Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keterlibatan LSM Haburas dalam Pengembangan Pariwisata: studi kasus di Pantai Value-Tutuala, Lospalos, Timor Leste T2 092014903 BAB I
Bab I
Pendahuluan
Latarbelakang
Dalam konteks pembangunan ekonomi Timor Leste, karena
peluang pariwisata sebagai penghasil devisa yang besar bagi negara,
maka UNDP1 dan UNWTO2 telah bekerja sama dengan Direktur
Nasional Pariwisata Timor Leste pada tahun 2005 untuk tujuan
pengembangan sektor pariwisata berkelanjutan dan penguatan lembaga
pariwisata di Timor Leste. Pada akhir tahun 2005, UNWTO telah
mengirimkan tim spesialis pertama di bidang pariwisata ke Timor Leste
untuk melakukan analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
atau SWOT analisis sektor pariwisata Timor Leste. Tim spesialis ke dua
dari UNWTO datang ke Timor Leste pada akhir tahun 2006 untuk
melakukan perencanaan strategis pengembangan sektor pariwisata
(UNDP, UNWTO, NDT3 : 2007).
Program pemerintah (Programa do VI Governo Constitusional,
2015-2017) mengatakan bahwa; mengingat sektor pariwisata
merupakan salah satu sektor yang masih dalam tahap awal perkembangan, pemerintah akan mengembangkan pasar wisata ekologi, wisata
UNDP adalah United Nation Development Programme atau sebagai badan program
pembangunan PBB. Fungsi dari UNDP adalah : mewujudkan demokrasi,
penangulangan kemiskinan, membantu suatu negara agar bangkit dari keterpurukan,
keseimbangan lingkungan dan penanggulangan HIV/AIDS
2 UNWTO adalah United Nation World Tourism Organzation. Merupakan salah satu
badan organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang bertanggung jawab untuk promosi
pariwisata
3 NDT adalah National Department of Tourism atau merupakan departemen nasional
pariwisata. Dalam pemerintahan konstitusi pertama sampai dengan pemerintahan
konstitusi ke empat Timor Leste, pariwisata berada di bawah kementerian
perindustrian dan hanya merupakan sebuah departemen. Pada pemerintahan
konstitusi ke lima dan keenam, pariwisata telah berubah menjadi satu kementerian
tersendiri.
1
1
pantai, wisata sejarah dan wisata petualangan. Pemerintah akan terus
memfasilitasi pertumbuhan industri pariwisata melalui rehabilitasi
infrastruktur, termasuk bandara Internasional Dili, telekomunikasi dan
jalan raya di beberapa rute utama. Pemerintah juga akan membangun
pusat pelatihan di bidang pariwisata serta pusat informasi wisata di
Dili, Baucau, Lospalos dan Balibo. Selama dua setengah tahun ke
depan, pemerintah akan mempromosikan pariwisata di tingkat internasional, termasuk menyediakan kalender tahunan yang akan menyoroti acara-acara khusus dan atraksi pariwisata. Promosi ini mencakup
penyediaan paket perjalanan kecil yang akan di promosikan di pusatpusat pariwisata di Australia, Indonesia dan wilayah Asia Pasifik.
Pemerintah Timor Leste juga telah menyediakan master plan
pariwisata yang terbagi dalam tiga kawasan wisata khusus, yakni:
pertama; Kawasan wisata wilayah Timur. Kawasan wisata ini terdiri
dari Tutuala, pantai Kom, wilayah Baucau serta sepanjang jalan pesisir
Hera. Kawasan ini merupakan bagian integral dari penawaran pariwisata yang termasuk pantai tropis, pemandangan pegunungan, kegiatan petualangan serta arsitek dan budaya lokal. Pemerintah juga akan
memastikan bahwa daerah Tutuala dan pulau Jaco tetap menawarkan
kemurnian dan keindahan ekologi kepada wisatawan untuk saat ini
maupun di masa yang akan datang. Pemerintah juga akan terus mempromosikan taman nasional Nino Konis Santana sebagai salah satu
tujuan wisata. Kedua; Kawasan wisata sentral. Kawasan wisata ini terdiri dari ibu kota negara Timor Leste Dili, pulau Atauro dan keindahan
alam wilayah Aileu. Pemerintah akan melaksanakan program pengembangan di ibu kota, membuka pusat informasi pariwisata. Ketiga;
kawasan wisata wilayah barat. Kawasan wisata ini meliputi wilayah
Balibo, Maliana, Bobonaro serta tanaman kopi di wilayah Ermera.
Dibandingkan sektor minyak yang selama ini menjadi andalan
Timor Leste, sebagai salah satu sektor terbesar di dunia (UNWTO4,
UNWTO merupakan istilah dari United Nation World Touris Organization yang baru
digunakan pada tahun 2003, untuk membedakan dari istilah World Trade
Organization. Tujuan pokok UNWTO adalah untuk meningkatkan dan membangun
pariwisata sebagai kontributor bagi pembangunan ekonomi, saling pengertian
4
2
2013) pengembangan pariwisata lebih menjanjikan keuntungan.
Produksi minyak dan gas di blok Bayu Undan, Timor Leste
diperkirakan akan habis pada tahun 2023 (Akara : 2011). Sementara
itu, selain menghasilkan devisa bagi negara Timor Leste sebagai modal
pembangunan, pariwisata juga dapat membuka lapangan pekerjaan
bagi penduduk pedesaan di Timor leste. Masalah peluang kerja bagi
penduduk pedesaan di Timor Leste menjadi masalah yang serius saat
ini. Timor Leste memiliki tanah yang bergunung – gunung dan curah
hujan langka, produktivitas pertanian rendah serta kekurangan
makanan umum terjadi di daerah pedesaan. Sektor pariwisata
berpeluang memberikan penghasilan tambahan bagi masyarakat
pedesaan melalui partisipasi aktif masyarakat dalam pengembangan
pariwisata. Mengingat sifat alami masyarakat Timor yang hangat dan
ramah, menyediakan barang dan jasa kepada wisatawan, akan muncul
menjadi mata pencaharian tambahan alami bagi masyarakat pedesaan
(UNDP, UNWTO, NDT : 2007).
Pengembangan masyarakat menjadi salah satu elemen esensial
bagi tercapainya pembangunan berkelanjutan. Dalam proses
pembangunan, upaya untuk mencapai aspek keberlanjutan (Sustainable
Development) menjadi hal yang sangat penting, guna menjaga
keseimbangan (Equilibrium) ekonomi, sosial dan budaya, lingkungan
serta politik (Brundtland, 1987). Dalam konteks pembangunan
pariwisata, keterlibatan masyarakat dalam konsep pembanguan
berbasis masyarakat dapat mendorong tercapainya aspek keberlanjutan,
sesuai dengan prinsip pembangunan berkelanjutan. Pembangunan
pariwisata berkelanjutan merupakan sebuah proses dalam sistim
pengembangan pariwisata yang bisa menjamin keberlangsungan atau
keberadaan sumber daya alam dan kehidupan sosial budaya serta
memberikan manfaat ekonomi hingga generasi yang akan datang
(Butler, 1991). Keterlibatan masyarakat dalam pembangunan dapat
meningkatkan rasa memiliki (sense of belonging) sehingga mendorong
internasional, perdamaian, kemakmuran universal, HAM dan kebebasan dasar untuk
semua tanpa memandang perbedaan ras, jenis kelamin, bahasa dan agama.
3
partisipasi dan peran dari pemangku kepentingan (stakeholders) untuk
mencapai tujuan pembangunan. Dengan demikian diharapkan melalui
pengembangan pariwisata, kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat
yang menjadi tujuan dari pembangunan dapat tercapai.
Dalam rangka menempatkan pariwisata sebagai faktor kunci
pengembangan masyarakat, masyarakat setempat harus mengambil
bagian dalam setiap langkah pengembangan pariwisata daerah. Dalam
hal ini LSM dapat berperan mendukung masyarakat setempat agar
dapat berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata. Dalam hal ini,
peranan LSM dalam melakukan pendampingan bagi masyarakat lokal
sanggat dibutuhkan karena masyarakat yang tinggal di wilayah
terpencil cenderung tidak memiliki pengetahuan maupun kemampuan
untuk mengambil keputusan mengenai pengembangan wilayah serta
berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata (Tosun, 1999). NOAD5
mendefinisikan LSM sebagai salah satu organisasi non pemerintah yang
berorientasi pada pembangunan dalam upaya untuk memperbaiki
kondisi sosial, ekonomi dan produktivitas bagi masyarakat lokal di pedesaan pada negara-negara miskin dan berkembang (Ulleberg, 2009)6.
Pembangunan pariwisata berbasis masyarakat berarti bahwa
masyarakat lokal menjadi pusat pembangunan ekonomi dan sosial.
Dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan, LSM memberikan
dorongan dan mengkoordinasikan masyarakat setempat dalam
menciptakan proses pengambilan keputusan. Keterlibatan masyarakat
dalam mengambil keputusan akan membawa keterpaduan dan
tanggung jawab bagi masyarakat setempat. Aksi LSM dalam
mendukung proses pengambilan keputusan akan menjamin
keterlibatan aktif masyarakat lokal dalam proses pengambilan
keputusan (Hudry Cecile : 2012).
Mengingat LSM berpotensi mendukung pengembangan
masyarakat, penelitian ini dimaksudkan untuk melihat bagaimana LSM
NOAD singkatan dari Norwegian Agency for Development
Inger Ulleberg, 2009. The Role and Impact of NGOs in Capacity Development.
International Institute for Education Palning.
5
6
4
Haburas mendukung proses pengembangan pariwisata berbasis
masyarakat di distrik Tutuala. Tutuala merupakan salah satu sub distrik
yang terletak di ujung pulau Timor serta populer di kalangan wisatawan asing maupun wisatawan lokal. Tutuala memiliki kekhasan
ekologi, pantai yang indah, dan pulau Jaco yang menjadi habitat alami
dari satwa liar. Di samping itu, Tutuala juga memiliki taman nasional
Nino Konis Santana yang merupakan taman nasional pertama di Timor
Leste, serta gua dengan lukisan purba. Potensi ini merupakan industri
pariwisata yang dapat memberikan keuntungan bagi masyarakat lokal
di masa sekarang maupun di masa yang akan datang serta berpotensi
mendukung pelestarian lingkungan.
Dalam pengembangan potensi pariwisata di Tutuala, LSM
Haburas telah bekerja sama dengan Koperasi Valusere yang dijalankan
oleh masyarakat setempat di Tutuala. Tujuan dari kehadiran LSM
Haburas adalah meningkatkan kemampuan dan ketrampilan masyarakat di sekitar lokasi obyek wisata supaya masyarakat dapat berpartisipasi dalam kegiatan pariwisata (do Carvalho, 2008).
Dari penelusuran literatur yang peneliti lakukan pengetahuan
tentang keterlibatan LSM dalam pengembangan pariwisata baik di
Timor Leste maupun di Tutuala sendiri belum ada penulis yang
meneliti tentang hal ini. Selain itu, sejumlah literatur yang saya
telusuri baru ada satu penulis yang menulis tentang Local NGOs in
National Development : the Case of East Timor (Janet E. Hunt: 2008).
Studi kasusnya pada LSM Caritas Dili, LSM ETADEP, HAK
Association, LSM FOKUPERS, LSM Timor Aid. Studi kasus dari
beberapa LSM tersebut di atas, tidak ada satu pun LSM yang bergerak
pada bidang pengembangan pariwisata serta dalam penulisan tersebut
tidak membahas masalah pengembangan pariwisata Timor Leste. Selain
itu dari publikasi jurnal yang saya telusuri tidak ada satupun penulis
yang meneliti tentang keterlibatan LSM dalam pengembangan
pariwisata di Timor Leste. Singkatnya bahwa belum ada sesorang yang
telah melakukan penelitian tentang keterlibatan LSM dalam
pengembangan pariwisata khususnya Tutuala di Timor Leste.
5
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan
pendekatan etnografi. Pendekatan etnografi berasal dari bidang
antropologi
(Jacob, 1987). Tujuan penelitian Etnografis adalah
memperoleh gambaran umum mengenai subjek penelitian. Penelitian
ini menekankan aspek pemotretan pengalaman individu-individu
sehari-hari dengan cara mengobservasi dan mewawancarai mereka dan
individu-individu lain yang relevan (Fraenkel & Wallen, 1990).
Penelitian ini melibatkan wawancara mendalam dan observasi terus
menerus pada para partisipan dalam situasi tertentu (Jacob, 1987).
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara mendalam
dengan Lembaga Swadaya Masyarakat Haburas dalam proses
pembangunan pariwisata. Di samping itu, peneliti juga melakukan
observasi dan wawancara mendalam dengan masyarakat lokal di
Tutuala yang terlibat dalam pengembangan usaha pariwisata di pantai
Valusere, desa Tutuala, kecamatan Tutuala, Lospalos, Timor Leste.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang yang telah diuraikan sebelumnya,
rumusan masalah dalam penelitian ini ialah bagaimana keterlibatan
Lembaga Swadaya Masyarakat Haburas (LSM Haburas) dalam proses
pembangunan pariwisata berbasis masyarakat untuk mencapai pembangunan berkelanjutan di pantai Value, desa Tutuala, Kabupaten
Lospalos, Timor Leste ?
Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan
sebelumnya, pertanyaan penelitian ini terbagi menjadi dua bagian
sebagai berikut : Pertama, Tahapan-tahapan apa saja yang dilakukan
oleh LSM Haburas bagi masyarakat lokal dalam upaya pengembangan
pariwisata berbasis masyarakat di desa Tutuala. Kedua, Bagaimana
Respons Masyarakat terhadap program pengembangan pariwisata yang
6
dilakukan oleh lembaga swadaya masyarakat Haburas bagi masyarakat
lokal di desa Tutuala?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk menguraikan pengalaman
empirik pelaku pembangunan yakni tahapan-tahapan program kerja
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Haburas bagi masyarakat lokal
dalam upaya pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di desa
Tutuala. Mengetahui respon masyarakat terhadap program pengembangan pariwisata yang dilakukan oleh lembaga swadaya masyarakat
Haburas bagi masyarakat lokal di desa Tutuala, Lospalos, Timor Leste.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap ilmu pengetahuan dengan menguatkan konsep keterlibatan masyarakat dalam pembangunan pariwisata. Disisi lain, melalui penelitian ini
diharapkan pembaca mendapatkan wawasan tentang pembangunan
pariwisata berbasis masyarakat maupun pembangunan pariwisata
berkelanjutan melalui pengalaman pelaku pembangunan, yaitu LSM
Haburas dalam pengembangan pariwisata di Tutuala, Timor Leste.
Sistematika Penulisan
Tesis ini dimulai dengan Bab 1 sebagai pendahuluan. Dalam
bab ini didahulukan dengan latar belakang yang menjadi dasar
ketertarikan peneliti melakukan penelitian ini. Pada bab ini juga
peneliti mengajukan pertanyaan penelitian yang menjadi dasar bagi
peneliti untuk melakukan kajian di lapangan. Selanjutnya peneliti
mengajukan tujuan dan manfaat penelitian yang merupakan hal-hal
yang diharapkan dapat dicapai pada penelitian ini.
7
Selanjutnya Bab 2 menguraikan tentang kajian pustaka yang
pada intinya memuat tentang literatur yang relevan dengan topik yang
dibahas oleh peneliti. Beberapa topik yang diangkat oleh peneliti dalam
kajian pustaka adalah yang berkaitan dengan konsep pembangunan
pariwisata berkelanjutan, konsep pembangunan pariwisata berbasis
komunitas, peranan lembaga swadaya masyarakat (LSM) dalam proses
pengembangan Community Based Tourism, komunitas dan pariwisata,
rasa memiliki dan pemberdayaan komunitas, kerangka pikir peneliti.
Kemudian Bab 3, yang isinya adalah metode penelitian, dimana
akan dijelaskan mengenai pertimbangan dalam memilih metode
penelitian kualitatif pada penelitian ini. Didalam bab ini juga akan
menjelaskan tentang teknik informasai yang diperoleh di lapangan,
dengan metode snowball dan dilengkapi dengan wawancara mendalam
dan observasi. Selain itu juga pada bab ini peneliti akan mengungkapkan tentang proses analisis data hingga menjadi sebuah karya ilmiah.
Bab 4, pada bab ini akan menguraikan LSM Haburas dan
pengembangan pariwisata berbasis komunitas di Tutuala. Beberapa
topik yang diangkat disini adalah membangun pemahaman tentang
community based tourism, keterlibatan LSM Haburas dalam pembentukan koperasi, program kerja LSM Haburas di Tutuala, pelatihanpelatihan yang disponsori oleh LSM Haburas, permasaahan yang dihadapi oleh LSM Haburas dalam melakukan kerjasama dengan koperasi
Valusere, konflik yang timbul setelah koperasi Valusere mandiri.
Bab 5, pada bab ini akan diuraikan pariwisata berbasis
masyarakat bagi kehidupan masyarakat Tutuala. Topik-topik yang
diangkat dalam bab ini adalah usaha penginapan, pengelolaan usaha
restoran, rapat anggota dan sistem pembagian keuntungan, kegiatan
pemandu wisata, pariwisata berbasis masyarakat bagi kehidupan
masyarakat nelayan di pantai Valusere, Tutuala.
Bab 6 atau bab terakhir adalah kesimpulan, yang intinya
menarik keseluruhan isi tesis ini dan juga saran penelitian lanjutan.
8
Pendahuluan
Latarbelakang
Dalam konteks pembangunan ekonomi Timor Leste, karena
peluang pariwisata sebagai penghasil devisa yang besar bagi negara,
maka UNDP1 dan UNWTO2 telah bekerja sama dengan Direktur
Nasional Pariwisata Timor Leste pada tahun 2005 untuk tujuan
pengembangan sektor pariwisata berkelanjutan dan penguatan lembaga
pariwisata di Timor Leste. Pada akhir tahun 2005, UNWTO telah
mengirimkan tim spesialis pertama di bidang pariwisata ke Timor Leste
untuk melakukan analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
atau SWOT analisis sektor pariwisata Timor Leste. Tim spesialis ke dua
dari UNWTO datang ke Timor Leste pada akhir tahun 2006 untuk
melakukan perencanaan strategis pengembangan sektor pariwisata
(UNDP, UNWTO, NDT3 : 2007).
Program pemerintah (Programa do VI Governo Constitusional,
2015-2017) mengatakan bahwa; mengingat sektor pariwisata
merupakan salah satu sektor yang masih dalam tahap awal perkembangan, pemerintah akan mengembangkan pasar wisata ekologi, wisata
UNDP adalah United Nation Development Programme atau sebagai badan program
pembangunan PBB. Fungsi dari UNDP adalah : mewujudkan demokrasi,
penangulangan kemiskinan, membantu suatu negara agar bangkit dari keterpurukan,
keseimbangan lingkungan dan penanggulangan HIV/AIDS
2 UNWTO adalah United Nation World Tourism Organzation. Merupakan salah satu
badan organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang bertanggung jawab untuk promosi
pariwisata
3 NDT adalah National Department of Tourism atau merupakan departemen nasional
pariwisata. Dalam pemerintahan konstitusi pertama sampai dengan pemerintahan
konstitusi ke empat Timor Leste, pariwisata berada di bawah kementerian
perindustrian dan hanya merupakan sebuah departemen. Pada pemerintahan
konstitusi ke lima dan keenam, pariwisata telah berubah menjadi satu kementerian
tersendiri.
1
1
pantai, wisata sejarah dan wisata petualangan. Pemerintah akan terus
memfasilitasi pertumbuhan industri pariwisata melalui rehabilitasi
infrastruktur, termasuk bandara Internasional Dili, telekomunikasi dan
jalan raya di beberapa rute utama. Pemerintah juga akan membangun
pusat pelatihan di bidang pariwisata serta pusat informasi wisata di
Dili, Baucau, Lospalos dan Balibo. Selama dua setengah tahun ke
depan, pemerintah akan mempromosikan pariwisata di tingkat internasional, termasuk menyediakan kalender tahunan yang akan menyoroti acara-acara khusus dan atraksi pariwisata. Promosi ini mencakup
penyediaan paket perjalanan kecil yang akan di promosikan di pusatpusat pariwisata di Australia, Indonesia dan wilayah Asia Pasifik.
Pemerintah Timor Leste juga telah menyediakan master plan
pariwisata yang terbagi dalam tiga kawasan wisata khusus, yakni:
pertama; Kawasan wisata wilayah Timur. Kawasan wisata ini terdiri
dari Tutuala, pantai Kom, wilayah Baucau serta sepanjang jalan pesisir
Hera. Kawasan ini merupakan bagian integral dari penawaran pariwisata yang termasuk pantai tropis, pemandangan pegunungan, kegiatan petualangan serta arsitek dan budaya lokal. Pemerintah juga akan
memastikan bahwa daerah Tutuala dan pulau Jaco tetap menawarkan
kemurnian dan keindahan ekologi kepada wisatawan untuk saat ini
maupun di masa yang akan datang. Pemerintah juga akan terus mempromosikan taman nasional Nino Konis Santana sebagai salah satu
tujuan wisata. Kedua; Kawasan wisata sentral. Kawasan wisata ini terdiri dari ibu kota negara Timor Leste Dili, pulau Atauro dan keindahan
alam wilayah Aileu. Pemerintah akan melaksanakan program pengembangan di ibu kota, membuka pusat informasi pariwisata. Ketiga;
kawasan wisata wilayah barat. Kawasan wisata ini meliputi wilayah
Balibo, Maliana, Bobonaro serta tanaman kopi di wilayah Ermera.
Dibandingkan sektor minyak yang selama ini menjadi andalan
Timor Leste, sebagai salah satu sektor terbesar di dunia (UNWTO4,
UNWTO merupakan istilah dari United Nation World Touris Organization yang baru
digunakan pada tahun 2003, untuk membedakan dari istilah World Trade
Organization. Tujuan pokok UNWTO adalah untuk meningkatkan dan membangun
pariwisata sebagai kontributor bagi pembangunan ekonomi, saling pengertian
4
2
2013) pengembangan pariwisata lebih menjanjikan keuntungan.
Produksi minyak dan gas di blok Bayu Undan, Timor Leste
diperkirakan akan habis pada tahun 2023 (Akara : 2011). Sementara
itu, selain menghasilkan devisa bagi negara Timor Leste sebagai modal
pembangunan, pariwisata juga dapat membuka lapangan pekerjaan
bagi penduduk pedesaan di Timor leste. Masalah peluang kerja bagi
penduduk pedesaan di Timor Leste menjadi masalah yang serius saat
ini. Timor Leste memiliki tanah yang bergunung – gunung dan curah
hujan langka, produktivitas pertanian rendah serta kekurangan
makanan umum terjadi di daerah pedesaan. Sektor pariwisata
berpeluang memberikan penghasilan tambahan bagi masyarakat
pedesaan melalui partisipasi aktif masyarakat dalam pengembangan
pariwisata. Mengingat sifat alami masyarakat Timor yang hangat dan
ramah, menyediakan barang dan jasa kepada wisatawan, akan muncul
menjadi mata pencaharian tambahan alami bagi masyarakat pedesaan
(UNDP, UNWTO, NDT : 2007).
Pengembangan masyarakat menjadi salah satu elemen esensial
bagi tercapainya pembangunan berkelanjutan. Dalam proses
pembangunan, upaya untuk mencapai aspek keberlanjutan (Sustainable
Development) menjadi hal yang sangat penting, guna menjaga
keseimbangan (Equilibrium) ekonomi, sosial dan budaya, lingkungan
serta politik (Brundtland, 1987). Dalam konteks pembangunan
pariwisata, keterlibatan masyarakat dalam konsep pembanguan
berbasis masyarakat dapat mendorong tercapainya aspek keberlanjutan,
sesuai dengan prinsip pembangunan berkelanjutan. Pembangunan
pariwisata berkelanjutan merupakan sebuah proses dalam sistim
pengembangan pariwisata yang bisa menjamin keberlangsungan atau
keberadaan sumber daya alam dan kehidupan sosial budaya serta
memberikan manfaat ekonomi hingga generasi yang akan datang
(Butler, 1991). Keterlibatan masyarakat dalam pembangunan dapat
meningkatkan rasa memiliki (sense of belonging) sehingga mendorong
internasional, perdamaian, kemakmuran universal, HAM dan kebebasan dasar untuk
semua tanpa memandang perbedaan ras, jenis kelamin, bahasa dan agama.
3
partisipasi dan peran dari pemangku kepentingan (stakeholders) untuk
mencapai tujuan pembangunan. Dengan demikian diharapkan melalui
pengembangan pariwisata, kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat
yang menjadi tujuan dari pembangunan dapat tercapai.
Dalam rangka menempatkan pariwisata sebagai faktor kunci
pengembangan masyarakat, masyarakat setempat harus mengambil
bagian dalam setiap langkah pengembangan pariwisata daerah. Dalam
hal ini LSM dapat berperan mendukung masyarakat setempat agar
dapat berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata. Dalam hal ini,
peranan LSM dalam melakukan pendampingan bagi masyarakat lokal
sanggat dibutuhkan karena masyarakat yang tinggal di wilayah
terpencil cenderung tidak memiliki pengetahuan maupun kemampuan
untuk mengambil keputusan mengenai pengembangan wilayah serta
berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata (Tosun, 1999). NOAD5
mendefinisikan LSM sebagai salah satu organisasi non pemerintah yang
berorientasi pada pembangunan dalam upaya untuk memperbaiki
kondisi sosial, ekonomi dan produktivitas bagi masyarakat lokal di pedesaan pada negara-negara miskin dan berkembang (Ulleberg, 2009)6.
Pembangunan pariwisata berbasis masyarakat berarti bahwa
masyarakat lokal menjadi pusat pembangunan ekonomi dan sosial.
Dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan, LSM memberikan
dorongan dan mengkoordinasikan masyarakat setempat dalam
menciptakan proses pengambilan keputusan. Keterlibatan masyarakat
dalam mengambil keputusan akan membawa keterpaduan dan
tanggung jawab bagi masyarakat setempat. Aksi LSM dalam
mendukung proses pengambilan keputusan akan menjamin
keterlibatan aktif masyarakat lokal dalam proses pengambilan
keputusan (Hudry Cecile : 2012).
Mengingat LSM berpotensi mendukung pengembangan
masyarakat, penelitian ini dimaksudkan untuk melihat bagaimana LSM
NOAD singkatan dari Norwegian Agency for Development
Inger Ulleberg, 2009. The Role and Impact of NGOs in Capacity Development.
International Institute for Education Palning.
5
6
4
Haburas mendukung proses pengembangan pariwisata berbasis
masyarakat di distrik Tutuala. Tutuala merupakan salah satu sub distrik
yang terletak di ujung pulau Timor serta populer di kalangan wisatawan asing maupun wisatawan lokal. Tutuala memiliki kekhasan
ekologi, pantai yang indah, dan pulau Jaco yang menjadi habitat alami
dari satwa liar. Di samping itu, Tutuala juga memiliki taman nasional
Nino Konis Santana yang merupakan taman nasional pertama di Timor
Leste, serta gua dengan lukisan purba. Potensi ini merupakan industri
pariwisata yang dapat memberikan keuntungan bagi masyarakat lokal
di masa sekarang maupun di masa yang akan datang serta berpotensi
mendukung pelestarian lingkungan.
Dalam pengembangan potensi pariwisata di Tutuala, LSM
Haburas telah bekerja sama dengan Koperasi Valusere yang dijalankan
oleh masyarakat setempat di Tutuala. Tujuan dari kehadiran LSM
Haburas adalah meningkatkan kemampuan dan ketrampilan masyarakat di sekitar lokasi obyek wisata supaya masyarakat dapat berpartisipasi dalam kegiatan pariwisata (do Carvalho, 2008).
Dari penelusuran literatur yang peneliti lakukan pengetahuan
tentang keterlibatan LSM dalam pengembangan pariwisata baik di
Timor Leste maupun di Tutuala sendiri belum ada penulis yang
meneliti tentang hal ini. Selain itu, sejumlah literatur yang saya
telusuri baru ada satu penulis yang menulis tentang Local NGOs in
National Development : the Case of East Timor (Janet E. Hunt: 2008).
Studi kasusnya pada LSM Caritas Dili, LSM ETADEP, HAK
Association, LSM FOKUPERS, LSM Timor Aid. Studi kasus dari
beberapa LSM tersebut di atas, tidak ada satu pun LSM yang bergerak
pada bidang pengembangan pariwisata serta dalam penulisan tersebut
tidak membahas masalah pengembangan pariwisata Timor Leste. Selain
itu dari publikasi jurnal yang saya telusuri tidak ada satupun penulis
yang meneliti tentang keterlibatan LSM dalam pengembangan
pariwisata di Timor Leste. Singkatnya bahwa belum ada sesorang yang
telah melakukan penelitian tentang keterlibatan LSM dalam
pengembangan pariwisata khususnya Tutuala di Timor Leste.
5
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan
pendekatan etnografi. Pendekatan etnografi berasal dari bidang
antropologi
(Jacob, 1987). Tujuan penelitian Etnografis adalah
memperoleh gambaran umum mengenai subjek penelitian. Penelitian
ini menekankan aspek pemotretan pengalaman individu-individu
sehari-hari dengan cara mengobservasi dan mewawancarai mereka dan
individu-individu lain yang relevan (Fraenkel & Wallen, 1990).
Penelitian ini melibatkan wawancara mendalam dan observasi terus
menerus pada para partisipan dalam situasi tertentu (Jacob, 1987).
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara mendalam
dengan Lembaga Swadaya Masyarakat Haburas dalam proses
pembangunan pariwisata. Di samping itu, peneliti juga melakukan
observasi dan wawancara mendalam dengan masyarakat lokal di
Tutuala yang terlibat dalam pengembangan usaha pariwisata di pantai
Valusere, desa Tutuala, kecamatan Tutuala, Lospalos, Timor Leste.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang yang telah diuraikan sebelumnya,
rumusan masalah dalam penelitian ini ialah bagaimana keterlibatan
Lembaga Swadaya Masyarakat Haburas (LSM Haburas) dalam proses
pembangunan pariwisata berbasis masyarakat untuk mencapai pembangunan berkelanjutan di pantai Value, desa Tutuala, Kabupaten
Lospalos, Timor Leste ?
Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan
sebelumnya, pertanyaan penelitian ini terbagi menjadi dua bagian
sebagai berikut : Pertama, Tahapan-tahapan apa saja yang dilakukan
oleh LSM Haburas bagi masyarakat lokal dalam upaya pengembangan
pariwisata berbasis masyarakat di desa Tutuala. Kedua, Bagaimana
Respons Masyarakat terhadap program pengembangan pariwisata yang
6
dilakukan oleh lembaga swadaya masyarakat Haburas bagi masyarakat
lokal di desa Tutuala?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk menguraikan pengalaman
empirik pelaku pembangunan yakni tahapan-tahapan program kerja
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Haburas bagi masyarakat lokal
dalam upaya pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di desa
Tutuala. Mengetahui respon masyarakat terhadap program pengembangan pariwisata yang dilakukan oleh lembaga swadaya masyarakat
Haburas bagi masyarakat lokal di desa Tutuala, Lospalos, Timor Leste.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap ilmu pengetahuan dengan menguatkan konsep keterlibatan masyarakat dalam pembangunan pariwisata. Disisi lain, melalui penelitian ini
diharapkan pembaca mendapatkan wawasan tentang pembangunan
pariwisata berbasis masyarakat maupun pembangunan pariwisata
berkelanjutan melalui pengalaman pelaku pembangunan, yaitu LSM
Haburas dalam pengembangan pariwisata di Tutuala, Timor Leste.
Sistematika Penulisan
Tesis ini dimulai dengan Bab 1 sebagai pendahuluan. Dalam
bab ini didahulukan dengan latar belakang yang menjadi dasar
ketertarikan peneliti melakukan penelitian ini. Pada bab ini juga
peneliti mengajukan pertanyaan penelitian yang menjadi dasar bagi
peneliti untuk melakukan kajian di lapangan. Selanjutnya peneliti
mengajukan tujuan dan manfaat penelitian yang merupakan hal-hal
yang diharapkan dapat dicapai pada penelitian ini.
7
Selanjutnya Bab 2 menguraikan tentang kajian pustaka yang
pada intinya memuat tentang literatur yang relevan dengan topik yang
dibahas oleh peneliti. Beberapa topik yang diangkat oleh peneliti dalam
kajian pustaka adalah yang berkaitan dengan konsep pembangunan
pariwisata berkelanjutan, konsep pembangunan pariwisata berbasis
komunitas, peranan lembaga swadaya masyarakat (LSM) dalam proses
pengembangan Community Based Tourism, komunitas dan pariwisata,
rasa memiliki dan pemberdayaan komunitas, kerangka pikir peneliti.
Kemudian Bab 3, yang isinya adalah metode penelitian, dimana
akan dijelaskan mengenai pertimbangan dalam memilih metode
penelitian kualitatif pada penelitian ini. Didalam bab ini juga akan
menjelaskan tentang teknik informasai yang diperoleh di lapangan,
dengan metode snowball dan dilengkapi dengan wawancara mendalam
dan observasi. Selain itu juga pada bab ini peneliti akan mengungkapkan tentang proses analisis data hingga menjadi sebuah karya ilmiah.
Bab 4, pada bab ini akan menguraikan LSM Haburas dan
pengembangan pariwisata berbasis komunitas di Tutuala. Beberapa
topik yang diangkat disini adalah membangun pemahaman tentang
community based tourism, keterlibatan LSM Haburas dalam pembentukan koperasi, program kerja LSM Haburas di Tutuala, pelatihanpelatihan yang disponsori oleh LSM Haburas, permasaahan yang dihadapi oleh LSM Haburas dalam melakukan kerjasama dengan koperasi
Valusere, konflik yang timbul setelah koperasi Valusere mandiri.
Bab 5, pada bab ini akan diuraikan pariwisata berbasis
masyarakat bagi kehidupan masyarakat Tutuala. Topik-topik yang
diangkat dalam bab ini adalah usaha penginapan, pengelolaan usaha
restoran, rapat anggota dan sistem pembagian keuntungan, kegiatan
pemandu wisata, pariwisata berbasis masyarakat bagi kehidupan
masyarakat nelayan di pantai Valusere, Tutuala.
Bab 6 atau bab terakhir adalah kesimpulan, yang intinya
menarik keseluruhan isi tesis ini dan juga saran penelitian lanjutan.
8