lapangan, atau terhadap masyarakat.11

Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara rinci, sistematis dan menyeluruh mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan pemidanaan terhadap pelajar yang melakukan tindak pidana narkotika. Penelitian ini menekankan pada pelaksanaan penjatuhan pidana oleh hakim khususnya terhadap pelajar yang melakukan tindak pidana narkotika dengan cara studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta.

2. Jenis Penelitian

Penelitian yang penulis susun adalah penelitian yang bersifat deskriptif. Penelitian Deskriptif adalah suatu penelitian yang dimaksud untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya. Maksudnya adalah mempertegas hipotesa-hipotesa agar dapat membantu memperkuat teori-teori lama, atau di dalam kerangka penyusunan teori baru.12

3. Lokasi Penelitian

Untuk memperoleh data yang sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas, maka penulis melakukan penelitian di Pengadilan Negeri Surakarta

11

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 1986, hal. 52 12


(3)

karena dengan pertimbangan pernah terjadi kasus pelajar yang melakukan tindak pidana narkotika di wilayah hukum Pengadilan Negeri Surakarta dan pelakunya telah memperoleh putusan hakim yang tetap.

4. Jenis Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis data sebagai berikut: a. Data Primer

Adapun data primer ini akan diperoleh melalui keterangan atau fakta yang secara langsung diperoleh melalui penelitian dilapangan yang dilakukan di Pengadilan Negeri Surakarta, dalam hal ini dengan pihak-pihak yang terkait langsung dengan permasalahan yang diteliti.

b. Data Sekunder

Keterangan ini tidak diperoleh secara langsung tetapi diperoleh dari arsip dokumen, literatur, dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian ini.

5. Sumber Data

Sesuai dengan jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan sumber data sebagai berikut:

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer yakni Pengadilan Negeri Surakarta yang memeriksa dan memutus perkara pelajar yang melakukan tindak pidana narkotika. b. Data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan sumber data yang dapat menunjang sumber data primer dan mempunyai kaitan erat dengan sumber data


(4)

primer. Yang menjadi sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah peraturan perundang-undangan, buku-buku literatur dan putusan pengadilan yang berkaitan dengan penelitian ini.

6. Teknik Pengumpulan Data

Guna memperoleh data yang sesuai dan yang mencakup permasalahn yang diteliti, maka dalam penulisan ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Studi Lapangan

Yaitu pengumpulan data dengan cara terjun langsung kepada tempat obyek penelitian untuk memperoleh apa yang dikehendaki. Dalam hal ini melalui wawancara dengan melakukan tanya jawab secara langsung baik lisan maupun tertulis dengan sumber data yang berhubungan dengan objek penelitian.

b. Studi Kepustakaan

Yaitu dengan mempelajari, mengkaji literatur, peraturan perundang-undangan, serta sumber tertulis lainnya untuk mendapatkan data yang berhubungan dan berkaitan dengan penelitian yang sedang dilaksanakan. 7. Teknik Analisis Data

Penelitian ini dalam menganalisa data menggunkan metode analisis kualitatif. Menurut Soerjono Soekanto, analisis kualitatif adalah suatu cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis yaitu apa yang


(5)

dinyatakan oleh responden secara tertulis serta lisan dan juga perilaku yang nyata diteliti sebagai suatu yang utuh.13

Analisis data kualitatif sebagai cara penjabaran data berdasarkan hasil temuan di lapangan dan studi kepustakaan, kemudian disusun dan dilakukan reduksi dan pengolahan data sehingga menghasilkan suatu sajian data yang kemudian dari data tersebut ditarik suatu kesimpulan.

.

H. Sistematika Penulisan

Penulisan hukum ini terbagi menjadi 4 (empat) bab, yang masing-masing bab ada keterkaitan antara satu dengan yang lainnya. Adapun gambaranyang lebih jelas mengenai skripsi ini akan diuraikan dalam sistematika sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan, terdiri beberapa sub bab sebagaiman telah diuraikan diatas.

BAB II Tinjauan Pustaka. Bab ini menguraikan teori dasar atau landasan teoritis yang terdiri atas tinjauan umum tentang pidana dan pemidanaan, tinjauan umum tentang penegakan hukum pidana, tinjauan umum tentang anak dan pelajar, tinjauan umum tentang tindak pidana narkotika.

BAB III Hasil Penelitian dan Pembahasan. Dalam bab ini menguraikan tentang pokok-pokok permasalahan yang telah ditentukan yang terdiri dari pemidanaan terhadap pelajar yang melakukan tindak pidana narkotika dalam praktek di Pengadilan Negeri Surakarta, perlakuan khusus yang diberikan kepada pelajar yang melakukan tindak pidana narkotika dalam proses peradilan, dan

13


(6)

hal yang menjadi faktor penghambat dalam memberantas tindak pidana narkotika dikalangan pelajar.

BAB IV Penutup, terdiri atas kesimpulan hasil penelitian serta saran yang bertujuan untuk memberikan masukan agar pelaksanaan pemidanaan terhadap pelajar yang melakukan tindak pidana narkotika menjadi semakin baik.


Dokumen yang terkait

Kebijakan Penanggulangan Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Yang Dilakukan Oleh Anak Di Bawah Umur Dan Penerapan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Analisis Putusan Pengadilan Negeri Padang Sidimpuan No:770/Pid.Su

1 85 157

PEMIDANAAN TINDAK PIDANA PENODAAN AGAMA (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA).

0 1 10

EFEKTIVITAS PIDANA BERSYARAT TERHADAP TUJUAN PEMIDANAAN (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Surakarta).

0 2 12

ABSTRAKSI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA DISPARITAS PIDANA DALAM PUTUSAN PENGADILAN TERHADAP TINDAK PIDANA NARKOTIKA (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta).

0 2 15

PENDAHULUAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA DISPARITAS PIDANA DALAM PUTUSAN PENGADILAN TERHADAP TINDAK PIDANA NARKOTIKA (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta).

0 1 20

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ANGGOTA POLRI YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA (Studi Kasus di Wilayah Hukum Pengadilan Negeri Padang).

0 0 22

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PEMIDANAAN TERHADAP ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA (Studi Kasus di Wilayah Hukum Pengadilan Negeri Kelas I. A Padang).

0 0 6

PEMIDANAAN TERHADAP SUAMI YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA KEKERASAN FISIK ATAS ISTRI (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Kelas IA Padang).

0 0 6

PEMIDANAAN TERHADAP ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA CABUL (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI BUKITTINGGI).

0 0 6

DISPARITAS PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA NARKOTIKA (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI SEMARANG) - Unika Repository

0 0 13