T2 092014903 BAB III

BAB III
Metode Penelitian

Metodologi merupakan suatu proses atau cara yang digunakan
untuk melakukan suatu penelitian. Tujuan penelitian kualitatif
adalah memahami situasi, peritiwa, kelompok, atau interaksi sosial
tertentu. Peneltian ini dapat diartikan sebagai proses investigatif
yang di dalamnya peneliti secara perlahan-lahan memakai suatu
fenomena sosial dengan membedakan, membandingkan, menggandakan, mengatalogkan dan mengklasifikasi obyek penelitian.
Penelitian ini melibatkan peneliti untuk menyelami setting peneliti.
Peneliti memasuki dunia informan melalui interaksi berkelanjutan,
mencari makna-makna dan perspektif-perspektif informan
(Creswell, 2013)38.

Pengantar
Pada bab ini, penulis akan menjelaskan seluruh proses
pengalaman penelitian yang dilalui oleh peneliti. Berawal dari tugas
matakuliah metodologi penelitian kualitatif, maka penulis dapat
menentukan topik, menulis proposal, proses pengambilan data di
lapangan sampai dengan analisis data. Sebelum mengambil data di
lapangan, penulis mempelajari dan memahami tahapan-tahapan baku

dalam penelitian kualitatif. Segala persiapan yang dilakukan oleh
peneliti untuk mengambil data di lapangan dalam rangka untuk
memperoleh suatu proses untuk mendeskripsikan dan menganalisis
fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, kebudayaan, persepsi dan pemikiran para pelaku komunitas masyarakat lokal di Tutuala, anggota LSM
Haburas39 dan LSM CIDAC40 sebagai bagian daripada pengembangan

Creswell J.W. 2013. Edisi Ketiga. Research Design: Pendekatan kualitatif, kuantitatif
dan Mixed. Pustaka Pelajar
39 LSM Haburas adalah salah satu Lembaga swadaya masyarakat lokal yang berlokasi di
Dili dan bergerak di bidang lengkungan hidup

38

31

pariwisata berbasis masyarakat di Tutuala. Dengan demikian, pada bab
ini penulis akan menguraikan bagaimana proses melakukan penelitian,
tahapan-tahapan pengumpulan data, pengalaman dalam melakukan
penelitian berdasarkan kerangka penelitian yang akhirnya dapat
dijadikan sebagai karya ilmiah dan memberikan sumbangan terhadap

ilmu pengetahuan.

Metode Penelitian
Penelitian mengenai kehidupan masyarakat lokal di Suco41
Tutuala, sub distrik42 Tutuala, distrik43 Lautem di fokuskan pada
anggota masyarakat yang terlibat dalam kegiatan pariwisata pada
koperasi Valusere, anggota masyarakat nelayan di pantai Valusere,
LSM Haburas dan LSM CIDAC dalam memanfaatkan sumber daya
alam yang dimiliki oleh masyarakat lokal sehingga berkembang
menjadi daerah tujuan wisata. Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan
pariwisata berbasis masyarakat mulai dari proses awal perencanaan
kegiatan pariwisata sampai dengan pengelolaan usaha pariwisata di
pantai Valusere, Suco, Tutuala. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian kualitatif atau disebut dengan penelitian interpretatif yang
didalmnya peneliti terlibat dalam pengalaman yang berkelanjutan dan
terus menerus dengan partisipan. Keterlibatan inilah yang nantinya

LSM CIDAC adalah sebuah organisasi atau Lembaga Swadaya Masyarakat yang
berlokasi di Portugal. CIDAC kepanjangannya adalah Centro de Intervenção Para o
Desemvolvimento Amilcar Cabral. Lembaga ini bekerja dalam bidang pembangunan

sehingga membantu memberikan kapasitas kepada LSM lokal di negara jajahan
Portugis khususnya bekerjasama dengan LSM lokal di Timor Leste dengan Guinea
Bissau.
41 Suco adalah salah satu istilah yang umum dipakai di Timor Leste sebagai sebagai
sebuah Desa yang dipimpin oleh seorang kepala desa yang dipilih secara langsung oleh
rakyat setiap lima tahun sekali.
42 Sub Distrik adalah setingkat dengan sebuah kecamatan. Di Negara Timor Leste
istilah yang digunakan pada sebuah kecamatan adalah sub distrik.
43 Distrik setingkat dengan kabupaten. Seorang bupati atau biasa dipangil dengan istilah
administratdor distrito tidak dipilih langsung oleh rakyat, akan tetapi ditunjuk dari
pemerintah pusat.
40

32

memunculkan serangkaian isu-isu strategis, etis, dan personal dalam
proses penelitian kualitatif (Locke, Spirduso, & Silverman, 2007)44.
Penelitian ini akan menguraikan pengalaman empirik (kenyataan) dari proses keterlibatan masyarakat lokal di Tutuala dan LSM
Haburas dalam usaha kegiatan pariwisata berbasis masyarakat sejak
awal perencanaan kegiatan sampai pengelolaan usaha pariwisata yang

berkelanjutan, dengan demikian metode penelitian kualitatif menjadi
pilihan peneliti dalam penelitian ini. Penelitian kualitatif dieksplorasi
dan diperdalam dari fenomena sosial atau lingkungan sosial yang
terdiri atas pelaku, kejadian, tempat dan waktu. Latar sosial tersebut
digambarkan sedemikian rupa sehingga dalam melakukan penelitian
kualitatif mengembangkan pertanyaan dasar: apa dan bagai-mana
kejadian itu terjadi, siapa yang terlibat dalam kejadian tersebut, kapan
terjadinya, dimana tempat kejadiannya (Ghony & Almanshur, 2012)45.
Pada dasarnya penelitian ini mencoba mengetahui pengalaman
masyarakat lokal yang tinggal di daerah Tutuala dalam mengelola dan
mengembangkan usaha pariwisata melalui koperasi Valusere. Dengan
demikian saya memilih menggunakan metode kualitatif . Saya adalah
seorang peneliti yang merupakan instrumen kunci sehingga dapat
mengumpulkan sendiri data. Peneliti memilih mengumpulkan data
dari berbagai sumber melalui wawancara, observasi dan dokumentasi
sehingga tidak bertumpu pada satu sumber data saja. Kemudian peneliti
mereview semua data tersebut, memberikannya makna dan
mengolahnya ke dalam kategori-kategori atau tema-tema yang
melintasi semua sumber (Creswell, 2013).46
Hal pertama yang saya lakukan dalam penelitian ini adalah

menentukan orang yang dapat menjadi informan pada penelitian ini.
Pada awalnya saya menklasifikasikan informan menjadi tiga kelompok,
Locke, L.E. Spriduso, W.W, & Silverman, S.J. 2007. A Guide for Planning
Dissertations and Grant Proposals. 5th Edditions. Thousand Oaks, CA: Sage
45 M. Djunaidi Ghony & Fauzan Almanshur. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Ar-Ruzz Media. Yogyakarta.
46 Creswell J.W. 2013. Edisi Ketiga. Research Design: Pendekatan kualitatif, kuantitatif
dan Mixed. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

44

33

yakni : LSM Haburas, anggota kelompok koperasi Valusere dan
masyarakat nelayan di Tutuala. Anggota LSM Haburas yang dipilih
adalah mereka yang terlibat dalam membantu masyarakat lokal di
Tutuala sejak tahap perencanaan program kegiatan usaha pariwisata
sampai penyerahan usaha kegiatan pariwisata tersebut kepada anggota
koperasi Valusere. Anggota kelompok koperasi Valusere adalah
masyarakat lokal di Tutuala yang telah bergabung dengan kelompok

koperasi, mulai dari struktur koperasi, pengelola penginapan, restoran
dan kios serta pemandu wisata. Sedangkan masyarakat nelayan adalah
masyarakat yang tergabung dalam anggota nelayan di pantai Valusere
dan kegiatan utamanya adalah mencari ikan serta meniapkan
transportasi laut berupa sampang bagi wisatawan yang ingin
berkunjung ke pulau Jaco maupun pantai sekitar wilayah Tutuala.
Akan tetapi dalam penelitian di lapangan, peneliti bertemu juga
dengan anggota LSM CIDAC dari Portugal yang juga berperan penting
dalam pengembangan usaha pariwisata di Tutuala dan peneliti
melakukan wawancara dengan anggota LSM CIDAC tersebut.

Penelitian Lapangan
Setelah peneliti melakukan ujian proposal tesis pada tanggal 4
Desember 2014, peneliti melakukan diskusi mengenai pertanyaan
penelitian yang akan digunakan dalam penelitian dengan dosen
pembimbing. Pada konsultasi tersebut, peneliti dan dosen pembimbing
memantapkan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang akan digunakan
sebagai suatu pedoman wawancara selama berada di lokasi penelitian.
Disamping itu, peneliti merasa perlu mempersiapkan diri, baik secara
fisik maupun secara mental sebelum turun ke lapangan. Hal ini

disebabkan oleh, tempat penelitian yang dipilih oleh peneliti sanggat
jauh dari tempat kerja dan tempat tinggal peneliti. Faktor lain yang
membuat peneliti perlu mempersiapkan diri secara mental adalah
bahwa wilayah Tutuala adalah daerah yang sakral menurut penduduk
lokal akan tetapi menurut orang-orang di luar Tutuala bahwa wilayah
tersebut adalah daerah yang keramat sehingga orang yang melakukan
34

kunjungan ke wilayah tersebut harus mentaati aturan-aturan dan
budaya masyarakat lokal setempat.
Peneliti mengawali perjalanan dari Salatiga ke Dili-Timor Leste
pada tanggal 9 Desember 2014, setelah selesai melakukan konsultasi
dengan dosen pembimbing. Pada tanggal 10 Desember 2014 peneliti
melakukan perjalanan dengan menggunakan pesawat Air Asia dari
Jogja menuju Denpasar dan hari berikutnya melanjutkan perjalanan ke
Dili ibu kota negara Republik Demokratik Timor Leste dengan menggunakan pesawat Sriwijaya Air. Penulis melihat bahwa pada bulan
Desember mayoritas masyarakat Timor Leste yang beragama Katholik
sedang mempersiapkan diri untuk menyambut Natal dan Tahun Baru,
sehingga peneliti merasa sulit untuk memperoleh data pada bulan
Desember. Disamping itu, peneliti melakukan konsultasi dengan

keluarga mengenai persiapan biaya awal penelitian yang akan dipakai
selama melakukan penelitian.
Penelitian dilakukan di dua tempat, yakni di Dili pada kantor
LSM Haburas dan di pantai Valusere, Suco Tutuala, sub distrik Tutuala,
distrik Lautem. Pantai Valusere terletak di ujung Timur pulau Timor
serta letaknya berdekatan dengan pulau Jaco. Jarak Dili sebagai ibukota
negara Timor Leste menuju Suco Tutuala adalah 234 Km. Perjalanan
dari Dili menuju Tutuala bisa menghabiskan waktu 8 sampai dengan 9
jam. Hal ini terjadi akibat dari infrastruktur jalan raya yang kurang
baik. Selain infrastruktur jalan yang tidak baik, fasilitas transportasi
publik atau angkutan umum sangat jarang menuju ke Tutuala.
Walaupun infrastruktur jalan raya tidak baik, akan tetapi desa Tutuala
memiliki keindahan alam yang unik sehingga banyak wisatawan yang
berkunjung ke Suco Tutuala sampai ke pulau Jaco.
Ada beberapa alasan penting yang mendorong peneliti memilih
pantai Valusere di suco Tutuala sebagai lokasi penelitian. Alasan
tersebut antara lain : pertama; berdasarkan regulasi UNTAET 47No. 19
UNTAET: United Nation Transition Administration in East Timor. Merupakan
pemerintahan transisi dari PBB untuk Timor Leste sejak tahun 2000 sampai dengan
tahun 2002.


47

35

tahun 2000 menetapkan wilayah Tutuala dan sekitarnya merupakan
daerah terlindung. Kedua; pemerintah Republik Demokratik Timor
Leste melalui kementerian Pertanian, kehutanan dan perikanan
menetapkan resolusi No 8, bulan Agustus tahun 2007 bahwa wilayah
Tutuala dan sekitarnya merupakan taman nasional pertama di Timor
Leste dan taman Nasional tersebut diberi nama Taman Nasional Nino
Conis Santana. Manajemen pengelolaan taman nasional Nino Conis
Santana berdasarkan kriteria IUCN48 No. 5 yang menetapkan prinsip
pembagian manajemen antara pemerintah dan penduduk lokal. Ketiga;
pada umumnya wisatawan yang berkunjung ke pulau Jaco tidak boleh
menginap di situ karena pulau tersebut oleh masyarakat lokal di
Tutuala adalah tempat sakral sehingga wisatawan dapat berkunjung
pada pagi hari hingga sore hari. Keempat; masyarakat lokal Tutuala
bekerjasama dengan LSM Haburas maupun LSM CIDAC telah
melakukan kegiatan pariwisata di pantai Valusere dengan mendirikan

sebuah koperasi yang diberi nama koperasi Valusere. Kelima;
walaupun Tutuala letaknya paling ujung Timur di pulau Timor akan
tetapi banyak wisatawan baik lokal maupun wisatawan manca negara
sering berkunjung ke Tutuala dan pulau Jaco.

Mengurus Ijin Penelitian serta Persiapan Kelengkapan
Penelitian
Hal pertama yang perlu diketahui oleh peneliti ialah siapa saja
yang berwenang memberikan izin pelaksanaan penelitian tersebut.
Yang berwewenang memberikan izin untuk melakukan penelitian bagi
saya adalah ketua program studi pascasarjana studi pembangunan
UKSW. Pada tanggal 8 Desember 2014, peneliti melakukan konsultasi
dengan ketua program studi pascasarjana untuk mengeluarkan surat
izin penelitian kepada saya sehingga berdasarkan surat tersebut peneliti
dapat melaksanakan penelitian di lokasi. Akhirnya, surat izin
IUCN: International Union for the Conservation of the Nature & Natural Resources.
Organisasi ini adalah persatuan konservasi alam dan sumber daya alam internasional.

48


36

penelitian dikeluarkan oleh program studi pascasarjana studi
pembangunan UKSW pada tanggal 8 Desember 2014 dengan nomor :
228/PPs/MSP/XII/2014. Surat izin penelitian tersebut bagi peneliti
sebagai suatu acuan dalam melakukan penelitian di lembaga LSM
Haburas dan Anggota Koperasi Valusere Tutuala.
Di samping persyaratan izin penelitian, terdapat pula
persyaratan lain untuk mendukung kegiatan dan kelancaran dalam
melakukan penelitian. Persyaratan lain yang dimaksud adalah
penyediaan alat kelengkapan sebelum kegiatan turun ke lapangan
berupa : persiapan pertanyaan penelitian, tape recorder, Camera foto,
alat tulis serta laptop yang digunakan oleh peneliti selama proses
penelitian dijalangkan. Dalam melakukan penelitian ini, penulis juga
melakukan persiapan kelengkapan transportasi yang digunakan oleh
peneliti selama berada di lokasi LSM Haburas maupun pergi ke lokasi
koperasi Valusere di Tutuala. Catatan menarik bagi peneliti dalam
mempersiapkan transportasi adalah bahwa selama saya mengikuti
proses perkuliahan di UKSW Salatiga, transportasi atau mobil peneliti
(Toyota Rav 4) ditinggalkan di Dili dan tidak ada yang merawat
sehingga pada waktu peneliti kembali ke Timor Leste untuk
melakukan penelitian lapangan mobil mengalami kerusakan berat.
Dengan demikian, sebelum saya melakukan penelitian lapangan,
membutuhkan waktu tiga hari dan biaya yang cukup tinggi, yakni US$
$ 400,-49untuk memperbaiki mobil agar dapat digunakan dalam
penelitian saya di lapangan.

Menuju Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di dua lokasi penelitian, yakni:
penelitian pada LSM Haburas berlokasi di Dili dan penelitian terhadap
masyarakat lokal di Suco Tutuala, Sub Distrik Tutuala, Distrik Lospalos,
Timor Leste. Sebelum turun penelitian di lapangan, peneliti telah
49

US$ 400,- Empat ratus dolar Amerika dan dikonversikan ke rupiah adalah sebesar
Rp. 5.200.000,- dengan kurs 1 US$ = Rp. 13.000,-

37

memperoleh informasi mengenai beberapa sumber informan yang akan
peneliti jumpai ketika turun ke lapangan mengambil data di LSM
Haburas maupun di Suco Tutuala. Lokasi penelitian untuk LSM
Haburas di Dili tidak begitu jauh dari tempat tinggal peneliti sehingga
menuju ke lokasi tersebut membutuhkan waktu 10 sampai dengan 15
menit, sehingga dalam penelitian di LSM Haburas peneliti menggunakan sepeda motor ataupun mobil sendiri menuju ke lokasi LSM
Haburas. Akan tetapi, lokasi penelitian di desa Tutuala sangatlah jauh
dari tempat tinggal peneliti sehingga perjalanan menuju ke Tutuala
membutuhkan waktu 9 jam perjalanan. Untuk menuju ke lokasi
penelitian di desa Tutuala peneliti membutuhkan transport berupa
mobil serta dalam perjalanan perlu istirahat di kabupaten Baucau
sebelum melanjutkan perjalanan ke lokasi penelitian di Tutuala.
Akhirnya, pada tanggal 27 Desember 2014, peneliti
meninggalkan kota Dili menuju ke desa Tutuala dengan menggunakan
mobil peneliti. Sebelumnya, berdasarkan informasi dari anggota LSM
Haburas, peneliti telah memperoleh data mengenai lokasi penelitian di
desa Tutuala serta informan kunci di Suco Tutuala yang akan peneliti
temui. Untuk sampai pada tahap ini, peneliti mempersiapkan bahanbahan sebagi bekal di jalan serta bahan-bahan kontak yang akan
dipakai oleh peneliti di Suco Tutuala berupa, beras lokal, sayur, minyak
goreng, makanan ringan berupa roti serta minuman ringan sebagai
bekal di jalan. Hal ini menjadi penting karena lokasi penelitian jauh
sehingga harus dipersiapkan sebelumnya. Setelah semua keperluan di
jalan maupun kebutuhan yang akan digunakan di lokasi penelitian
serta Bahan Bakar Mobil diisi, peneliti meninggalkan kota Dili menuju
ke desa Tutuala.
Sebelum peneliti menuju ke Tutuala, peneliti telah melakukan
kontak dengan ibu Angelina yang merupakan mantan ketua kelompok
koperasi Valusere periode 2006-2014 untuk memberitahukan hari
kedatangan peneliti di Suco Tutuala. Oleh karena jarak antara Dili
dengan Tutuala sangat jauh dan jalan raya yang tidak begitu
mendukung serta terdapat beberapa kali pemeriksaan di jalan oleh
38

petugas keamanan50 sehingga peneliti tiba di Suco Tutuala sekitar jam 8
malam. Kedatangan peneliti di Tutuala disambut oleh ibu Angelina dan
seorang keponakannya yang sibuk mengangkat barang-barang yang
dibawah oleh peneliti. Kemudian peneliti diantar untuk menempati
sebuah kamar di penginapan ibu Angelina. Beberapa saat kemudian,
peneliti memperkenalkan diri kepada keluarga ibu Angelina dan
menyampaikan maksud kedatangan peneliti serta meminta maaf
kepada ibu Angelina dan keluarganya karena peneliti tiba di sana
sudah malam, sekitar jam 20.00 namun masih menunggu kedatangan
peneliti. Pertemuan malam itu, kemudian diakhiri dengan makan
malam bersama dengan keluarga ibu Angelina.

Penelitian di Pantai Valusere Tutuala

Gambar 1. Peta Timor Leste dan Tutuala. Diambil dari Google Map
50

Pada saat peneliti melakukan penelitian, perjalanan dari Dili menuju ke Tutuala
terdapat 7 pos pemeriksaan yang terdiri dari pasukan gabungan FFDTL dan PNTL.
Anggota pasukan FFDTL dan PNTL memeriksa seluruh kendaraan yang lewat serta
memeriksa para penumpang untuk meminta surat identitas berupa Kartu Tanda
Penduduk. Disamping itu pasukan keamanan juga memeriksa seluruh isi kendaraan
yang melintas. Pemeriksaan ini dilakukan karena pada saat itu ada sebuah resolusi dari
Parlemen dan Pemerintah untuk menangkap eks komandan Falintil yakni Bapak
Paulino Gama Alias Mauk Moruk beserta pengikutnya yang melarikan diri ke hutan
dan memiliki senjata.

39

Penelitian di pantai Valusere, Suco Tutuala dimulai pada
tanggal 27 Desember 2014. Secara teknis, penelitian yang dilakukan di
pantai Valusere Tutuala dibagi dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah
tahap observasi yang dilakukan oleh peneliti dari tanggal 27 Desember
sampai dengan tanggal 30 Desember 2014. Tahap kedua peneliti
kembali ke lokasi penelitian di Tutuala pada tanggal 3 Februari sampai
dengan tanggal 9 Februari 2015. Pada tahap kedua ini peneliti
melakukan wawancara mendalam51 dan observasi terhadap kegiatan
koperasi Valusere dalam mengelola usaha pariwisata di pantai
Valusere. Tahap ketiga peneliti kembali ke lokasi penelitian di Tutuala
pada tanggal 24 Maret sampai dengan tanggal 30 Maret 2015. Pada
tahap ini peneliti melakukan wawancara mendalam dan observasi
terhadap masyarakat nelayan serta berkunjung ke pulau Jaco dengan
menggunakan sampang masyarakat nelayan. Ada beberapa alasan
peneliti melakukan tiga tahap penelitian adalah: pertama, mengingat
penelitian ini dilakukan di dua tempat yakni untuk LSM Haburas di
Dili dan yang kedua dengan anggota koperasi Valusere dan masyarakat
nelayan dilakukan di Tutuala. Kedua, karena penelitian ini adalah
penelitian kualitatif, maka peneliti ingin lebih mendalam memotret
data empiris dari perilaku kehidupan masyarakat lokal dan berpartisipasi bersama dengan informan dalam rangka memahami dan mengikuti aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh informan. Ketiga, penulis
Sumber informan dalam penelitian ini antara lain: masyarakat lokal di Tutuala yang
tergabung dalam koperasi valusere. Anggota koperasi yang dijadikan sumber informan
adalah Ibu Angelina (selaku ketua atau koordinator umum koperasi Valusere sejak
tahun 2006 sampai dengan 2014, beliau juga merupakan ketua kelompok dari salah
salah satu kelompok rotasi untuk mengelola usaha pariwisata di pantai Valusere, desa
Tutuala). Bapak Mario dos Santos (koordinator umum koperasi Valusere periode ke dua
yang mengantikan ibu Angelina. Beliau juga merupakan ketua kelompok rotasi II
dalam pengelolaan koperasi Valusere, disamping itu bapak Mario juga merupakan
seorang pemandu wisata di pantai Valusere, desa Tutuala). Informan berikutnya adalah
bapak Mateus Barros selaku ketua kelompok III dan bapak Nicolao Mendes merupakan
ketua kelompok IV di koperasi Valusere. Wawancara dengan masyarakat nelayan di
pantai Valusere dilakukan pada tanggal 24 sampai dengan tanggal 30 Maret 2015.
Informan yang diwawancarai pada waktu itu adalah : Bapak Adriano da Costa selaku
ketua kelompok masyarakat nelayan, bapak Tito da Costa (wakil ketua Masyarakat
Nelayan), bapak Frederico (koordinator kelompok nelayan Ili Kere-Kere), bapak Adao
Alves (koordinator kelompok nelayan Cruzeiro de Jaco).

51

40

melakukan wawancara sesuai dengan kegiatan informan sehingga
harus melakukan perjalanan antara Dili dengan Tutuala berdasarkan
waktu luang dari para informan, terutama informan dari LSM Haburas.
Proses awal melakukan kunjungan ke Tutuala melalui kontak
yang dilakukan oleh peneliti dengan ibu Angelina52. Pada saat peneliti
melakukan penelitian di LSM Haburas, saudara Pedrito53 memberikan
nomor kontak ibu Angelina kepada peneliti agar sebelum berangkat ke
lokasi penelitian di Tutuala harus melakukan kontak sehingga peneliti
bisa mengetahui waktu luang dari informan untuk diwawancarai. Pada
tanggal 26 Desember peneliti melakukan kontak dengan ibu Angelina
melalui telpon. Saat itu peneliti menyampaikan maksud dan tujuan
serta waktu berkunjung ke Tutuala. Ibu Angelina dengan senang hati
memperbolehkan peneliti untuk datang ke Tutuala pada tanggal 27
Desember 2014. Pada malam itu juga peneliti memberikan surat ijin
penelitian kepada ibu Angelina serta menyampaikan maksud dan
tujuan penelitian di pantai Valusere, desa Tutuala.

Ibu Angelina juga memberikan fasilitas penginapan kepada peneliti untuk menginap
di penginapan ibu Angelina di Tutuala. Akhirnya peneliti melakukan kunjungan awal
ke Tutuala pada tanggal 27 Desember 2014 untuk melakukan observasi dan wawancara
awal. Informan kunci pertama yang dilakukan oleh peneliti dalam kunjungan tersebut
adalah ibu Angelina sendiri. Ibu Angelina adalah seorang ibu rumah tangga yang
memiliki pekerjaan sebelumnya adalah guru bahasa Portugis pada sekolah dasar di suco
Tutuala. Ibu Angelina merupakan ketua pertama pada kelompok koperasi Valusere,
memiliki ide awal dengan LSM Haburas untuk melakukan kegiatan pariwisata di
pantai Valusere Tutuala. Beliau juga merupakan motor pengerak di koperasi Valusere
mulai dari perencanaan awal berdirinya koperasi Valusere sampai pada proses
implementasi koperasi Valusere tersebut dalam pengelolaan usaha di bidang pariwisata.
Disamping itu, ibu Angelina memiliki penginapan pribadi di rumahnya yang dikelola
sendiri dan dibantu oleh seorang keponakannya sebagai karyawan. Selain menjabat
sebagai ketua umum koperasi Valusere sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2014,
ibu Angelina juga adalah ketua kelompok pada salah satu kelompok didalam koperasi
Valusere sampai saat ini. Berdasarkan pengalaman ibu Angelina diatas maka peneliti
direkomendasikan oleh saudara Pedrito untuk melakukan wawancara mendalam
dengan ibu Angelina. Pada wawancara mendalam tersebut peneliti memperoleh
informasi dari informan sejak proses awal perencanaan kegiatan usaha dibidang
pariwisata, proses pengelolaan sampai dengan proses mempertahankan usaha.
53 Pedrito adalah salah satu anggota LSM Haburas dan beliau menjabat sebagai
koordinator bidang Pariwisata di LSM Haburas.

52

41

Gambar 3.2. Penginapan miliki ibu Angelina dan Mobil yang dipakai oleh
peneliti selama melakukan penelitian di lapangan. Foto 28 desember 2014

Gambar 3.3. Peneliti Melakukan wawancara dengan ibu Angelina di Restoran
koperasi Valusere. Foto tanggal 5 Februari 2015

Secara keseluruhan, kegiatan yang dilakukan oleh peneliti
dalam penelitian ini adalah melakukan observasi baik terhadap lokasi
perkampungan dan obyek wisata serta melakukan observasi terhadap
beberapa anggota masyarakat yang tergabung dalam koperasi Valusere
dan anggota masyarakat nelayan yang nantinya peneliti tetapkan
sebagai informan. Dalam hal ini, observasi yang dilakukan oleh peneliti
adalah berupa kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh anggota
koperasi diantaranya; mempersiapkan makanan kepada pengunjung,
bagaimana menyiapkan tempat penginapan bagi tamu, mencari kayu
bakar bersama anggota koperasi. Disamping itu peneliti mengamati
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh anggota koperasi pada waktu
42

luang yakni pada saat air laut surut mereka pergi ke pantai untuk
metchi. Peneliti juga melakukan observasi terhadap kegiatan para
nelayan di pantai Valusere, Tutuala. Pada tahap ini, observasi yang
dilakukan oleh peneliti adalah bagaimana para nelayan mempersiapkan
sampang untuk mengantar tamu ke pulau Jaco maupun pantai lain
yang ada disekitar wilayah Tutuala, selain itu juga peneliti
mengobservasi kegiatan mencari ikan dan jenis-jenis ikan yang didapat
oleh nelayan pada saat melaut. Peneliti juga mengikuti kegiatan
nelayan dan melakukan pelayaran dengan menggunakan sampan
nelayan pergi ke pulau Jaco.

Gambar 3.4. Peneliti melakukan observasi terhadap kegiatan nelayan di pantai
Valusere. Foto diambil pada tanggal 26 Maret 2015.

Gambar 3.5. Perjalanan menuju Pulau Jaco dengan menggunakan sampan
nelayan. Foto diambil pada tanggal 26 Maret 2015.

43

Gambar 3.6. Peneliti berada di pingir pantai di pulau Jaco sambil menunggu
nelayan mencari ikan di laut. Foto diambil pada tanggal 26 Maret 2015

Penelitian di LSM CIDAC dan LSM Haburas
Penelitian pertama yang dilakukan pada LSM Haburas di Dili
Timor Leste dimulai pada tanggal 13 Desember 2014. Pada awalnya,
berdasarkan surat izin penelitian dari program Pascasarjana Studi
Pembangunan UKSW kepada LSM Haburas, peneliti melakukan
kontak ke kantor LSM Haburas yang beralamatkan di Farol Dili untuk
meminta izin melakukan penelitian di tempat LSM tersebut. Secara
tidak sengaja, peneliti bertemu dengan anggota LSM Haburas yang
merupakan teman seperjuangan pada Organisasi RENETIL54 tahun
1996 sampai dengan 1999 di Denpasar Bali yang bernama Horasio.
Beliau merupakan anggota staf LSM Haburas sebagai kepala bagian
administrasi dan keuangan. Dalam pertemuan tersebut, saya menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan saya di kantor LSM Haburas
serta memberikan surat izin penelitian dari program studi kepada
pimpinan atau direktur LSM Haburas. Pada waktu itu bapak Virgilio
Guterres selaku direktur LSM Haburas menyambut baik kedatangan
saya dan memberikan izin bagi peneliti untuk melakukan penelitian di
RENETIL : Resistencia Nasional dos Estudantes de Timor Leste. Merupakan salah
satu organisasi gerakan bawah tanah yang didirikan pada tanggal 20 Juni 1988 oleh
sepuluh orang mahasiswa yang sedang melakukan perkuliahannya di Bali. Dengan
Tujuan utama adalah memperjuangkan kemerdekaan Timor Leste melalui aksi-aksi
demonstrasi yang dilakukan di Indonesia, khususnya di Jakarta.

54

44

LSM Haburas maupun koperasi Valusere di Tutuala. Selaku direktur
LSM Haburas, beliau merekomendasikan peneliti untuk memperoleh
berbagai informasi dari saudara Pedrito55 yang juga merupakan staf
LSM Haburas di bidang kerjasama pariwisata dengan masyarakat lokal.
Berawal dari saudara Pedrito sebagai informan kunci bagi
peneliti di LSM Haburas, melalui saudara Pedrito peneliti memperoleh
informan lain yang terdapat di LSM Haburas, anggota LSM CIDAC
maupun anggota masyarakat di Suco Tutuala. Dengan demikian,
peneliti mengakses data di lapangan melalui dua teknik yaitu: pertama,
para informan yang berada di LSM Haburas merupakan relasi peneliti
di masa lalu sehingga peneliti tidak memperoleh kesulitan dalam
mengakses data. Akan tetapi terdapat kendala bagi peneliti dalam
penelitian di LSM Haburas adalah kendala waktu. Karena para
informan memiliki kesibukan kerja sehingga mencari waktu luang
untuk melakukan wawancara. Kedua, dalam penelitian ini, untuk
mengakses data peneliti menggunakan teknik snowball. Snowball
adalah penentuan informan dengan bantuan informan kunci dan dari
informan kunci ini akan berkembang sesuai petunjuknya. Untuk
memenuhi kebutuhan peneliti dalam mengakses data maka saudara
Pedrito merekomendasikan kepada peneliti untuk melakukan
wawancara56 dengan beberapa anggota LSM Haburas yang pernah
melakukan kerjasama dengan koperasi Valusere, desa Tutuala.

Peneliti telah mengenal saudara Pedrito sejak tahun 1997, pada waktu itu kami
sebagai sesama anggota dan pengurus organisasi RENETIL melakukan pertemuan di
wilayah Salatiga untuk merencanakan program kerja RENETIL aksi demontrasi
menentang kedudukan Indonesia di Timor Leste. Namun demikian saudara Pedrito
tidak mengingat lagi peneliti sebagai salah satu teman seperjuangan, akan tetapi pada
waktu itu peneliti menceritakan rapat yang pernah diikuti bersama dan aksi
demonstrasi yang dilakukan bersama di Jakarta pada tahun 1998 maka beliau juga
bercerita mengenai berbagai kegiatan RENETIL di Indonesia akhirnya peneliti dan
informan dapat berbagi cerita masa lalu dan anggota LSM Haburas dengan senang hati
menerima peneliti setiap saat jika membutuhkan informasi.
56 Sumber informan dalam penelitian yang peneliti lakukan di kantor LSM Haburas
antara lain: Ibu Cristina Cruz (Anggota LSM CIDAC Portugal yang telah melakukan
kerjasama dengan LSM Haburas di bidang pariwisata sejak tahun 2003 sampai dengan
tahun 2014). Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan bapak Virgilio

55

45

Program kegiatan pariwisata yang dikembangkan oleh LSM
Haburas, LSM CIDAC dengan masyarakat lokal di Tutuala berakhir
pada tahun 2008, sedangkan Maubisse dan Maubara telah berakhir
pada akhir tahun 2014, maka saudara Pedrito merekomendasikan
kepada peneliti untuk segera melakukan wawancara dengan ibu
Cristina Cruz selaku anggota LSM CIDAC di Timor Leste sebab beliau
akan kembali ke Portugal dua atau tiga hari kemudian. Sore hari
tanggal 14 Desember 2014, bertempat di Cafe LSM Haburas peneliti
bertemu dengan ibu Cristina Cruz. Pada waktu itu beliau datang ke
kantor LSM Haburas untuk beristirahat dan minum kopi. Peneliti
melalui saudara Pedrito melakukan perkenalan dengan ibu Cristina
Cruz dan menjelaskan serta meminta bantuan kepada beliau sebagai
salah satu informan dalam penelitian ini. Akhirnya beliau menyatakan
kesediaannya untuk diwawancarai pada tanggal 15 Desember 2014.

Gambar 3.7. Wawancara dengan Ibu Cristina Cruz dari LSM CIDAC Portugal.
Foto diambil pada tanggal 15 Desember 2014.

Guterres (Direktur LSM Haburas dan selaku pendiri LSM Haburas), saudara Pedrito
(selaku anggota LSM Haburas yang merupakan koordinator di bidang pariwisata dan
beliau merupakan salah satu informan kunci dalam penelitian ini), saudara Cancio
(salah satu anggota LSM Haburas yang pernah melakukan pendampingan bagi anggota
koperasi Valusere melalui pelatihan manajemen dan akuntansi), Ibu Santina Amaral
Fernandes (beliau pernah melakukan pelatihan bagi anggota LSM Haburas di Tutuala
di bidang kuliner dan hospitaliti dalam pengembangan usaha pariwisata di pantai
Valusere Tutuala). Wawancara terakhir yang dilakukan oleh peneliti di LSM Haburas
adalah dengan saudara Elias (mantan anggota LSM Haburas yang pertama kali
melakukan kunjungan ke Tutuala dengan ibu Cristina Cruz).

46

Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data sebagaimana yang dijelaskan oleh Creswell
(Creswell, 2007)57 serta Rosman & Rallis (Rossman. & Rallis, 1998)58
mengatakan bahwa analisis data merupakan proses berkelanjutan yang
membutuhkan refleksi terus menerus terhadap data, mengajukan
pertanyaan-pertanyaan analitis, dan menulis catatan singkat sepanjang
penelitian. Dengan kata lain,
analisis data kualitatif bisa saja
melibatkan proses pengumpulan data, interpretasi, dan pelaporan hasil
secara serentak dan bersama-sama. Ketika peneliti melakukan
wawancara atau pada saat wawancara sedang berlangsung, peneliti juga
melakukan analisis terhadap data-data yang baru saja diperoleh dari
hasil wawancara, menulis catatan-catatan kecil yang dapat dimasukkan
sebagai narasi dalam menulis hasil temuan lapangan.
Sebagaimana penelitian kualitatif pada umumnya, langkah
pertama yang dilakukan oleh peneliti adalah melakukan transkrip hasil
rekaman wawancara. Semua hasil wawancara yang dilakukan oleh
peneliti dalam bahasa tetun. Sehingga peneliti harus menerjemahkan
hasil wawancara ke dalam bahasa Indonesia. Proses penerjemahan dan
transkrip ini membutuhkan waktu sekitar tiga minggu. Setelah proses
transkrip selesai, peneliti mengirim transkrip tersebut kepada dosen
pembimbing via email untuk mengoreksi jika ada jawaban yang belum
lengkap maka peneliti akan melakukan lagi wawancara untuk
memperoleh data yang masih kurang.
Langkah berikutnya peneliti membuat analisis tematik melalui
model matriks. Berdasarkan data lapangan yang diperoleh dari LSM
maupun masyarakat lokal di desa Tutuala, peneliti dengan dosen
pembimbing mendiskusikan hasil temuan lapangan untuk dijadikan
sebagai data atau temuan empirik yang terdapat pada bab empat dan
John W Creswell, 2007. Qualitative Inquiry and Research Design : Choosing Among
Five Approaches. 3rd edition. Thousand Oaks, CA: Sage
58 Rossman. G. & Rallis. S.F., 1998. An Introduction to Qualitative Research. Thousand
Oaks, CA: Sage
57

47

lima. Setelah proses pada bab empirik diselesaikan, peneliti
melanjutkan penulisan analisis lanjutan untuk menemukan konsepkonsep yang terkandung dalam bab empirik. Dari konsep-konsep
tersebut, kemudian melanjutkan dengan mengkonstruksi temuantemuan tersebut dalam bab analisis dan kesimpulan yang
mengambarkan keterlibatan LSM dalam pengembangan pariwisata
berbasis masyarakat yang berkelanjutan di pantai Valusere, desa
Tutuala, kabupaten Lospalos, Timor Leste.

Suka Duka Proses Penelitian
Ada beberapa pengalaman yang indah bagi peneliti sambil
berwisata selama melakukan penelitian di Tutuala. Pertama, penelitian
yang dilakukan oleh peneliti terhadap LSM Haburas. Dalam penelitian
ini penulis dapat bertemu dengan teman-teman seperjuangan masa lalu
yang sama-sama berjuang dan melakukan demonstrasi di era
pemerintahan Orde Baru. Kedua, peneliti mendapatkan perlakuan
yang istimewa dari ibu Angelina sebagai salah satu informan kunci. Ibu
Angelina banyak membantu peneliti dalam memperoleh berbagai data
yang dibutuhkan oleh peneliti. Selain itu ibu Angelina memberikan
fasilitas penginapan pribadi kepada peneliti untuk menginap di
tempatnya dengan gratis dan tanpa membayar. Selama peneliti
menginap di penginapan tersebut, ibu Angelina menyiapkan makanan
untuk peneliti secara gratis pula. Ketiga, masyarakat nelayan juga
secara jujur memberikan informasi kepada peneliti karena mereka
masih memiliki relasi keluarga dengan peneliti. Mereka memberikan
ikan segar yang baru ditangkap kepada peneliti, meluangkan waktu
menemani peneliti melakukan kunjungan ke pulau Jaco.
Salah satu pengalaman yang menarik bagi peneliti adalah pada
saat melakukan kunjungan ke situs sejarah Ili Kere-Kere. Pada saat itu
penulis dapat berkunjung ke situs tersebut sebanyak dua kali. Pertama
diantar oleh ibu Angelina dan yang kedua diantar oleh bapak Fonseca
untuk melihat berbagai jenis gambar peninggalan nenek moyang
48

masyarakat Tutuala yang menurut legenda sudah ada sejak ribuan
tahun yang lalu. Peneliti juga memiliki kesempatan untuk mengambil
foto dari gambar-gambar tersebut, walaupun pada saat itu sudah ada
larangan dari pemerintah lokal untuk wisatawan agar tidak berkunjung
ke tempat tersebut untuk sementara waktu59. Setelah melakukan
kunjungan ke situs Ili Kere-Kere, peneliti diantar oleh bapak Fonseca
untuk berkunjung ke sumber mata air yang berada sekitar dua
kilometer dari situs Ili Kere-Kere. Akan tetapi peneliti tidak bisa
sampai pada tujuan mengingat medan yang sangat sulit bagi peneliti
sehingga sampai di tengah jalan peneliti meminta untuk kembali lagi
ke pantai Valusere. Peneliti juga merasa senang karena selama
perjalanan peneliti dapat menikmati keindahan alam dan kebaikan hati
masyarakat lokal di Tutuala yang dengan senang hati membantu
peneliti selama melakukan penelitian di pantai Valusere maupun di
Tutuala.

Gambar 3.8. Peneliti dengan bapak Fonseca saat berkunjung ke situs Ili Kerekere. Foto diambil pada tanggal 6 Februari 2015.

59

Pada saat peneleti melakukan penelitian di Tutuala, peneliti memperoleh informasi
dari ibu Angelina bahwa situs Ili Kere-kere untuk sementara waktu ditutup untuk para
wisatawan, oleh karena pemerintah daerah sedan mempersiapkan peraturan
kunjungan bagi wisatawan. Alasan lainnya adalah bahwa belum ada petugas yang
menjaga situs tersebut sehingga terjadi beberapa kerusakan di sekitar situs tersebut

49

Gambar 3.9. Peneliti dengan ibu Angelina saat Berkunjung ke situs Ili KereKere. Foto iambil pada tanggal 5 Februari 2015.

Pengalaman menarik lainnya bagi peneliti adalah berkunjung
ke pulau Jaco. Berdasarkan slogan masyarakat lokal Tutuala bahwa
orang Timor Leste yang belum berkunjung ke Tutuala dan
menginjakkan kakinya di Pulau Jaco maka belum dikatakan seratus
persen bagian dari Timor Leste. Sedangkan wisatawan asing yang
berkunjung ke Timor Leste dan belum sampai di Pulau Jaco maka dapat
dikatakan bahwa orang tersebut belum berkunjung ke Timor Leste.
Dengan demikian maka peneliti sangat bangga dapat berkunjung ke
pulau Jaco dan menikmati keindahan alam dan keindahan laut serta
pantai yang bersih walaupun tidak diperbolehkan untuk menginap di
pulau Jaco.
Selain pengalaman menarik yang didapat di lapangan, dalam
penelitian ini juga terdapat kendala yang dirasakan dan dialami selama
peneliti melakukan penelitian di pantai Valusere, Tutuala. Kendala
pertama yang dihadapi oleh peneliti dan menakutkan adalah
kunjungan pertama ke Tutuala pada tanggal 27 Desember 2014. Dalam
perjalanan menuju Tutuala terdapat beberapa pemeriksaan yang
dilakukan oleh PNTL60 dan FFDTL61, karena situasi keamanan pada
PNTL : Policia Nacional de Timor Leste. kepolisian Nasional negara Timor Leste
FFDTL : Falentil/Forcas Defesa de Timor Leste. FFDTL merupakan angkatan
bersenjata di negara Timor Leste

60

61

50

waktu itu tidak kondusif. Perjalanan peneliti dari distrik Baucau
menuju Tutuala terdapat tiga pos pemeriksaan yakni pemeriksaan
pertama di suco Mulia, yang kedua di Sub Distrik Laga dan yang ketiga
di Sub Distrik Laivai. Pada pemeriksaan pertama, terdapat cek point
dari PNTL dan FFDTL, akan tetapi anggota keamanan yang berjaga
disitu tidak menyuruh peneliti untuk berhenti akhirnya peneliti tetap
melanjutkan perjalanan dengan pelan. Namun setelah beberapa saat,
peneliti dikejar oleh 2 orang anggota polisi memakai mobil patroli
dengan senjata laras panjang. Setelah beberapa meter, peneliti disuruh
menghentikan mobilnya, akhirnya peneliti mengambil jalan kiri dan
berhenti kemudian dibentak oleh anggota polisi karena tidak berhenti
di pos keamanan. Pada saat itu peneliti tidak melakukan adu mulut
dengan anggota polisi dan peneliti dengan rendah hati meminta maaf
kepada kedua anggota polisi tersebut karena tidak menghentikan mobil
di pos pemeriksaan. Setelah mobil peneliti di periksa dan tidak terdapat
sesuatu yang mencurigakan, akhirnya kedua anggota polisi tersebut
mengijinkan peneliti untuk melanjutkan perjalanan. Ini adalah
pengalaman yang buruk dan menakutkan bagi peneliti karena dikejar
dengan menggunakan senjata laras panjang.
Kendala berikutnya adalah pada saat peneliti pulang dari lokasi
penelitian di Tutuala kembali ke Baucau. Pada waktu itu tanggal 30
Desember 2014 sekitar jam 1 siang peneliti melakukan perjalanan dari
Tutuala. Saat tiba di sub Distrik Laga, situasi keamanan berjalan
normal, akan tetapi terdapat banyak anak muda yang duduk
bergerombolan di pinggir jalan raya di sub distrik Laga. Setelah peneliti
melewati lokasi tersebut hanya berselang beberapa saat, peneliti
mendengar dari Radio Timor Lorosa’e bahwa para pemuda saling
menyerang dan dua orang meninggal dunia dan sekitar 4 atau 5 orang
luka-luka. Selain itu sebuah sepeda motor di bakar dan 2 buah pondok
di pinggir jalan raya yang digunakan oleh penduduk untuk menjual
ikan juga habis terbakar. Pada waktu itu peneliti bersyukur kepada
Tuhan karena kejadian tersebut terjadi pada saat peneliti sudah lewat
baru terjadi perkelahian, pembunuhan dan pembakaran sepeda motor
maupun pondok.
51

Kendala lainnya yang dihadapi oleh peneliti di lapangan adalah
jalan kaki dari Tutuala ke pantai Valusere dengan jarak 8 Km. Waktu
yang dibutuhkan dalam perjalanan dari Tutuala ke pantai Valusere
sekitar 3 jam. Sehingga perjalanan tersebut sangat melelahkan. Selama
penelitian kedua maupun ketiga, peneliti berjalan kaki dari Tutuala ke
pantai Valusere dan pulang lagi ke Tutuala. peneliti memutuskan
untuk berjalan kaki dari Tutuala ke pantai Valusere karena jalan raya
tersebut memiliki tanjakan serta penuh dengan bebatuan. Perjalanan
peneliti ini ditemani oleh ibu Angelina dan seorang anggota koperasi.
Hal ini dilakukan oleh ibu Angelina karena beliau merasa bahwa
daerah Tutuala terdapat banyak tempat yang sakral62 dan sebagian
tempat tidak boleh dilalui sehingga ibu Angelina bersedia untuk
membantu peneliti selama perjalanan dari dan ke Tutuala dan pantai
Valusere. Disamping itu, peneliti harus tinggalkan mobil peneliti di
Tutuala selama empat sampai lima hari dan melanjutkan perjalanan ke
Pantai Valusere. Peneliti merasa khawatir jika terjadi sesuatu yang
tidak diinginkan terjadi dengan mobil karena hanya diparkir di pinggir
jalan raya serta tidak ada yang menjaga. Akan tetapi budaya
masyarakat Tutuala yang menganggap wilayah mereka adalah tempat
sakral sehingga barang-barang yang ditinggalkan di Tutuala tidak ada
yang akan merusak maupun mencuri, karena adat masyarakat Tutuala
mengatakan bahwa siapa yang mencuri di wilayah tersebut maka
umurnya tidak akan panjang.
Kendala terakhir yang dihadapi oleh peneliti dan melelahkan
adalah mobil yang dipakai oleh peneliti bannya pecah. Saat itu adalah
hari terakhir peneliti melakukan penelitian di lapangan. Selesai
62

Menurut cerita ibu Angelina bahwa untuk berjalan kaki dari Tutuala menuju ke
pantai Valusere terdapat beberapa mitos, orang yang berjalan kaki tidak boleh
memakai pakaian merah, wisatawan atau tamu tidak boleh berjalan sendiri menuju ke
pantai Valusere, akan tetapi minimal harus didampingi oleh seseorang. Sepanjang jalan
tersebut terdapat tempat-tempat ritual sehingga orang yang melewati tempat ritual
tersebut tidak boleh mengambil barang-barang disekitar tempat tersebut serta tidak
boleh berbicara. Dalam perjalanan diharapkan kepada para wisatawan untuk berbicara
yang sopan dilarang memakai kata-kata kasar atau kata-kata kotor. Menurut ibu
Angelina bahwa jika kita melanggar maka akan karma berupa sakit maupun mental
terganggu.

52

penelitian pada tanggal 30 Maret, pada pagi hari peneliti melakukan
perjalanan dari Tutuala menuju Dili. Pada saat tiba di sub Distrik
Baucau, peneliti sudah merasakan sesuatu tidak beres dengan ban
mobil depan. Saya mencoba mengecek keempat ban mobil tersebut,
akan tetapi semua ban mobil dalam keadaan baik serta bannya tidak
bocor sehingga peneliti melanjutkan perjalanan dari Baucau menuju
Dili. Namun demikian, di tengah jalan antara Dili dan Baucau ban
mobil di depan pecah untungnya berada di jalan lurus sehingga tidak
terjadi kecelakaan. Saat itu peneliti sendirian dalam perjalanan
sehingga peneliti harus menggantikan ban mobil sendiri, walaupun
sebelumnya peneliti belum pernah melakukan pekerjaan ini.

Sebagai orang Lorosae Meneliti di Ujung Pulau Timor
(Tutuala) dan LSM Haburas di Dili
Pada bagian ini, peneliti akan memaparkan pengalaman
peneliti melakukan penelitian sebagai orang Lorosae dan posisi peneliti
sebagai orang luar Tutuala. Pada dasarnya, pengalaman meneliti di
Tutuala dan pada LSM Haburas sangat menyenangkan. Hal ini peneliti
ungkapkan karena ada beberapa faktor, antara lain: pertama, proses
pengambilan data berjalan dengan lancar dan mudah, baik pada LSM
Haburas maupun informan di desa Tutuala. Kemudahan dalam
mengakses data dari informan di LSM Haburas telah dipaparkan pada
halaman 45. Disamping itu kemudahan peneliti dalam mengakses data
di Tutuala disebabkan oleh peneliti sebagai sesama orang Timor Leste,
khususnya sesama orang Lorosae yang artinya sama-sama berasal dari
wilayah Timur. Kedua, informan kunci di Tutuala yaitu ibu Angelina
memiliki seorang anak yang bersekolah atau kuliah di tempat peneliti
bekerja, disamping itu, seorang adik ipar dari ibu Angelina adalah
teman seperjuangan peneliti pada era pemerintahan Republik
Indonesia serta beliau juga adalah seorang guru SD yang sangat ramah
menerima peneliti di tempatnya untuk melakukan penelitian maupun
wawancara dengan anggota koperasi Valusere di Tutuala maupun di
pantai Valu. Adapun informan lain di Tutuala yang masih memiliki
53

hubungan keluarga dengan peneliti dan pernah tinggal bersama di satu
rumah pada saat peneliti maupun sumber informan masih bersekolah
pada sekolah menengah atas di kabupaten Baucau.
Kehadiran peneliti ketika melakukan kunjungan di Tutuala,
beberapa sumber informan maupun warga masyarakat lain, sering kali
mengajak peneliti untuk menginap di rumah mereka. Sehingga peneliti
harus pintar membagi waktu untuk berkunjung ke rumah masyarakat
berdasarkan waktu yang ada agar jangan sampai mengecewakan
undangan dari warga maupun informan. Hal ini disebabkan oleh
budaya wilayah Timur yang menawarkan sesuatu maka harus
menerima dan jangan ditolak, sehingga peneliti tetap menghargai
penawaran dari masyarakat dan informan untuk berkunjung ke rumah
mereka. Selama proses penelitian di Tutuala maupun di pantai
Valusere, peneliti diterima dengan baik serta menginap dan makan di
rumah penduduk maupun informan secara gratis tanpa membayar.

Penulisan Hasil
Penulisan hasil yang terdapat dalam tesis ini dapat dilalui
dengan proses yang tidak sekali jadi. Dibutuhkan waktu dan proses
yang panjang dan berulangkali dengan beberapa perubahan isi maupun
tataletak. Melalui dosen pembimbing dalam melakukan bimbingan dan
memberikan masukan guna memperbaiki isi dan kesempurnaan tesis
ini. Tahapan akhir daripada proses penelitian ini adalah melakukan
penulisan laporan penelitian.
Terdapat beberapa tahapan-tahapan yang dilakukan oleh
peneliti dalam menyelesaikan penulisan hasil atau tesis. Pertama,
setelah menyelesaikan penelitian di lapangan, peneliti menulis laporan
empiris pada bab empat dan lima. Kedua, Setelah bab empiris selesai,
dilanjutkan dengan bab tiga yaitu metode penelitian. Ketiga, tahap
berikutnya adalah penulisan bab dua, review literatur. Keempat, bab
pertama yang menjadi pendahuluan dari tesis dan paling terakhir
54

adalah bab enam yang merupakan kesimpulan akhir daripada isi
keseluruhan tesis ini.

Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode
penelitian kualitatif atau merupakan penelitian exploratif. Dengan
demikian, peneliti dapat berperan untuk mengidentifikasi bias-bias,
nilai-nilai, dan latar belakang pribadinya secara refleksif, seperti
jender, sejarah, kebudayaan, dan status sosial ekonomi masyarakat
lokal di daerah Tutuala. teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah observasi partisipatif dan wawancara mendalam, ditambah
kajian dokumen yang bertujuan tidak hanya untuk menggali data, akan
tetapi peneliti juga dapat mengungkapkan makna yang terkandung
dalam latar penelitian. Dalam melakukan observasi partisipatif, peneliti
berperan aktif dalam kegiatan lapangan sehingga peneliti dengan
mudah mengamati kegiatan dan kehidupan masyarakat lokal di Tutuala
karena berbaur dengan yang diteliti.
Teknik pengolahan dan teknik analisis data dilakukan melaui
lima tahap secara kualitatif. Langkah-langkah tersebut antara lain:
tahap pertama adalah mengolah dan mempersiapkan data, tahap kedua
menyangkut membaca keseluruhan data. Pada tahap ketiga yang
dilakukan oleh peneliti adalah menganalisis lebih detail dengan mengcoding data. Langkah keempat yang dilakukan oleh peneliti adalah
menghubungkan tema-tema atau deskripsi-deskripsi. Sedangkan
langkah
terakhir
dalam
analisis
data
tersebut
adalah
menginterpretasikan tema-tema atau deskripsi-deskripsi.

55