Pengaruh Ozon Dalam Mempercepat Waktu Penyembuhan Luka Pada Mencit Galur Swiss Webster Yang Diinduksi Aloksan.

(1)

ABSTRAK

PENGARUH OZON DALAM MEMPERCEPAT WAKTU

PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT GALUR SWISS WEBSTER YANG DIINDUKSI ALOKSAN

Chendry Febrito, 2009

Pembimbing I: Hana Ratnawati, dr., M.Kes Pembimbing II: Jeanny L, dr

Luka adalah sesuatu kerusakan pada struktur tubuh yang menyebabkan kulit menjadi terbuka dan memudahkan terjadinya infeksi. Kadar glukosa tinggi seperti pada diabetes melitus akan memperlambat penyembuhan luka. Ozon telah lama dikenal sebagai agen disinfektan karena bersifat oksidator kuat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh ozon dalam mempercepat penyembuhan luka pada mencit galur Swiss Webster yang diinduksi Aloksan.

Penelitian ini bersifat prospektif eksperimental sungguhan, bersifat komparatif. Hewan coba yang digunakan adalah 24 ekor mencit betina galur Swiss Webster yang telah diadaptasi selama 7 hari kemudian diinduksi aloksan. Mencit yang digunakan adalah yang mempunyai kadar glukosa puasa > 126 mg/dl. Mencit tersebut dibagi menjadi 4 kelompok secara acak (n=6), lalu dibuat luka sayat sepanjang 6 mm di bagian paha. Kelompok kontrol luka tidak diobati, kelompok perlakuan luka dipapari ozon 2 menit dan 4 menit, dan kelompok pembanding luka diolesi povidone iodine 10%. Data yang dihitung adalah lama penyembuhan luka dalam hari hingga kedua tepi luka saling bertautan. Data di analisis menggunakan uji ANAVA satu arah dilanjutkan dengan uji Tukey HSD dengan α = 0,05.

Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p = 0.03) rerata lama penyembuhan luka antara kelompok yang diberi ozon 4 menit (5.6 hari) dan kelompok kontrol (6.5 hari), sedangkan kelompok ozon 2 menit (5.8 hari) tidak berbeda signifikan (p = 0.103).

Kesimpulan penelitian ini adalah pemaparan ozon selama 4 menit mempercepat penyembuhan luka pada mencit yang diinduksi aloksan.


(2)

v ABSTRACT

THE EFFECT OF OZONE IN ACCELERATING WOUND HEALING TIME IN SWISS WEBSTER MICE INDUCED BY ALOXSAN Chendry Febrito, 2009

Tutor I : Hana Ratnawati, dr., M. Kes Tutor II : Jeanny L, dr

The wound is some damage to the body structure that causes the skin to open and facilitate the occurrence of infection. High blood glucose such as in Diabetes mellitus may inhibit wound healing. Ozone has been known as a disinfectant agent due to its oxidant effectivity. The aims of this study is to determine the effect of ozone in accelerating wound healing in Swiss Webster mice induced by aloxsan.

This research is a comparative and prospective experimental design. Animals eksperiments were 24 female mice Swiss Webster strains that have been adapted for 7 days after induced by aloxsan. Mice with fasting glucose level >126 mg/dl were used in this research. Mice are divided into 4 groups randomly, untreated control group, the group induced with ozone for 2 and 4 minutes, and the treatment group applied povidone iodine 10%, then make a 6 mm slice on the thigh of each mice. The wound length measurements were carried out every day until the wound healed. Data was analyze using one-way ANAVA test followed by Tukey HSD test with α = 0.05.

The results showed a significant difference (p =0.03) in average time span of wound healing between groups induced by ozone 4 minutes (5.6day), the control group (6.5day), ozone 2 minutes (5.8day) and povidone iodine 10% (5.8day). The group induced by ozon 4 minutes was significantly different (p =0.03) from that of the control group, while ozon 2 minutes was not significantly different.

The conclusion is ozone induced for 4 minutes accelerate wound healing effect in Swiss Webster mice induced by aloxsan.


(3)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT... v

PRAKATA... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 2

1.3. Maksud dan Tujuan ... 2

1.4. Manfaat Penelitian ... 2

1.5. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ... 2

1.5.1. Kerangka Pemikiran ... 2

1.5.2. Hipotesis ... 3

1.6. Metodologi Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Histologi Kulit ... 4

2.1.1. Epidermis ... 4

2.1.2. Dermis ... 5

2.1.3. Hipodermis ... 6

2.2. Fisiologi Kulit ... 7

2.3 Luka ... 9

2.3.1 Definisi Luka ... 9


(4)

viii

2.3.3 Penyembuhan Luka ... 11

2.3.4 Komplikasi dari Luka ... 13

2.4 Diabetes Melitus ... 14

2.5 Aloksan ... 15

2.6 Ozon ... 16

2.6.1 Definisi Ozon ... 16

2.6.2 Sejarah Terapi Ozon ... 16

2.6.3 Sifat – sifat Ozon ... 17

2.6.4 Mekanisme kerja antimikroba dari Ozon ... 18

2.6.5 Metode pemberian terapi Ozon ... 19

2.6.6 Penggunaan Ozon ... 20

2.6.7 Produksi Ozon medik ... 20

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Alat dan Subjek Penelitian ... 22

3.1.1 Alat Penelitian... 22

3.1.2 Bahan Penelitian ... 22

3.1.3 Subjek Penelitian ... 22

3.1.4 Tempat dan Waktu Penelitian ... 22

3.2 Metode Penelitian ... 23

3.2.1 Desain Penelitian ... 23

3.2.2 Variabel Penelitian ... 23

3.2.2.1 Definisi Konsepsional Variabel ... 23

3.2.2.2 Definisi Operasional Variabel ... 23

3.2.3 Besar Sampel Penelitian ... 23

3.2.4 Prosedur Kerja ... 24

3.2.4.1 Pengumpulan dan Persiapan Bahan Uji ... 24

3.2.4.2 Persiapan Hewan Coba ... 24

3.2.4.3 Prosedur Penelitian ... 25

3.2.5 Cara Pemeriksaan ... 25


(5)

3.2.6.1 Hipotesis Statistik ... 25

3.2.6.2 Kriteria Uji... 26

3.2.7 Aspek Penelitian... 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 27

4.2 Uji Hipotesis... 30

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 31

5.2 Saran ... 31

DAFTAR PUSTAKA ... 32

LAMPIRAN 1 ... 34

LAMPIRAN 2 ... 37

LAMPIRAN 3 ... 38

LAMPIRAN 4 ... 39


(6)

x DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hasil Anova terhadap waktu penutupan luka ... 27 Tabel 4.2 Uji Beda Rata – rata Tukey HSD ... 27


(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Kulit ... 6

Gambar 2.2 Struktur Kimia Aloksan ... 15

Gambar 2.3 Pembentukan dan Penguraian Ozon ... 18

Gambar 2.4 Efek Ozon terhadap Bakteri ... 18


(8)

xii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Hasil Pemeriksaan Lama Penyembuhan Luka dalam

Hari ... 34 Lampiran II Analisis Penutupan Luka dengan Uji ANAVA yang

dilanjutkan dengan Tukey HSD... 37 Lampiran III Tabel Lama Penyembuhan Luka dalam Hari dan

Tabel Hasil Pengukuran GDP setelah diindiksi

aloksan ... ... ... 38 Lampiran IV Lembar Persetujuan Komisi Etik Penelitian ... 37


(9)

34

LAMPIRAN 1

Lama Penyembuhan Luka (hari) Hari 1

No. Mencit Tidak diobati (mm)

Povidone iodine (mm)

Ozon 2 menit (mm)

Ozon 4 menit (mm)

1 6 6 6 6

2 6 6 6 6

3 6 6 6 6

4 6 6 6 6

5 6 6 6 6

6 6 6 6 6

Hari 2

No. Mencit Tidak diobati (mm)

Povidone iodine (mm)

Ozon 2 menit (mm)

Ozon 4 menit (mm)

1 4 3.8 4 3.5

2 4.3 4 3.7 3.8

3 5 3.5 3.5 4.2

4 5.2 4 3.2 3.3

5 4 4 4 3.3

6 5 3.9 3.5 3

Hari 3

No. Mencit Tidak diobati (mm)

Povidone iodine (mm)

Ozon 2 menit (mm)

Ozon 4 menit (mm)

1 3.8 3 3.2 3


(10)

35

3 4 2.7 2.8 3

4 4.3 3.6 2.6 2.9

5 3.8 3 3.1 2.8

6 4.8 2.2 2.9 2.5

Hari 4

No. Mencit Tidak diobati (mm)

Povidone iodine (mm)

Ozon 2 menit (mm)

Ozon 4 menit (mm)

1 2 1.7 2.1 1.9

2 2.5 2 2.3 2

3 3.1 1.8 1.2 2

4 3.8 2.8 1.7 1.2

5 3 2.3 2.4 1.5

6 3.4 1 2 1.3

Hari 5

No. Mencit Tidak diobati (mm)

Povidone iodine (mm)

Ozon 2 menit (mm)

Ozon 4 menit (mm)

1 1.1 0 1.2 0

2 1.4 0.8 1 0.9

3 1.8 1 0 1.2

4 2.3 1.4 0.5 0

5 2 1 1 1


(11)

36 Hari 6

No. Mencit Tidak diobati (mm)

Povidone iodine (mm)

Ozon 2 menit (mm)

Ozon 4 menit (mm)

1 0 0 0 0

2 0 0 0 0

3 0 0 0 0

4 0.6 0 0 0

5 1 0 0 0

6 0.6 0 0 0

Hare 7

No. Mencit Tidak diobati (mm)

Povidone iodine (mm)

Ozon 2 menit (mm)

Ozon 4 menit (mm)

1 0 0 0 0

2 0 0 0 0

3 0 0 0 0

4 0 0 0 0

5 0 0 0 0


(12)

37 LAMPIRAN 2

ANOVA variabel

Squares Sum of df Mean Square F Sig. Between Groups 2,458 3 ,819 3,642 ,030

Within Groups 4,500 20 ,225


(13)

38

LAMPIRAN 3

Tabel Lama Penyembuhan Luka dalam Hari

Mencit Kel 1 Kel 2 Kel 3 Kel 4

1 6 5 6 5

2 6 6 6 6

3 5 6 6 6

4 6 5 7 6

5 6 6 7 6

6 6 6 7 6

Rerata : 5.8 5.6 6.5 5.8

Keterangan :

Kelompok1 : luka sayat dipapari ozon 2 menit/hari Kelompok 2 : luka sayat dipapari ozon 4 menit/hari Kelompok 3 : luka sayat tidak diobati

Kelompok 4 : luka sayat diobati povidone iodine 10% topikal setiap hari TabelHasil Pengukuran Glukosa Darah Puasa (mg/dl) mencit setelah diinduksi aloksan:

Mencit Kel 1 Kel 2 Kel 3 Kel 4

1 150 160 180 135

2 145 170 190 170

3 138 155 167 178

4 160 139 189 165

5 188 156 179 190

6 150 161 144 199


(14)

39


(15)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Chendry Febrito

NRP : 0610007

TTL : Bula, 17 February 1989

Alamat : Jl. Sukakarya Raya No.6, Bandung

Riwayat Pendidikan : SDN 1, Sorong, 2000

SMP Don Bosco, Sorong, 2003


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Luka pada kulit seringkali dialami saat kita berativitas. Luka dapat terjadi secara disengaja atau tidak disengaja, dan sering dianggap hal sepele, tetapi dapat menimbulkan akibat yang berbahaya bila tidak ditangani dengan baik. Ada beberapa keadaan atau penyakit yang dapat memperburuk luka, antara lain penyakit diabetes mellitus dimana kadar glukosa di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat memproduksi atau menggunakan insulin secara cukup. Diabetes mellitus (DM) dapat memperburuk keadaan luka karena terjadinya angiopati, neuropati dan mudah terjadinya infeksi (Sjamsuhidajat dan Wim de Jong, 2005).

WHO memprediksi adanya peningkatan jumlah diabetesi yang cukup besar untuk tahun- tahun mendatang. WHO memprediksi di Indonesia kenaikan jumlah pasien dari 8.6 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21.3 juta pada tahun 2030 ( Perkeni 2006 ). Dengan meningkatnya prevalensi DM maka semakin tinggi pula kebutuhan akan terapi alternatif untuk mengobati luka dengan hasil pengelolaan yang lebih baik. Ozon telah diketahui memiliki kemampuan biologi yang khas sehingga banyak diteliti untuk digunakan dalam dunia medis ( Sudigdo Sastroasmoro, 2004 ). Tahun 1915, Dr. Albert Wolff di Jerman mulai menggunakan ozon untuk menangani pelbagai penyakit kulit. Selama Perang Dunia I, Jerman menggunakan Ozon untuk menangani luka dan infeksi ( Inggriani, 2007 ). Penelitian sebelumnya pada KTI Alvina Dewiyanti didapatkan pemaparan ozon 5 menit lebih baik dalam mempercepat proses penyembuhan luka pada mencit dibandingkan getah jarak cina dan povidone iodine 10% (Alvina Dewiyanti,2009).

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh ozon dalam mempercepat penyembuhan luka pada mencit galur Swis Webster yang diinduksi aloksan.


(17)

2

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, identifikasi masalah penelitian ini adalah apakah ozon mempercepat waktu penyembuhan luka pada mencit yang diinduksi aloksan.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ozon dalam mempercepat waktu penyembuhan luka pada mencit betina yang diinduksi aloksan.

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah Manfaat akademis:

 Manfaat akademik penelitian ini adalah untuk memperluas cakrawala pengetahuan mengenai kegunaan ozon

Manfaat praktis:

 Manfaat praktis penelitian ini adalah agar menjadi informasi bagi masyarakat tentang kegunaan ozon sebagai terapi alternatif untuk penyembuhan luka, khususnya pada keadaan kadar gula darah yang tinggi.

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 1.5.1 Kerangka Pemikiran

Penyembuhan luka terjadi dalam 3 fase, yaitu fase inflamasi, proliferasi, dan remodeling jaringan. Proses ini dipengaruhi banyak faktor antara lain nutrisi, vaskularisasi, dan ada tidaknya infeksi. Ketiga faktor ini berpengaruh cukup besar terhadap waktu penyembuhan luka. Adanya mikroorganisme pada luka menyebabkan terjadinya infeksi, yang merupakan sebab penting dari penghambatan penyembuhan luka karena mengakibatkan cedera persisten dan inflamasi (Sjamsuhidajat dan Wim de Jong, 2005).


(18)

3

DM akan memperlambat penyembuhan luka karena berpengaruh terhadap ketiga faktor diatas yaitu nutrisi, vaskularisasi, dan ada tidaknya infeksi. Nutrisi untuk jaringan berkurang, vaskularisasinya berkurang, dan dengan adanya hiperglikemik merupakan lahan pertumbuhan yang baik bagi mikroorganisme. Ozon (O3) memiliki energi yang sangat besar yang dapat menginaktivasi bakteri, virus, jamur, dan berbagai jenis protozoa. Ozon dapat merusak kapsul dan mengganggu metabolisme bakteri. Sifat ozon sebagai bakterisida, pembersih luka, dan imunoaktivasi dapat mempercepat proses penyembuhan luka ( Sudigdo Sastroasmoro, 2004 ).

Pemberian ozon terhadap luka pada mencit yang diinduksi aloksan diharapkan dapat mempercepat waktu penyembuhan luka.

1.5.2 Hipotesis

Ozon mempercepat waktu penutupan luka pada mencit yang diinduksi aloksan. 1.6 Metodologi Penelitian

Penelitian ini bersifat prospektif eksperimental sungguhan, memakai rancangan percobaan acak lengkap ( RAL ), bersifat komparatif. Data yang diukur adalah kecepatan penyembuhan luka dalam hari pada keempat kelompok mencit yang diinduksi aloksan selama 14 hari kemudian dilukai pada bagian pahanya dan dipapari ozon dengan berbagai variasi lama pemberian dan sebagai pembanding digunakan Povidone Iodine 10%. Hasil penelitian di analisis menggunakan ANAVA kemudian dilanjutkan dengan Uji Tukey HSD.


(19)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Ozon mempercepat penutupan luka pada mencit yang diinduksi aloksan. Kesimpulan tambahan : pemaparan Ozon 4 menit/hari mempercepat penutupan luka secara signifikan, sedangkan pemaparan ozon 2 menit/hari mempercepat penutupan luka namun tidak signifikan.

5.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan hewan coba yang lain.


(20)

32

DAFTAR PUSTAKA

Alvina D, Hana Ratnawati, Sugiarto Puradisastra. 2009. Perbandingan pengaruh ozon, getah Jarak Cina dan Povidone iodine 10% terhadap waktu penyembuhan luka pada mencit betina galur swiss webster. Karya Tulis Ilmiah. Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha- Bandung. Anonimus-1. 2009. Ozone. Diambil dari http://en.wikipedia.org/wiki/Ozone.

Update terakhir 4 January 2009, pukul 04:16.

Enviromental Protection Agency (EPA). 1999. Air Quality Guide for Ozone. Diambil dari http://www.epa.gov/airnow/aqguide.pdf. Update terakhir Juli 1999.

Ganong, W.F., 2003. Fungsi Kulit. Dalam Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta : EGC p.322-325

Halliwel B., Gutteridga M.C. 1991. Free radicals and toxicology. In Free Radical in biology and medicine. 2nd edition. New York : Oxford. p. 310-314

Hampson, Brian. 2000. Use of Ozone for Winery and Environmental Sanitation. Diambil dari http://www.practicalwinery.com/janfeb00/ozone.htm. Update terakhir Februari 2000.

Holmes, Julian. 2009. History of Ozone. Diambil dari http://www.the-o-zone.cc/HTMLOzoneF/ch1.html. Update terakhir Januari 2009.

Inggriani. 2007. Ozone : ‘The silent healer ’. Diambil dari http://www.stanfordcenter.com/artikel /ozonthe% 20 silent% 20healer.pdf. Desember 10 , 2008.

Junquiera, L.C., Carniero, J. 2005. Basic Histology Text and Atlas 11st ed. New York: McGraw Hill Companies,Inc. page: 360-372.

Leeson, C.R., Leeson, T.S., Paparo, A.A., penyunting : Tamblong, jan., Sugito W. 1996. Buku Ajar Histologi edisi V. Jakarta: EGC. hal :306-326.

Meyers. F, H, Jawetz. E, Goldfien. A, 1985. Insulin, glucagon, oral antidiabetic drug and hyperglycemic agents. Dalam : Review of medical pharmacology. 5th edition. Canada. p. 383

PERKENI. 2006. Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta : PB PERKENI


(21)

Rubin, Mordecai B. 2001. The History of Ozone. The Schonbein Period,

1839-1868. Diambil dari

http://www.scs.uiuc.edu/~mainzv/HIST/awards/OPA%20Papers/2001-Rubin.pdf

Sjamsuhidajat, R., Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah edisi 2. Jakarta: EGC. hal: 66-88.

Sudigdo Sastroasmoro. 2004. Terapi ozon. Diambil dari http://www.yanmedik-depkes.net/hta/Hasil%20Kajian%20HTA/2004/Terapi %20Ozon.doc. November 20 , 2008.

WHO, 2009. Incidence and prevalence of diabetes mellitus. Diambil dari

http://www.who.int/topics/diabetes_mellitus/en/. Juli 2009

Yip, Maricela. 2000. Ozone in the Atmosphere. Diambil dari http://www.sbg.ac.at/ipk/avstudio/pierofun/atmo/ozone.htm. Update terakhir 1 Desember 2000.


(1)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Luka pada kulit seringkali dialami saat kita berativitas. Luka dapat terjadi secara disengaja atau tidak disengaja, dan sering dianggap hal sepele, tetapi dapat menimbulkan akibat yang berbahaya bila tidak ditangani dengan baik. Ada beberapa keadaan atau penyakit yang dapat memperburuk luka, antara lain penyakit diabetes mellitus dimana kadar glukosa di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat memproduksi atau menggunakan insulin secara cukup. Diabetes mellitus (DM) dapat memperburuk keadaan luka karena terjadinya angiopati, neuropati dan mudah terjadinya infeksi (Sjamsuhidajat dan Wim de Jong, 2005).

WHO memprediksi adanya peningkatan jumlah diabetesi yang cukup besar untuk tahun- tahun mendatang. WHO memprediksi di Indonesia kenaikan jumlah pasien dari 8.6 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21.3 juta pada tahun 2030 ( Perkeni 2006 ). Dengan meningkatnya prevalensi DM maka semakin tinggi pula kebutuhan akan terapi alternatif untuk mengobati luka dengan hasil pengelolaan yang lebih baik. Ozon telah diketahui memiliki kemampuan biologi yang khas sehingga banyak diteliti untuk digunakan dalam dunia medis ( Sudigdo Sastroasmoro, 2004 ). Tahun 1915, Dr. Albert Wolff di Jerman mulai menggunakan ozon untuk menangani pelbagai penyakit kulit. Selama Perang Dunia I, Jerman menggunakan Ozon untuk menangani luka dan infeksi ( Inggriani, 2007 ). Penelitian sebelumnya pada KTI Alvina Dewiyanti didapatkan pemaparan ozon 5 menit lebih baik dalam mempercepat proses penyembuhan luka pada mencit dibandingkan getah jarak cina dan povidone iodine 10% (Alvina Dewiyanti,2009).

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh ozon dalam mempercepat penyembuhan luka pada mencit galur Swis Webster yang diinduksi aloksan.


(2)

2

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, identifikasi masalah penelitian ini adalah apakah ozon mempercepat waktu penyembuhan luka pada mencit yang diinduksi aloksan.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ozon dalam mempercepat waktu penyembuhan luka pada mencit betina yang diinduksi aloksan.

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah Manfaat akademis:

 Manfaat akademik penelitian ini adalah untuk memperluas cakrawala pengetahuan mengenai kegunaan ozon

Manfaat praktis:

 Manfaat praktis penelitian ini adalah agar menjadi informasi bagi masyarakat tentang kegunaan ozon sebagai terapi alternatif untuk penyembuhan luka, khususnya pada keadaan kadar gula darah yang tinggi.

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 1.5.1 Kerangka Pemikiran

Penyembuhan luka terjadi dalam 3 fase, yaitu fase inflamasi, proliferasi, dan remodeling jaringan. Proses ini dipengaruhi banyak faktor antara lain nutrisi, vaskularisasi, dan ada tidaknya infeksi. Ketiga faktor ini berpengaruh cukup besar terhadap waktu penyembuhan luka. Adanya mikroorganisme pada luka menyebabkan terjadinya infeksi, yang merupakan sebab penting dari penghambatan penyembuhan luka karena mengakibatkan cedera persisten dan inflamasi (Sjamsuhidajat dan Wim de Jong, 2005).


(3)

3

DM akan memperlambat penyembuhan luka karena berpengaruh terhadap ketiga faktor diatas yaitu nutrisi, vaskularisasi, dan ada tidaknya infeksi. Nutrisi untuk jaringan berkurang, vaskularisasinya berkurang, dan dengan adanya hiperglikemik merupakan lahan pertumbuhan yang baik bagi mikroorganisme. Ozon (O3) memiliki energi yang sangat besar yang dapat menginaktivasi bakteri, virus, jamur, dan berbagai jenis protozoa. Ozon dapat merusak kapsul dan mengganggu metabolisme bakteri. Sifat ozon sebagai bakterisida, pembersih luka, dan imunoaktivasi dapat mempercepat proses penyembuhan luka ( Sudigdo Sastroasmoro, 2004 ).

Pemberian ozon terhadap luka pada mencit yang diinduksi aloksan diharapkan dapat mempercepat waktu penyembuhan luka.

1.5.2 Hipotesis

Ozon mempercepat waktu penutupan luka pada mencit yang diinduksi aloksan. 1.6 Metodologi Penelitian

Penelitian ini bersifat prospektif eksperimental sungguhan, memakai rancangan percobaan acak lengkap ( RAL ), bersifat komparatif. Data yang diukur adalah kecepatan penyembuhan luka dalam hari pada keempat kelompok mencit yang diinduksi aloksan selama 14 hari kemudian dilukai pada bagian pahanya dan dipapari ozon dengan berbagai variasi lama pemberian dan sebagai pembanding digunakan Povidone Iodine 10%. Hasil penelitian di analisis menggunakan ANAVA kemudian dilanjutkan dengan Uji Tukey HSD.


(4)

31 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Ozon mempercepat penutupan luka pada mencit yang diinduksi aloksan. Kesimpulan tambahan : pemaparan Ozon 4 menit/hari mempercepat penutupan luka secara signifikan, sedangkan pemaparan ozon 2 menit/hari mempercepat penutupan luka namun tidak signifikan.

5.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan hewan coba yang lain.


(5)

32

DAFTAR PUSTAKA

Alvina D, Hana Ratnawati, Sugiarto Puradisastra. 2009. Perbandingan pengaruh ozon, getah Jarak Cina dan Povidone iodine 10% terhadap waktu penyembuhan luka pada mencit betina galur swiss webster. Karya Tulis Ilmiah. Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha- Bandung. Anonimus-1. 2009. Ozone. Diambil dari http://en.wikipedia.org/wiki/Ozone.

Update terakhir 4 January 2009, pukul 04:16.

Enviromental Protection Agency (EPA). 1999. Air Quality Guide for Ozone.

Diambil dari http://www.epa.gov/airnow/aqguide.pdf. Update terakhir Juli 1999.

Ganong, W.F., 2003. Fungsi Kulit. Dalam Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta : EGC p.322-325

Halliwel B., Gutteridga M.C. 1991. Free radicals and toxicology. In Free Radical in biology and medicine. 2nd edition. New York : Oxford. p. 310-314

Hampson, Brian. 2000. Use of Ozone for Winery and Environmental Sanitation. Diambil dari http://www.practicalwinery.com/janfeb00/ozone.htm. Update terakhir Februari 2000.

Holmes, Julian. 2009. History of Ozone. Diambil dari http://www.the-o-zone.cc/HTMLOzoneF/ch1.html. Update terakhir Januari 2009.

Inggriani. 2007. Ozone : ‘The silent healer ’. Diambil dari

http://www.stanfordcenter.com/artikel /ozonthe% 20 silent% 20healer.pdf.

Desember 10 , 2008.

Junquiera, L.C., Carniero, J. 2005. Basic Histology Text and Atlas 11st ed. New York: McGraw Hill Companies,Inc. page: 360-372.

Leeson, C.R., Leeson, T.S., Paparo, A.A., penyunting : Tamblong, jan., Sugito W. 1996. Buku Ajar Histologi edisi V. Jakarta: EGC. hal :306-326.

Meyers. F, H, Jawetz. E, Goldfien. A, 1985. Insulin, glucagon, oral antidiabetic drug and hyperglycemic agents. Dalam : Review of medical pharmacology. 5th edition. Canada. p. 383

PERKENI. 2006. Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta : PB PERKENI


(6)

33

Rubin, Mordecai B. 2001. The History of Ozone. The Schonbein Period,

1839-1868. Diambil dari

http://www.scs.uiuc.edu/~mainzv/HIST/awards/OPA%20Papers/2001-Rubin.pdf

Sjamsuhidajat, R., Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah edisi 2. Jakarta: EGC. hal: 66-88.

Sudigdo Sastroasmoro. 2004. Terapi ozon. Diambil dari

http://www.yanmedik-depkes.net/hta/Hasil%20Kajian%20HTA/2004/Terapi %20Ozon.doc.

November 20 , 2008.

WHO, 2009. Incidence and prevalence of diabetes mellitus. Diambil dari

http://www.who.int/topics/diabetes_mellitus/en/. Juli 2009

Yip, Maricela. 2000. Ozone in the Atmosphere. Diambil dari

http://www.sbg.ac.at/ipk/avstudio/pierofun/atmo/ozone.htm. Update terakhir 1 Desember 2000.