Pengaruh Financial Success, Social Recognition, Attractive Appearance pada Compulsive Buying.

(1)

ix Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

The compulsive buyer’s attitude is an uncontrolled buying action which exists for responding some situation or negative feeling, the main goal for its happens is to find the enthusiastic of the product not the process. There are two factors of the compulsive buying which are extrinsic factor and intrinsic factor. Moreover, the researchers try to examine these variables which are using Financial Success, Social Recognition, and Attractive Appearance variables. The respondants which are choosen by the researcher are university students from Maranatha Christian University. This research shows some result that financial success variable and social recognition do not have positive affection toward compulsive buying, otherwise, the

attractive Appearance has positive effection toward compulsive buying.

Keyword: Financial Success, Social Recognition, Attractive Appearance, and compulsive buying behavior.


(2)

x Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Perilaku pembelian yang kompulsif adalah perilaku pembelian yang tidak terkontrol yang merupakan respon atas suatu kejadian atau perasaan yang negatif, tujuan utamanya adalah mencari kesenangan pada proses pembeliannya bukan pada produknya. Terdapat dua faktor dalam pembelian yang kompulsif yaitu faktor ekstrinsik dan faktor intrinsik. Berkenaan dengan hal ini, maka peneliti mencoba untuk membahas variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yakni variabel Financial Success, Social Recognition, dan Attractive

Appearance. Responden yang dugunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah

mahasiswa-mahasiswi dari Universitas Kristen Maranatha. Dalam penelitian ini menunjukan hasil bahwa variabel Financial Success, dan Social Recognition tidak memiliki pengaruh yang positif terhadap pembelian kompulsif, sedangkan Attractive Appearance memiliki pengaruh yang positif terhadap pembelian yang kompulsif.

Kata kunci: Financial Success, Social Recognition, Attractive Appearance dan perilaku pembelian yang kompulsif.


(3)

xi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN JUDUL………...i

HALAMAN PENGESAHAN………... ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAAN SKRIPSI………iii

SURAT PERNYATAAN MENGADAKAN PENELITIAN TIDAK MENGGUNAKAN PERUSAHAAN...iv

KATA PENGANTAR………v

ABSTRACT……….. ix

ABSTRAK...x

DAFTAR ISI………...xi DAFTAR GAMBAR………..xiv

DAFTAR TABEL………...xv DAFTAR LAMPIRAN………...xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah……….1

1.2 Rumusan masalah………. 3

1.3 Tujuan penelitian………...4

1.4 Manfaat penelitian……….4

1.5 Batasan penelitian……….5


(4)

xii Universitas Kristen Maranatha BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Perilaku Pembelian yang Kompulsif (compulsive Buying)………7

2.2 Personal Goal………...19 2.2.1 Financial Success………. 22

2.2.2 Social Recognition………...22

2.2.3 Attractive Appereance………..23

2.3 Pengaruh Personal Goals pada Compulsive Buying……… 24

2.4 Pengaruh Extrinsic Goals pada Compulsive Buying……… 24

2.5 Model Penelitian………..28

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian………29

3.2 Populasi dan Sampel……….. 30

3.3 Teknik Pengambilan Sampel………..31

3.4 Metode Pengumpulan Data………32

3.5 Defenisi Operasional Variabel………...34

3.6 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas………...42

3.6.1 Uji Validitas……….42

3.6.2 Uji Reliabilitas………..51


(5)

xiii Universitas Kristen Maranatha BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Pembahasan………54

4.2 Hasil Pengujian Regresi……….57

4.3 Pengujian Hipotesis………58

4.3.1 Pengujian Hipotesis Terhadap Financial Success………58

4.3.2 Pengujian Hipotesis Terhadap Social Recognition……….. 59

4.3.3 Pengujian Hipotesis Terhadap Attractive Appearance……….61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………..62

5.1.1 Pengaruh Financial Success……….63

5.1.2 Pengaruh Social Recognition………64

5.1.3 Pengaruh Attractive Appearance………..64

5.2 Implikasi Penelitian……….65

5.2.1 Bagi Akademis……….66

5.2.2 Bagi Pemasar………67

5.2.3 Bagi Konsumen………68

5.3 Keterbatasan Penelitian………... 71

5.4 Saran………71


(6)

xiv Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GAMBAR

BAB II Gambar 2.1 Pengaruh financial success, social recognition, attractive appreance pada compulsive buying……….. .28


(7)

xv Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Halaman

BAB III Tabel 3.1 KMO and Bartlett’s Test Awal………...43

Tabel 3.2 Anti-Image Matrices (Correlation) Awal………...44

Tabel 3.3 Rotated Component MatrixAwal………...46

Tabel 3.4 KMO and Bartlett’s Test Akhir……….47

Tabel 3.5 Anti-Image Matrices (Correlation) Akhir………..48

Tabel 3.6 Rotated Component MatrixAkhir………..49

Tabel 3.7 Hasil Pengujian Reliabilitas………...52

BAB IV Tabel 4.1 Karakteristik responden berdasarkan Jenis Kelamin…………..54

Tabel 4.2 Karakteristik responden berdasarkan Usia……….55

Tabel 4.3 Karakteristik responden berdasarkan Uang Saku Per Bulan…..56

Tabel 4.4 Model Summary……….57

Tabel 4.5 ANOVAb………57


(8)

xvi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I KUESIONER

LAMPIRAN II KARAKTERISTIK RESPONDEN

LAMPIRAN III UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS LAMPIRAN IV UJI REGRESI


(9)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Belanja merupakan fenomena umum yang terjadi sekarang ini. Banyak hal yang menyebabkan seseorang harus belanja. Dari untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, pribadi bahkan sampai berfungsi sebagai terapi penyembuhan untuk suatu masalah dalam diri seseorang. Tak sedikit wanita dan pria dewasa mendapat julukan

„gila belanja‟. Salah satu orang terkenal yang dijuluki „si ratu belanja‟ adalah Imelda

Marcos, mantan first lady Filipina. Ia gemar berbelanja dan bahkan sampai masuk ke daftar hitam butik-butik eksklusif dunia karena gemar berhutang meski sang suami sudah turun dari puncak kekuasaan tapi kegemarannya tidak berkurang (Roesma,2004). Faktor penyebab mengapa seseorang gemar berbelanja dapat terjadi dari berbagai hal. Salah satu faktor yang menyebabkan seseorang kompulsif dalam berbelanja ada dalam diri individu tersebut. Diperoleh bahwa self esteem yang mempunyai hubungan yang bermakna dengan perilaku kompulsif dalam berbelanja pada dewasa muda. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari (Hanley et al.1992) menunjukkan bahwa orang yang didiagnosis menderita gangguan kompulsif dalam berbelanja memiliki lower self-esteem dibandingkan dengan konsumen normal (dalam Bullock&Koran, 2003). Faktor lain yang ikut andil membuat orang jadi gila


(10)

2

Universitas Kristen Maranatha

belanja, di antaranya adanya waktu luang yang tak termanfaatkan dengan baik, kurang percaya diri, dan gencarnya promosi barang dan jasa melalui berbagai media.

Menurut hasil studi di Amerika, perilaku pembelian kompulsif pertama kali ditemukan tahun 1915, yang sampai saat ini perilaku pembelian yang kompulsif terus berkembang dalam masyarakat. Perilaku pembelian yang kompulsif adalah perilaku pembelian yang tidak terkontrol yang merupakan respon atas suatu kejadian atau perasaan yang negatif, tujuan utamanya adalah mencari kesenangan pada proses pembeliannya bukan pada produknya (Kwak et. Al, 2003). Perilaku pembelian yang kompulsif cenderung dimotivasi dari adanya dorongan hati yang begitu kuat untuk selalu melakukan pembelian dari dalam diri dan dengan berbelanja yang dianggap mampu membuat seseorang keluar dari masalah.

Faktor yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian yang kompulsif adalah faktor keluarga, yakni dengan pola konsumsi keluarga dan perilaku pembelian orangtua. Pengaruh yang paling besar pada pembentukan compulsive

buying ini disebabkan oleh sikap orangtua yang terlalu menuruti apa yang menjadi

keinginan anak (parental yielding). Sedangkan pada struktur keluarga dan pola komunikasi keluarga yang berorientasi sosial dan konsep tidak berpengaruh secara signifikan pada compulsive buying, Faktor teman juga merupakan salah faktor yang mempengaruhi pembelian kompulsif, dan faktor individu itu sendiri. Faktor individu itu sendiri terdiri dari dua yakni faktor ekstrinsik dan faktor intrinsik. Dimana yang merupakan faktor intrinsik adalah Self-Acceptance, Affiliation, Community Feeling, sedangkan yang merupakan faktor ekstrinsik adalah Financial Success mengarah


(11)

3

Universitas Kristen Maranatha pada pencapaian kesuksesan materi, Social Recognition mengarah pada keinginan untuk dikagumi dan dikenal atau menjadi populer, Attractive Appearance mengarah pada keinginan untuk dilihat menarik oleh orang lain (Kasser dan Ryan, 1996). Pada faktor ekstrinsik memberikan pengaruh yang positif pada perilaku pembelian yang kompulsif.. Faktor ekstrinsik berfokus pada usaha untuk mencapai suatu penghargaan dari orang lain, selain itu faktor ekstrinsik merupakan faktor yang mudah diamati oleh peneliti itu sendiri, di karenakan pada penelitian ini menggunakan sampel mahasiswa-mahasiswi Maranatha sendiri, yang mana mahasiswa-mahasiswa-mahasiswi ini masih memperhatikan penampilan yang sebenarnya tidak kekal atau tidak esensial.

Berdasarkan uraian diatas, salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku pembelian yang kompulsif dari diri seseorang adalah faktor ekstrinsik (Financial Success, Social Recognition, Attractive Appearance). Maka peneliti tertarik untuk meneliti Pengaruh Extrinsic Goal pada Compulsive Buying.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka peneliti membuat rumusan

masalah sebagai berikut: “Apakah Financial Success, Social Recognition, Attractive


(12)

4

Universitas Kristen Maranatha 1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh Financial Success, Social Recognition, Attractive Appearance pada Compulsive Buying.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat khususnya bagi penulis sendiri, dan untuk umum yaitu:

1. Memberikan kontribusi yang positif dengan memberikan bukti yang akurat sesuai dengan penelitian yang di lakukan oleh peneliti bagi kalangan akademis maupun praktisi mengenai pengaruh Financial

Success, Social Recognition, Attractive Appearance pada Compulsive Buying.

2. Memberikan pengetahuan yang lebih mendalam terhadap para konsumen yang sampai sekarang ini masih memiliki hasrat berbelanja yang tinggi agar lebih memperhatikan bahwa perilaku pembelian yang kompulsif banyak memberikan dampak negatif.


(13)

5

Universitas Kristen Maranatha 1.5 Batasan Penelitian

Penelitian ini berfokus pada pengaruh Financial Success, Social Recognition,

Attractive Appearance pada Compulsive Buying.

Sebagai responden penelitian ini adalah mahasiswa-mahasiswi S1 Universitas Kristen Maranatha Bandung dikarenakan mudah memperoleh informasi dan data.

1.6 Sistematika Penelitian

Dalam penelitian ini, sistematika penulisannya adalah:

Bab I: Latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian.

Bab II: Perilaku pembelian yang kompulsif (compulsive buying), personal

goals, pengaruh personal goals pada compulsive buying, pengaruh extrinsic goals pada compulsive buying, metode penelitian.

Bab III: Desain penelitian, populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel, metode pengumpulan data, definisi operasional variabel, uji validitas dan reliabilitas, metode analisis data

Bab IV: Pembahasan, deskripsi pembahasan, hasil pengujian regresi, pengujian hipotesis.


(14)

6

Universitas Kristen Maranatha Bab V: Kesimpulan, pengaruh financial success, pengaruh social recognition,

pengarug attractive appearance, implikasi penelitian, keterbatasan penelitian, dan Saran.


(15)

62 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini memiliki tujuan yakni untuk menganalisis pengaruh Financial

Success, Social Recognition, Attractive Appearance pada Compulsive Buying.

Perilaku kompulsif merupakan topik bahasan yang sangat menarik baik untuk sekarang maupun untuk beberapa tahun yang lalu. Perilaku pembelian yang kompulsif cenderung dimotivasi dari adanya dorongan hati yang begitu kuat untuk selalu melakukan pembelian dari dalam diri dan dengan berbelanja yang dianggap mampu membuat seseorang keluar dari masalah.

Seperti yang kita sadari sekarang ini banyak sekali orang-orang berlomba untuk melakukan persaingan dalam perdagangan dengan memberikan banyak diskon untuk setiap item belanjaan mereka. Ini merupakan salah satu daya tarik yang mereka ciptakan agar kita sebagai konsumen mudah tertarik dan dengan mudah mengeluarkan uang untuk berbelanja meskipun barang yang di diskon tersebut belum tentu barang yang kita butuhkan. Karena dengan berbelanja apa saja dapat mengurangi stres yang sedang kita alami.

Tiap masyarakat memiliki tingkat pendapatan yang berbeda, ada masyarakat yang termasuk golongan atas yang rela menghabiskan uang mereka untuk berbelanja apa saja hanya untuk meningkatkan harga diri mereka, selain itu ada masyarakat yang


(16)

Universitas Kristen Maranatha tergolong menengah yang memiliki pemikiran yang panjang dalam memutuskan untuk berbelanja dan lebih tepatnya mereka akan bebelanja sesuai dengan kebutuhan walaupun sesekali rela menghabiskan uang untuk hal yang tidak dibutuhkan, dan yang terakhir adalam masyarakat yang tergolong pendapatan rendah, mereka terkadang rela memaksakan diri mereka untuk menuangkan hasrat belanja mereka dengan cara berhutang. Karena menurut mereka dengan berbelanja memiliki keinginan tersendiri.

Berdasarkan penelitian ini tidak semua faktor ekstrinsik dari personal goals memiliki pengaruh yang positif, tetapi faktor tersebut masih sesuai dengan teori yang ada. Dimana faktor yang hanya memiliki pengaruh yang positif terhadap compulsive

buying adalah Attractive appearance. Sedangkan kedua faktor lainnya yakni, Financial success dan Social recognition memiliki pengaruh yang negatif terhadap compulsive buying.

5.1.1 Pengaruh Financial Success

Kasser dan Ryan, (1996) menyatakan financial success mengarah pada pencapaian kesuksesan materi. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi financial

success maka semakin tingginya compulsive buying seseorang. Dalam penelitian

ini financial success tidak memiliki pengaruh yang positif terhadap compulsive

buying di karenakana pada sampel dengan responden mahasiswa Maranatha

dengan angkatan rata-rata angkatan 2008-2009 yang lebih dominan, oleh sebab itu mengetahui masih tergolong muda, mahasiswa angakatan baru lebih tidak


(17)

Universitas Kristen Maranatha memikirkan kearah kesuksesan keungan di karenakan mereka lebih berfokus pada adaptasi lingkungan baru perkuliahan, jiwa muda yang masih sangat kental melekat, sehingga yang hanya mereka pikirkan lebih ke bermain dan menghabiskan waktu bersama teman-teman mereka.

5.1.2 Pengaruh Social Recognition

Kasser dan Ryan, (1996) menyatakan social recognition mengarah pada keinginan untuk dikagumi dan dikenal atau menjadi popular. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi social recognition maka semakin tinggi juga tingkat

compulsive buying nya. Dalam penelitian ini, social recognition tidak memiliki

pengaruh yang positif terhadap compulsive buying di karenakan 76 responden dari 200 responden merupakan mahasiswa angkatan baru yakni angkatan 2008-2009. Pada angkatan yang baru ini mereka tidak menyukai hal-hal yang berhubungan dengan hal-hal yang menghasilkan pengharagaan, tidak memikirkan nama mereka akan terkenal, lebih tidak memikirkan komentar yang akan mereka terima dari orang lain terhadap mereka, karena mereka lebih berpikir bagaimana caranya beradaptasi dengan lingkungan yang baru, bagaimana memperoleh teman yang banyak. Sehingga Social Recognition tidak memiliki pengaruh yang positif terhadap pembelian yang kompulsif (Compulsive


(18)

Universitas Kristen Maranatha 5.1.3 Pengaruh Attractive Appearance

Kasser dan Ryan, (1996) menyatakan attractive appearance mengarah pada keinginan untuk dilihat menarik oleh orang lain. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi attractive appearance maka semakin tingginya compulsive

buying seseorang. Dalam penelitian ini attractive appearance memiliki pengaruh

yang positif terhadap compulsive buying. Seseorang yang memiliki keinginan untuk menunjukan ketertarikan semakin tinggi juga keinginan seseorang itu untuk berbelanja (compulsive buyer).

5.2 Implikasi Penelitian

Bila pikiran yang berulang diwujudkan dalam bentuk tindakan yang sebenarnya tidak perlu, inilah yang disebut dengan kompulsif (www.kompas.com). Perilaku pembelian yang kompulsif adalah perilaku pembelian yang tidak terkontrol yang merupakan respon atas suatu kejadian atau perasaan yang negatif, tujuan utamanya adalah mencari kesenangan pada proses pembeliannya bukan pada produknya (Kwak et. Al, 2003). Konsumen yang membeli secara kompulsif lebih mungkin untuk mempertunjukan kompulsivitas sebagai suatu ciri pribadi, mempunyai penghargaan diri, dan lebih cenderung berkhayal daripada para konsumen yang berperilaku secara normal dalam aktivitas pembeliannya.


(19)

Universitas Kristen Maranatha 5.2.1 Bagi Akademis

Dalam penelitian ini, peneliti memberikan informasi kepada masyarakat dan akademis mengenai pengaruh Financial Success, Social Recognition,

Attractive Appearance pada Compulsive Buying.

Dalam penelitian kali ini menjelaskan bahwa Financial Success, Social

Recognition, Attractive Appearance sesuai dengan teori, dimana teori yang

diperoleh dapat memberikan informasi tambahan terhadap konsumen. Akan tetapi untuk penelitian yang akan datang sebaiknya menggunakan responden yang tidak hanya terpaku pada mahasiswa/mahasisiwi. Jika ingin menggunakan mahasiswa/mahasisiwi sebaiknya tidak memilih mahasiswa/mahasisiwi yang baru memasuki masa perkuliahan, karena mahasiswa/mahasisiwi tersebut masih memiliki jiwa muda, pemalu, dan lain sebagainya.

Banyak hal yang dapat diketahui oleh konsumen mengenai pembelian yang kompulsif, baik dari hal penyebab, bahaya mengenai pembelian yang kompuksif. Semua hal tersebut dapat dicari di majalah, internet. Selain itu banyak juga terdapat cara mengurangi kebiasaan berbelanja yang tidak terkendali, membantu konsumen untuk mengubah penyakit kecanduan berbelanja yang disebabkan pola berbelanja yang menyimpamg dengan cara medis dan melalui terapi oleh para professional.


(20)

Universitas Kristen Maranatha 5.2.2 Bagi Pemasar

Bagi pemasar dengan adanya penelitian ini dapat memberikan banyak informasi yang terkait dengan perilaku pembelian yang kompulsif. Penelitian ini dapat membantu bagaimana pemasar harus dapat memmasarkan produknya agar dapat lebih menarik bagi konsumen yang memiliki perilaku pembelian yang kompulsif. Produk yang bagaimana yang harus di pasarkan, bagaimana strategi yang harus digunakan pemasar agar memikat minat konsumen.

Menurut Dittmar (2005), kasus perilaku pembelian yang kompulsif banyak ditemukan pada produk-produk fashion. Sedangkan menurut Gwin et al. (2004) menyatakan bahwa dari sisi sosiologikal, perilaku pembelian yang kompulsif dapat muncul dari media televisi, yang salah satunya adalah iklan. Sehingga mengakibatkan konsumen terus-menerus melakukan pembelian secara kompulsif (Dittmar, 2005).

Oleh sebab itu sebaiknya pemasar tidak memasarkan produknya hanya berdasarkan nilai ekstrinsiknya saja, seperti kekayaan, kebutuhan, gengsi, dan lain-lain. Akan tetapi sebaiknya pemasar juga dalam menawarkan produk lebih memperhatikan sisi nilai intrinsik seperti, fungsi, kualitas, dan sebagainya. Sebaiknya untuk pemasar lebih memperhatikan sisi negatif dari adanya perilaku kompulsif. Karena perilaku pembelian yang kompulsif merupakan perilaku pembelian yang harus dihindarkan, karena perilaku ini menyebabkan banyak kerugian baik dalam hal keuangan maupun tingkat emosional.


(21)

Universitas Kristen Maranatha 5.2.3 Bagi Konsumen

Bagi konsumen penelitian ini sangat membantu dalam memberikan informasi mengenai perilaku pembelian yang kompulsif. Karena dengan adanya informasi tambahan ini, konsumen dapat lebih berhati-hati dan bijaksana dalam memilih produk yang akan mereka konsumsi. Dan diharapkan pula konsumen lebih waspada terhadap penawaran-penawaran promosi yang kerap kali ada di toko dimana lebih cenderung menawarkan nilai-nilai materialisme.

Berbelanja boleh saja dilakukan, apabila konsumen memiliki dana yang sudah dianggarkan untuk membeli kebutuhan tersebut. Jangan sampai melakukan pembelian secara berlebihan atau gila-gilaan dengan tidak membatasi dana yang dikeluarkan, karena dengan berbelanja konsumen yang memiliki perilaku yang kompulsif dapat memiliki kenikmatan tersendiri dengan cara menghabiskan uang mereka hanya untuk berbelanja baik yang tidak dibutuhkan maupun yang dibutuhkan.

Konsumen yang memiliki perilaku yang kompulsif lebih cenderung memiliki rasa penyesalan setelah membeli suatu barang yang bukan kebutuhnannya. Dan mereka cenderung menyimpan barang yang mereka beli dari teman-teman agar tidak dianggap boros oleh teman-temannya. Biasanya orang yang memiliki perilaku pembelian yang kompulsif akan merasakan kenikmatan dalam berbelanja, mereka akan berbelanja secara gila-gilaan tanpa memperhatikan fungsi dari produk yang mereka beli, terutama pada saat ia sedang tertekan secara emosional.


(22)

Universitas Kristen Maranatha Bila penyimpangan ini tidak segera diatasi, dapat menyebabkan depresi gangguan psikis lainnya. Konsumen yang memiliki perilaku pembelian yang kompulsif dapat dibantu dengan dorongan perhatian yang besar dari orang-orang yang dekat dengan mereka seperti keluarga dan teman. Dalam hal ini peneliti memberikan beberapa masukan yang dapat diterapkan oleh konsumen yang memiliki perilaku pembelian yang kompulsif sebagai upaya untuk mengurangi kemungkianan berbelanja secara berlebihan, yakni:

 Sebelum berbelanja data terlebih dahulu barang-barang apa saja yang hendak dibeli, dan setelah sampai di pusat perbelanjaan langsung menuju tempat dimana barang yang akan dibeli, ini dapat membantu konsumen agar hanya berbelanja sesuai dengan yang ada di daftar perbelanjaan. Dan dapat membantu konsumen tersebut untuk tidak memiliki alasan melihat barang-barang yang lainnya yang sebenarnya tidak dibutuhkan.

 Menghindari tempat bermain dan tempat menghabiskan waktu di Mall yang mana menyediakan banyak pusat perbelanjaan yang meyediakan segalanya baik yang dibutuhkan sampai yang tidak dibutuhkan. Karena apabila bermain di tempat yang menyediakan pusat perbelanjaan kosumen tidak akan dapat menahan nafsu berbelanja, sehingga akan ingin terus berbelanja dan berbelanja. Oleh sebab itu carilah teman


(23)

Universitas Kristen Maranatha bermain yang tidak menyebabkan konsumen mengeluarkan uang yang lebih untuk berbelanja.

 Sebaiknya orang tua lebih memperhatikan pola kehidupan sang anak saat ini, tergolong boroskah mereka dalam menggunakan uang, apa saja yang mereka beli dengan uang saku yang diberikan oleh orang tua. Apabila sang anak tergolong boros dalam menggunakan uang jajan, dan cenderung membeli barang yang tidak berguna, sebaiknya orang tua lebih memperhatikan anak dan mengurangi uang jajan anak-anaknya agar tidak berbelanja hal yang tidak dibutuhkan. Atau orang tua dapat berperan ikut serta untuk memantau anak pada saat mereka berbelanja.

 Konsumen sebaiknya mulai belajar untuk membedakan mana saja barang-barang yang merupakan kebutuhan dengan barang-barang yang tidak seharusnya menjadai kebutuhan atau termasuk barang yang tidak ada gunanya. Dengan mulai belajar sedikit demi sedikit konsumen dapat mulai belajar untuk tidak mengahabiskan uang secara sembarangan. Dan perilaku pembelian yang kompulsif dapat sedikit berkurang.

 Mulailah memilih-milih teman mana yang dapat diandalkan apabila ingin berbelanja dan teman mana yang tidak dapat diandalkan. Karena teman juga memiliki pengaruh yang besar dengan perilaku pembelian


(24)

Universitas Kristen Maranatha yang kompulsif. Sebaiknya pilihlah teman yang dapat membantu kita untuk mengontrol kita saat berbelanja.

5.3 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini hanya menggunakan mahasiswa-mahasiswi S1 Universitas Kristen Maranatha Bandung sebagai responden.

2. Penelitian ini tidak mempertimbangkan usia mahasiswa-mahasiswi S1, karena ternyata faktor usia juga sangat berpengaruh terhadap penelitian ini. Usia yang terlalu muda atau mahasiswa-mahasiswi S1 yang baru memasuki masa perkuliahan tidak memiliki pemikiran yang lebih jauh mengenai kehidupannya kedepan seperi tidak memperhatikan financial success, maupun

social recognitionnya. Karena mereka lebih memperhatikan penampilan

(attractive appearance).

5.4 Saran

Saran yang dapat diberikan oleh peneliti mendatang adalah:

1. Sebaiknya mencari responden yang lebih bervariasi, jangan hanya terpaku pada mahasiswa-mahasiswi Maranatha, sehingga variabel penelitian dapat dijelaskan lebih baik lagi.


(25)

Universitas Kristen Maranatha 2. Penelitian tentang pengaruh Financial Success, Social Recognition, Attractive

Appearance pada Compulsive Buying pada kalangan mahasiswa-mahasiswi

lebih dipertimbangkan dalam segi usia. Sebaiknya jangan mencari mahasiswi-mahasiswa yang baru menginjak masa perkuliahan.

3. Penelitian tentang pengaruh Financial Success, Social Recognition, Attractive

Appearance pada Compulsive Buying dapat menggunakan responden

kalangan karyawan atau responden yang telah memiliki pekerjaan sehingga hasil yang di dapat lebih baik lagi.


(26)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Assael, H. (2001), Consumer Behavior and Marketing Action, 6th ed, South – Western College Publishing.

Cooper, D.R. and Schindler, P.S. (2006) Business Research Methods, 9th ed. New York: The McGraw – Hill inc.

DeSarbo dan Edward (1996), “Typologies of Compulsive Buying: A constrained Clusturwise Regression Approach,” Journal of Consumer Psychology, Vol. 5,

no.3, pp.231-262.

Dittmar, H. (2005a), “Compulsive Buying – A Growing Concern? An Examination of

Gender, Age, and Endorsement of Materialistic Values As Predictors,” British Journal of Psychology, Vol. 96, pp. 467-491.

Dittmar, H. (2005b), “A New Look at “Compulsive Buying”: Self – Discrepancies and Materialistic Value,” Journal of Social and Clinical Psychology, Vol. 24,

no.6, pp. 832.

Drs. Mardalis. (2003), “Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, PT.Bumi

Akasara: Jakarta.

Faber, R.J. and O’Guinn, T.C. (1998), “Compulsive Buying” A Phenomenological Exploration,” Journal of Consumer Research, vol. 16, pp.147-157.

Gwin, C.F; James, A.R; and Carlos, R.M. (2005), “Nature Vs Nurture: The Role of Familiy In Compulsive Buying,” Marketing Management Journal, vol. 15, pp.95-107.

Jogiyanto. (2004), “Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan

Pengalaman-Pengalaman, BPFE-Yogyakarta.

Koran, L.M. (2006), “Estimated Prevalance of Compulsive Buying Behavior in the United States,” American Journal of Psychiatry, vol. 163, no.10, pp. 1806-1812.


(27)

Universitas Kristen Maranatha

Kwak, J.A. (1998), “Compulsive Buying Among College Student: An Investigation

of its Antecedents, Consequences, and Implications For Public Policy,” The Journal of Consumer Affairs, vol. 32, no.2, pp. 295-319.

Roberts, J.A. (1998), “Compulsive Buying Among College Student: An Investigation of its Antecedents, Consequences, and Implications For Public Policy,” The Journal of Consumer Affairs, vol. 32, no.2, pp. 295-319.

Roberts, James A. and Chris Manolis. (2000), “Baby Boomers and Busters: An Exploratory Investigation of Attitudes Toward Marketing, Advertising and Consumerism,” Journal of Consumer Marketing, vol. 17, no.6, 481-499.

Roberts, J.A. and Pirog, S.F. (2004), “Personal Goals and Their Role in Consumer Behavior: The Case of Compulsive Buying,” Journal of Marketing.

Schehorn, G; L.A. Reisch: And L.A. Raab. (1990), “Addictive Buying in West Germany: An Empirical Study,” Journal of Consumer Policy, 13, 335-387.

Scmuck, P; Kasser, T; Ryan, R.M. (2000), “Intrinsic And Extrinsic Goals: Their Structure And Relationship To Well Being In German And U.S. College Students,” Social Indicator Research, vol. 15, no.2, pp.225.

Sekaran, U. (2000), “Research Methods For Business, 3rd ed, New York: John Wiley & Sons, Inc.

Suliyanto. (2006), “Metode Riset Bisnis, Yogyakarta: Andi.

Solomon, M.R. (2002), Consumer Behavior, Eaglewood Cliffs, NJ., Prentice – hall. www.google.com

www.kompas.com www.wikipedia.com


(1)

Bila penyimpangan ini tidak segera diatasi, dapat menyebabkan depresi gangguan psikis lainnya. Konsumen yang memiliki perilaku pembelian yang kompulsif dapat dibantu dengan dorongan perhatian yang besar dari orang-orang yang dekat dengan mereka seperti keluarga dan teman. Dalam hal ini peneliti memberikan beberapa masukan yang dapat diterapkan oleh konsumen yang memiliki perilaku pembelian yang kompulsif sebagai upaya untuk mengurangi kemungkianan berbelanja secara berlebihan, yakni:

 Sebelum berbelanja data terlebih dahulu barang-barang apa saja yang hendak dibeli, dan setelah sampai di pusat perbelanjaan langsung menuju tempat dimana barang yang akan dibeli, ini dapat membantu konsumen agar hanya berbelanja sesuai dengan yang ada di daftar perbelanjaan. Dan dapat membantu konsumen tersebut untuk tidak memiliki alasan melihat barang-barang yang lainnya yang sebenarnya tidak dibutuhkan.

 Menghindari tempat bermain dan tempat menghabiskan waktu di Mall yang mana menyediakan banyak pusat perbelanjaan yang meyediakan segalanya baik yang dibutuhkan sampai yang tidak dibutuhkan. Karena apabila bermain di tempat yang menyediakan pusat perbelanjaan kosumen tidak akan dapat menahan nafsu berbelanja, sehingga akan ingin terus berbelanja dan berbelanja. Oleh sebab itu carilah teman


(2)

bermain yang tidak menyebabkan konsumen mengeluarkan uang yang lebih untuk berbelanja.

 Sebaiknya orang tua lebih memperhatikan pola kehidupan sang anak saat ini, tergolong boroskah mereka dalam menggunakan uang, apa saja yang mereka beli dengan uang saku yang diberikan oleh orang tua. Apabila sang anak tergolong boros dalam menggunakan uang jajan, dan cenderung membeli barang yang tidak berguna, sebaiknya orang tua lebih memperhatikan anak dan mengurangi uang jajan anak-anaknya agar tidak berbelanja hal yang tidak dibutuhkan. Atau orang tua dapat berperan ikut serta untuk memantau anak pada saat mereka berbelanja.

 Konsumen sebaiknya mulai belajar untuk membedakan mana saja barang-barang yang merupakan kebutuhan dengan barang-barang yang tidak seharusnya menjadai kebutuhan atau termasuk barang yang tidak ada gunanya. Dengan mulai belajar sedikit demi sedikit konsumen dapat mulai belajar untuk tidak mengahabiskan uang secara sembarangan. Dan perilaku pembelian yang kompulsif dapat sedikit berkurang.

 Mulailah memilih-milih teman mana yang dapat diandalkan apabila ingin berbelanja dan teman mana yang tidak dapat diandalkan. Karena teman juga memiliki pengaruh yang besar dengan perilaku pembelian


(3)

yang kompulsif. Sebaiknya pilihlah teman yang dapat membantu kita untuk mengontrol kita saat berbelanja.

5.3 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini hanya menggunakan mahasiswa-mahasiswi S1 Universitas Kristen Maranatha Bandung sebagai responden.

2. Penelitian ini tidak mempertimbangkan usia mahasiswa-mahasiswi S1, karena ternyata faktor usia juga sangat berpengaruh terhadap penelitian ini. Usia yang terlalu muda atau mahasiswa-mahasiswi S1 yang baru memasuki masa perkuliahan tidak memiliki pemikiran yang lebih jauh mengenai kehidupannya kedepan seperi tidak memperhatikan financial success, maupun

social recognitionnya. Karena mereka lebih memperhatikan penampilan

(attractive appearance).

5.4 Saran

Saran yang dapat diberikan oleh peneliti mendatang adalah:

1. Sebaiknya mencari responden yang lebih bervariasi, jangan hanya terpaku pada mahasiswa-mahasiswi Maranatha, sehingga variabel penelitian dapat dijelaskan lebih baik lagi.


(4)

2. Penelitian tentang pengaruh Financial Success, Social Recognition, Attractive

Appearance pada Compulsive Buying pada kalangan mahasiswa-mahasiswi

lebih dipertimbangkan dalam segi usia. Sebaiknya jangan mencari mahasiswi-mahasiswa yang baru menginjak masa perkuliahan.

3. Penelitian tentang pengaruh Financial Success, Social Recognition, Attractive

Appearance pada Compulsive Buying dapat menggunakan responden

kalangan karyawan atau responden yang telah memiliki pekerjaan sehingga hasil yang di dapat lebih baik lagi.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Assael, H. (2001), Consumer Behavior and Marketing Action, 6th ed, South – Western College Publishing.

Cooper, D.R. and Schindler, P.S. (2006) Business Research Methods, 9th ed. New York: The McGraw – Hill inc.

DeSarbo dan Edward (1996), “Typologies of Compulsive Buying: A constrained Clusturwise Regression Approach,” Journal of Consumer Psychology, Vol. 5,

no.3, pp.231-262.

Dittmar, H. (2005a), “Compulsive Buying – A Growing Concern? An Examination of Gender, Age, and Endorsement of Materialistic Values As Predictors,” British Journal of Psychology, Vol. 96, pp. 467-491.

Dittmar, H. (2005b), “A New Look at “Compulsive Buying”: Self – Discrepancies and Materialistic Value,” Journal of Social and Clinical Psychology, Vol. 24,

no.6, pp. 832.

Drs. Mardalis. (2003), “Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, PT.Bumi

Akasara: Jakarta.

Faber, R.J. and O’Guinn, T.C. (1998), “Compulsive Buying” A Phenomenological Exploration,” Journal of Consumer Research, vol. 16, pp.147-157.

Gwin, C.F; James, A.R; and Carlos, R.M. (2005), “Nature Vs Nurture: The Role of Familiy In Compulsive Buying,” Marketing Management Journal, vol. 15, pp.95-107.

Jogiyanto. (2004), “Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan

Pengalaman-Pengalaman, BPFE-Yogyakarta.

Koran, L.M. (2006), “Estimated Prevalance of Compulsive Buying Behavior in the United States,” American Journal of Psychiatry, vol. 163, no.10, pp. 1806-1812.


(6)

Kwak, J.A. (1998), “Compulsive Buying Among College Student: An Investigation of its Antecedents, Consequences, and Implications For Public Policy,” The Journal of Consumer Affairs, vol. 32, no.2, pp. 295-319.

Roberts, J.A. (1998), “Compulsive Buying Among College Student: An Investigation of its Antecedents, Consequences, and Implications For Public Policy,” The Journal of Consumer Affairs, vol. 32, no.2, pp. 295-319.

Roberts, James A. and Chris Manolis. (2000), “Baby Boomers and Busters: An Exploratory Investigation of Attitudes Toward Marketing, Advertising and Consumerism,” Journal of Consumer Marketing, vol. 17, no.6, 481-499.

Roberts, J.A. and Pirog, S.F. (2004), “Personal Goals and Their Role in Consumer Behavior: The Case of Compulsive Buying,” Journal of Marketing.

Schehorn, G; L.A. Reisch: And L.A. Raab. (1990), “Addictive Buying in West Germany: An Empirical Study,” Journal of Consumer Policy, 13, 335-387.

Scmuck, P; Kasser, T; Ryan, R.M. (2000), “Intrinsic And Extrinsic Goals: Their Structure And Relationship To Well Being In German And U.S. College Students,” Social Indicator Research, vol. 15, no.2, pp.225.

Sekaran, U. (2000), “Research Methods For Business, 3rd ed, New York: John Wiley & Sons, Inc.

Suliyanto. (2006), “Metode Riset Bisnis, Yogyakarta: Andi.

Solomon, M.R. (2002), Consumer Behavior, Eaglewood Cliffs, NJ., Prentice – hall. www.google.com

www.kompas.com www.wikipedia.com


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN COMPULSIVE BUYING DENGAN PERILAKU BERHUTANG (DISSAVING)

7 61 42

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN KECENDERUNGAN COMPULSIVE BUYING PADA MAHASISWA

8 59 21

PENGARUH MATERIALISM HAPPINESS, MATERIALISM CENTRALITY DAN MATERIALISM SUCCESS TERHADAP IMPULSIVE BUYING DAN EFEKNYA PADA COMPULSIVE BUYING BEHAVIOR (Studi empiris pada mahasiswa yang berbelanja pakaian di department store di Yogyakarta).

0 3 15

PENGARUH MATERIALISM HAPPINESS, MATERIALISM CENTRALITY DAN MATERIALISM SUCCESS TERHADAP IMPULSIVE BUYING DAN PENGARUH MATERIALISM HAPPINESS, MATERIALISM CENTRALITY DAN MATERIALISM SUCCESS TERHADAP IMPULSIVE BUYING DAN EFEKNYA PADA COMPULSIVE BUYING BEHAV

0 3 19

PENDAHULUAN PENGARUH MATERIALISM HAPPINESS, MATERIALISM CENTRALITY DAN MATERIALISM SUCCESS TERHADAP IMPULSIVE BUYING DAN EFEKNYA PADA COMPULSIVE BUYING BEHAVIOR (Studi empiris pada mahasiswa yang berbelanja pakaian di department store di Yogyakarta).

0 3 12

LANDASAN TEORI PENGARUH MATERIALISM HAPPINESS, MATERIALISM CENTRALITY DAN MATERIALISM SUCCESS TERHADAP IMPULSIVE BUYING DAN EFEKNYA PADA COMPULSIVE BUYING BEHAVIOR (Studi empiris pada mahasiswa yang berbelanja pakaian di department store di Yogyakarta).

0 2 15

PENUTUP PENGARUH MATERIALISM HAPPINESS, MATERIALISM CENTRALITY DAN MATERIALISM SUCCESS TERHADAP IMPULSIVE BUYING DAN EFEKNYA PADA COMPULSIVE BUYING BEHAVIOR (Studi empiris pada mahasiswa yang berbelanja pakaian di department store di Yogyakarta).

0 2 55

Pengaruh Unplanned Purchases pada Compulsive Buying Behavior.

0 0 21

PERILAKU COMPULSIVE BUYING PADA MAHASISWA.

4 14 188

IMPULSIVE BUYING DAN KECENDERUNGAN COMPULSIVE BUYING

0 3 20