Perbandingan Kadar Glukosa Darah Kapiler Dengan kadar Glukosa Darah Vena Menggunakan Glukometer Pada Penderita Diabetes Melitus.

(1)

iv

ABSTRAK

PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DARAH KAPILER DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH VENA MENGGUNAKAN GLUKOMETER

PADA PENDERITA DIABETES MELITUS

Albert Yap, 2013,

Pembimbing I: Christine Sugiarto, dr., Sp.PK Pembimbing II: Lisawati Sadeli, dr., M.Kes

Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Pada pemeriksaan kadar glukosa darah untuk pasien DM, bahan pemeriksaan darah kapiler sering digunakan daripada darah vena. Walaupun demikian penggunaan darah kapiler sebagai bahan pemeriksaan kadar glukosa tentunya akan memiliki hasil yang berbeda daripada darah vena. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan kadar gula pada darah kapiler dibandingkan darah vena dengan glukometer pada pasien DM.

Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan rancangan cross-sectional dengan subjek 30 penderita DM dengan kadar glukosa darah >140 mg/dl. Kadar glukosa darah yang diukur merupakan kadar glukosa darah sewaktu pada darah kapiler dan vena menggunakan glukometer. Kesesuaian kedua hasil pemeriksaan tersebut diuji dengan uji t berpasangan dengan α = 0,05.

Hasil Kadar glukosa darah kapiler berkisar antara 142-476 mg/dl dengan rerata 250,80 mg/dl, kadar glukosa darah vena berkisar antara 153-492 mg/dl dengan rerata 248,20 mg/dl. Perbedaan rerata keduanya sebesar 2,60 mg/dl mg/dl dengan perbedaan yang tidak signifikan (p>0,05).

Simpulan dari penelitian ini adalah kadar glukosa darah kapiler dengan kadar glukosa darah vena memiliki perbedaan yang tidak signifikan.


(2)

v

ABSTRACT

THE COMPARABILITY OF CAPILLARY BLOOD GLUCOSE

LEVEL TO VENOUS BLOOD GLUCOSE LEVEL USING

GLUCOMETER IN DIABETES MELLITUS PATIENT

Albert Yap, 2013

1st Tutor : Christine Sugiarto, dr., Sp.PK 2nd Tutor : Lisawati Sadeli, dr., M.Kes

Backgrounds Diabetes Mellitus (DM) is a group of metabolic diseases characterized by hyperglycemia resulting from defects in insulin secretion, insulin action, or both. Capillary blood is more often used than venous blood in testing blood glucose level for DM patient. Nevertheless, by using capillary blood instead of venous blood as test sample, it varies the test result. Therefore the purpose of this research is to compare the blood glucose levels in capillary blood and venous blood, as determined by a glucometer, in DM patient.

Methods A quantitative study with a cross-sectional design analysis is used in this research and is complemented by observational studies. The subjects of this research consist of 30 DM patient with glucose level >140 mg/dl .Both capillary and venous random blood glucose levels were measured using glucose meter. The measurements were statistically analyzed using paired t-test (α=0.05).

Results The mean random glucose level in capillary blood was 250.80 mg/dl and varies between 142-476 mg/dl. The mean random glucose level in venous blood was 248.20 mg/dl and varies between 153-492 mg/dl. The mean difference in glucose level between the capillary and venous sample was 2.60 mg/dl. The mean difference was statistically not significant (p>0.05).

Conclusion There is no difference between blood glucose level in capillary blood and venous blood.

Keywords: Blood Glucose Level, Capillary Blood, Venous Blood, Glucometer, DM.


(3)

viii

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 2

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 2

1.4.1 Manfaat Akademis ... 2

1.4.2 Manfaat Praktis ... 3

1.5 Kerangka Pemikiran ... 3

1.6 Hipotesis Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembuluh Darah ... 5

2.1.1 Pembuluh Darah ... 5

2.1.2 Histologi Pembuluh Darah ... 5

2.1.3 Faal Pembuluh Darah ... 6

2.2 Karbohidrat ... 7

2.3 Glukosa ... 9

2.3.1 Peran Biomedis Glukosa ... 9


(4)

ix

2.3.2 Pengaturan Kadar Glukosa Darah ... 11

2.4 Diabetes Melitus... 12

2.4.1 Klasifikasi ... 13

2.4.2 Kriteria Diagnosis... 14

2.5 Pemeriksaan Kadar glukosa darah ... 15

2.5.1 Metode Pemeriksaan Kadar glukosa darah ... 15

2.5.2 Metode glucose oxidase Biosensor pada Glukometer ... 16

` 2.5.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Pemeriksaan ... 18

2.5.4 Keakuratan Glukometer ... 19

2.6 Kadar Glukosa Darah pada Arteri , Kapiler dan Vena... 20

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan, Alat, dan Subjek Penelitian ... 23

3.1.1 Bahan dan Alat Penelitian ... 23

3.1.2 Subjek Penelitian ... 23

3.1.3 Besar Sampel Penelitian ... 23

3.2 Metode Penelitian... 24

3.2.1 Desain Peneitian ... 24

3.2.2 Data yang Diukur ... 24

3.3 Definisi Operasional Penelitian... 24

3.4 Prosedur Kerja... .... ...24

3.4.1 Persiapan Pemeriksaan... ... ...24

3.4.2 Pengumpulan Bahan Pemeriksaan... ...25

3.4.3 Prosedur Pemeriksaan... ... ...25

3.5 Analisis Data...26

3.5.1 Hipotesis Statistik...26

3.5.2 Kriteria uji...26

3.6 Tempat dan Waktu Penelitian...26

3.7 Alur Penelitian ... 27


(5)

x

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ... 29

4.2 Uji Hipotesis... 30

4.3 Pembahasan... ... 30

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 32

5.2 Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33

LAMPIRAN ... 35


(6)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Faktor-faktor yang berpotensi menggangu hasil test glukometer ... 19 Tabel 4.1 Rerata Kadar Glukosa Darah Orang Percobaan Menggunakan


(7)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Histologi Pembuluh Darah ... 6

Gambar 2.2 Struktur kimia Glukosa ... 9

Gambar 2.3 Reaksi Glucose Oxidase ... 16

Gambar 2.4 Reaksi Hexokinase ... 16

Gambar 2.5 Glukometer ... 17

Gambar 2.6 Prinsip Metode Glucose Oxidase Biosensor ... 18

Gambar 2.7 Perbedaan Kadar Glukosa Darah Arteri dan Darah Vena Saat Puasa dan Setelah Mengkonsumsi 100 gram Glukosa ... 21


(8)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Hasil Uji Perhitungan Statistik ... 35

Lampiran 2. Lembar Persetujuan Subjek Penelitian ... 36

Lampiran 3. Surat Keputusan Komisi Etik ... 37


(9)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Dengan berkembangnya teknologi sekarang ini, menyebabkan segala sesuatu menjadi lebih mudah dan cepat sehingga terjadi perubahan gaya hidup menjadi sedentary lifestyles. Sedentary lifestyles menyebabkan banyak bermunculan penderita penyakit metabolik, salah satunya Diabetes Melitus (DM). DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya (ADA , 2010).

Berdasarkan penelitian prevalensi DM tahun 2004 oleh World Health Organization (WHO), penderita DM di dunia pada tahun 2000 berjumlah 171 juta orang dan diperkirakan jumlahnya akan meningkat menjadi 366 juta orang pada tahun 2030. Di Indonesia sendiri telah diprediksi oleh WHO bahwa terjadi kenaikan penderita DM dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030 (wild et al., 2004).

DM dapat dikontrol dengan selalu menjaga kadar glukosa darah pada kadar normal. Hal ini dapat dicapai dengan edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani, dan intervensi farmakologis. Keberhasilan terapi DM dapat diketahui bila kadar glukosa darah normal. Dengan kemajuan teknologi sekarang ini, penderita DM dapat memantau kadar glukosa darah demi mengetahui keberhasilan terapi dengan menggunakan alat glukometer (PERKENI, 2011).

Pemeriksaan kadar glukosa darah dapat dilakukan dengan berbagai metode berupa hexokinase, glucose oxidase serta glucose dehydrogenase. Metode hexokinase, yang merupakan gold standard pemeriksaan kadar glukosa darah, menggunakan bahan pemeriksaan berupa darah vena dan sering dilakukan di laboratorium. Pada pemeriksaan kadar glukosa darah menggunakan metode glucose oxidase digunakan bahan pemeriksaan berupa darah kapiler dan sering diterapkan pada alat glukometer yaitu alat pemeriksaan kadar glukosa darah yang biasa dipakai di rumah. Penggunaan darah kapiler pada alat glukometer ini lebih


(10)

2

memudahkan pasien DM dalam mengontrol kadar glukosa darah mereka setiap saat. Penggunaan darah kapiler lebih memudahkan pasien karena lebih mudah diambil, rasa sakit lebih sedikit, dan darah yang dipergunakan jumlahnya juga lebih sedikit (PERKENI, 2011).

Darah kapiler berupa whole blood juga sering digunakan sebagai home monitoring dan near patient monitoring devices. Masih banyak klinisi yang menggunakan darah kapiler sebagai bahan pemeriksaan penunjang kadar glukosa darah dengan tujuan untuk mendiagnosis hipoglikemi, normoglikemi, hiperglikemi, dan memantau terapi. Penggunaan darah kapiler sebagai bahan pemeriksaan untuk mendiagnosis intoleransi glukosa masih diperdebatkan dikarenakan perbedaan nilai yang bervariasi dengan kadar glukosa darah vena yang merupakan gold standard. Penelitian yang dilakukan oleh Marta Stahl et al. (tahun 1997) merekomendasikan penggunaan darah kapiler dalam bedside test hanya untuk mendiagnosis hipoglikemi ataupun hiperglikemia parah dan memonitor kadar glukosa darah >5mmol/L (90 mg/dl) pada pasien DM (Stahl M, 1997). Berdasarkan alasan di atas, penulis ingin mengetahui perbandingan kadar glukosa darah pada darah kapiler dengan darah vena pada pasien DM.

1.2 Identifikasi Masalah

Apakah kadar glukosa darah kapiler berbeda dengan kadar glukosa darah vena pada penderita DM.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui apakah perbandingan kadar glukosa darah pada darah kapiler lebih tinggi daripada darah vena pada pasien DM.

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah 1.4.1Manfaat Akademis

Manfaat akademis penelitian ini adalah menambah pengetahuan mengenai rentang perbedaan kadar gula darah pada darah kapiler dibandingkan darah vena pada pasien DM.


(11)

3

1.4.2Manfaat Praktis

Manfaat praktis penelitian ini adalah menanambah pengetahuan mengenai penggunaan darah kapiler sebgagi bahan pemeriksaan pengganti darah vena dalam mengukur kadar glukosa darah sewaktu pada penderita DM.

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 1.5.1Kerangka Pemikiran

DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya (ADA, 2010).

Pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan plasma darah vena. Penggunaan whole blood kapiler atau vena memiliki angka kriteria diagnostik yang berbeda. Pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan glukometer (PERKENI, 2011).

Darah kapiler hampir sama dengan darah arteri karena kadar glukosa dan oksigennya yang lebih mirip dengan darah arteri dibandingkan dengan darah vena (Somogyi, 1948; Rasaiah, 1985). Glukosa akan berdifusi melalui kapiler agar dapat digunakan oleh sel tubuh sehingga kadar glukosa darah arteri yang merupakan sumber kapiler seharusnya lebih tinggi daripada vena (Sacks, 2006). Selama berpuasa, kadar glukosa darah kapiler hanya 2 hingga 5 mg/dL lebih tinggi dibanding kadar glukosa darah vena. Setelah Tes Toleransi Glukosa Oral kadar glukosa darah kapiler 20 hingga 70 mg/dl ( rata-rata 30 mg/dL) lebih tinggi dibanding kadar glukosa darah vena (Larsson-Cohn, 1976).

Dengan demikian, peneliti berpendapat pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu kapiler juga akan memberikan nilai lebih tinggi dibandingkan kadar glukosa darah sewaktu vena pada pasien DM.


(12)

4

1.5.2 Hipotesis Penelitian

Kadar glukosa darah sewaktu kapiler lebih tinggi dibandingkan kadar glukosa darah sewaktu vena pada penderita DM.


(13)

32

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Kadar glukosa darah kapiler dan kadar glukosa darah vena memiliki perbedaan yang tidak signifikan.

5.2. Saran

 Darah kapiler mungkin dapat digunakan sebagai bahan pemeriksaan kadar glukosa, misalnya pada pasien yang tidak dapat dilakukan pengambilan darah vena, bayi atau keadaan emergensi dengan hiperglikemi, demi mendapatkan diagnosis yang dini dan cepat ,karena tidak perlu melakukan phlebotomy dan pengelolaan darah sebagai bahan pemeriksaan.

 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk membandingkan kadar glukosa darah kapiler dengan vena pada penderita hipoglikemia dan bayi serta pasien-pasien emergensi.

 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk membandingkan kadar glukosa darah kapiler dengan vena pada pemeriksaan glukosa darah puasa dan TTGO pada penderita diabetes.


(14)

38

RIWAYAT HIDUP

Nama : Albert Yap

NRP : 1010143

Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 27 Agustus 1993

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Kopo Permai III blok 49A No.17, Bandung, Jawa Barat

Riwayat Pendidikan :

1998-1999 TKK Kalam Kudus , Bandung

1999-2005 SDK Kalam Kudus , Bandung

2005-2008 SMPK 1 BPK Penabur , Bandung

2008-2010 SMAK 1 BPK Penabur , Bandung

2010-sekarang Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung


(15)

PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DARAH KAPILER DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH VENA MENGGUNAKAN

GLUKOMETER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS Albert Yap1, Christine Sugiarto2, Lisawati Sadeli2

1. Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung

2. Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha Jl. Prof. Drg. Suria Sumantri MPH No. 65 Bandung 40164 Indonesia ABSTRAK

Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Pada pemeriksaan kadar glukosa darah untuk pasien DM, bahan pemeriksaan darah kapiler sering digunakan daripada darah vena. Walaupun demikian penggunaan darah kapiler sebagai bahan pemeriksaan kadar glukosa tentunya akan memiliki hasil yang berbeda daripada darah vena. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan kadar gula pada darah kapiler dibandingkan darah vena dengan glukometer pada pasien DM.

Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan rancangan cross-sectional dengan subjek 30 penderita DM dengan kadar glukosa darah >140 mg/dl. Kadar glukosa darah yang diukur merupakan kadar glukosa darah sewaktu pada darah kapiler dan vena menggunakan glukometer. Kesesuaian kedua hasil pemeriksaan tersebut diuji dengan uji t berpasangan dengan α = 0,05.

Hasil Kadar glukosa darah kapiler berkisar antara 142-476 mg/dl dengan rerata 250,80 mg/dl, kadar glukosa darah vena berkisar antara 153-492 mg/dl dengan rerata 248,20 mg/dl. Perbedaan rerata keduanya sebesar 2,60 mg/dl mg/dl dengan perbedaan yang tidak signifikan (p>0,05).

Simpulan dari penelitian ini adalah kadar glukosa darah kapiler dengan kadar glukosa darah vena memiliki perbedaan yang tidak signifikan.


(16)

THE COMPARABILITY OF CAPILLARY BLOOD GLUCOSE LEVEL TO VENOUS BLOOD GLUCOSE LEVEL USING GLUCOMETER IN

DIABETES MELLITUS PATIENT

Albert Yap1, Christine Sugiarto2, Lisawati Sadeli2

1. Faculty of Medicine, Maranatha Christian University, Bandung 2. Department of Clinical Pathology, Maranatha Christian University, Bandung

Faculty of Medicine, Maranatha Christian University Jl. Prof. Drg. Suria Sumantri MPH No. 65 Bandung 40164 Indonesia

ABSTRACT

Backgrounds Diabetes Mellitus (DM) is a group of metabolic diseases characterized by hyperglycemia resulting from defects in insulin secretion, insulin action, or both. Capillary blood is more often used than venous blood in testing blood glucose level for DM patient. Nevertheless, by using capillary blood instead of venous blood as test sample, it varies the test result. Therefore the purpose of this research is to compare the blood glucose levels in capillary blood and venous blood, as determined by a glucometer, in DM patient.

Methods A quantitative study with a cross-sectional design analysis is used in this research and is complemented by observational studies. The subjects of this research consist of 30 DM patient with glucose level >140 mg/dl .Both capillary and venous random blood glucose levels were measured using glucose meter. The measurements were statistically analyzed using paired t-test (α=0.05).

Results The mean random glucose level in capillary blood was 250.80 mg/dl and varies between 142-476 mg/dl. The mean random glucose level in venous blood was 248.20 mg/dl and varies between 153-492 mg/dl. The mean difference in glucose level between the capillary and venous sample was 2.60 mg/dl. The mean difference was statistically not significant (p>0.05). Conclusion There is no difference between blood glucose level in capillary blood and venous blood.


(17)

PENDAHULUAN

Diabetes Melitus (DM)

merupakan suatu kelompok

penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya (1). Berdasarkan penelitian

prevalensi DM tahun 2004 oleh

World Health Organization (WHO),

penderita DM di dunia pada tahun 2000 berjumlah 171 juta orang dan

diperkirakan jumlahnya akan

meningkat menjadi 366 juta orang pada tahun 2030. Di Indonesia sendiri telah diprediksi oleh WHO bahwa terjadi kenaikan penderita DM dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030 (2).

Dengan kemajuan teknologi sekarang ini, penderita DM dapat memantau kadar glukosa darah

demi mengetahui keberhasilan

terapi dengan menggunakan alat glukometer (3).

Pemeriksaan kadar glukosa darah dapat dilakukan dengan berbagai metode berupa hexokinase,

glucose oxidase serta glucose

dehydrogenase. Metode hexokinase,

yang merupakan gold standard

pemeriksaan kadar glukosa darah, menggunakan bahan pemeriksaan berupa darah vena dan sering dilakukan di laboratorium. Pada pemeriksaan kadar glukosa darah

menggunakan metode glucose oxidase

digunakan bahan pemeriksaan

berupa darah kapiler dan sering diterapkan pada alat glukometer

yaitu alat pemeriksaan kadar

glukosa darah yang biasa dipakai di rumah. Penggunaan darah kapiler pada alat glukometer ini lebih memudahkan pasien DM dalam mengontrol kadar glukosa darah

mereka setiap saat. Penggunaan darah kapiler lebih memudahkan pasien karena lebih mudah diambil, rasa sakit lebih sedikit, dan darah yang dipergunakan jumlahnya juga lebih sedikit (3).

Darah kapiler berupa whole

blood juga sering digunakan sebagai

home monitoring dan near patient

monitoring devices. Masih banyak

klinisi yang menggunakan darah kapiler sebagai bahan pemeriksaan penunjang kadar glukosa darah dengan tujuan untuk mendiagnosis

hipoglikemi, normoglikemi,

hiperglikemi, dan memantau terapi. Penggunaan darah kapiler sebagai

bahan pemeriksaan untuk

mendiagnosis intoleransi glukosa masih diperdebatkan dikarenakan perbedaan nilai yang bervariasi dengan kadar glukosa darah vena. Penggunaan darah kapiler dalam

bedside test direkomendasikan

hanya untuk mendiagnosis

hipoglikemi ataupun hiperglikemia parah dan memonitor kadar glukosa darah >5mmol/L (90 mg/dl) pada pasien DM (4). Berdasarkan alasan di

atas, penulis ingin mengetahui perbandingan kadar glukosa darah pada darah kapiler dengan darah vena pada pasien DM.

TUJUAN PENELITIAN

Untuk mengetahui apakah

perbandingan kadar glukosa darah pada darah kapiler lebih tinggi daripada darah vena pada pasien DM.

ALAT, BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini adalah penelitian observasional analitik

dengan rancangan cross-sectional.


(18)

darah sewaktu kapiler dan vena

menggunakan uji “t” berpasangan dengan α=0,05.

Data yang diukur adalah kadar glukosa darah sewaktu kapiler dan vena orang percobaan yang diukur

menggunakan metode glucose oxidase

menggunakan alat glukometer. Bahan Penelitian

 Darah kapiler

 Darah vena

Alat Penelitian

 Glukometer

 Lancet

 Spuit

 Kapas alkohol 70 %

Cara Kerja :

 Lakukan pengambilan sampel

darah kapiler dilakukan pada ujung jari kedua atau ketiga

atau keempat subjek

penelitian.

 Lakukan pengambilan sampel

darah vena dilakukan pada

vena brachialis subjek

penelitian.

Prosedur pemeriksaan

menggunakan alat glukometer

dengan sampel berupa darah kapiler dan darah vena. Langkah–langkah prosedur pemeriksaan:

 Ambil satu strip dari tabung. Segera tutup kembali tabung. Pastikan kode angka yang

terdapat pada strip sama dengan kode yang tertera pada tabungnya

 Masukkan strip ke dalam slot

yang terdapat pada alat

pengukur glukometer.

Kemudian alat tersebut akan menampilkan kode strip.

 Ketika pada layar alat

pengukur tampak gambar

tetesan darah segera teteskan darah kapiler subjek penelitian ke bagian target dari strip. Darah akan terserap sehingga akan timbul warna merah pada daerah target.

 Hasil pemeriksaan akan

tampak segera setelah 10 detik.

 Jika sudah selesai cabut strip dari slot lalu buang ke tempat sampah.

 Lakukan hal serupa untuk

darah vena.

HASIL PENELITIAN

Hasil analisis penelitian

perbandingan kadar glukosa darah kapiler dengan kadar glukosa darah

vena menggunakan glukometer

pada penderita DM, dilakukan pada 30 orang percobaan dengan hasil rerata pada kadar glukosa kapiler

dan vena serta hasil uji “t”

berpasangan disajikan pada tabel 4.1 di bawah ini.

Tabel 1 Rerata Kadar Glukosa Darah Orang Percobaan Menggunakan Glukometer

N Rerata Std.

Deviasi

Uji t Kadar

Glukosa

Kapiler 30 250,80 90,76

p>0,05


(19)

Kadar glukosa darah kapiler

orang percobaan yang diukur

menggunakan glukometer berkisar antara 142-476 mg/dl dengan rerata 250,80 mg/dl. Kadar glukosa darah vena orang percobaan berkisar antara 153-492 mg/dl dengan rerata 248,20 mg/dl yang berarti rerata kadar glukosa darah kapiler subjek lebih besar daripada kadar glukosa darah vena dengan perbedaan

sebesar 2,60 mg/dl dan

perbandingan Kapiler/Vena sebesar

1,01 . Dengan menggunakan uji “t”

berpasangan didapatkan nilai t hitung = 0,678 dengan nilai p = 0,503.Hal ini berarti perbandingan kadar glukosa darah kapiler dengan kadar glukosa darah vena berbeda tidak nyata (p>0,05).

PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini menunjukkan tidak adanya perbedaan antara darah kapiler dan darah vena. Hal ini mungkin dapat dikarenakan adanya faktor-faktor pengganggu terhadap glukometer itu sendiri. Faktor-faktor yang mungkin terjadi pada penelitian ini adalah :

 Kesalahan operasional.

Pada saat pengambilan sampel

darah kapiler mungkin terjadi

pemerasan pada ujung jari sehingga

terjadi ‘milking’. Hal ini tentunya

akan menyebabkan terjadinya

hemodilusi oleh cairan jaringan serta adanya hemolisis dari sampel darah. Hal ini dapat memberikan hasil yang lebih rendah dari yang semestinya (5).

 Perbedaan kadar oksigen kapiler dan vena

Metode pemeriksaan glukometer

merupakan metode enzimatik

menggunakan enzim glucose

oxidase, oksigen pada metode

merupakan kompetitor terhadap reaksi yang berlangsung antar

glucose oxidase dengan glukosa

darah, sehingga apabila kadar

oksigen darah lebih rendah, dapat

menyebabkan pembacaan kadar

glukosa darah yang lebih tinggi. Hal ini terjadi pada darah vena, darah vena memiliki saturasi O2 yang lebih

rendah dibanding darah kapiler, oleh karena itu hasil pembacaan darah vena akan memiliki nilai yang lebih besar dari yang semestinya. Sehingga selisih atau perbedaan kadar glukosa darah kapiler dengan vena menjadi lebih rendah (6).

 Rendahnya aliran darah pada

ujung jari.

Perbedaan kadar glukosa darah ini juga mungkin dapat dipengaruhi oleh suhu. Pada suhu rendah, pembuluh darah perifer atau pada penelitian ini kapiler permukaan, akan mengalami vasokonstriksi serta terjadi penurunan aliran darah (7).

Penurunan aliran darah pada kapiler menyebabkan stasis aliran darah,

konsumsi glukosa pada darah

kapiler meningkat seiring dengan

penurunan aliran darah pada

kapiler. Hal ini akan menyebabkan hasil pengukuran kadar glukosa darah kapiler yang lebih rendah .

 Kadar insulin yang rendah pada penderita DM.

Subjek penelitian merupakan

orang DM dengan kadar glukosa

tinggi (>140 mg/dl). Subjek

penelitian memiliki DM yang tidak terkontrol, sehingga terjadi kadar insulin yang rendah dan kadar glukosa yang darah yang tinggi. Kadar insulin yang rendah atau tidak adekuatnya kerja insulin


(20)

glukosa darah kapiler dan darah vena yang rendah dan dengan

adanya insulin memberikan

perbedaan yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan ambilan glukosa oleh

jaringan bergantung pada

sensitivitas jaringan terhadap insulin dan kadar insulin yang bersirkulasi di dalam darah (8).

SIMPULAN

Kadar glukosa darah kapiler dan kadar glukosa darah vena memiliki perbedaan yang tidak signifikan.

SARAN

Darah kapiler mungkin dapat

digunakan sebagai bahan

pemeriksaan kadar glukosa,

misalnya pada pasien yang tidak dapat dilakukan pengambilan darah vena, bayi atau keadaan emergensi

dengan hiperglikemi, demi

mendapatkan diagnosis yang dini dan cepat ,karena tidak perlu

melakukan phlebotomy dan

pengelolaan darah sebagai bahan pemeriksaan.

Perlu dilakukan penelitian

lanjutan untuk membandingkan

kadar glukosa darah kapiler dengan vena pada penderita hipoglikemia

dan bayi serta pasien-pasien

emergensi.

Perlu dilakukan penelitian

lanjutan untuk membandingkan

kadar glukosa darah kapiler dengan vena pada pemeriksaan glukosa darah puasa dan TTGO pada penderita diabetes.

DAFTAR PUSTAKA

1. American Diabetes Association.

2010. Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. Diabetes Care, 33 (supl 1): s62-s69.

2. Wild, S., Roglic, G., Grenn, A., Sicree, R., & King, H. 2004. Global Prevalence of Diabetes Estimates for the year 2000 and projections for 2030. Diabetes Care 27, 1047– 1053.

3. Perkumpulan Endokrinologi

Indonesia. 2011. Konsensus

Pengendalian dan Pencegahan

Diabetes Mellitus Tipe2 di

Indonesia. Jakarta.

4. Stahl M, B. I. 1997. Quality assessment of blood glucose

testing in general practitioners’

offices improves quality. Clin Chem(43), 1926-1931.

5. Tonyushkina, K., & Nichols, J. H. 2009. Glucose Meters: A Review

of Technical Challenges to

Obtaining Accurate Results.

Journal of Diabetes Science and Technology, July, 3(4): 971–980. 6. Gutman ,S. January 21, 1998.

Review criteria for Assessment of

portable invasive glucose

monitoring in vitro diagnostic

devices which use glucose

oxidase, dehydrogenase or

hexokinase methodology. FDA document.

7. Liu D, M. E. 1992. Arterial, arterialized venous, venous and

capillary blood glucose

measurements in normal man

during hyperinsulinaemic

euglycaemia and hypoglycaemia. Diabetologia , 35:287-290.

8. Somogyi, M. 1948. Studies of

Arteriovenous Differences in

Blood Sugar ; Effect of

Alimentary Hyperglycemia on Rate of Extrahepatic Glucose

Assimilation. The Journal of


(21)

33

DAFTAR PUSTAKA

ACON Diabetes Care United States. 2013. Retrieved August 9, 2013, from On Call Plus: http://www.us.acondiabetescare.com/portals/0/Images/On-Call_Plus.jpg.

American Diabetes Association. 2010. Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. Diabetes Care, 33 (supl 1): s62-s69.

Atkin SH, Dasmahapara A, Jaker MA et al. 1991.Fingerstick glucose determination in shock. Ann Intern Med ;114:1020-1024.

Bender, D. A. 2009. Carbohydrates of Physiologic Significance. In R. K. Murray, V. W. Rodwell, K. M. Botham, P. J. Kennelly, P. A. Weil, & D. A. Bender, Harper's Illustrated Biochemistry (28th Edition ed., pp. 113-120). Mc Graw Hill.

Burtis, C. A., Ashwood, E. R., & Burns, D. E. 2008. Tietz Fundamental of Clinical Chemistry. Philadelphia: Saunders.

D'Orazio, P., & Meyerhoff, M. E. 2006. Electrochemistry and Chemical Sensors. In C. A. Burtis, E. R. Ashwood, & D. E. Bruns, TIETZ Textbook of Clinical Chemistry and Molecular Diagnostics (4th Edition ed., pp. 93-120). USA: Elsevier Saunders.

Drake, R. L., Vogl, A. W., & Mitchell, A. W. 2010. Gray's Anatomy for Students. Philadelphia: Churchill Livingstone.

Diabetes Health. 2012. Retrieved Januari 10, 2012. Blood Glucose Meter. http://www.diabeteshealth.com/browse/products/meters/.

Eriksson KF, F. G. 1983. Capillary-venous differences in blood glucose values during the oral glucose tolerance test. Clin Chem 29(5), 993.

Gartner, L. P., & Hiatt, J. L. 2006. Color textbook of histology 3rd ed. Philadelphia: Saunders.

Gutman ,S. January 21, 1998. Review criteria for Assessment of portable invasive glucose monitoring in vitro diagnostic devices which use glucose oxidase, dehydrogenase or hexokinase methodology. FDA document.


(22)

34

Guyton, A. C., & Hall, J. E. 2007. Textbook of medical physiology 11th ed. Philadelphia: Elsevier Inc.

Henry, J. B. 2001. Clinical diagnosis and Management by Laboratory Methods (20th ed.). Philadelphia: Saunders.

Larsson-Cohn. 1976. Differences Between Capillary and Venous blood glucose during oral glucose tolerance tests. Scand J Clin Lab Invest(36), 805-808. Liu D, M. E. 1992. Arterial, arterialized venous, venous and capillary blood

glucose measurements in normal man during hyperinsulinaemic euglycaemia and hypoglycaemia. Diabetologia , 35:287-290.

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 2011. Konsensus Pengendalian dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe2 di Indonesia. Jakarta.

Purnamasari, D. 2009. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus. In A. W. Sudoyo, B. Setiyohadi, I. Alwi, M. S. K, & S. Setiati, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (p. 1880). Jakarta: Interna Publishing.

Sacks, D. B. 2006. Carbohydrates. In C. A. Burtis, E. R. Ashwood, & D. E. Bruns, TIETZ Textbook of Clinical Chemistry and Molecular Diagnostics (4th Edition ed., pp. 837-901). USA: Elsevier Saunders.

Sanford, K. W., & McPherson, R. A. 2011. Preanalysis. In R. A. McPherson, & M. R. Pincus, Henry's Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methods (22nd Edition ed., pp. 24-36). Saunders Elsevier.

Somogyi, M. 1948. Studies of Arteriovenous Differences in Blood Sugar ; Effect of Alimentary Hyperglycemia on Rate of Extrahepatic Glucose Assimilation. The Journal of Biological Chemistry, 174, 189-200.

Stahl M, B. I. 1997. Quality assessment of blood glucose testing in general

practitioners’ offices improves quality. Clin Chem(43), 1926-1931.

Tonyushkina, K., & Nichols, J. H. 2009. Glucose Meters: A Review of Technical Challenges to Obtaining Accurate Results. Journal of Diabetes Science and Technology, July, 3(4): 971–980.

WHO. 2013. Retrieved August 23, 2013, from http://www.who.int/diabetes/en/. Wild, S., Roglic, G., Grenn, A., Sicree, R., & King, H. 2004. Global Prevalence of

Diabetes Estimates for the year 2000 and projections for 2030. Diabetes Care 27, 1047–1053.

Worthington Biochem. Retrieved November 12, 2013,from worthington-biochem: http://www.worthington-biochem.com/GOP/images/reactionOxidation.jpg Whitney E. N., R. S. 2002. Understanding Nutrition (9th ed.). Belmont, USA:


(1)

PENDAHULUAN

Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya (1). Berdasarkan penelitian prevalensi DM tahun 2004 oleh World Health Organization (WHO), penderita DM di dunia pada tahun 2000 berjumlah 171 juta orang dan diperkirakan jumlahnya akan meningkat menjadi 366 juta orang pada tahun 2030. Di Indonesia sendiri telah diprediksi oleh WHO bahwa terjadi kenaikan penderita DM dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030 (2).

Dengan kemajuan teknologi sekarang ini, penderita DM dapat memantau kadar glukosa darah demi mengetahui keberhasilan terapi dengan menggunakan alat glukometer (3).

Pemeriksaan kadar glukosa darah dapat dilakukan dengan berbagai metode berupa hexokinase, glucose oxidase serta glucose dehydrogenase. Metode hexokinase, yang merupakan gold standard pemeriksaan kadar glukosa darah, menggunakan bahan pemeriksaan berupa darah vena dan sering dilakukan di laboratorium. Pada pemeriksaan kadar glukosa darah menggunakan metode glucose oxidase digunakan bahan pemeriksaan berupa darah kapiler dan sering diterapkan pada alat glukometer yaitu alat pemeriksaan kadar glukosa darah yang biasa dipakai di rumah. Penggunaan darah kapiler pada alat glukometer ini lebih memudahkan pasien DM dalam mengontrol kadar glukosa darah

mereka setiap saat. Penggunaan darah kapiler lebih memudahkan pasien karena lebih mudah diambil, rasa sakit lebih sedikit, dan darah yang dipergunakan jumlahnya juga lebih sedikit (3).

Darah kapiler berupa whole blood juga sering digunakan sebagai home monitoring dan near patient monitoring devices. Masih banyak klinisi yang menggunakan darah kapiler sebagai bahan pemeriksaan penunjang kadar glukosa darah dengan tujuan untuk mendiagnosis hipoglikemi, normoglikemi, hiperglikemi, dan memantau terapi. Penggunaan darah kapiler sebagai bahan pemeriksaan untuk mendiagnosis intoleransi glukosa masih diperdebatkan dikarenakan perbedaan nilai yang bervariasi dengan kadar glukosa darah vena. Penggunaan darah kapiler dalam bedside test direkomendasikan hanya untuk mendiagnosis hipoglikemi ataupun hiperglikemia parah dan memonitor kadar glukosa darah >5mmol/L (90 mg/dl) pada pasien DM (4). Berdasarkan alasan di atas, penulis ingin mengetahui perbandingan kadar glukosa darah pada darah kapiler dengan darah vena pada pasien DM.

TUJUAN PENELITIAN

Untuk mengetahui apakah perbandingan kadar glukosa darah pada darah kapiler lebih tinggi daripada darah vena pada pasien DM.

ALAT, BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan rancangan cross-sectional. Analisis data untuk Kadar glukosa


(2)

darah sewaktu kapiler dan vena menggunakan uji “t” berpasangan dengan α=0,05.

Data yang diukur adalah kadar glukosa darah sewaktu kapiler dan vena orang percobaan yang diukur menggunakan metode glucose oxidase menggunakan alat glukometer.

Bahan Penelitian  Darah kapiler  Darah vena Alat Penelitian  Glukometer  Lancet  Spuit

 Kapas alkohol 70 % Cara Kerja :

 Lakukan pengambilan sampel darah kapiler dilakukan pada ujung jari kedua atau ketiga atau keempat subjek penelitian.

 Lakukan pengambilan sampel darah vena dilakukan pada vena brachialis subjek penelitian.

Prosedur pemeriksaan menggunakan alat glukometer dengan sampel berupa darah kapiler dan darah vena. Langkah–langkah prosedur pemeriksaan:

 Ambil satu strip dari tabung. Segera tutup kembali tabung. Pastikan kode angka yang

terdapat pada strip sama dengan kode yang tertera pada tabungnya

 Masukkan strip ke dalam slot yang terdapat pada alat pengukur glukometer. Kemudian alat tersebut akan menampilkan kode strip.  Ketika pada layar alat

pengukur tampak gambar tetesan darah segera teteskan darah kapiler subjek penelitian ke bagian target dari strip. Darah akan terserap sehingga akan timbul warna merah pada daerah target.

 Hasil pemeriksaan akan tampak segera setelah 10 detik.  Jika sudah selesai cabut strip dari slot lalu buang ke tempat sampah.

 Lakukan hal serupa untuk darah vena.

HASIL PENELITIAN

Hasil analisis penelitian perbandingan kadar glukosa darah kapiler dengan kadar glukosa darah vena menggunakan glukometer pada penderita DM, dilakukan pada 30 orang percobaan dengan hasil rerata pada kadar glukosa kapiler dan vena serta hasil uji “t” berpasangan disajikan pada tabel 4.1 di bawah ini.

Tabel 1 Rerata Kadar Glukosa Darah Orang Percobaan Menggunakan Glukometer

N

Rerata

Std.

Deviasi

Uji t

Kadar

Glukosa

Kapiler

30

250,80

90,76

p>0,05


(3)

Kadar glukosa darah kapiler orang percobaan yang diukur menggunakan glukometer berkisar antara 142-476 mg/dl dengan rerata 250,80 mg/dl. Kadar glukosa darah vena orang percobaan berkisar antara 153-492 mg/dl dengan rerata 248,20 mg/dl yang berarti rerata kadar glukosa darah kapiler subjek lebih besar daripada kadar glukosa darah vena dengan perbedaan sebesar 2,60 mg/dl dan perbandingan Kapiler/Vena sebesar 1,01 . Dengan menggunakan uji “t” berpasangan didapatkan nilai t hitung = 0,678 dengan nilai p = 0,503.Hal ini berarti perbandingan kadar glukosa darah kapiler dengan kadar glukosa darah vena berbeda tidak nyata (p>0,05).

PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini menunjukkan tidak adanya perbedaan antara darah kapiler dan darah vena. Hal ini mungkin dapat dikarenakan adanya faktor-faktor pengganggu terhadap glukometer itu sendiri. Faktor-faktor yang mungkin terjadi pada penelitian ini adalah :

 Kesalahan operasional.

Pada saat pengambilan sampel darah kapiler mungkin terjadi pemerasan pada ujung jari sehingga terjadi ‘milking’. Hal ini tentunya akan menyebabkan terjadinya hemodilusi oleh cairan jaringan serta adanya hemolisis dari sampel darah. Hal ini dapat memberikan hasil yang lebih rendah dari yang semestinya (5).

 Perbedaan kadar oksigen kapiler dan vena

Metode pemeriksaan glukometer merupakan metode enzimatik menggunakan enzim glucose

oxidase, oksigen pada metode merupakan kompetitor terhadap reaksi yang berlangsung antar glucose oxidase dengan glukosa darah, sehingga apabila kadar oksigen darah lebih rendah, dapat menyebabkan pembacaan kadar glukosa darah yang lebih tinggi. Hal ini terjadi pada darah vena, darah vena memiliki saturasi O2 yang lebih rendah dibanding darah kapiler, oleh karena itu hasil pembacaan darah vena akan memiliki nilai yang lebih besar dari yang semestinya. Sehingga selisih atau perbedaan kadar glukosa darah kapiler dengan vena menjadi lebih rendah (6).

 Rendahnya aliran darah pada ujung jari.

Perbedaan kadar glukosa darah ini juga mungkin dapat dipengaruhi oleh suhu. Pada suhu rendah, pembuluh darah perifer atau pada penelitian ini kapiler permukaan, akan mengalami vasokonstriksi serta terjadi penurunan aliran darah (7). Penurunan aliran darah pada kapiler menyebabkan stasis aliran darah, konsumsi glukosa pada darah kapiler meningkat seiring dengan penurunan aliran darah pada kapiler. Hal ini akan menyebabkan hasil pengukuran kadar glukosa darah kapiler yang lebih rendah .  Kadar insulin yang rendah pada

penderita DM.

Subjek penelitian merupakan orang DM dengan kadar glukosa tinggi (>140 mg/dl). Subjek penelitian memiliki DM yang tidak terkontrol, sehingga terjadi kadar insulin yang rendah dan kadar glukosa yang darah yang tinggi. Kadar insulin yang rendah atau tidak adekuatnya kerja insulin menunjukkan perbedaan kadar


(4)

glukosa darah kapiler dan darah vena yang rendah dan dengan adanya insulin memberikan perbedaan yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan ambilan glukosa oleh jaringan bergantung pada sensitivitas jaringan terhadap insulin dan kadar insulin yang bersirkulasi di dalam darah (8).

SIMPULAN

Kadar glukosa darah kapiler dan kadar glukosa darah vena memiliki perbedaan yang tidak signifikan.

SARAN

Darah kapiler mungkin dapat digunakan sebagai bahan pemeriksaan kadar glukosa, misalnya pada pasien yang tidak dapat dilakukan pengambilan darah vena, bayi atau keadaan emergensi dengan hiperglikemi, demi mendapatkan diagnosis yang dini dan cepat ,karena tidak perlu melakukan phlebotomy dan pengelolaan darah sebagai bahan pemeriksaan.

Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk membandingkan kadar glukosa darah kapiler dengan vena pada penderita hipoglikemia dan bayi serta pasien-pasien emergensi.

Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk membandingkan kadar glukosa darah kapiler dengan vena pada pemeriksaan glukosa darah puasa dan TTGO pada penderita diabetes.

DAFTAR PUSTAKA

1. American Diabetes Association. 2010. Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. Diabetes Care, 33 (supl 1): s62-s69.

2. Wild, S., Roglic, G., Grenn, A., Sicree, R., & King, H. 2004. Global Prevalence of Diabetes Estimates for the year 2000 and projections for 2030. Diabetes Care 27, 1047– 1053.

3. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 2011. Konsensus Pengendalian dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe2 di Indonesia. Jakarta.

4. Stahl M, B. I. 1997. Quality assessment of blood glucose testing in general practitioners’ offices improves quality. Clin Chem(43), 1926-1931.

5. Tonyushkina, K., & Nichols, J. H. 2009. Glucose Meters: A Review of Technical Challenges to Obtaining Accurate Results. Journal of Diabetes Science and Technology, July, 3(4): 971–980. 6. Gutman ,S. January 21, 1998.

Review criteria for Assessment of portable invasive glucose monitoring in vitro diagnostic devices which use glucose oxidase, dehydrogenase or hexokinase methodology. FDA document.

7. Liu D, M. E. 1992. Arterial, arterialized venous, venous and capillary blood glucose measurements in normal man during hyperinsulinaemic euglycaemia and hypoglycaemia. Diabetologia , 35:287-290.

8. Somogyi, M. 1948. Studies of Arteriovenous Differences in Blood Sugar ; Effect of Alimentary Hyperglycemia on Rate of Extrahepatic Glucose Assimilation. The Journal of Biological Chemistry, 174, 189-200.


(5)

33

DAFTAR PUSTAKA

ACON Diabetes Care United States. 2013. Retrieved August 9, 2013, from On

Call

Plus:

http://www.us.acondiabetescare.com/portals/0/Images/On-Call_Plus.jpg.

American Diabetes Association. 2010. Diagnosis and Classification of Diabetes

Mellitus. Diabetes Care, 33 (supl 1): s62-s69.

Atkin SH, Dasmahapara A, Jaker MA et al. 1991.Fingerstick glucose

determination in shock.

Ann Intern Med

;114:1020-1024.

Bender, D. A. 2009. Carbohydrates of Physiologic Significance. In R. K. Murray,

V. W. Rodwell, K. M. Botham, P. J. Kennelly, P. A. Weil, & D. A.

Bender,

Harper's Illustrated Biochemistry

(28th Edition ed., pp. 113-120).

Mc Graw Hill.

Burtis, C. A., Ashwood, E. R., & Burns, D. E. 2008.

Tietz Fundamental of

Clinical Chemistry.

Philadelphia: Saunders.

D'Orazio, P., & Meyerhoff, M. E. 2006. Electrochemistry and Chemical Sensors.

In C. A. Burtis, E. R. Ashwood, & D. E. Bruns,

TIETZ Textbook of

Clinical Chemistry and Molecular Diagnostics

(4th Edition ed., pp.

93-120). USA: Elsevier Saunders.

Drake, R. L., Vogl, A. W., & Mitchell, A. W. 2010.

Gray's Anatomy for Students.

Philadelphia: Churchill Livingstone.

Diabetes Health. 2012. Retrieved Januari 10, 2012. Blood Glucose Meter.

http://www.diabeteshealth.com/browse/products/meters/.

Eriksson KF, F. G. 1983. Capillary-venous differences in blood glucose values

during the oral glucose tolerance test.

Clin Chem 29(5)

, 993.

Gartner, L. P., & Hiatt, J. L. 2006.

Color textbook of histology 3rd ed.

Philadelphia: Saunders.

Gutman ,S. January 21, 1998. Review criteria for Assessment of portable invasive

glucose monitoring in vitro diagnostic devices which use glucose oxidase,

dehydrogenase or hexokinase methodology. FDA document.


(6)

34

Guyton, A. C., & Hall, J. E. 2007.

Textbook of medical physiology 11th ed.

Philadelphia: Elsevier Inc.

Henry, J. B. 2001.

Clinical diagnosis and Management by Laboratory Methods

(20th ed.).

Philadelphia: Saunders.

Larsson-Cohn. 1976. Differences Between Capillary and Venous blood glucose

during oral glucose tolerance tests.

Scand J Clin Lab Invest

(36), 805-808.

Liu D, M. E. 1992. Arterial, arterialized venous, venous and capillary blood

glucose measurements in normal man during hyperinsulinaemic

euglycaemia and hypoglycaemia.

Diabetologia

, 35:287-290.

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 2011. Konsensus Pengendalian dan

Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe2 di Indonesia. Jakarta.

Purnamasari, D. 2009. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus. In A. W.

Sudoyo, B. Setiyohadi, I. Alwi, M. S. K, & S. Setiati,

Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam

(p. 1880). Jakarta: Interna Publishing.

Sacks, D. B. 2006. Carbohydrates. In C. A. Burtis, E. R. Ashwood, & D. E.

Bruns,

TIETZ Textbook of Clinical Chemistry and Molecular Diagnostics

(4th Edition ed., pp. 837-901). USA: Elsevier Saunders.

Sanford, K. W., & McPherson, R. A. 2011. Preanalysis. In R. A. McPherson, &

M. R. Pincus,

Henry's Clinical Diagnosis and Management by Laboratory

Methods

(22nd Edition ed., pp. 24-36). Saunders Elsevier.

Somogyi, M. 1948. Studies of Arteriovenous Differences in Blood Sugar ; Effect

of Alimentary Hyperglycemia on Rate of Extrahepatic Glucose

Assimilation.

The Journal of Biological Chemistry, 174

, 189-200.

Stahl M, B. I. 1997. Quality assessment of blood glucose testing in general

practitioners’ offices improves quality.

Clin Chem

(43), 1926-1931.

Tonyushkina, K., & Nichols, J. H. 2009. Glucose Meters: A Review of Technical

Challenges to Obtaining Accurate Results.

Journal of Diabetes Science

and Technology

, July, 3(4): 971

980.

WHO

. 2013. Retrieved August 23, 2013, from http://www.who.int/diabetes/en/.

Wild, S., Roglic, G., Grenn, A., Sicree, R., & King, H. 2004. Global Prevalence of

Diabetes Estimates for the year 2000 and projections for 2030.

Diabetes

Care 27

, 1047

1053.

Worthington Biochem. Retrieved November 12, 2013,from worthington-biochem:

http://www.worthington-biochem.com/GOP/images/reactionOxidation.jpg

Whitney E. N., R. S. 2002.

Understanding Nutrition

(9th ed.). Belmont, USA:


Dokumen yang terkait

Perbandingan Kadar Kalium Darah Antara Penderita Preeklampsia Berat/Eklampsia Dengan Kehamilan Normal

0 55 65

Profil Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Skin Tag

2 113 61

Perbandingan Kadar Gula Darah Puasa dan 2 Jam Post Prandial Mahasiswa Obesitas dan Normoweight dengan Riwayat Orangtua Menderita Diabetes Melitus Tipe II di FK USU Tahun 2014

2 58 110

HUBUNGAN LATIHAN JASMANI TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2

1 3 41

PENGARUH KADAR GLUKOSA DARAH TERHADAP FUNGSI KOGNITIF PADA PENDERITA DIABETES Pengaruh Kadar Glukosa Darah Terhadap Fungsi Kognitif Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Di Grha Diabetika Surakarta.

0 2 14

PENGARUH KADAR GLUKOSA DARAH TERHADAP FUNGSI KOGNITIF PADA PENDERITA DIABETES Pengaruh Kadar Glukosa Darah Terhadap Fungsi Kognitif Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Di Grha Diabetika Surakarta.

0 4 13

HUBUNGAN ANTARA KADAR GLUKOSA DARAH PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN KUALITAS HIDUP PADA Hubungan Antara Kadar Glukosa Darah Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Dengan Kualitas Hidup Pada Peserta Prolanis Askes Di Surakarta.

1 2 13

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 Hubungan Antara Kualitas Tidur Dengan Kadar Glukosa Darah Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Di RSUD Dr. Moewardi.

0 2 15

PENGARUH STRES TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2.

0 0 3

Hubungan Kadar Glukosa Darah Dengan HbA1c Pada Penderita Diabetes Mellitus.

3 22 23