KAJIAN MENGENAI PROSPEK PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI 5 TAHUN KE DEPAN.

KAJIAN MENGENAI PROSPEK PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN
PROVINSI BALI 5 TAHUN KE DEPAN1)
Oleh: Dr. I Gede Setiawan Adi Putra, SP., MSi2)

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia telah banyak mengalami perubahan. Dibandingkan dengan keadaan 20-30
Tahun yang lalu, keadaan dan suasana Indonesia dewasa ini sudah sangat berbeda. Mungkin
secara sekilas kondisi fisiknya terlihat sama saja, tetapi suasana batin kita, termasuk para pencari
kerja sudah sangat berbeda. Perubahan ini tidak hanya karena dampak reformasi nasional yang
terjadi dalam 14 tahun terakhir tetapi juga karena dampak pembangnan nasional sejak Orde
Baru. Reformasi telah mengubah suasana otokrasi menjadi demokrasi, yang dalam prakteknya
menampakkan kebebesan berpikir, berbicara dan bertindak. Kebebasan semacam itu tidak hanya
terjadi di DPR dan DPRD, tetapi juga di berbagai media massa dan masyarakat umumnya.
Kalau dalam orde baru kita terbiasa dalam keseragaman dalam berpendapat, berpikir, bertindak
dan berpenampilan, maka kini banyak orang yang dalam banyak hal ingin menojolkan perbedaan
dengan orang lain. Keseragaman telah banyak berubah menjadi keragaman. Dampaknya orang
melihat kurang rasionalnya keseragaman, dan rasionalya atau perlunya keragaman dalam
beberapa hal tertentu.
Lahirnya otonomi daerah juga memunculkan perubahan-perubahan yang tidak sedikit.
Dulu urusan pemerintahan, kelembagaan dinas-dinas dan peraturan-peraturan yang berlaku

berada dalam keseragaman, sekarang yang terjadi adalah keragaman. Dulu struktur dan
kebijaksanaan dinas-dinas ditentukan oleh pusat dan seragam untuk semua daerah, sekarang
struktur dan kebijaksanaan ditentukan sendiri oleh masing-masing daerah, sehingga melahirkan
keragaman tadi. Kita boleh senang atau tidak senang dengan perubahan-perubahan itu, tetapi
itulah yang terjadi dan “pertunjukan harus terus berjalan.”
Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mencapai taraf hidup rakyat yang lebih
berkualitas sesuai dengan nilai-nilai sosial yang berlaku. Sekarang ini, proses pembangunan
telah sampai pada tahap yang mensyaratkan adanya partisipasi yang lebih besar agar tujuan
pembangunan dapat tercapai (Margono Slamet, 2003).
_________________________
1) Makalah disampaikan pada Kegiatan Jejaring Kerjasama Antar Lembaga Pemangku
Kepentingan Jabatan Fungsional Pengantar Kerja selama 1 (satu) hari Tanggal 20
September 2013 di Denpasar, Bali.
2) Sekretaris Carierr Development Center Universitas Udayana, Dosen pada Program Studi
Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana

1

2


Partisipasi rakyat dalam pembangunan bukan hanya berarti pengerahan tenaga kerja
rakyat secara sukarela, tetapi justru yang lebih penting adalah tergeraknya rakyat untuk mau
memanfaatkan kesempatan-kesempatan memperbaiki kualitas hidup sendiri. Pembangunan
selama empat pelita telah banyak membuka kesempatan itu, misalnya dengan tersedanya
berbagai macam prasarana, sarana, dan kelembagaan untuk perbaikan bermacam aspek
kehidupan.
Apakah rakyat dengan sendirinya mau memanfaatkan kesempatan-kesempatan itu?
Pengalaman empiris menunjukkan bahwa hal itu tidak akan terjadi dengan sendirinya. Rakyat
perlu mengalami suatu proses belajar untuk mampu mengetahui kesempatan kesempatan untuk
memperbaiki kehidupannya. Setelah mengetahui, kemampuan atau keterampilan mereka juga
seringkali masih perlu ditingkatkan agar dapat memanfaatkan kesempatan-kesempatan itu.
Setelah mengetahui dan memiliki kemampuan untuk memanfaatkan kesempatan, seringkali
orang belum juga mau melakukannya. Oleh karena itu, seringkali diperlukan usaha khusus
untuk membuat rakyat mau bertindak memanfaatkan kesempatan memperbaiki kehidupannya.
Indikaktor keberhasilan pembangunan di Indonesia (termasuk Bali) selama ini hanya
berpatokan pada pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita. Ukuran keberhasilan
pembangunan tersebut tanpa memperhatikan pemerataan distribusi pendapatan bagi seluruh
lapisan penduduk. Kebijakan pembangunan yang difokuskan pada kegiatan yang mampu
mendatangkan pendapatan tinggi, dan mengabaikan berapa persen dari masyarakat yang
mendapatkan bagian dari hasil tersebut.

Membangun
perekonomian
Bali
harus
memperhatikan tiga pilar yakni pertanian, industri kecil, dan pariwisata (Suprapta, 2005). Ketiga
pilar ekonomi itu mampu dikembangkan secara pararel dan bersinergi. Secara historis ketiga
subsektor perekonomian tersebut telah memberikan kehidupan dan penghidupan bagi rakyat
Bali. Kenyataanya, ketiga pilar ekonomi itu sangat berperan dalam menopang konservasi
sumberdaya alam, lingkungan dan revitalisasi budaya Bali.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan penulisan artikel ini adalah mengkaji
prospek perkembangan ketenagakerjaan Provinsi Bali 5 tahun ke depan, karena saat ini Bali
sedang mengalami perubahan struktur produksi dari dominasi sektor pertanian ke dominasi
sektor non pertanian (industri). Meski tidak selalu berjalan seimbang, transformasi produksi ini
biasanya dibarengi dengan transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri.
Adanya transformasi tenaga kerja yang bersifat sektoral ini biasanya juga diikuti dengan
mobilisasi penduduk (tenaga kerja) secara geografis (Pitana dan Gayatri, 2005). Ini berarti
faktor ekonomi mendapat tempat utama sebagai motivasi seseorang untuk berpindah dari satu
daerah ke daerah lain. Migrasi tenaga kerja tidak hanya disebabkan oleh tekanan penduduk
terhadap lahan, tetapi disebabkan juga oleh tuntutan tenaga kerja untuk memperoleh kesempatan
kerja dan pekerjaan yang lebih baik.


3

METODOLOGI
Artikel ini disusun berdasarkan metode deskriptif, yaitu suatu metode yang dirancang
untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan nyata sekarang (sementara
berlangsung). Tujuan menggunakan metode ini adalah untuk menggambarkan sifat suatu
keadaan yang sementara berjalan pada saat penulisan dilakukan, dan memeriksa sebab-sebab dari
suatu gejala tertentu (Travers, 1978). Penyelidikan selanjutnya dengan pengumpulan informasi
melalui pengujian arsip dan dokumen, sehingga dalam tulisan ini juga menggunakan teknik
analisis dokumen berdasarkan data yang disedikan oleh BPS Bali yang tertuang dalam dokumen
Bali dalam Angka 2012.
HASIL
Umur pencari kerja
Tabel 1 menunjukkan bahwa kelompok umur penduduk Bali yang bekerja paling banyak
berada pada kisaran 30-34 tahun, dan kelompok umur yang paling sedikit jumlah pekerjanya
adalah pada kisaran 15-19 tahun.
Tabel 1. Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Kelompok Umur
Tahun 2011


4

Kisaran umur 30-40 tahun adalah masa-masa memasuki Grahasta Asrama awal masa
berumah tangga, sehingga penduduk Bali pada kelompok umur inilah memiiki motivasi yang
paling kuat untuk bekerja karena dorongan untuk menghidupi keluarga kecil mereka. Sedangkan
kelompok umur 15-19 tahun adalah kelompok umur pelajar. Penduduk bali yang berada pada
kisaran umur ini bekerja hanya sebagai penghasilan tambahan.
Jenis Kelamin
Kondisi ketenagakerjaan Bali menurut jenis kelamin disajikan pada Tabel 2. Dominasi
Pria dalam ketenagakerjaan Bali masih tinggi. Ini terlihat dari penduduk usia kerja, angkatan
kerja, jumlah pekerja, dan partisipasi angkatan kerja. Hal ini tidak terlepas dari budaya
masyarakat bali yang menganut paham patrilineal, yaitu menempatkan laki-laki sebagai penerus
dan pewaris keturunan. Namun, berdasarkan Tabe 2 terlihat bahwa pekerja dari kaum
perempuan tidak menunjukkan komposisi yang timpang. Hal ini mengindikasikan juga bahwa di
Bali sudah terjadi pergeseran nilai bahwa kaum perempuan tidak selamanya menjadi ibu rumah
tangga yang harus mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumahan.
Tabel 2. Kondisi Ketenagakerjaan Menurut Jenis Kelamin di Provinsi Bali Tahun
2011

Tingkat Pendidikan

Tabel 3 menunjukkan data penduduk Bali yang berumur 15 Tahun ke atas yang bekerja
menurut pendidikan yang tertinggi yang ditamatkannya. Hasilnya adalah penduduk Bali banyak
bekerja dengan tingkat pendidikan yang rendah (SD) sebanyak 475.727 orang. Data ini juga
mengindikasikan bahwa tingkat pendidikan yang rendah kemungkinan besar mendapatkan
penghargaan dan pendapatan yang rendah pula, kecuali penduduk Bali yang dengan pendidikan
rendah tersebut bukan menjadi karyawan ataupun buruh, melainkan menekuni suatu usaha
misalnya seniman atau pengerajin, pendapatannya akan lebih besar jika dibandingkan dengan
tingkat pendidikannya.

5

Tabel 3. Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Pendidikan yang
Tertinggi yang Ditamatkan Tahun 2011

Status dalam Pekerjaan Utama
Tabel 4 menunjukkan bahwa status pekerjaan utama penduduk Bali adalah sebagai
buruh/karyawan yaitu sebanyak 881.064 orang. Disisi lain terlihat bahwa sudah banyak
penduduk Bali yang berusaha sendiri yaitu sebanyak 314.767 orang. Pekerja bebas pertanian
menjunjukkan data yang memprihatinkan karena jauh lebih sedikit dibandingkan status
pekerjaan lainnya yaitu sebanyak 28.549 orang.

Data ini mengindikasikan juga bahwa
penduduk Bali masih berorientasi ingin menjadi karyawan. Sehingga upaya menumbuhkan
wirausaha-wirausaha muda harus lebih sering dilakukan di Bali.

6

Tabel 4. Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Status Dalam
Pekerjaan Utama Tahun 2011

Lapangan Usaha
Tabel 5 memberi gambaran tentang penduduk Bali yang berumur 15 Tahun ke atas yang
bekerja menurut lapangan usaha. Sebanyak 596.527 orang memilih perdagangan, hotel dan
rumah makan sebagai lapangan usahanya. Selain itu, sebanyak 556.615 orang memilih usaha
pertanian, perkebunan, kehutanan dan perikanan sebagai lahan usahanya. Data ini
mengindikasikan bahwa di Bali sektor yang dominan adalah sektor pariwisata dan sektor
pertanian dalam arti luas.
Jenis Pekerjaan
Tabel 6 menunjukkan data jenis pekerjaan penduduk Bali. Berdasarkan ranking tiga
besar jenis pekerjaan maka dapat diurutkan dari yang terbanyak sebagai berikut: (1) Tenaga
produksi, operator alat sebanyak 685.110 orang; (2) Tenaga usaha pertanian dan kehutanan

sebanyak 551.145 orang; dan (3) Tenaga usaha penjualan sebanyak 408.049 orang. Data ini
mengindikasikan ada keterkaitan antara sektor usaha dan jenis pekerjaan. Tenaga produksi,
operator mewakili sektor industri. Tenaga usaha pertanian jelas-jelas berasal dari sektor
pertanian, sedangkan tenaga penjualan mencirikan dari sektor perdagangan. Dengan demikian
ketiga sektor ini pula akan tumbuh dan berkembang di Bali.

7

Tabel 5. Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Seminggu yang Lalu Menurut
Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin di Provinsi Bali Tahun 2011

PEMBAHASAN
Pencari kerja memiliki karakteristik individu yang beragam. Karakteristik individu
tersebut dapat berupa umur, jenis kelamin dan tingkat pendidikan. Menurut Padmowihadjo
(1994), umur bukan merupakan faktor psikologis, tetapi apa yang diakibatkan oleh umur itu
adalah faktor psikologis dalam belajar. Semakin tinggi umur semakin menurun kerja otot,
sehingga terkait dengan fungsi kerja indera yang semuanya mempengaruhi daya belajar. Pada
masa remaja, yaitu menjelang kedewasaan, perkembangan jauh lebih maju. Walaupun tidak
banyak terjadi perubahan intelektual. Bali memiliki tenaga kerja yang berada pada kisaran umur
30-40 Tahun. Kisaran umur ini adalah kisaran usia yang sangat produktif karena baik secara otot

dan otak pada kisaran umur ini masih berfungsi dengan baik. Dengan demikian, produktivitas
ketenagakerjaan Bali lima tahun mendatang memiliki potensi produktivitas yang tinggi, karena
umur kronologis sebagai ukuran perkembangan dan pencapaian kemampuan tertentu. Selain itu
dari hasil penelitian yang ditemukan bahwa perbedaan umur menunjukkan perbedaan-perbedaan
kematangan, perbedaan-perbedaan ini juga disebabkan oleh pengaruh lingkungan dan
interaksinya dengan individu sebagai diri yang bersangkutan. Terkait dengan perkembangan
umur, kebutuhan-kebutuhan terhadap keterampilan tertentu berubah.
Perbedaan umur
menunjukkan perbedaan keterampilan yang dibutuhkan.

8

Tabel 6. Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut
Pekerjaan/Jabatan Dalam Pekerjaan Utama Tahun 2011

Jenis

Tingkat pendidikan pekerja Bali tergolong sangat rendah (terbanyak tamatan SD). Sistem
pendidikan ketenagakerjaan Bali lima tahun mendatang akan memadai sesuai kebutuhan pasar
kerja apabila: pertama, mampu melahirkan profesional yang cakap secara intelektual, emosional,

dan sosial, tidak gagap dengan spesialisasi pilihannya. Kedua, mampu menyediakan peluang
diajarkannya bidang-bidang pengetahuan umum. Ketiga, mampu membuka peluang bagi
kelahiran kelompok diskusi lintas sektor. Pendekatan pendidikan yang tepat akan mempengaruhi
kelanggengan individu dalam menyelesaikan proses belajarnya dan kesiapannya memasuki dunia
kerja.
Jenis kelamin pekerja berpengaruh terhadap efisiensi kerja. Walaupun informasi tentang
kesetaraan gender sekarang ini banyak terdengar, tetap saja jenis kelamin berpengaruh terhadap
efisiensi kerja. Hal ini disebabkan karena kenyataannya ada pekerjaan yang dapat diterima oleh
pekerja pria maupun wanita. Namun disisi lain, ada pekerjaan yang khusus untuk pria dan khusus
untuk wanita. Contohnya banyak wanita yang bekerja menjadi perawat, dan banyak pria yang
bekerja untuk tenaga keamanan. Ini bukanlah masalah diskriminasi, tetapi masalah kekuatan
fisik yang berkaitan dengan jobdeskripsi pekerjaannya. Lima tahun kedepan, program-program
pelatihan ketenagakerjaan akan lebih efektif apabila jenis kelamin ini menjadi pertimbangan.
Untuk latihan ketenagakerjaan yang memerlukan fisik yang kuat sebaiknya dipilih calon pencari
kerja laki-laki, namun jika pekerjaan tersebut dapat dikerjakan oleh pria maupun wanita, maka
latihannya pun dapat diikuti baik oleh pria maupun wanita.

9

Status pekerjaan utama penduduk Bali adalah sebagai buruh/karyawan. Lima tahun

kedepan kondisi ini pun tidak akan berubah. Pendapatan dari buruh/karyawan tentunya masih
kecil dibandingkan sebagai pengusaha. Tahun ini, telah banyak program pemerintah Provinsi
Bali yang bekerjasama dengan Universitas Udayana diantaranya penumbuhan wirausaha muda,
program kreativitas mahasiswa, inkubator bisnis Universitas Udayana. Jika program-program ini
berhasil, maka status pekerjaan utama penduduk Bali akan bergeser dari buruh/karyawan
menjada berusaha sendiri. Ini menjadi harapan kita bersama, untuk itu evaluasi terhadap
program-program tersebut di atas harus terus dilakukan dan ditingkatkan kualitasnya di tahun
tahun mendatang.
Penduduk memilih perdagangan, hotel dan rumah makan sebagai lapangan usaha yang
terbanyak. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena notabene Bali adalah daerah tujuan wisata
dunia yang sudah terkenal di mancanegara. Lima tahun kedepan, jangan sampai Sektor
pariwisata mematikan sektor-sektor yang lain. Kita tidak dapat hanya bergantung pada satu
sektor saja. Karena jika sektor ini “jatuh” akan berakibat fatal, dan ini sudah terbukti ketika
terjadi tragedi Bom Bali 1 ataupun Bom Bali II. Lima tahun mendatang, membangun
perekonomian Bali harus memperhatikan tiga pilar yakni pertanian, industri kecil, dan
pariwisata.
Jenis pekerjaan penduduk Bali adalah: (1) Tenaga produksi, operator alat sebanyak
685.110 orang; (2) Tenaga usaha pertanian dan kehutanan sebanyak 551.145 orang; dan (3)
Tenaga usaha penjualan sebanyak 408.049 orang. Lima tahun mendatang komposisi jenis
pekerjaan penduduk Bali akan bergeser. Jenis pekerjaan tenaga usaha pertanian dan kehutanan
akan menurun hal ini disebabkan karena banyaknya alih fungsi lahan, dan digantikan oleh tenaga
usaha penjualan. Trend ini sudah terlihat dari jumlah mahasiswa yang memilih jurusan pertanian
yang semakin menurun, dan mahasiswa yang memilih jurusan ekonomi semakin banyak.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai
berikut.
1. Status pekerjaan utama penduduk Bali akan bergeser dari buruh/karyawan menjadi berusaha
sendiri
2. Penduduk memilih perdagangan, hotel dan rumah makan sebagai lapangan usaha yang
terbanyak.
3. Jenis pekerjaan tenaga usaha pertanian dan kehutanan akan menurun hal ini disebabkan
karena banyaknya alih fungsi lahan, dan digantikan oleh tenaga usaha penjualan.

10

DAFTAR PUSTAKA

BPS, 2012. Bali dalam Angka Tahun 2012. Denpasar: BPS Provinsi Bali.
Margono Slamet, 2003. Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. Bogor: IPB Press
Padmowihardjo, S. 1994. Psikologi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka
Pitana, B. I Gde dan Gayatri, PG. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta: Penerbit Andi
Suprapta, D.N. 2005. Pertanian Bali Dipuja Petaniku Merana. Denpasar: Taru Lestari
Foundation.
Travers, M.W Robert, 1978. An Introduction to Educational Research. Edisi Ke-4. New York:
McMillan Publishing, Co.Inc.