TANGGUNG JAWAB GANTI KERUGIAN RUMAH SAKIT BERSTATUS BADAN LAYANAN UMUM KEPADA KORBAN MALPRAKTIK.
TANGGUNG JAWAB GANTI KERUGIAN
RUMAH SAKIT BERSTATUS BADAN LAYANAN UMUM
KEPADA KORBAN MALPRAKTIK
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kasus dugaan malpraktik yang
terjadi di suatu Rumah Sakit yang berbentuk Badan Layanan Umum
dengan contoh Perkara Nomor 287/PDT.G/2011/PN.JKT.PST antara Tuan
Gunawan (Penggugat) melawan Badan Layanan Umum Rumah Sakit dr.
Cipto Mangunkusumo (Tergugat), bahwa di dalam ekspesinya kuasa
hukum Tergugat menyatakan “ BLU bukan subjek hukum melainkan
merupakan bentuk penyelenggaraan suatu unit kerja dengan pengelolaan
badan layanan umum, sehingga tidak tepat dijadikan sebagai pihak yang
rdasarkan pernyataan tersebut pihak Tergugat
digugat di pengadilan bH
telah menafikkan prinsip equality before the law, yaitu bahwa semua
orang maupun badan hukum dianggap sama di hadapan hukum, sehingga
suatu rumah sakit yang berbentuk Badan Layanan Umum sekalipun tidak
dapat dilepaskan dari jeratan hukum. Penelitian ini bertujuan, pertama,
untuk menentukan kedudukan hukum Rumah Sakit Badan Layanan
Umum selaku subjek hukum dikaitkan dengan KUHPerdata. Kedua, untuk
mengetahui dan menganalisis pertanggungjawaban Rumah Sakit Badan
Layanan umum berkaitan dengan ganti kerugian kepada pasien akibat
tindakan malpraktik.
Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dengan
spesifikasi penelitian deskriptif analitis. Teknik pengumpulan data yang
digunakan berupa studi kepustakaan (library research) untuk
mendapatkan bahan-bahan atau data-data sekunder berupa bahan
hukum primer maupun bahan hukum sekunder yang dianalisis secara
kualitatif untuk menjawab rumusan masalah yang diajukan.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa: Pertama, kedudukan hukum
Rumah Sakit Badan Layanan Umum selaku subjek hukum dikaitkan
dengan KUHPerdata tidak memenuhi syarat formal yuridis maupun syarat
materil untuk dapat dianggap sebagai subjek hukum, sedangkan
kemampuan hukumnya (rechtsbevoegdheid) untuk melakukan tindakan
hukum dengan pihak lain didapatkan dari limpahan wewenang delegasi
yang dilimpahkan oleh instansi induknya. Kedua, dalam hal terjadi suatu
tindakan malpraktik pada suatu Rumah Sakit Badan Layanan Umum,
maka rumah sakit tersebut dapat dibebani tanggung jawab untuk
memberikan ganti kerugian terhadap pihak korban dari adanya tindakan
melawan hukum oleh dokter rumah sakit yang disebabkan oleh kelalaian.
iv
v
HOSPITAL’S DAMAGES RESPONSIBILITY
AS A PU ERVICE AGENCY
TOWARDS MALPRACTICE VICTIMS
ASTRACT
Background of this research was triggered by the notion of
malpractice case that happening at Hospital with form of Public Service
Agency. Using example Case Number 287/PDT.G/2011/PN.JKT.PST
between Mr. Gunawan (Plaintiff) againts Public Service Agency dr. Cipto
Mangunkusumo Hospital (Defendant), in exception phase, Defendant’s
attorney stated that “Public Service Agency is not a legal subject to the
law, but rather an enforcement form of a working unit with public service
agency management, hence it was not proper being a party that sued at a
court”. The statements of Defendant’s attorney has denied an equality
before the law principle, that stated every persons and legal persons
entitity are considered equal before the law, thus even a hospital with form
of Public Service Agency can not escape from the bondage of law.
Purposes of this research are, first, to conclude legal status of Public
Service Agency Hospital as a subject of law according to Indonesian
Burgerlijke Wetboek (
). Second, to find out and to analyze
Public Service Agency Hospital’s responsibility according to patient’s
damage caused by malpractic act.
This research is using a normative juridical approach with analytical
descriptive reseacrh specification. Data collection techniques is using
library research method to obtain materials or secondary data in the form
both of primary legal materials and secondary legal materials that were
analyzed qualitatively to answer the submitted research question.
This research concludes that: First, legal status of Public Service
Agency Hospital as a subject of law according to Indonesian Burgerlijke
Wetboek (
) did not meet neither the formal juridical
requirements, nor the material conditions requirement to be considered as
a subject of law. While the ability of law (rechtsbevoegdheid) to take such
a legal action with others party was obtained from the abundant authority
of delegation, that delegated from its chief institution. Second, in the event
of malpractice occured in order to provide health care services at Public
Service Agency Hospital, the hospital may be burdened with the
responsibilities to provide restitution to the victim of the unlawful act by
hospital’s doctors caused by negligence
RUMAH SAKIT BERSTATUS BADAN LAYANAN UMUM
KEPADA KORBAN MALPRAKTIK
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kasus dugaan malpraktik yang
terjadi di suatu Rumah Sakit yang berbentuk Badan Layanan Umum
dengan contoh Perkara Nomor 287/PDT.G/2011/PN.JKT.PST antara Tuan
Gunawan (Penggugat) melawan Badan Layanan Umum Rumah Sakit dr.
Cipto Mangunkusumo (Tergugat), bahwa di dalam ekspesinya kuasa
hukum Tergugat menyatakan “ BLU bukan subjek hukum melainkan
merupakan bentuk penyelenggaraan suatu unit kerja dengan pengelolaan
badan layanan umum, sehingga tidak tepat dijadikan sebagai pihak yang
rdasarkan pernyataan tersebut pihak Tergugat
digugat di pengadilan bH
telah menafikkan prinsip equality before the law, yaitu bahwa semua
orang maupun badan hukum dianggap sama di hadapan hukum, sehingga
suatu rumah sakit yang berbentuk Badan Layanan Umum sekalipun tidak
dapat dilepaskan dari jeratan hukum. Penelitian ini bertujuan, pertama,
untuk menentukan kedudukan hukum Rumah Sakit Badan Layanan
Umum selaku subjek hukum dikaitkan dengan KUHPerdata. Kedua, untuk
mengetahui dan menganalisis pertanggungjawaban Rumah Sakit Badan
Layanan umum berkaitan dengan ganti kerugian kepada pasien akibat
tindakan malpraktik.
Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dengan
spesifikasi penelitian deskriptif analitis. Teknik pengumpulan data yang
digunakan berupa studi kepustakaan (library research) untuk
mendapatkan bahan-bahan atau data-data sekunder berupa bahan
hukum primer maupun bahan hukum sekunder yang dianalisis secara
kualitatif untuk menjawab rumusan masalah yang diajukan.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa: Pertama, kedudukan hukum
Rumah Sakit Badan Layanan Umum selaku subjek hukum dikaitkan
dengan KUHPerdata tidak memenuhi syarat formal yuridis maupun syarat
materil untuk dapat dianggap sebagai subjek hukum, sedangkan
kemampuan hukumnya (rechtsbevoegdheid) untuk melakukan tindakan
hukum dengan pihak lain didapatkan dari limpahan wewenang delegasi
yang dilimpahkan oleh instansi induknya. Kedua, dalam hal terjadi suatu
tindakan malpraktik pada suatu Rumah Sakit Badan Layanan Umum,
maka rumah sakit tersebut dapat dibebani tanggung jawab untuk
memberikan ganti kerugian terhadap pihak korban dari adanya tindakan
melawan hukum oleh dokter rumah sakit yang disebabkan oleh kelalaian.
iv
v
HOSPITAL’S DAMAGES RESPONSIBILITY
AS A PU ERVICE AGENCY
TOWARDS MALPRACTICE VICTIMS
ASTRACT
Background of this research was triggered by the notion of
malpractice case that happening at Hospital with form of Public Service
Agency. Using example Case Number 287/PDT.G/2011/PN.JKT.PST
between Mr. Gunawan (Plaintiff) againts Public Service Agency dr. Cipto
Mangunkusumo Hospital (Defendant), in exception phase, Defendant’s
attorney stated that “Public Service Agency is not a legal subject to the
law, but rather an enforcement form of a working unit with public service
agency management, hence it was not proper being a party that sued at a
court”. The statements of Defendant’s attorney has denied an equality
before the law principle, that stated every persons and legal persons
entitity are considered equal before the law, thus even a hospital with form
of Public Service Agency can not escape from the bondage of law.
Purposes of this research are, first, to conclude legal status of Public
Service Agency Hospital as a subject of law according to Indonesian
Burgerlijke Wetboek (
). Second, to find out and to analyze
Public Service Agency Hospital’s responsibility according to patient’s
damage caused by malpractic act.
This research is using a normative juridical approach with analytical
descriptive reseacrh specification. Data collection techniques is using
library research method to obtain materials or secondary data in the form
both of primary legal materials and secondary legal materials that were
analyzed qualitatively to answer the submitted research question.
This research concludes that: First, legal status of Public Service
Agency Hospital as a subject of law according to Indonesian Burgerlijke
Wetboek (
) did not meet neither the formal juridical
requirements, nor the material conditions requirement to be considered as
a subject of law. While the ability of law (rechtsbevoegdheid) to take such
a legal action with others party was obtained from the abundant authority
of delegation, that delegated from its chief institution. Second, in the event
of malpractice occured in order to provide health care services at Public
Service Agency Hospital, the hospital may be burdened with the
responsibilities to provide restitution to the victim of the unlawful act by
hospital’s doctors caused by negligence