Kajian Geometrik Jalur Ganda Dari Km 109+635 Sampai Dengan Km 116+871 Antara Ciganea-Sukatani Lintas Bandung-Jakarta.

(1)

KAJIAN GEOMETRIK JALUR GANDA DARI KM 109+635 SAMPAI DENGAN KM 116+871 ANTARA CIGANEA – SUKATANI LINTAS

BANDUNG – JAKARTA

DOUBLE TRACK GEOMETRIC INVESTIGATION FROM KM 109+635 UNTIL KM 116+870 BETWEEN CIGANEA – SUKATANI ACROSS

BANDUNG – JAKARTA Felix Han

NRP : 9821056

Pembimbing : Tan Lie Ing, ST., MT

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BANDUNG

__________________________________________________________________ ABSTRAK

Untuk meningkatkan kinerja pelayanan terhadap penjadwalan perjalanan kereta api dan penambahan kapasitas angkutan baik penumpang maupun barang maka Daerah Operasi (Daop) 2 PT. Kereta Api (Persero) dengan bantuan dari Bank Dunia membuat Jalur Rel Ganda (Double Track) pada lintas Cikampek – Padalarang, sebagai penunjang proyek “Koridor Bandung – Jakarta 2,5 jam”. Proyek ini dilakukan secara bertahap yaitu antara Cikampek – Purwakarta, Ciganea – Sukatani dan Plered – Cisomang. Dengan adanya jalur ganda, maka jumlah kereta api yang dilangsir akan berkurang sehingga jadwal keberangkatan dan kedatangan kereta api lebih cepat dan tepat waktu.

Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah mengevaluasi geometrik jalan rel hasil perencanaan kontraktor dengan Peraturan Dinas No.10 PJKA pada proyek jalur ganda dari Km 109+635 sampai Km 116+871 antara Ciganea – Sukatani.

Dari analisis data alinemen horisontal diperoleh bahwa pada umumnya semua lengkung horisontal memiliki lengkung peralihan kecuali lengkung IP 21 dan IP 22, karena jari-jari lengkung pada lengkung ini lebih besar dari 600 m (R > 600 m) sehingga tidak memerlukan lengkung peralihan. Sedangkan dari analisis alinemen vertikal terdapat beberapa perhitungan landai dan panjang lengkung vertikal desain yang tidak sesuai dengan landai dan panjang lengkung vertikal kajian.


(2)

DAFTAR ISI

Halaman

SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR ... i

SURAT KETERANGAN SELESAI TUGAS AKHIR ... ii

ABSTRAK ... iii

PRAKATA ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR PERSAMAAN ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 2

1.3 Pembatasan Masalah ... 2

1.4 Sistematika Pembahasan ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Jalan Rel ... 5

2.2 Kecepatan dan Beban Gandar ... 6

2.2.1 Kecepatan ... 6

2.2.2 Beban Gandar ... 7


(3)

2.4 Geometrik Jalan Rel ... 11

2.4.1 Lebar Sepur ... 12

2.4.2 Alinemen Horisontal ... 12

2.4.3 Alinemen Vertikal ... 24

2.4.4 Penampang Melintang ... 27

BAB 3 RENCANA KERJA 3.1 Diagram Alir Penelitian ... 31

3.2 Data Sekunder ... 32

3.3 Gambaran Umum Proyek Jalur Ganda Ciganea – Sukatani ... 32

3.3.1 Lokasi ... 33

3.3.2 Emplasemen ... 33

3.3.3 Lalu Lintas Kereta Api ... 34

3.4 Data Alinemen Horisontal dan Alinemen Vertikal ... 35

3.5 Pengolahan Data ... 35

3.6 Perencanaan Geometrik Jalan Rel ... 36

3.6.1 Alinemen Horisontal ... 36

3.6.2 Alinemen Vertikal ... 37

BAB 4 ANALISIS DATA 4.1 Perencanaan Alinemen Horisontal ... 42

4.2 Perencanaan Alinemen Vertikal ... 48

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 55


(4)

DAFTAR PUSTAKA ... 58 LAMPIRAN ... 59


(5)

DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN

as = Percepatan sentrifugal (m/dt2)

b = Lebar antara sumbu sepur dengan tepi atas balas (cm) c = Lebar antara sumbu sepur dengan tepi bawah balas (cm) ci = Koefisien perencanaan peninggian rel (1,25)

dg = Jarak gandar muka dengan belakang (mm) ds = Jarak as sepur pada lengkung S (m)

d1 = Tebal lapisan balas (cm) d2 = Tebal lapisan sub balas (cm)

e = Perbedaan tinggi dasar sub balas untuk drainase (cm)

Ev = Panjang pergeseran vertikal dari titik PPV ke bagian lengkung (mm) f = Tebal flens pada roda kereta api (mm)

g = Percepatan gravitasi (m/dt2) h = Peninggian rel luar (mm)

hmaks = Peninggian rel luar maksimum (mm) hnormal = Peninggian rel luar normal (mm)

h tabel = Penentuan peninggian rel luar dari Tabel 2.3 (mm)

k1 = Lebar antara sumbu sepur dengan tepi atas sub balas (cm) k2 = Lebar antara sumbu sepur dengan tepi bawah sub balas (cm) Km = Kilometer

l = Panjang landai curam (m) Lc = Panjang lengkung lingkaran (m) Ls = Panjang lengkung S (m)


(6)

Lv = Panjang lengkung vertikal (m) m = Lebar as roda kereta api (mm) M = Titik pusat tikungan

∑Ni = Jumlah kereta api yang melewati satu ruas jalan (buah) Pmaks = Beban gandar maksimum (ton)

Ps = Panjang lengkung peralihan pada lengkung S (m) Pw = Pusat wesel

PLA = Panjang lengkung peralihan (m) PLV = Peralihan lengkung vertikal PPV = Pusat perpotongan vertikal PTV = Peralihan tangen vertikal Rc = Jari-jari lengkung lingkaran (m) Rs = Jari-jari lengkung S (m)

Rv = Jari-jari lengkung vertikal (m) s = Lebar sepur (mm)

S = Kelandaian antara PLV sampai PPV (‰) S’ = Kelandaian antara PPV sampai PTV (‰) Sk = Besar landai curam (‰)

Sm = Besar landai penentu kelas jalan (‰) STA = Titik stasioning jalan rel

t = Tebal roda kereta api (mm)

Va = Kecepatan minimum yang diijinkan di kaki landai curam (m/det) Vb = Kecepatan minimum di puncak landai curam (m/det)


(7)

Vmaks = Kecepatan maksimum kereta api (km/jam) Vrencana = Kecepatan rencana kereta api (km/jam) w = Lebar pelebaran sepur dalam (mm)

W = Jarak antara kedua titik kontak roda dan rel (1120 mm) Xm = Panjang dari PLV ke PPV dan dari PPV ke PTV (m)

α = Sudut lengkung S pada emplasemen/ sudut wesel ( º )

β = Sudut lengkung lingkaran ( º )


(8)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Ruang Bebas pada Jalan Rel Lurus ... 9

Gambar 2.2 Ruang Bebas pada Jalan Rel Lengkung ... 10

Gambar 2.3 Ruang Bebas pada Jalan Rel Lurus untuk Jalur Ganda ... 10

Gambar 2.4 Ruang Bebas pada Jalan Rel Lengkung untuk Jalur Ganda ... 11

Gambar 2.5 Lengkung Lingkaran Sederhana ... 14

Gambar 2.6 Lengkung Lingkaran dengan Lengkung Peralihan ... 15

Gambar 2.7 Lengkung S sebagai Sepur Belok ... 16

Gambar 2.8 Sketsa Perhitungan Lengkung S ... 17

Gambar 2.9 Peninggian Elevasi Rel (h) pada Lengkungan Jalur Tunggal ... 20

Gambar 2.10 Peninggian Elevasi Rel (h) pada Lengkungan Jalur Ganda ... 20

Gambar 2.11 Kedudukan Gandar pada saat Menikung ... 21

Gambar 2.12 Gandar Kaku (Rigid Wheel Base) ... 22

Gambar 2.13 Lengkung Vertikal Jalan Rel ... 26

Gambar 2.14 Penampang Melintang Jalan Rel pada Bagian Lurus Jalur Tunggal ... 28

Gambar 2.15 Penampang Melintang Jalan Rel pada Lengkungan Jalur Tunggal ... 28

Gambar 2.16 Penampang Melintang Jalan Rel pada Bagian Lurus Jalur Ganda ... 28

Gambar 2.17 Penampang Melintang Jalan Rel pada Lengkungan Jalur Ganda ... 29


(9)

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian ... 31 Gambar 4.1 Sketsa Perhitungan Lengkung Vertikal ... 50


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Kelas Jalan Rel ... 8

Tabel 2.2 Persyaratan Perencanaan Lengkung ... 14

Tabel 2.3 Nomor Wesel dan Kecepatan Ijin ... 18

Tabel 2.4 Peninggian Rel di Tikungan ... 19

Tabel 2.5 Pelebaran Sepur Maksimum ... 24

Tabel 2.6 Jari-jari Minimum Lengkung Vertikal ... 24

Tabel 2.7 Pengelompokan Lintas Berdasar pada Kelandaian ... 25

Tabel 2.8 Landai Penentu Maksimum ... 26

Tabel 2.9 Ukuran Penampang Melintang Jalan Rel ... 27

Tabel 3.1 Jenis dan Jumlah KA yang Lewat Ciganea – Sukatani ... 34

Tabel 3.2 Data Alinemen Horisontal ... 38

Tabel 3.3 Data Alinemen Vertikal ... 40

Tabel 4.1 Perencanaan Alinemen Horisontal ... 46

Tabel 4.2 Panjang Landai Curam Maksimum ... 49


(11)

DAFTAR PERSAMAAN

Halaman

Persamaan (1) Kecepatan Rencana untuk Struktur Jalan Rel ... 6

Persamaan (2) Kecepatan Rencana untuk Peninggian Rel ... 6

Persamaan (3) Kecepatan Rencana untuk Jari-jari Lengkung ... 6

Persamaan (4) Panjang Jari-jari Lengkung Minimum jika Gaya Sentrifugal Diimbangi Sepenuhnya oleh Gaya Berat ... 12

Persamaan (5) Panjang Jari-jari Lengkung Minimum jika Gaya Sentrifugal Diimbangi Sepenuhnya oleh Gaya Berat dengan memasukkan nilai hmaks = 110 mm ... 13

Persamaan (6) Percepatan Sentrifugal ... 13

Persamaan (7) Panjang Jari-jari Lengkung Minimum jika Gaya Sentrifugal Diimbangi oleh Gaya Berat dan Daya Dukung Komponen Jalan Rel ... 13

Persamaan (8) Panjang Jari-jari Lengkung Minimum tanpa Lengkung Peralihan ... 13

Persamaan (9) Panjang Lengkung Lingkaran ... 15

Persamaan (10) Panjang Lengkung Peralihan Minimum ... 16

Persamaan (11) Panjang Lengkung S ... 17

Persamaan (12) Jari-jari Lengkung S ... 17

Persamaan (13) Peninggian Normal ... 18

Persamaan (14) Pelebaran Sepur untuk dg = 3000 mm ... 23


(12)

Persamaan (16) Panjang Maksimum Landai Curam ... 25 Persamaan (17) Panjang Lengkung Vertikal Jalan Rel ... 27 Persamaan (18) Pergeseran Vertikal dari Titik PPV ke Bagian Lengkung .. 27


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Peta Lokasi Ciganea – Sukatani ... 59

Lampiran 2 Peta Lintas Daop 2 Bandung ... 60

Lampiran 3 Peta Jarak Daop 2 Bandung ... 61

Lampiran 4 Peta Proyek Efisiensi Perkeretaapian koridor Bandung – Jakarta ... 62

Lampiran 5 Peta Lokasi Proyek Jalur Ganda ... 63

Lampiran 6 Sketsa Emplasemen Ciganea ... 64


(14)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Memasuki era tinggal landas sudah seharusnya pihak pemerintah, dalam hal ini PT. Kereta Api (Persero) mengejar ketinggalannya dari negara-negara lain yang telah menggunakan teknologi modern pada sistem pengoperasian transportasi jalan rel, hingga didapat suatu sistem yang diharapkan. Kebutuhan akan kecepatan, kenyamanan dan keamanan merupakan hal yang mendesak untuk menunjang aktivitas perekonomian yang dinamis dewasa ini.


(15)

2 Untuk mendapat rasa nyaman, aman tanpa mengurangi kecepatan pada pengoperasian kereta api, dibutuhkan suatu prasana pendukung jalan rel dengan sistem geometrik yang dapat berfungsi dengan baik serta sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Untuk meningkatkan kinerja pelayanan terhadap penjadwalan perjalanan kereta api dan penambahan kapasitas angkutan baik penumpang maupun barang maka Daerah Operasi (Daop) 2 PT. Kereta Api (Persero) dengan bantuan dari Bank Dunia membuat Jalur Rel Ganda (Double Track) pada lintas Cikampek – Padalarang, sebagai penunjang proyek “Koridor Bandung – Jakarta 2,5 jam”. Proyek ini dilakukan secara bertahap yaitu antara Cikampek – Purwakarta, Ciganea – Sukatani dan Plered – Cisomang. Dengan adanya jalur ganda, maka jumlah kereta api yang dilangsir akan berkurang sehingga jadwal keberangkatan dan kedatangan kereta api lebih cepat dan tepat waktu.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah mengevaluasi geometrik jalan rel hasil perencanaan kontraktor dengan Peraturan Dinas No.10 PJKA pada proyek jalur ganda dari Km 109+635 sampai Km 116+871 antara Ciganea – Sukatani.

1.3 Pembatasan Masalah

Ruang lingkup kajian penulisan Tugas Akhir ini mencakup perencanaan geometrik jalan rel dari Km 109+635 sampai dengan Km 116+871.


(16)

3 Perencanaan geometrik jalan rel ini terdiri dari:

a) Perencanaan alinemen horisontal, yang meliputi: 1. Panjang lengkung lingkaran

2. Peninggian rel luar di daerah lengkung lingkaran 3. Panjang lengkung peralihan minimum

4. Pelebaran sepur dalam pada lengkung lingkaran 5. Panjang lengkung S pada emplasemen

b) Perencanaan alinemen vertikal, yang meliputi: 1. Perhitungan Kelandaian

2. Panjang maksimum landai curam dalam satu segmen lintasan 3. Panjang lengkung vertikal

4. Pergeseran vertikal dari titik PPV ke bagian lengkung

1.4 Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dalam Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut: Bab 1 Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, tujuan penelitian, pembatasan masalah dan sistematika pembahasan.

Bab 2 Tinjauan Pustaka yang berisi studi pustaka mengenai pengertian jalan rel, kecepatan dan beban gandar, ruang bebas dan ruang bangun, serta geometrik jalan rel.

Bab 3 Rencana Kerja yang meliputi rencana kerja yang dimulai dari pemilihan lokasi proyek sebagai studi kasus, penentuan lingkup kajian, pengambilan data dan cara pengolahan data hingga dapat ditarik kesimpulan dan memberikan saran.


(17)

4 Bab 4 Analisis Data yang membahas perencanaan alinemen horisontal, lengkung S pada emplasemen dan perencanaan alinemen vertikal.

Bab 5 Kesimpulan dan Saran merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan yang di dapat dari hasil pembahasan dan analisis masalah sesuai dengan data yang diperoleh dan menyampaikan saran-saran.


(18)

55

BAB 5

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan Peraturan Dinas No.10 PJKA dan setelah dilakukan analisis data, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Pada lengkung IP 7, jari-jari lengkung dari kontraktor (R = 199 m) tidak sesuai dengan Peraturan Dinas No.10 PJKA. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.2 Persyaratan Perencanaan Lengkung, dimana jari-jari minimum lengkung lingkaran dengan lengkung peralihan minimal adalah 200 m.


(19)

56 3. Pada lengkung IP 13 E, panjang lengkung peralihan desain (PLA desain = 60

m) tidak memenuhi syarat karena lebih kecil dari panjang lengkung peralihan minimum kajian (PLAmin kajian = 64,260 m).

4. Pada lengkung IP 5 dan IP 7 panjang lengkung lingkaran desain (Lc Desain) (IP 5 = 163,0202 m dan IP 7 = 358,6018) lebih kecil dari panjang lengkung lingkaran kajian (Lc kajian) (IP 5 = 180,4303 dan IP 7 = 373,3249 m). Sedangkan pada lengkung IP 22 E panjang lengkung lingkaran desain ( Lc desain = 312,3378 m) lebih besar dari panjang lengkung lingkaran kajian (Lc kajian = 155,1946 m).

5. Landai desain pada Km 110+875 – Km 111+300, Km 113+425 – Km 113+540, Km 113+540 – Km 113+625 dan Km 115+800 – Km 116+100 yaitu 12,625 ‰; 14,435 ‰; 16,471 ‰ dan 6,419 ‰ tidak sesuai dengan landai kajian yaitu 6,588 ‰; 12,287 ‰; 19,376 ‰ dan 6,667 ‰.

6. Panjang landai curam hasil desain kontraktor sudah sesuai dengan persyaratan, yaitu tidak lebih besar dari panjang landai curam maksimum.

7. Panjang lengkung vertikal desain pada Km 109+800, Km 110+875, Km 111+300, Km 113+425, Km 113+540, Km 113+625, Km 115+800 dan Km 116+100, yaitu 70 m, 32 m, 90 m, 2 m, 12 m, 16 m, 28 m dan 2 m tidak sesuai dengan panjang lengkung vertikal kajian yaitu 58,218 m; 68,471 m; 50,471 m; 9,593 m; 42,537 m; 35,259 m; 30,820 m dan 24,8 m.

8. Pergeseran vertikal dari titik PPV ke bagian lengkung desain (Ev desain) pada Km 110+875, Km 111+300, Km 113+540, Km 113+625, Km 114+025 dan Km 116+100, yaitu 21 mm, 169 mm, 3 mm, 5 mm, 73 mm dan 0 mm, tidak sesuai dengan pergeseran vertikal dari titik PPV ke bagian lengkung kajian


(20)

57 (Ev kajian), yaitu 97,671 mm; 53,068 mm; 37,696 mm; 25,9 mm; 34,680 mm dan 12,813 mm.

5.2 Saran

1. Sebaiknya dilakukan peninjauan ulang terhadap peraturan-peraturan yang ada dalam Peraturan Dinas No.10 PJKA karena peraturan tersebut berdasarkan penggunaan gerbong dengan dua gandar, sedangkan kondisi saat ini seluruh kereta jarak jauh sudah menggunakan gerbong dengan empat gandar.

2. Perlu adanya ketelitian dan peninjauan berkala dalam penyajian data primer dan sistem informasi yang baik dari PT. Kereta Api.


(21)

58

DAFTAR PUSTAKA

1. Kereta Api Indonesia, PT., (1999), Draft Final Report Desain Pembuatan Double Track dari Km 109+635 sampai dengan Km 116+871 antara Ciganea – Sukatani Lintas Jakarta – Padalarang, Bandung.

2. Kereta Api Indonesia, PT., (1999), Keputusan Menteri Perhubungan No. Kepmen 52 Tahun 1999 tentang Jalur Kereta Api, Bandung.

3. Kereta Api Indonesia, PT., (1999), Keputusan Menteri Perhubungan No. Kepmen 53 Tahun 1999 tentang Perpotongan dan/ atau Persinggungan antara Jalur Kereta Api dengan Bangunan Lain, Bandung.

4. Pangestu, THM., (1993), Diktat Kuliah Rekayasa Jalan Rel, Teknik Sipil Itenas, Bandung.

5. Perusahaan Jawatan Kereta Api, (1986), Perencanaan Konstruksi Jalan Rel (Peraturan Dinas No.10), Bandung.

6. Perusahaan Jawatan Kereta Api, (1986), Penjelasan Peraturan Perencanaan Konstruksi Jalan Rel (Penjelasan Peraturan Dinas No. 10), Bandung.

7. Subarkah, Iman, (1981), Jalan Kereta Api, Penerbit Idea Dharma, Bandung. 8. Sukirman, Silvia, (1994), Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan,


(1)

Perencanaan geometrik jalan rel ini terdiri dari: a) Perencanaan alinemen horisontal, yang meliputi:

1. Panjang lengkung lingkaran

2. Peninggian rel luar di daerah lengkung lingkaran 3. Panjang lengkung peralihan minimum

4. Pelebaran sepur dalam pada lengkung lingkaran 5. Panjang lengkung S pada emplasemen

b) Perencanaan alinemen vertikal, yang meliputi: 1. Perhitungan Kelandaian

2. Panjang maksimum landai curam dalam satu segmen lintasan 3. Panjang lengkung vertikal

4. Pergeseran vertikal dari titik PPV ke bagian lengkung

1.4 Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dalam Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:

Bab 1 Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, tujuan penelitian,

pembatasan masalah dan sistematika pembahasan.

Bab 2 Tinjauan Pustaka yang berisi studi pustaka mengenai pengertian

jalan rel, kecepatan dan beban gandar, ruang bebas dan ruang bangun, serta geometrik jalan rel.

Bab 3 Rencana Kerja yang meliputi rencana kerja yang dimulai dari

pemilihan lokasi proyek sebagai studi kasus, penentuan lingkup kajian, pengambilan data dan cara pengolahan data hingga dapat ditarik kesimpulan dan memberikan saran.


(2)

Bab 4 Analisis Data yang membahas perencanaan alinemen horisontal,

lengkung S pada emplasemen dan perencanaan alinemen vertikal.

Bab 5 Kesimpulan dan Saran merupakan bab terakhir yang berisi

kesimpulan yang di dapat dari hasil pembahasan dan analisis masalah sesuai dengan data yang diperoleh dan menyampaikan saran-saran.


(3)

BAB 5

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan Peraturan Dinas No.10 PJKA dan setelah dilakukan analisis data, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Pada lengkung IP 7, jari-jari lengkung dari kontraktor (R = 199 m) tidak sesuai dengan Peraturan Dinas No.10 PJKA. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.2 Persyaratan Perencanaan Lengkung, dimana jari-jari minimum lengkung lingkaran dengan lengkung peralihan minimal adalah 200 m.


(4)

3. Pada lengkung IP 13 E, panjang lengkung peralihan desain (PLA desain = 60 m) tidak memenuhi syarat karena lebih kecil dari panjang lengkung peralihan minimum kajian (PLAmin kajian = 64,260 m).

4. Pada lengkung IP 5 dan IP 7 panjang lengkung lingkaran desain (Lc Desain) (IP 5 = 163,0202 m dan IP 7 = 358,6018) lebih kecil dari panjang lengkung lingkaran kajian (Lc kajian) (IP 5 = 180,4303 dan IP 7 = 373,3249 m). Sedangkan pada lengkung IP 22 E panjang lengkung lingkaran desain ( Lc desain = 312,3378 m) lebih besar dari panjang lengkung lingkaran kajian (Lc kajian = 155,1946 m).

5. Landai desain pada Km 110+875 – Km 111+300, Km 113+425 – Km 113+540, Km 113+540 – Km 113+625 dan Km 115+800 – Km 116+100 yaitu 12,625 ‰; 14,435 ‰; 16,471 ‰ dan 6,419 ‰ tidak sesuai dengan landai kajian yaitu 6,588 ‰; 12,287 ‰; 19,376 ‰ dan 6,667 ‰.

6. Panjang landai curam hasil desain kontraktor sudah sesuai dengan persyaratan, yaitu tidak lebih besar dari panjang landai curam maksimum.

7. Panjang lengkung vertikal desain pada Km 109+800, Km 110+875, Km 111+300, Km 113+425, Km 113+540, Km 113+625, Km 115+800 dan Km 116+100, yaitu 70 m, 32 m, 90 m, 2 m, 12 m, 16 m, 28 m dan 2 m tidak sesuai dengan panjang lengkung vertikal kajian yaitu 58,218 m; 68,471 m; 50,471 m; 9,593 m; 42,537 m; 35,259 m; 30,820 m dan 24,8 m.

8. Pergeseran vertikal dari titik PPV ke bagian lengkung desain (Ev desain) pada Km 110+875, Km 111+300, Km 113+540, Km 113+625, Km 114+025 dan Km 116+100, yaitu 21 mm, 169 mm, 3 mm, 5 mm, 73 mm dan 0 mm, tidak sesuai dengan pergeseran vertikal dari titik PPV ke bagian lengkung kajian


(5)

(Ev kajian), yaitu 97,671 mm; 53,068 mm; 37,696 mm; 25,9 mm; 34,680 mm dan 12,813 mm.

5.2 Saran

1. Sebaiknya dilakukan peninjauan ulang terhadap peraturan-peraturan yang ada dalam Peraturan Dinas No.10 PJKA karena peraturan tersebut berdasarkan penggunaan gerbong dengan dua gandar, sedangkan kondisi saat ini seluruh kereta jarak jauh sudah menggunakan gerbong dengan empat gandar.

2. Perlu adanya ketelitian dan peninjauan berkala dalam penyajian data primer dan sistem informasi yang baik dari PT. Kereta Api.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

1. Kereta Api Indonesia, PT., (1999), Draft Final Report Desain Pembuatan

Double Track dari Km 109+635 sampai dengan Km 116+871 antara Ciganea – Sukatani Lintas Jakarta – Padalarang, Bandung.

2. Kereta Api Indonesia, PT., (1999), Keputusan Menteri Perhubungan No.

Kepmen 52 Tahun 1999 tentang Jalur Kereta Api, Bandung.

3. Kereta Api Indonesia, PT., (1999), Keputusan Menteri Perhubungan No.

Kepmen 53 Tahun 1999 tentang Perpotongan dan/ atau Persinggungan antara Jalur Kereta Api dengan Bangunan Lain, Bandung.

4. Pangestu, THM., (1993), Diktat Kuliah Rekayasa Jalan Rel, Teknik Sipil Itenas, Bandung.

5. Perusahaan Jawatan Kereta Api, (1986), Perencanaan Konstruksi Jalan Rel (Peraturan Dinas No.10), Bandung.

6. Perusahaan Jawatan Kereta Api, (1986), Penjelasan Peraturan Perencanaan

Konstruksi Jalan Rel (Penjelasan Peraturan Dinas No. 10), Bandung.

7. Subarkah, Iman, (1981), Jalan Kereta Api, Penerbit Idea Dharma, Bandung. 8. Sukirman, Silvia, (1994), Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan,