Efek Larvisida Infusa Batang Serai (Andropogon nardus L.) Terhadap Aedes sp.

(1)

iv ABSTRAK

EFEK LARVISIDA INFUSA BATANG SERAI (Andropogon nardus L.) TERHADAP Aedes sp.

Maria Dewi Purwanti, 2010 Pembimbing I : Dra. Rosnaeni, Apt

Pembimbing II: Dr. Susy Tjahjani, dr. MKes

Demam Berdarah Dengue (DBD) berkembang di daerah tropis termasuk di Indonesia. Upaya menurunkan angka morbiditas antara lain dengan memutus siklus hidup nyamuk menggunakan insektisida sintetis. Kendala adalah timbul resistensi, oleh karena itu perlu dikembangkan penelitian mengenai larvisida alami, salah satunya menggunakan batang serai. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek dan potensi larvisida infusa batang serai (IBS) terhadap larva Aedes sp.

Desain penelitian prospektif eksperimental laboratorik dengan rancangan acak lengkap bersifat komparatif. Efek larvisida diuji menggunakan enam kelompok. Kelompok I-IV menggunakan bahan uji IBS dengan konsentrasi berturut-turut 12,5%, 25%, 50% dan 100%. Kelompok V dan VI digunakan CMC 1% sebagai kontrol dan temefos sebagai pembanding. Data yang dihitung adalah jumlah larva mati setelah perlakuan 24 jam. Analisis data mengunakan ANAVA satu arah dengan α=0,05, kemaknaan ditentukan berdasarkan nilai p ≤ 0,05 apabila terdapat perbedaan dilanjutkan dengan uji Tukey HSD. Pengolahan data menggunakan perangkat lunak komputer.

Hasil penelitian rerata jumlah larva mati selama 24 jam kelompok I, II, III dan IV berturut-turut sebesar 1,97, 2,37, 3,29, 3,43 berbeda sangat signifikan (p<0,01) dengan kelompok V (0,55). Potensi kelompok III dan IV setara dengan kelompok VI (3,41) dengan p>0,05.

Simpulan: IBS berefek larvisida terhadap Aedes dan IBS memiliki potensi yang setara dengan temefos.


(2)

v ABSTRACT

LARVICIDE EFFECT of LEMONGRASS STEM INFUSSION AGAINST AEDES

Maria Dewi Purwanti, 2010 Tutor I : Dra. Rosnaeni, Apt

Tutor II: Dr. Susy Tjahjani, dr. MKes

There are many Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) cases in tropical countries such as Indonesia. Insecticides, are used to overcome this problem to disrupt the vector life cycle. However it can cause emergence of insecticide resistances. Therefore it needs to study about natural larvicide, for example lemongrass. The aim of this study was to determine the larvicide potency of lemongrass stem infussion (LSI) against Aedes sp.

Real comparative experimental study with completely randomized design was done. Six kinds of treatment was done, i.e. group I, II, III and IV, containing LSI 12.5%, 25%, 50% and 100%, group V as the control (CMC 1%) and group VI (temephos). After 24 hours, the number of death larvae was recorded and analyzed using ANOVA continued by Tukey HSD test with α=0.05. Significance is determined based on the value of p ≤ 0.05

The average number of the death larvae after 24 hours in group I, II, III and IV consecutively is 1,97, 2,37, 3,29, 3,43 which are highly significant difference (p <0.01) against group V (0,55). Larvacidal potency of group III and IV are equivalent to group VI (3,41) with p>0.05.

Conclusions: LSI has larvicidal effect against Aedes sp. and LSI has equal potention as temefos.


(3)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Identifikasi Masalah ... 2

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian ... 2

1.3.1 Maksud Penelitian ... 2

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 3

1.4Manfaat Penelitian ... 3

1.4.1 Manfaat Akademis ... 3

1.4.2 Manfaat Praktis ... 3

1.5Kerangka Pemikiran ... 3

1.6Hipotesis ... 4

1.7Metodologi ………..4

1.8Lokasi dan Waktu Penelitian ... 5

1.8.1 Lokasi Penelitian ... 5

1.8.2 Waktu Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam Berdarah Dengue ... 6


(4)

ix

2.1.2 Patogenesis dan Patofisiologi DBD ... 7

2.1.3 Diagnosis dan Tingkat Keparahan DBD ... 8

2.1.4 Pengendalian Vektor DBD ... 9

2.2 Nyamuk ... 12

2.2.1 Morfologi Nyamuk Aedes ... 12

2.2.2 Morfologi Telur Aedes ... 13

2.2.3 Larva Aedes ... 13

2.2.4 Pupa Aedes ... 14

2.2.5 Nyamuk Dewasa Aedes ... 14

2.2.6 Daur Hidup Nyamuk Aedes ... 15

2.2.7 Perilaku Nyamuk Aedes Betina Dewasa ... 16

2.2.8 Tempat Perkembangbiakan Nyamuk Aedes ... 16

2.3 Insektisida ... 16

2.3.1 Pembagian Insektisida ... 17

2.3.2 Resistesi Serangga Terhadap Insektisida ... 19

2.4 Serai ... 20

2.4.1 Taksonomi Serai ... 20

2.4.2 Morfologi Serai ... 20

2.4.3 Kandungan Kimia Batang Serai ... 22

2.4.4 Manfaat dan Penggunaan Serai ... 23

2.4.5 Serai sebagai Larvisida ... 23

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan danSubjek penelitian ... 25

3.1.1 Bahan dan Alat Penelitian ... 25

3.1.2 Subjek Penelitian ... 25

3.1.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 25

3.2 Metode Penelitian ... 26

3.2.1 Desain Penelitian ... 26

3.2.2 Variabel Penelitian ... 26


(5)

x

3.2.2.2 Definisi Operasional Variabel ... 26

3.3 Besar Sampel Penelitian ... 27

3.4 Prosedur Kerja ... 27

3.4.1 Prosedur Penelitian ... 28

3.5 Metode Analisis ... 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil dan Pembahasan ... 29

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 34

5.5.1 Kesimpulan Umum ... 34

5.5.2 Kesimpulan Khusus ... 34

5.2 Saran ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 35

LAMPIRAN ... 38


(6)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Hasil Penelitian Jumlah Larva Mati 24 Jam ... 29

Tabel 4.2 Hasil Transformasi Data Rerata Jumlah Larva Mati 24 Jam ... 30

Tabel 4.3 Hasil ANAVA Jumlah Larva Mati 24 Jam ... 30

Tabel 4.4 Uji Tukey HSD Jumlah Larva Mati selama 24 Jam ... 31

Tabel 4.5 Hasil Logit Analysis 24 Jam ... 32


(7)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Bagan Patogenesis DBD ... 8

Gambar 2.2 Nyamuk Aedes ... 13

Gambar 2.3 Larva Aedes ... 14

Gambar 2.4 Siklus Hidup Aedes ... 15

Gambar 2.5 Rumpun Serai ... 21

Gambar 2.6 Batang Serai ... 21

Gambar 2.7 Bunga dan Biji Serai ... 22


(8)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Penghitungan Dosis Infusa ... 38

Lampiran 2 Tabel Hasil ANAVA 24 Jam ... 39

Lampiran 3 Tabel Post Hoc Test 24 Jam ... 40

Lampiran 4 Tabel Homogenous Subsets 24 Jam ... 41


(9)

38

Lampiran 1 Penghitungan Dosis Infusa Batang Serai (IBS)

Penghitungan dosis didasarkan pada trial and error dalam uji pendahuluan. Sehingga didapatkan penghitungan dosis seperti di bawah ini:

= 12,5%.

Sehingga, didapatkan variasi dosis IBS menjadi 12,5%, 25%, 50%, dan 100%.

Prosedur Pembuatan IBS

1. Disediakan satu kilogram batang serai yang sudah dipotong-potong.

2. Selanjutnya potongan serai tersebut dimasukkan ke dalam panci infusa yang kecil yang berisi akuades sebanyak 1 Liter.

3. Didihkan air panci besar yang berisi air terlebih dahulu, kemudian masukkan panci kecil ke dalam panci besar dalam keadaan api yang tetap menyala.

4. Pemanasan dilakukan selama 15 menit yang dilakukan setelah suhu panci kecil mencapai 80oC kemudian hasil infusa disaring dan diukur.

5. Kemudian hasil penyaringan dihomogenkan dengan menggunakan CMC 1%

Penentuan Dosis Temefos

Dosis Temefos 0,01% didapatkan dari : 10 gram dalam 100 liter pelarut = 0,01%


(10)

39

Lampiran 2: Oneway ANAVA

Pengamatan Efek Larvisida selama 24 Jam

Descriptives

ln24j

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

IBS 12,5% 5 1.9725 .64343 .28775 1.1736 2.7715 1.10 2.77 IBS 25% 5 2.3679 .27957 .12503 2.0207 2.7150 1.95 2.71 IBS 50% 5 3.2911 .10889 .04870 3.1559 3.4263 3.14 3.43 IBS 100% 5 3.4340 .00000 .00000 3.4340 3.4340 3.43 3.43 Kontrol 5 .5545 .75930 .33957 -.3883 1.4973 .00 1.39 Pembanding 5 3.4141 .02976 .01331 3.3771 3.4510 3.37 3.43 Total 30 2.5057 1.12029 .20454 2.0874 2.9240 .00 3.43

ANOVA ln24j

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 32.071 5 6.414 35.586 .000 Within Groups 4.326 24 .180

Total 36.397 29

Test of Homogeneity of Variances

ln24j

Levene Statistic df1 df2 Sig.


(11)

40

Lampiran 3: Post Hoc Tests

Multiple Comparisons ln24j Tukey HSD (I) Kelompok Perlakuan (J) Kelompok Perlakuan Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound

IBS 12,5% IBS 25% -.39534 .26851 .684 -1.2255 .4349

IBS 50% -1.31859* .26851 .001 -2.1488 -.4884

IBS 100% -1.46145* .26851 .000 -2.2917 -.6312

Kontrol 1.41802* .26851 .000 .5878 2.2482

Pembanding -1.44156* .26851 .000 -2.2718 -.6113

IBS 25% IBS 12,5% .39534 .26851 .684 -.4349 1.2255

IBS 50% -.92325* .26851 .023 -1.7535 -.0930

IBS 100% -1.06612* .26851 .007 -1.8963 -.2359

Kontrol 1.81335* .26851 .000 .9831 2.6436

Pembanding -1.04622* .26851 .008 -1.8764 -.2160

IBS 50% IBS 12,5% 1.31859* .26851 .001 .4884 2.1488

IBS 25% .92325* .26851 .023 .0930 1.7535

IBS 50% -.14286 .26851 .994 -.9731 .6873

Kontrol 2.73661* .26851 .000 1.9064 3.5668

Pembanding -.12297 .26851 .997 -.9532 .7072

IBS 50% IBS 12,5% 1.46145* .26851 .000 .6312 2.2917

IBS 25% 1.06612* .26851 .007 .2359 1.8963

IBS 50% .14286 .26851 .994 -.6873 .9731

Kontrol 2.87947* .26851 .000 2.0493 3.7097

Pembanding .01990 .26851 1.000 -.8103 .8501

Kontrol IBS 12,5% -1.41802* .26851 .000 -2.2482 -.5878

IBS 25% -1.81335* .26851 .000 -2.6436 -.9831

IBS 50% -2.73661* .26851 .000 -3.5668 -1.9064

IBS 50% -2.87947* .26851 .000 -3.7097 -2.0493

Pembanding -2.85957* .26851 .000 -3.6898 -2.0294

Pembanding IBS 12,5% 1.44156* .26851 .000 .6113 2.2718

IBS 25% 1.04622* .26851 .008 .2160 1.8764

IBS 50% .12297 .26851 .997 -.7072 .9532

IBS 50% -.01990 .26851 1.000 -.8501 .8103

Kontrol 2.85957* .26851 .000 2.0294 3.6898


(12)

41

Lampiran 4:

Homogeneous Subsets

Persentase Larva Mati Selama 24 Jam

Tukey HSDa

Kelompok Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

Kontrol 5 .5545

IBS 12,5% 5 1.9725

IBS 25% 5 2.3679

IBS 50% 5 3.2911

Pembanding 5 3.4141

IBS 100% 5 3.4340

Sig. 1.000 .684 .994

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.


(13)

42

Lampiran 5 Logit Analysis

Data Information

N of Cases

Valid 30

Rejected Missing 0

Number of Responses > Number of Subjects 0

Control Group 5

Parameter Estimates

Parameter Estimate Std. Error Z Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

LOGITa IBS .037 .003 11.389 .000 .031 .044

Intercept -.628 .098 -6.407 .000 -.726 -.530


(14)

43

Confidence Limits

Probability 95% Confidence Limitsfor IBS

Estimate Lower Bound Upper Bound

LOGITa .010 -105.856 -406.583 -52.740 .020 -87.088 -343.065 -41.476 .030 -75.994 -305.567 -34.770 .040 -68.041 -278.714 -29.931 .050 -61.807 -257.690 -26.114 .060 -56.659 -240.349 -22.943 .070 -52.260 -225.547 -20.217 .080 -48.408 -212.602 -17.814 .090 -44.973 -201.072 -15.657 .100 -41.867 -190.658 -13.694 .150 -29.521 -149.439 -5.721 .200 -20.227 -118.682 .558 .250 -12.550 -93.598 6.064 .300 -5.843 -72.093 11.282 .350 .248 -53.128 16.587 .400 5.947 -36.219 22.389 .450 11.412 -21.280 29.225 .500 16.767 -8.502 37.785 .550 22.122 1.923 48.697 .600 27.587 10.209 62.187 .650 33.287 16.972 78.134 .700 39.378 22.881 96.497 .750 46.084 28.480 117.620 .800 53.761 34.235 142.455 .850 63.056 40.685 173.041 .900 75.401 48.780 214.138 .910 78.508 50.764 224.531 .920 81.942 52.940 236.041 .930 85.794 55.362 248.968 .940 90.193 58.107 263.752 .950 95.341 61.295 281.075 .960 101.575 65.129 302.082 .970 109.529 69.986 328.917 .980 120.622 76.710 366.397 .990 139.390 87.995 429.895 a. A heterogeneity factor is used.


(15)

(16)

45

RIWAYAT HIDUP

Nama : Maria Dewi Purwanti

NRP : 0710048

Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 24 Maret 1989

Alamat : Jln. Ipik Gandamanah no.1 Purwakarta Riwayat pendidikan :

1993 – 1995 : TK Yos Sudarso Purwakarta 1995 – 2001 : SD Yos Sudarso Purwakarta 2001 – 2004 : SMP Yos Sudarso Purwakarta 2004 – 2007 : SMAN 1 Purwakarta

2007 – sekarang : sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu jenis penyakit yang berkembang di daerah tropis. Seluruh wilayah Indonesia mempunyai risiko untuk terjangkit penyakit DBD, karena virus dan vektor DBD tersebar luas baik di rumah maupun di tempat-tempat umum. Penyakit DBD perlu mendapatkan perhatian serius dari semua pihak, guna tercapainya pembangunan kesehatan (Genis Ginanjar, 2008).

Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan nasional, yang bertujuan untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi semua penduduk Indonesia. Salah satunya adalah pengendalian vektor penyakit. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, BAB X pasal 152, yang berbunyi, ”Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat bertanggung jawab melakukan upaya pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan penyakit menular serta akibat yang ditimbulkannya”.

Vektor penyakit DBD adalah nyamuk Aedes aegypti yang penyebarannya harus dihambat. Upaya pengendalian vektor dapat dilakukan dengan metode fisik, biologi maupun kimiawi. Pengendalian yang banyak dilakukan adalah secara kimiawi dengan menggunakan insektisida sintetis. Insektisida sintetis yang banyak digunakan adalah larvisida dengan temefos (Sri Wahyuni, 2005).

Temefos dikenal di Indonesia sejak tahun 1976 dan digunakan secara masal untuk program pemberantasan Aedes aegypti sejak tahun 1980. Namun, di beberapa negara antara lain Brazil, Bolivia, Argentina, Venezuela, dan Thailand dilaporkan telah terjadi resistensi temefos terhadap larva Aedes aegypti. Sedangkan di Indonesia, larva masih rentan terhadap penggunaan temefos meskipun telah terjadi peningkatan dosis letal pada beberapa populasi larva pada sungai yang terdapat di Banjarmasin Utara (Abdul Gafur, 2006).


(18)

2

Oleh karena itu, diperlukan suatu usaha mendapatkan larvisida alternatif yang berasal bahan nabati. Salah satu alternatif larvasida nabati adalah dengan menggunakan serai.

Serai (Andropogon nardus L.) yang banyak ditemui di berbagai daerah dan biasa digunakan sebagai bumbu masak diduga dapat digunakan sebagai larvisida alamiah. Tanaman ini mengandung minyak atsiri, yang terdiri dari senyawa sitral, sitronelal, geraniol, mirsena, nerol, farnesol, methy heptenol, dan dipentena. Senyawa sitronela mempunyai sifat mengeringkan (desisccant). Racun tersebut merupakan racun kontak yang dapat mengakibatkan kematian karena kehilangan cairan terus menerus (Sri Wahyuni, 2005).

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui efek infusa serai terhadap larva Aedes dengan berbagai macam konsentrasi untuk bisa dimanfaatkan sebagai larvisida alami yang dapat digunakan untuk mencegah penyebarluasan kasus DBD.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, identifikasi masalah sebagai berikut: Apakah infusa batang serai berefek sebagai larvisida terhadap Aedes. Apakah potensi larvisida infusa batang serai setara dengan temefos.

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui efek bahan-bahan nabati yang berefek sebagai larvisida.


(19)

3

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek dan potensi larvisida infusa batang serai terhadap larva Aedes.

1.4Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademis

Manfaat akademis dari penelitian ini untuk menambah pengetahuan mengenai larvisida.

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah untuk menambah pengetahuan masyarakat luas sebagai larvisida alternatif serta mengembangkan ilmu kesehatan masyarakat khususnya dalam pengendalian vektor penularan penyakit.

1.5Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

1.5.1 Kerangka Pemikiran

Insektisida menurut cara masuknya dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu racun kontak (contact poison), racun perut (stomach poison), dan racun pernafasan (fumigants). Racun kontak dan racun perut masuk melalui kulit maupun melalui alat pencernaan serangga dan ditransportasikan ke bagian aktif dari serangga (susunan saraf) sehingga menimbulkan kematian pada serangga (Panut Djojosumarto, 2008).

Temefos merupakan senyawa organofosfat non sistemik yang bersifat racun terhadap serangga dan mamalia. Cara kerja temefos adalah dengan mempengaruhi fosforilasi dari enzim asetilkolinesterase (AChE) pada akhiran saraf sehingga


(20)

4

terjadi penurunan ketersediaan AChE yang mengakibatkan organ efektor menjadi terstimulasi berlebihan dan akhirnya menyebabkan munculnya gejala dan tanda keracunan (Environmental Protection Agency, 2002).

Kandungan senyawa aktif utama batang serai adalah minyak atsiri. Komponen minyak atsiri terdiri atas terpenoid, monoterpen, dan sesquiterpen. Terpenoid memiliki sifat antifeedant yang menghambat daya makan larva, hingga akhirnya menyebabkan kematian larva. Selain itu, terdapat beberapa unsur yang terdapat dalam minyak atsiri antara lain sitral, sitronelal, geraniol, mirsena, nerol, farnesol, methil heptenol dan dipentena. Senyawa sitronelal mempunyai sifat mengeringkan (desiscant). Racun tersebut merupakan racun kontak yang dapat mengakibatkan kematian karena kehilangan cairan terus menerus. Geraniol bersifat racun perut, sehingga dapat mengakibatkan kematian pada larva (Sri Wahyuni, 2005).

1.6 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah : 1. Infusa batang serai berefek sebagai larvisida terhadap Aedes.

2. Potensi infusa batang serai sebagai larvisida setara dengan temefos.

1.7Metodologi Penelitian

Desain penelitian menggunakan prospektif eksperimental laboratorik dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) bersifat komparatif. Efek larvisida infusa serai diuji terhadap larva Aedes.

Data yang dihitung adalah jumlah larva mati setelah perlakuan 24 jam. Analisis data jumlah larva mati menggunakan ANAVA satu arah dengan α=0, 05, apabila ada perbedaan dilanjutkan dengan uji Tukey HSD. Kemaknaan ditentukan berdasarkan nilai p ≤ 0,05.


(21)

5

1.8Lokasi dan Waktu Penelitian

1.8.1 Lokasi

Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakologi, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha.

1.8.2 Waktu


(22)

34 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

5.1.1 Simpulan Umum

Infusa batang serai berefek larvisida terhadap Aedes sp.

Infusa batang serai memiliki potensi larvisida setara dengan temefos.

5.1.2 Simpulan Khusus

Infusa batang serai dosis 50% dan 100% memiliki potensi larvisida setara dengan temefos, sedangkan infusa batang serai dosis 12,5% dan 25% memiliki potensi yang lebih lemah.

Dari analisis logit, diperkirakan LC90 infusa batang serai 24 jam berkisar pada 75%.

5.2 Saran

Penelitian efek larvisida infusa batang serai (Andropogon nardus L.) terhadap Aedes sp. perlu dilanjutkan dengan:

Menggunakan spesies larva yang berbeda. Sediaan galenik lain.

Jenis serai yang berbeda.


(23)

35 DAFTAR PUSTAKA

Abdul Gafur, Mahrina, Hardiansyah. 2006. Kerentanan Larva Aedes aegypti dari Banjarmasin Utara terhadap Temefos.

http://bioscientiae.unlam.ac.id/v3n2/v3n2_gafur_etal.pdf. 9 Desember 2010.

Dadang, Djoko Priyono. 2008. Insektisida Nabati Prinsip, Pemanfaatan, dan Pengembangan. Bogor: Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Dantje T. Sembel. 2008. Entomologi Kedokteran. Yogyakarta: Penerbit ANDI. hal 50-59.

Dengue Virus Net. 2010. Aedes aegypti Photo.

http://www.denguevirusnet.com/aedes-aegpyti.html. 2 Desember 2010.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Desember 2010.

Eni Widiyanti. 2005. Penentuan Adanya Senyawa Triterpenoid dan Uji Aktivitas Biologis pada Beberapa Spesies Tanaman Obat Tradisional Masyarakat Pedesaan Bengkulu.

http://gradienfmioaunib.files.wordpress.com/2008/07/eni-w.pdf. 5 Desember 2010.

Environmental Protection Agency. 2002. Insectiside.

http://www.epa.gov/pesticides/safety/helathcare/handbook/Chap04.pdf. Desember 2010.

Genis Ginanjar. 2008. Demam berdarah. Cetakan pertama. Yogyakarta: Bentang Pustaka. Halaman 25-29.

Hendra Arif Wibowo, 2008. Kenali dan Waspadai Demam Berdarah Dengue. http://ajangberkarya.wordpress.com/2008/03/31/demam-berdarah-dengue/. Desember 2010.

Irna Safira Inayah, Ernayenti. 2007. Mengenal Geraniol dan Sitronelol.


(24)

36

Jamu dan Herbal. 2010. Informasi Tentang Jamu, Herbal, Tanaman Obat dan Obat Tradisional Sebagai Obat Alternatif.

http://jamu-herbal.com/serai-cymbopogon-nardus.html. Juli 2010.

Khie Chen, Herdiman T. Pohan, Robert Sinto. 2009. Diagnosis dan Terapi Cairan pada Demam Berdarah Dengue dalam majalah Medicinus vol.22 no.1 Edisi Maret-Mei 2009.

Kristina, Isminah, Leni Wulandari. 2004. Demam Berdarah Dengue. http://www.litbang.depkes.go.id/maskes/052004/demamberdarah1.htm. September 2010.

NSW Health. 2000. Aedes Larvae Photo. http://medent.usyd.edu.au/ photo/aedes_aegypti_larvae.jpg. September 2010.

Orgeon State of University. 1996. Temephos.

http://pmep.cce.cornell.edu/profiles/extoxnet/pyrethrins-ziram/temephos-ext.html 10 Desember 2010.

Petrokayu. 2010. Insektisida dan Jenisnya. http://www.petrokayu.com/index.php?

option=com_content&view=article&id=129:insektisida-dan-jenisnya&catid=75:jenis-hama&itemid=144. September 2010.

Panut Djojosumarto. 2008. Insektisida dan Aplikasinya. Jakarta: Agromedia. hal 204-205.

Service, M.W. 2003. Medical Entomology for Students. 3rd Edition. Cambridge, United Kingdom: Cambridge University Press. page 1-3.

Srisasi Gandahusada, Herry D Ilahude, Wita Pribadi. 1992. Parasitologi Kedokteran. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. hal 199, 204-12.

Soegeng Soegijanto. 2006. Patogenesis dan Patofisiologi Terkini DBD.

www.pediatrik.com/buletin20060220-8ma2gi-buletin.pdf. Desember 2010.

Sri Wahyuni. 2005. Daya Bunuh Ekstrak Serai (Andropogon nardus) terhadap Nyamuk Aedes aegypti. Semarang: Universitas Negeri Semarang.


(25)

37

Sudarsono., Gunawan, D., Wahyuono, S., Donatus, I. A., dan Purnomo. 2002. Tumbuhan Obat II: Hasil Penelitian. Sifat – Sifat dan Penggunaan. Yogyakarta: Pusat Studi Obat Tradisional Universitas Gadjah Mada.

hal 151-155.

TopTropicals Plant Catalog. 2010. Rare Plants for Home and Garden.

http://toptropicals.com/cgi-bin/garden_catalog/cat.cgi?number=5&find=Gramineae&imagesonly=1. 19 Maret

2010.

Yanur Setyaningrum, Sholihah, Ifan Prasetya Yuda, Husamah. 2007. Serai (Andropogon Nardus) Sebagai Insektisida Pembasmi Aedes aegypti Semua Stadium. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

http://student-research.umm.ac.id/index.php/pkmi/article/viewFile-/33/34_umm_student_research.pdf. 2 Desember 2010.


(1)

4

terjadi penurunan ketersediaan AChE yang mengakibatkan organ efektor menjadi terstimulasi berlebihan dan akhirnya menyebabkan munculnya gejala dan tanda keracunan (Environmental Protection Agency, 2002).

Kandungan senyawa aktif utama batang serai adalah minyak atsiri. Komponen minyak atsiri terdiri atas terpenoid, monoterpen, dan sesquiterpen. Terpenoid memiliki sifat antifeedant yang menghambat daya makan larva, hingga akhirnya menyebabkan kematian larva. Selain itu, terdapat beberapa unsur yang terdapat dalam minyak atsiri antara lain sitral, sitronelal, geraniol, mirsena, nerol, farnesol, methil heptenol dan dipentena. Senyawa sitronelal mempunyai sifat mengeringkan (desiscant). Racun tersebut merupakan racun kontak yang dapat mengakibatkan kematian karena kehilangan cairan terus menerus. Geraniol bersifat racun perut, sehingga dapat mengakibatkan kematian pada larva (Sri Wahyuni, 2005).

1.6 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah : 1. Infusa batang serai berefek sebagai larvisida terhadap Aedes.

2. Potensi infusa batang serai sebagai larvisida setara dengan temefos.

1.7Metodologi Penelitian

Desain penelitian menggunakan prospektif eksperimental laboratorik dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) bersifat komparatif. Efek larvisida infusa serai diuji terhadap larva Aedes.

Data yang dihitung adalah jumlah larva mati setelah perlakuan 24 jam. Analisis data jumlah larva mati menggunakan ANAVA satu arah dengan α=0, 05, apabila ada perbedaan dilanjutkan dengan uji Tukey HSD. Kemaknaan ditentukan berdasarkan nilai p ≤ 0,05.


(2)

1.8Lokasi dan Waktu Penelitian

1.8.1 Lokasi

Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakologi, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha.

1.8.2 Waktu


(3)

34 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

5.1.1 Simpulan Umum

Infusa batang serai berefek larvisida terhadap Aedes sp.

Infusa batang serai memiliki potensi larvisida setara dengan temefos.

5.1.2 Simpulan Khusus

Infusa batang serai dosis 50% dan 100% memiliki potensi larvisida setara dengan temefos, sedangkan infusa batang serai dosis 12,5% dan 25% memiliki potensi yang lebih lemah.

Dari analisis logit, diperkirakan LC90 infusa batang serai 24 jam berkisar pada 75%.

5.2 Saran

Penelitian efek larvisida infusa batang serai (Andropogon nardus L.) terhadap Aedes sp. perlu dilanjutkan dengan:

Menggunakan spesies larva yang berbeda. Sediaan galenik lain.

Jenis serai yang berbeda.


(4)

35

Abdul Gafur, Mahrina, Hardiansyah. 2006. Kerentanan Larva Aedes aegypti dari Banjarmasin Utara terhadap Temefos.

http://bioscientiae.unlam.ac.id/v3n2/v3n2_gafur_etal.pdf. 9 Desember 2010. Dadang, Djoko Priyono. 2008. Insektisida Nabati Prinsip, Pemanfaatan, dan

Pengembangan. Bogor: Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Dantje T. Sembel. 2008. Entomologi Kedokteran. Yogyakarta: Penerbit ANDI. hal 50-59.

Dengue Virus Net. 2010. Aedes aegypti Photo.

http://www.denguevirusnet.com/aedes-aegpyti.html. 2 Desember 2010.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Desember 2010. Eni Widiyanti. 2005. Penentuan Adanya Senyawa Triterpenoid dan Uji Aktivitas

Biologis pada Beberapa Spesies Tanaman Obat Tradisional Masyarakat Pedesaan Bengkulu.

http://gradienfmioaunib.files.wordpress.com/2008/07/eni-w.pdf. 5 Desember 2010.

Environmental Protection Agency. 2002. Insectiside.

http://www.epa.gov/pesticides/safety/helathcare/handbook/Chap04.pdf. Desember 2010.

Genis Ginanjar. 2008. Demam berdarah. Cetakan pertama. Yogyakarta: Bentang Pustaka. Halaman 25-29.

Hendra Arif Wibowo, 2008. Kenali dan Waspadai Demam Berdarah Dengue. http://ajangberkarya.wordpress.com/2008/03/31/demam-berdarah-dengue/. Desember 2010.

Irna Safira Inayah, Ernayenti. 2007. Mengenal Geraniol dan Sitronelol.


(5)

36

Jamu dan Herbal. 2010. Informasi Tentang Jamu, Herbal, Tanaman Obat dan Obat Tradisional Sebagai Obat Alternatif.

http://jamu-herbal.com/serai-cymbopogon-nardus.html. Juli 2010.

Khie Chen, Herdiman T. Pohan, Robert Sinto. 2009. Diagnosis dan Terapi Cairan pada Demam Berdarah Dengue dalam majalah Medicinus vol.22 no.1 Edisi Maret-Mei 2009.

Kristina, Isminah, Leni Wulandari. 2004. Demam Berdarah Dengue. http://www.litbang.depkes.go.id/maskes/052004/demamberdarah1.htm. September 2010.

NSW Health. 2000. Aedes Larvae Photo. http://medent.usyd.edu.au/ photo/aedes_aegypti_larvae.jpg. September 2010.

Orgeon State of University. 1996. Temephos.

http://pmep.cce.cornell.edu/profiles/extoxnet/pyrethrins-ziram/temephos-ext.html 10 Desember 2010.

Petrokayu. 2010. Insektisida dan Jenisnya. http://www.petrokayu.com/index.php?

option=com_content&view=article&id=129:insektisida-dan-jenisnya&catid=75:jenis-hama&itemid=144. September 2010.

Panut Djojosumarto. 2008. Insektisida dan Aplikasinya. Jakarta: Agromedia. hal 204-205.

Service, M.W. 2003. Medical Entomology for Students. 3rd Edition. Cambridge, United Kingdom: Cambridge University Press. page 1-3.

Srisasi Gandahusada, Herry D Ilahude, Wita Pribadi. 1992. Parasitologi Kedokteran. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. hal 199, 204-12.

Soegeng Soegijanto. 2006. Patogenesis dan Patofisiologi Terkini DBD.

www.pediatrik.com/buletin20060220-8ma2gi-buletin.pdf. Desember 2010. Sri Wahyuni. 2005. Daya Bunuh Ekstrak Serai (Andropogon nardus) terhadap

Nyamuk Aedes aegypti. Semarang: Universitas Negeri Semarang.


(6)

Sudarsono., Gunawan, D., Wahyuono, S., Donatus, I. A., dan Purnomo. 2002. Tumbuhan Obat II: Hasil Penelitian. Sifat – Sifat dan Penggunaan. Yogyakarta: Pusat Studi Obat Tradisional Universitas Gadjah Mada.

hal 151-155.

TopTropicals Plant Catalog. 2010. Rare Plants for Home and Garden.

http://toptropicals.com/cgi-bin/garden_catalog/cat.cgi?number=5&find=Gramineae&imagesonly=1. 19 Maret 2010.

Yanur Setyaningrum, Sholihah, Ifan Prasetya Yuda, Husamah. 2007. Serai (Andropogon Nardus) Sebagai Insektisida Pembasmi Aedes aegypti Semua Stadium. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

http://student-research.umm.ac.id/index.php/pkmi/article/viewFile-/33/34_umm_student_research.pdf. 2 Desember 2010.