Hubungan Kadar Glukosa Darah Dengan HbA1c Pada Penderita Diabetes Mellitus.
iv ABSTRAK
HUBUNGAN KADAR GLUKOSA DARAH DENGAN HbA1C PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS
Elisabeth Zora Stianto, 2006, Pembimbing I : Dani Brataatmadja, dr., Sp.PK. Pembimbing II : Lusiana Darsono, dr., M.Kes. Karena morbiditas dan mortalitas pasien Diabetes Mellitus semakin meningkat maka diperlukan pemantauan dan penatalaksanaan DM dengan baik. Dalam memantau penderita DM selain dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah juga dilakukan test lain yaitu dengan pemeriksaan HbA1c dimana dengan test tersebut bisa diketahui keadaan glukosa darah selama 3 bulan terakhir.
Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan membahas mengenai pengertian HbA1c, memberi informasi mengenai berbagai faktor yang menyebabkan tingginya kadar HbA1c, mengetahui hubungan HbA1c dengan kadar glukosa darah pada penyakit diabetes mellitus.
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat analitik dengan mengumpulkan data kadar HbA1c dan kadar glukosa darah penderita DM dari Laboratorium klinik utama Prodia dan beberapa cabangnya di kota Bandung sebanyak 204 data secara retrospektif. Pemeriksaan HbA1c di Laboratorium klinik Prodia dengan menggunakan alat Bio-Rad D-10, sedangkan untuk pemeriksaan glukosa darah di Laboratorium klinik Prodia menggunakan alat Hitachi. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji “t” (p<0.05; p<0.01) dengan korelasi Pearson.
Hasil penelitian menunjukkan koefisien korelasi untuk HbA1c dengan glukosa darah puasa sebesar 0.678 dan koefisen korelasi untuk HbA1c dengan glukosa darah 2 jam post prandial sebesar 0.716, dengan nilai p< 0.001.
Kesimpulan penelitian ini menunjukkan adanya korelasi yang sangat bermakna antara kadar glukosa darah puasa dan glukosa 2 jam post prandial dengan kadar HbA1c.
(2)
v ABSTRACT
RELATIONSHIP BETWEEN GLUCOSE AND HbA1c LEVEL IN BLOOD ON PEOPLE WITH DIABETES MELLITUS
Elizabeth Zora Stianto, 2006, Tutor I : Dani Brataatmadja, dr., Sp.PK Tutor II : Lusiana Darsono, dr., M.Kes
Due to steady inrease in morbidity and mortality of Diabetes Mellitus patients, a thorough observation, holistic approach and management on Diabetes Mellitus are needed. In observation of DM; besides conventional test on blood glucose level, HbA1c test can also be conducted. HbA1c test could be use to disclose blood glucose level of DM patients on the last the three months.
This research intends to offer fairly extensive information on understanding of HbA1c; its role and various factors that trigger increasing of HbA1clevel in blood. This paper also attempts to study and analyze the relationship between glucose and HbA1c level in the blood of diabetes mellitus patients.
This research is based on analytic approach through assembling 204 data retrospectively from numerous Prodia Laboratory’s clinics in Bandung. The data comprises of blood HbA1c level, glucose level upon fasting and 2-hour post-prandial glucose level. The equipment employed for acquiring the data are as follow; Bio-Rad D-10 for HbA1c level survey and a Hitachi device for blood glucose level survey. The data is then analysed with “t” formula (p<0.05; p<0.01) and Pearson’s Correlation.
The research shows correlation coefficient for HbA1cwith blood glucose level upon fasting as 0.678, the 2-hour post prandial blood glucose level as 0.716, and as p value < 0.001.
In conclusion, this research shows essential correlation between blood glucose level upon fasting and 2-hour post prandial blood glucose level with HbA1c level in blood.
(3)
viii DAFTAR ISI
DAFTAR ISI Halaman
ABSTRAK………. iv
ABSTRACT……….. v
KATA PENGANTAR……… vi
DAFTAR ISI………... viii
DAFTAR TABEL……… xi
DAFTAR GAMBAR………... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang……….. 1
1.2 Identifikasi Masalah……….. 3
1.3 Maksud dan Tujuan……… 3
1.4 Manfaat Penelitian………. 3
1.5 Kerangka Pemikiran……….. 4
1.6 Metodologi………... 4
1.7 Lokasi dan Waktu……… 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diabetes Mellitus……… 5
2.1.1 Definisi Diabetes Mellitus………... 5
2.1.2 Klasifikasi Diabetes Mellitus………. 5
2.1.3 Biosintesis dan Macam Insulin……… 5
2.1.4 Etiologi Diabetes Mellitus……….. 6
2.1.5 Klasifikasi Etiologi Diabetes Mellitus……….. 7
2.1.6 Mekanisme Dasar Diabetes Mellitus………..……….. .. 8
(4)
ix
2.1.8 Pencegahan Diabetes Mellitus………... 12
2.1.9 Diagnosis Diabetes Mellitus……… 13
2.1.10 Pengelolaan Diabetes Mellitus……… 16
2.1.10.1 Tujuan Pengelolaan……… 16
2.1.10.2 Penatalaksanaan Diabetes Mellitus……… 17
2.1.10.3 Langkah-langkah Pengelolaan……….. 19
2.2 Pengenalan HbA1c……… 20
2.2.1 Apakah HbA1c itu……….. 20
2.2.2 Struktur HbA1c……….. . 21
2.2.3 Biosintesa HbA1c……….. 23
2.2.4 Pengaruh Glikosilasi terhadap fungsi Hemoglobin…………... 24
2.3 HbA1c dan Diabetes Mellitus……… 25
2.4 Pemeriksaan HbA1c... 28
2.5 Cara Pengukuran HbA1c……… 31
BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Pengumpulan Data………..……….. 32
3.2 Data yang Diambil……….. 32
3.3 Alat dan Bahan Pemeriksaan HbA1c……….. 32
3.3.1 Alat dan Bahan yang dipakai di Prodia Bandung………….. 32
3.3.2 Alat dan Bahan Pemeriksaan HbA1c dengan cara lain…….. 33
3.4 Prosedur Kerja 3.4.1 Pemeriksaan HbA1c dengan Bio-Rad D10……… 33
3.4.2 Pemeriksaan HbA1c dengan Cobas Mira Plus……… 34
3.5 Alat dan Bahan Pemeriksaan Glukosa Darah……… 34
3.6 Prosedur Kerja Pemeriksaan Glukosa Darah………. 35
3.7 Analisis Data dan Uji Hipotesis………. 35
3.7.1 Analisis Data………. 35
3.7.2 Uji Hipotesis……….. 36
3.8 Lokasi dan Waktu……….. 36
(5)
x
3.8.2 Waktu Pengumpulan Data….……… 36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil dan Perhitungan Statistik antara HbA1c Glukosa Darah Puasa dan Glukosa Darah 2 jam PP……… 37
4.2 Pembahasan………... 41
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan……… 43
5.2 Saran……….. 43
DAFTAR PUSTAKA……….. 44
LAMPIRAN 1……….. 45
LAMPIRAN 2……….. 49
(6)
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan
Penyaring dan diagnosis DM (mg/dl)……… 16 Tabel 2.2 Nilai Rujukan……… 16 Tabel 2.3 Perbandingan kadar HbA1c terhadap rata-rata kadar glukosa… 31 Tabel 4.1 Karakteristik subyek penelitian penderita DM……….. 37 Tabel 4.2 Hasil pemeriksaan kadar HbA1c glukosa darah puasa dan
Glukosa darah 2 jam pp pada penderita DM……….. 38 Tabel 4.3 Perbandingan rata-rata kadar HbA1c, glukosa puasa dan
Glukosa 2 jam pp berdasarkan jenis kelamin……… 38 Tabel 4.4 Korelasi antara HbA1c dengan kadar glukosa darah
pada penderita DM……… 39 Tabel 4.5 Tabel hubungan kadar glukosa puasa dan 2 jam pp yang normal
dan abnormal dengan kadar HbA1c yang normal dan
(7)
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Distribusi insulin dalam tubuh………. 6 Gambar 2.2 Gambar kelainan dasar pada DM tipe 2………... 9 Gambar 2.3 Etiologi terjadinya DM tipe 2……….. 9 Gambar 2.4 Reaksi pembentukan HbA1c melalui basa Schiff
diikuti penyusunan ulang Amadori………. 22 Gambar 2.5 Perbedaan skematik antara HbA dan HbA1c merupakan
hasil penempelan molekul glukosa pada gugus NH2
rantaiȕ dari Hb orang dewasa normal………. 23 Gambar 2.6 Biosintesis HbA1c invivo ………. 24 Gambar 2.7 Kurva disosiasi oksigen dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi pelepasan oksigen ke dalam jaringan... 25 Gambar 2.8 Hemoglobin dalam darah bergabung dengan glukosa
membentuk HbA1c………. 26 Gambar 2.9 Gambaran HbA1c pada DM yang terkontrol dan yang
tidak terkontrol………. 27 Gambar 2.10 Grafik HbA1c terhadap glukosa darah………. 27 Gambar 2.11 Gambaran glukosa darah rata-rata selama 4-10 minggu 29 Gambar 2.12 Indikator ketaatan pasien terhadap diet dan pengobatan 30 Gambar 2.13 Detektor kerancuan metabolisme karbohidrat………… 30
(8)
45 LAMPIRAN 1
Tabel 4.1. Tabulasi Data Pengukuran Kadar HbA1c, Glukosa Puasa, dan
Glukosa 2 jam PP
No Jenis Kelamin Usia
(Tahun) HbA1c Glukosa Puasa Glukosa 2 jam PP
1 Perempuan 64 6.3 118 (-) 114 (-)
2 Laki-laki 66 8.5 111 (+) 201 (+)
3 Laki-laki 59 5.3 131 (-) 134 (-)
4 Laki-laki 59 7 117 (-) 156 (-)
5 Laki-laki 47 6.5 145 (-) 233 (+)
6 Perempuan 64 8.1 210 (-) 286 (+)
7 Perempuan 72 6.3 112 (-) 167 (-)
8 Laki-laki 54 7.3 137 (-) 212 (+)
9 Perempuan 58 8 160 (-) 270 (-)
10 Perempuan 67 7 105 (-) 134 (-)
11 Perempuan 87 8.5 140 (-) 337 (+2)
12 Perempuan 49 5.7 96 (-) 97 (-)
13 Laki-laki 54 7.8 160 (-) 193 (-)
14 Perempuan 66 6.7 127 (-) 142 (-)
15 Laki-laki 42 8.4 223 (+3) 358 (+4)
16 Laki-laki 56 13 307 (+4) 570 (+4)
17 Laki-laki 54 10.2 197 (+2) 473 (+3)
18 Laki-laki 57 11.5 236 (-) 180 (-)
19 Perempuan 46 9 238 (+4) 292 (+4)
20 Laki-laki 62 10.2 178 (-) 245 (+)
21 Laki-laki 44 6.1 106(-) 109 (-)
22 Laki-laki 48 6 101 104
23 Perempuan 67 6.8 104(-) 202 (+)
24 Laki-laki 42 13.1 185 (+3) 547 (+4)
25 Perempuan 79 8.4 124 (-) 227 (-)
26 Laki-laki 63 7.5 136 (-) 163 (+)
27 Laki-laki 60 10.2 192 (-) 249 (-)
28 Laki-laki 60 9.1 140 (-) 139 (-)
29 Perempuan 64 7 109 (-) 113 (-)
30 Laki-laki 59 6.3 108 (-) 155 (-)
31 Perempuan 76 6.4 128 (-) 106 (-)
32 Laki-laki 58 13.3 295 (+4) 532 (+4)
33 Laki-laki 57 11 247 (+2) 248 (+2)
34 Perempuan 69 10.4 243 (+) 359 (+3)
35 Laki-laki 51 6.7 178 (-) 176 (-)
36 Perempuan 63 8 151 (-) 172 (-)
37 Perempuan 66 7.3 143(-) 236 (-)
38 Perempuan 66 8.2 182 (-) 235 (+2)
39 Perempuan 65 9 214 (-) 276 (+2)
40 Laki-laki 57 10.3 129 (-) 191 (-)
41 Perempuan 10 10.7 126 (-) 135 (+)
42 Perempuan 45 9.6 210 (+3) 247 (+4)
43 Laki-laki 58 6.6 84 (-) 196 (+)
44 Perempuan 72 7.6 129 (-) 136 (-)
45 Perempuan 49 7.7 170 250
(9)
46
No Jenis Kelamin Usia
(Tahun) HbA1c Glukosa Puasa Glukosa 2 jam PP
47 Laki-laki 31 5.8 91 90
48 Laki-laki 67 8.2 168 298
49 Perempuan 58 9.2 164 177
50 Perempuan 66 7.8 99 163
51 Laki-laki 67 6.2 98 84
52 Laki-laki 57 6.2 101 71
53 Perempuan 52 7.3 139 160
54 Perempuan 43 6.9 116 94
55 Perempuan 50 9.2 169 256
56 Perempuan 78 8.3 130 205
57 Laki-laki 78 8.3 111 218
58 Laki-laki 62 7.6 128 252
59 Perempuan 73 8 128 191
60 Perempuan 57 7.4 151 278
61 Laki-laki 58 8.1 186 222
62 Perempuan 56 12.6 142 284
63 Laki-laki 79 7.2 133 194
64 Laki-laki 74 8.7 167 205
65 Laki-laki 64 6.8 98 132
66 Perempuan 57 7.5 109 139
67 Perempuan 38 11.3 231 273
68 Laki-laki 65 7 118 122
69 Laki-laki 81 6.2 126 149
70 Laki-laki 59 7.6 75 145
71 Laki-laki 55 10.8 204 328
72 Laki-laki 67 7 135 185
73 Laki-laki 65 6.8 115 177
74 Perempuan 38 6 113 102
75 Laki-laki 73 7.6 156 231
76 Perempuan 63 7.1 124 145
77 Laki-laki 36 5.8 89 72
78 Laki-laki 48 10.1 186 320
79 Perempuan 54 6 90 92
80 Laki-laki 69 7.1 151 200
81 Laki-laki 40 5.9 130 120
82 Laki-laki 64 6.6 108 160
83 Perempuan 52 13.4 218 292
84 Perempuan 67 6.9 135 119
85 Perempuan 52 5.7 76 87
86 Perempuan 59 6.9 92 115
87 Laki-laki 48 6.2 99 102
88 Laki-laki 64 8.9 193 281
89 Perempuan 77 6.7 85 74
90 Laki-laki 68 8.3 104 185
91 Laki-laki 75 7.4 106 163
92 Laki-laki 64 7.2 148 183
93 Perempuan 61 8.3 130 218
94 Perempuan 75 6.6 92 97
95 Laki-laki 66 8 156 210
96 Laki-laki 45 5.9 92 91
97 Perempuan 51 5.3 82 134
98 Laki-laki 58 7.3 154 175
(10)
47
No Jenis Kelamin Usia
(Tahun) HbA1c Glukosa Puasa Glukosa 2 jam PP
100 Perempuan 49 8.2 182 274
101 Laki-laki 45 9.8 85 116
102 Laki-laki 58 6.7 127 150
103 Perempuan 62 7.2 82 118
104 Laki-laki 75 7 114 101
105 Laki-laki 61 7.6 136 242
106 Perempuan 78 6.4 105 89
107 Laki-laki 69 6.2 141 107
108 Laki-laki 33 5.9 81 150
109 Laki-laki 29 9.3 192 351
110 Laki-laki 41 5.6 89 144
111 Laki-laki 58 6.9 118 103
112 Laki-laki 47 5.6 88 73
113 Laki-laki 79 7.9 83 147
114 Laki-laki 80 7.9 144 161
115 Laki-laki 59 8.5 98 212
116 Perempuan 33 6 89 175
117 Perempuan 49 9.8 153 252
118 Laki-laki 58 7.4 104 238
119 Perempuan 50 8.2 150 134
120 Laki-laki 63 7.1 94 172
121 Laki-laki 51 7.3 115 139
122 Perempuan 70 8.5 104 208
123 Perempuan 74 8.4 128 254
124 Perempuan 44 7.2 193 195
125 Perempuan 77 9 187 207
126 Laki-laki 87 6 84 108
127 Laki-laki 64 8.5 161 199
128 Laki-laki 50 6.4 100 137
129 Laki-laki 46 5.3 119 120
130 Laki-laki 73 9.9 363 413
131 Laki-laki 51 7.9 97 79
132 Laki-laki 79 8 85 193
133 Perempuan 64 7.5 167 277
134 Laki-laki 60 7.3 116 185
135 Laki-laki 59 7 131 200
136 Laki-laki 41 5.9 128 121
137 Laki-laki 51 8.7 205 329
138 Perempuan 58 9.5 185 271
139 Laki-laki 71 11.3 178 250
140 Laki-laki 68 6.3 104 181
141 Perempuan 49 8.6 167 200
142 Laki-laki 42 6.4 125 192
143 Laki-laki 77 6 100 133
144 Laki-laki 63 6 85 169
145 Laki-laki 62 5.7 103 107
146 Laki-laki 49 5.6 85 95
147 Perempuan 57 8.6 161 260
148 Laki-laki 62 8.7 107 265
149 Laki-laki 53 9.3 120 123
150 Perempuan 43 7.1 138 235
151 Laki-laki 56 5.4 80 119
(11)
48
No Jenis Kelamin Usia
(Tahun) HbA1c Glukosa Puasa Glukosa 2 jam PP
153 Laki-laki 25 4.9 75 81
154 Laki-laki 54 6 104 115
155 Laki-laki 85 13.5 124 155
156 Laki-laki 63 7.8 111 143
157 Laki-laki 47 6.5 106 177
158 Perempuan 52 11 111 219
159 Laki-laki 43 5.5 94 89
160 Laki-laki 69 6.7 120 108
161 Perempuan 89 6 118 184
162 Perempuan 71 6.5 114 155
163 Laki-laki 52 9.6 142 188
164 Laki-laki 53 8.6 170 260
165 Laki-laki 58 5.9 124 113
166 Perempuan 57 8.6 227 244
167 Laki-laki 65 5.8 106 213
168 Laki-laki 58 7.1 176 234
169 Laki-laki 67 12.1 159 265
170 Laki-laki 47 12.5 202 405
171 Perempuan 64 7.4 151 167
172 Laki-laki 52 9.3 168 171
173 Laki-laki 80 8 121 196
174 Laki-laki 70 7 157 253
175 Perempuan 49 5 86 79
176 Perempuan 54 6.8 107 146
177 Laki-laki 69 11.7 136 189
178 Laki-laki 59 5.3 83 71
179 Perempuan 74 7.1 112 205
180 Laki-laki 68 6.5 126 145
181 Laki-laki 68 7 131 146
182 Perempuan 58 6.3 103 174
183 Perempuan 77 9 163 192
184 Laki-laki 61 5.6 114 130
185 Laki-laki 58 6.9 104 171
186 Perempuan 22 4.9 96 101
187 Perempuan 62 13.9 295 435
188 Laki-laki 45 6.5 91 102
189 Laki-laki 54 10.8 252 252
190 Laki-laki 52 7.4 123 239
191 Perempuan 70 7.7 102 158
192 Laki-laki 40 5.6 88 88
193 Laki-laki 73 7.2 131 247
194 Perempuan 50 10 139 240
195 Laki-laki 36 5.3 75 86
196 Perempuan 57 10.4 220 302
197 Perempuan 60 7.3 116 133
198 Laki-laki 51 6.8 113 111
199 Laki-laki 65 8.7 269 280
200 Perempuan 58 10.4 158 256
201 Perempuan 55 8.1 126 206
202 Perempuan 50 8.2 150 134
203 Perempuan 44 7.1 138 235
(12)
49
LAMPIRAN 2
Gambar L2.1. Alat Bio-Rad D-10 (tampak samping)
(13)
50
Gambar L2.3. Rak Tabung
(14)
51
Gambar L2.5. Alat Hitachi (tampak muka)
(15)
52
Gambar L2.7. Alat Hitachi (tampak atas) Tempat Meletakkan Sampel
Gambar L2.8. Alat Hitachi (tampak atas) Tempat Reagen
(16)
53
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Nama Lengkap : Elisabeth Zora Stianto
2. Tempat dan tanggal lahir : Purwokerto, 24 Februari 1984
3. Alamat : Jl. MT. Haryono 7
Banjarnegara
4. Riwayat pendidikan :
1995 lulus SD Negeri Krandegan II Banjarnegara 1998 lulus SMP Negeri I Banjarnegara
2001 lulus SMU Negeri I Purwokerto
(17)
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia karena penurunan efektifitas dan atau jumlah insulin, akibat gangguan pankreas. Pada keadaan normal pankreas memproduksi insulin untuk memetabolisme karbohidrat yang terkandung dalam makanan yang kita makan. Penurunan efektifitas dan atau jumlah insulin menyebabkan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, air, dan elektrolit. (Kahn, 2001; Knudson, 2001)
Diabetes mellitus dibedakan menjadi 2 tipe yaitu Insulin Dependent Diabetes
Mellitus (IDDM) dan Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). IDDM
dikenal sebagai DM tipe 1. Penderita DM tipe 1. Penderita DM tipe 1 tergantung pada terapi insulin dan penderitanya sering mengalami ketosis. NIDDM dikenal sebagai DM tipe 2, penderita DM tipe 2 tidak tergantung pada terapi insulin, dapat dijumpai pada penderita obesitas maupun non obesitas, dan umumnya penderita DM tipe 2 jarang mengalami ketosis. (Schteingart, 1992)
Menurut penelitian epidemiologi yang sampai saat ini telah dilaksanakan di Indonesia, kekerapan diabetes berkisar antara 1,4 s/d 1,6%, kecuali di dua tempat yaitu di Pekajangan dan di Manado yang agak tinggi sebesar 2,3% dan 6%. Melihat tendensi kenaikan kekerapan diabetes secara global yang tadi dibicarakan terutama disebabkan oleh karena peningkatan kemakmuran suatu populasi, maka dengan demikian dapat dimengerti bila suatu saat atau lebih tepat lagi dalam kurun waktu 1 atau 2 dekade yang akan datang kekerapan DM di Indonesia akan meningkat dengan drastis. (Slamet Suyono, 1999)
Prevalensi DM tipe 2 pada bangsa kulit putih berkisar antara 3-6% dari orang dewasanya. Ini merupakan standard untuk membandingkan kekerapan diabetes antar berbagai kelompok etnik di seluruh dunia. Dengan demikian kita dapat membandingkan prevalensi di suatu Negara atau suatu kelompok etnis tertentu dengan kelompok etnis kulit putih pada umumnya. Misalnya di Negara-negara
(18)
2
berkembang yang laju pertumbuhan ekonominya sangat menonjol, misalnya di Singapura, kekerapan diabetes sangat meningkat dibanding dengan 10 tahun yang lalu. Demikian pula pada beberapa kelompok etnik di beberapa negara yang mengalami perubahan gaya hidup yang sangat berbeda dengan cara hidup sebelumnya karena memang mereka lebih makmur, kekerapan diabetes bisa mencapai 35% seperti misalnya di beberapa bangsa Mikronesia dan Polinesia di Pasifik, Indian Pima di AS, orang Mexico yang ada di AS, bangsa Creole di Asia. Prevalensi tinggi juga ditemukan di Malta, Arab Saudi, Indian Canada dan Cina di Mauritius, Singapura dan Taiwan. (Ranakusuma, dkk, 1999)
Diabetes mellitus merupakan penyakit menahun yang umumnya diderita sepanjang sisa hidup penderita, dan perlu pengobatan jangka panjang dengan biaya cukup besar. Selain itu, penderita sering mengalami penyulit-penyulit akibat komplikasi DM. Maka upaya-upaya untuk penegakan diagnosis dini dan pengelolaan penderita DM perlu ditingkatkan untuk menurunkan angka morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi DM. Pengelolaan DM terutama ditujukan pada pengendalian kadar glukosa darah penderita DM. (PERKENI, 2002)
Secara konvensional, kriteria baik buruknya kontrol penyandang diabetes mellitus, didasarkan pada hasil ukur glukosa darah, glukosa urine dan/atau reduksi urine yang dianggap mempunyai korelasi dengan perkembangan sekuele penyakit tersebut, akan tetapi hal ini tidak pernah terbukti. Hasil ukur glukosa dalam darah dan urine sangat bergantung pada subyektivitas penderita. Fenomena umum penderita diabetes adalah bahwa mereka selalu mempersiapkan diri sebaik-baiknya dalam melaksanakan diet dan pengobatan pada waktu hendak ke dokter, sehingga hasil ukur sakar darah yang diperoleh kurang mencerminkan pengendalian metabolisme karbohidrat yang sebenarnya. (PRODIA 1984)
Penetapan kuantitas HbA1c merupakan suatu cara yang bermanfaat untuk memprediksi derajat intoleransi glukosa dan derajat kontrol metabolisme karbohidrat penderita diabetes, sekaligus mengeliminasi beberapa kekurangan cara-cara pemeriksaan sebelumnya, seperti glukosa darah atau urine yang dibuktikan sangat fluktuatif dan subyektif.
(19)
3
Oleh karena itu penulis ingin melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara kadar glukosa darah dengan kadar HbA1c pada penderita diabetes
mellitus. Di lain pihak penulis merasa bahwa pemeriksaan HbA1c sering terlupakan oleh dokter-dokter, sehingga merasa perlu mengangkat pentingnya pemeriksaan HbA1c ini pada penderita diabetes mellitus.
1.2Identifikasi masalah
Adakah hubungan antara kadar glukosa yang tinggi dengan kadar HbA1c.
1.3Maksud dan Tujuan
1.3.1 Maksud Penelitian
Mengetahui korelasi antara kadar HbA1c yang tinggi dengan kadar glukosa darah
yang tinggi.
1.3.2 Tujuan Penelitian
1. Memberi informasi yang lebih mendalam mengenai HbA1c untuk memahami
pengertian dari HbA1c.
2. Memberi informasi mengenai berbagai faktor yang menyebabkan tingginya kadar HbA1c.
3. Memberi informasi mengenai cara pengukuran HbA1c
4. Memberi informasi yang lebih mendalam mengenai hubungan erat HbA1c
dengan diabetes mellitus.
1.4Manfaat Penelitian
Setelah membaca karya tulis ilmiah ini diharapkan pembaca dapat menambah wawasan, ilmu mengenai peran HbA1c dalam penyakit DM serta memberikan
informasi kepada para klinisi terhadap peran HbA1c dalam penanganan penyakit
(20)
4
1.5. Kerangka Pemikiran
Pada penderita diabetes mellitus akan terjadi peningkatan kadar glukosa darah. (Slamet Suyono, 1999). Kelebihan glukosa dalam darah akan bersatu dengan hemoglobin menjadi “glicosylated haemoglobin“, yang disebut HbA1c. Kelebihan
HbA1c akan muncul dalam darah. (Karen P. Peterson, 1998)
Menurut Huisman dan Dozy (1962) terdapat korelasi antara tingginya kadar glukosa darah dengan kenaikan HbA1c pada penderita diabetes mellitus. (Jurnal
Prodia, 1984).
Hipotesis: kadar glukosa yang tinggi akan menyebabkan HbA1c meningkat.
1.6. Metodologi
Pengumpulan data dari rekam medik mulai Desember 2005- Maret 2006 dengan cara deskriptif retrospektif, kemudian dilakukan analisis secara statistik.
1.7. Lokasi dan Waktu
Lokasi penelitian di Laboratorium klinik utama Wastukencana, Prodia Buah Batu, Prodia Maranatha dari bulan Februari sampai Juni 2006.
(21)
43
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Terdapat hubungan antara glukosa darah dengan HbA1c pada penderita diabetes
mellitus. Makin tinggi kadar glukosa darah puasa maupun glukosa darah 2 jam pp
maka kadar HbA1c juga akan makin tinggi.
5.2. Saran
1. Penelitian lebih lanjut dengan sample,variable yang lebih banyak dan waktu penelitian yang lebih panjang.
2. Pemeriksaan HbA1c terhadap pasien Diabetes Mellitus hendaknya selalu dilakukan
karena dapat digunakan sebagai monitor pada pengendalian penyakit Diabetes Mellitus. Sehingga dapat mengetahui apakah kadar glukosa nya terkontrol dengan baik atau buruk. Dengan demikian terjadinya komplikasi dapat dicegah.
(22)
44
DAFTAR PUSTAKA
American Association for Clinical Chemical, Inc.1998. Endokrinology and
Metabolism. http://www.clinchem.org/cgi/content/full/44/9/1951. 6 Mei 2006
Askandar Tjokroprawiro A. 2001. Klasifikasi diabetes mellitus. Diabetes
Mellitus: klasifikasi, diagnosis, dan terapi. Edisi 3. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama. p. 10-15, 49
Guyton & Hall, 1997. Endokrinologi insulin, glukagon dan diabetes mellitus. Dalam: Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi !X. Jakarta: EGC. p. 1021-1025
Hardjoeno H dkk. 2003. Interpretasi Hasil Laboratorium Diagnostik. Makasar: LEPHAS. p. 167-184.
Kahn SE, Porte D.2001. The Metabolic and Molecular Disease. 8th ed. California Massachusetts New York Ontario Amsterdam Bonn Paris Milan Madrid Sydney Singapore Tokyo Seoul Taipei Mexico city San Juan Puorto Rico; Addison Weslwy Publising Company. p. 95- 99.
Karen P. Peterson et al. 1998. Endokrinology and Metabolism. http://www.clinchem.org/cgi/content/full/44/9/1951. 6 Mei 2006
Knudson P, Weinstock R, Henry JB. 2001. Carbohydrate. In: JB Henry (ed)
Clinical diagnosis and management by laboratory methods, 20th ed.
Philadelphia London Toronto Montreal Sydney Tokyo; Wb Saunders company. p. 211-221.
M.W. Haznam. 1991. Pankreas Endokrin. In: Endokrinologi. Bandung. Hal: 49
PERKENI. 2002. Pengelolaan diabetes mellitus tipe 2 di Indonesia. hal. 1-14
PRODIA. 1984. Gliko Hemoglobin. hal. 1-20
Sarwono Waspadji. 1999. Mekanisme Dasar dan Pengelolaan DM yang Rasional.
In: Sidartawan, Pradana, Imam (eds), Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu, edisi ke-1. Jakarta. Pusat Diabetes dan Lipid RSUP Nasional Dr C
Mangunkusumo Fakultas Kedokteran UI. Hal: 21-30
Scheteingart DE. 1992. Pancreas: Glucose Metabolism and Diabetes mellitus. In: SA Price , LM Wilson (eds), Patophisiology. Clinical concept of Disease
(23)
45
Processes, 4th edition. New York Philadelphia: Mosby –Year Book, Inc. p. 1109-1117.
Sidartawan Soegondo. 1999. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Mellitus Terkini.
In: Sidartawan,Pradana, Imam (eds), Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. edisi ke-1. Jakarta. Pusat Diabetes dan Lipid RSUP Nasional Dr. C.
Mangunkusumo Fakultas Kedokteran UI. Hal: 13-16 :
Slamet Suyono.1999. Kecenderungan Peningkatan Jumlah pasien Diabetes. In: Sidartawan, Pradana, Imam (eds), Penatalaksanaan Diabetes Mellitus
Terpadu. edisi ke-1. Jakarta. Pusat Diabetes dan Lipid RSUP Nasional Dr. C
Mangunkusumo Fakultas Kedokteran UI. Hal 2,9
Supartondo. 1996. Diabetes Mellitus Terapi dengan Pendekatan Rasional. In: Sarwono W, Rino A, Siti S, Idrus A (eds) Ilmu Penyakit Dalam, edisi ke-1. Jakarta: Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. hal: 165
http://www.geocities.com/diabeteschart/hba1ctest.html
(1)
2
berkembang yang laju pertumbuhan ekonominya sangat menonjol, misalnya di Singapura, kekerapan diabetes sangat meningkat dibanding dengan 10 tahun yang lalu. Demikian pula pada beberapa kelompok etnik di beberapa negara yang mengalami perubahan gaya hidup yang sangat berbeda dengan cara hidup sebelumnya karena memang mereka lebih makmur, kekerapan diabetes bisa mencapai 35% seperti misalnya di beberapa bangsa Mikronesia dan Polinesia di Pasifik, Indian Pima di AS, orang Mexico yang ada di AS, bangsa Creole di Asia. Prevalensi tinggi juga ditemukan di Malta, Arab Saudi, Indian Canada dan Cina di Mauritius, Singapura dan Taiwan. (Ranakusuma, dkk, 1999)
Diabetes mellitus merupakan penyakit menahun yang umumnya diderita sepanjang sisa hidup penderita, dan perlu pengobatan jangka panjang dengan biaya cukup besar. Selain itu, penderita sering mengalami penyulit-penyulit akibat komplikasi DM. Maka upaya-upaya untuk penegakan diagnosis dini dan pengelolaan penderita DM perlu ditingkatkan untuk menurunkan angka morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi DM. Pengelolaan DM terutama ditujukan pada pengendalian kadar glukosa darah penderita DM. (PERKENI, 2002)
Secara konvensional, kriteria baik buruknya kontrol penyandang diabetes mellitus, didasarkan pada hasil ukur glukosa darah, glukosa urine dan/atau reduksi urine yang dianggap mempunyai korelasi dengan perkembangan sekuele penyakit tersebut, akan tetapi hal ini tidak pernah terbukti. Hasil ukur glukosa dalam darah dan urine sangat bergantung pada subyektivitas penderita. Fenomena umum penderita diabetes adalah bahwa mereka selalu mempersiapkan diri sebaik-baiknya dalam melaksanakan diet dan pengobatan pada waktu hendak ke dokter, sehingga hasil ukur sakar darah yang diperoleh kurang mencerminkan pengendalian metabolisme karbohidrat yang sebenarnya. (PRODIA 1984)
Penetapan kuantitas HbA1c merupakan suatu cara yang bermanfaat untuk memprediksi derajat intoleransi glukosa dan derajat kontrol metabolisme karbohidrat penderita diabetes, sekaligus mengeliminasi beberapa kekurangan cara-cara pemeriksaan sebelumnya, seperti glukosa darah atau urine yang
(2)
3
Oleh karena itu penulis ingin melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara kadar glukosa darah dengan kadar HbA1c pada penderita diabetes mellitus. Di lain pihak penulis merasa bahwa pemeriksaan HbA1c sering terlupakan oleh dokter-dokter, sehingga merasa perlu mengangkat pentingnya pemeriksaan HbA1c ini pada penderita diabetes mellitus.
1.2 Identifikasi masalah
Adakah hubungan antara kadar glukosa yang tinggi dengan kadar HbA1c.
1.3 Maksud dan Tujuan
1.3.1 Maksud Penelitian
Mengetahui korelasi antara kadar HbA1c yang tinggi dengan kadar glukosa darah yang tinggi.
1.3.2 Tujuan Penelitian
1. Memberi informasi yang lebih mendalam mengenai HbA1c untuk memahami pengertian dari HbA1c.
2. Memberi informasi mengenai berbagai faktor yang menyebabkan tingginya kadar HbA1c.
3. Memberi informasi mengenai cara pengukuran HbA1c
4. Memberi informasi yang lebih mendalam mengenai hubungan erat HbA1c dengan diabetes mellitus.
1.4 Manfaat Penelitian
Setelah membaca karya tulis ilmiah ini diharapkan pembaca dapat menambah wawasan, ilmu mengenai peran HbA1c dalam penyakit DM serta memberikan informasi kepada para klinisi terhadap peran HbA1c dalam penanganan penyakit DM.
(3)
4
1.5. Kerangka Pemikiran
Pada penderita diabetes mellitus akan terjadi peningkatan kadar glukosa darah. (Slamet Suyono, 1999). Kelebihan glukosa dalam darah akan bersatu dengan hemoglobin menjadi “glicosylated haemoglobin“, yang disebut HbA1c. Kelebihan HbA1c akan muncul dalam darah. (Karen P. Peterson, 1998)
Menurut Huisman dan Dozy (1962) terdapat korelasi antara tingginya kadar glukosa darah dengan kenaikan HbA1c pada penderita diabetes mellitus. (Jurnal Prodia, 1984).
Hipotesis: kadar glukosa yang tinggi akan menyebabkan HbA1c meningkat.
1.6. Metodologi
Pengumpulan data dari rekam medik mulai Desember 2005- Maret 2006 dengan cara deskriptif retrospektif, kemudian dilakukan analisis secara statistik.
1.7. Lokasi dan Waktu
(4)
43
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Terdapat hubungan antara glukosa darah dengan HbA1c pada penderita diabetes mellitus. Makin tinggi kadar glukosa darah puasa maupun glukosa darah 2 jam pp maka kadar HbA1c juga akan makin tinggi.
5.2. Saran
1. Penelitian lebih lanjut dengan sample,variable yang lebih banyak dan waktu penelitian yang lebih panjang.
2. Pemeriksaan HbA1c terhadap pasien Diabetes Mellitus hendaknya selalu dilakukan karena dapat digunakan sebagai monitor pada pengendalian penyakit Diabetes Mellitus. Sehingga dapat mengetahui apakah kadar glukosa nya terkontrol dengan baik atau buruk. Dengan demikian terjadinya komplikasi dapat dicegah.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
American Association for Clinical Chemical, Inc.1998. Endokrinology and Metabolism. http://www.clinchem.org/cgi/content/full/44/9/1951. 6 Mei 2006
Askandar Tjokroprawiro A. 2001. Klasifikasi diabetes mellitus. Diabetes Mellitus: klasifikasi, diagnosis, dan terapi. Edisi 3. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. p. 10-15, 49
Guyton & Hall, 1997. Endokrinologi insulin, glukagon dan diabetes mellitus. Dalam: Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi !X. Jakarta: EGC. p. 1021-1025
Hardjoeno H dkk. 2003. Interpretasi Hasil Laboratorium Diagnostik. Makasar: LEPHAS. p. 167-184.
Kahn SE, Porte D.2001. The Metabolic and Molecular Disease. 8th ed. California Massachusetts New York Ontario Amsterdam Bonn Paris Milan Madrid Sydney Singapore Tokyo Seoul Taipei Mexico city San Juan Puorto Rico; Addison Weslwy Publising Company. p. 95- 99.
Karen P. Peterson et al. 1998. Endokrinology and Metabolism. http://www.clinchem.org/cgi/content/full/44/9/1951. 6 Mei 2006
Knudson P, Weinstock R, Henry JB. 2001. Carbohydrate. In: JB Henry (ed)
Clinical diagnosis and management by laboratory methods, 20th ed.
Philadelphia London Toronto Montreal Sydney Tokyo; Wb Saunders company. p. 211-221.
M.W. Haznam. 1991. Pankreas Endokrin. In: Endokrinologi. Bandung. Hal: 49
PERKENI. 2002. Pengelolaan diabetes mellitus tipe 2 di Indonesia. hal. 1-14
PRODIA. 1984. Gliko Hemoglobin. hal. 1-20
Sarwono Waspadji. 1999. Mekanisme Dasar dan Pengelolaan DM yang Rasional. In: Sidartawan, Pradana, Imam (eds), Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu, edisi ke-1. Jakarta. Pusat Diabetes dan Lipid RSUP Nasional Dr C Mangunkusumo Fakultas Kedokteran UI. Hal: 21-30
Scheteingart DE. 1992. Pancreas: Glucose Metabolism and Diabetes mellitus. In: SA Price , LM Wilson (eds), Patophisiology. Clinical concept of Disease
(6)
45
Processes, 4th edition. New York Philadelphia: Mosby –Year Book, Inc. p. 1109-1117.
Sidartawan Soegondo. 1999. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Mellitus Terkini. In: Sidartawan,Pradana, Imam (eds), Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. edisi ke-1. Jakarta. Pusat Diabetes dan Lipid RSUP Nasional Dr. C. Mangunkusumo Fakultas Kedokteran UI. Hal: 13-16
:
Slamet Suyono.1999. Kecenderungan Peningkatan Jumlah pasien Diabetes. In: Sidartawan, Pradana, Imam (eds), Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. edisi ke-1. Jakarta. Pusat Diabetes dan Lipid RSUP Nasional Dr. C Mangunkusumo Fakultas Kedokteran UI. Hal 2,9
Supartondo. 1996. Diabetes Mellitus Terapi dengan Pendekatan Rasional. In: Sarwono W, Rino A, Siti S, Idrus A (eds) Ilmu Penyakit Dalam, edisi ke-1. Jakarta: Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. hal: 165
http://www.geocities.com/diabeteschart/hba1ctest.html