TANGGUNG JAWAB RUMAH SAKIT TERHADAP KERU

TANGGUNG JAWAB RUMAH SAKIT TERHADAP KERUGIAN AKIBAT KELALAIAN TENAGA KESEHATAN DAN IMPLIKASINYA

Set ya Wahyudi

Fakult as Hukum Uniersit as Jenderal Soedirman

Abst ract

Just i f i cat ion hospi t al r esponsi ble f or t he losses r esult i ng f r om t he negl i gence of heal t h wor ker s in hospi t al s, namel y t he exi st ence of t he doct r i ne of r espondeat super i or , t he doct r ine of t he hospi t al r esponsi ble f or t he qual i t y of car e (dut y t o car e); and doct r i ne of vi car ious l i abi l i t y, hospi t al l i abi l i t y, cor por at e l i abi l i t y. These doct r i nes ar e i mpl ement ed on t he pr ovi sions of Ar t i cl e 46 of Law Hospi t al i n Indonesi a, whi ch det er mi nes t hat t he hospi t al l i abl e f or al l l osses i ncur r ed on t he negl i gence of heal t h per sonnel i n hospit al s. The i mpl i cat ions of t he pr ovi sions was not easy f or t he publ i c / pat i ent s t o make compensat i on cl ai ms t o t he hospit al , because it t ur ns out t her e ar e r easons t hat can cause not al l act s of negl i gence of heal t h wor ker s in hospi t al s i s r esponsi bi l i t y of t he hospi t al . These r easons, such as heal t h wor ker s ar e not wor ker s i n t he hospit al ; not know what par t s ar e i ncl uded i n t he t her apeut i c agr eement wit h t he doct or and what par t s ar e i ncl uded i nt o t he i nt o t he cont r act wi t h t he hospi t al .

Key wor ds: hospi t al r esponbi l it y; negl i gence, heal t h wor ker s

Abst rak

Dasar pembenaran rumah sakit bert anggungj awab t erhadap kerugian yang diakibat kan dari kelalaian t enaga kesehat an di rumah sakit , yait u dengan adanya dokt rin r espondeat super ior , dokt rin rumah sakit bert anggungj awab t erhadap kualit as perawat an ( dut y t o car e); dan dokt rin vi car ious l i abi l i t y, hospi t al l i abi l i t y, cor por at e l i abi l i t y. Dokt rin-dokt rin ini diimplement asikan pada ket ent uan Pasal 46 UU Rumah Sakit di Indonesia, yang menent ukan bahwa rumah sakit bert anggungj awab secara hukum t erhadap semua kerugian yang dit imbulkan at as kelalaian t enaga kesehat an di rumah sakit . Implikasi dari ket ent uan it u t ernyat a t idak mudah bagi masyarakat / pasien unt uk melakukan gugat an gant i kerugian kepada rumah sakit , karena t ernyat a t erdapat alasan-alasan yang dapat menyebabkan t idak semua t indakan kelalaian t enaga kesehat an di rumah sakit merupakan t anggung j awab pihak rumah sakit . Alasan-alasan t ersebut , sepert i: t enaga kesehat an t ersebut bukan pekerj a di rumah sakit ; t idak diket ahui bagian mana yang t ermasuk dalam perj anj ian t erapeut ik dengan dokt er dan bagian mana yang t ermasuk ke dalam ke dalam kont rak dengan rumah sakit .

Kat a kunci: t anggung j awab rumah sakit , kelalaian, t enaga kesehat an.

Pendahuluan

sakit , dapat memberikan hasil sebagaimana Rumah sakit sebagai organisasi badan

yang diharapkan semua pihak. Ada kalanya la- usaha di bidang kesehat an mempunyai peranan

yanan t ersebut t erj adi kelalaian t enaga kese- pent ing dalam mewuj udkan deraj at kesehat an

hat an yang menimbulkan malapet aka; sepert i masyarakat secara opt imal. Oleh karena it u ru-

misalnya cacat , lumpuh at au bahkan meninggal mah sakit dit unt ut agar mampu mengelola ke-

dunia. 1 Kalau hal it u t erj adi, maka pasien at au giat annya, dengan mengut amakan pada t ang-

pihak keluarganya sering menunt ut gant i rugi. gung j awab para prof essional di bidang kese- hat an, khususnya t enaga medis dan t enaga ke-

perawat an dalam menj alankan t ugas dan kewe- Sepert i kasus yang di al amai ol eh Shant i Mar ina set el ah

menj al ankan oper asi amandel di Rumah Sakit Pur i Cine-

nangannya. Tidak selamanya layanan medis

re, t ernyat a suar anya menj adi bi ndeng. Lihat Bambang

yang diberikan oleh t enaga kesehat an di rumah Heryant o, 2010, “ Mal prakt ik Dokt er dal am Per spekt if

Hukum” ,

Jur nal Di nami ka Hukum, Vol . 10 No. 2 Mei 2010,

hl m. 186.

506 Jurnal Dinamika Hukum Vol . 11 No. 3 Sept ember 2011

Permint aan gant i rugi ini karena adanya akibat yang t imbul, baik f isik maupun nonf isik. Keru- gian f isik (mat eriel) misalnya dengan hilangnya at au t idak berf ungsinya seluruh at au sebagian organ t ubuh. Kerugian non f isik (immat eriel) adalah kerugian yang berkait an dengan mart a- bat seseorang. Peluang unt uk menunt ut gant i rugi sekarang ini t elah ada dasar ket ent uannya. Berdasarkan Pasal 46 UU No. 44 Tahun 2009 t ent ang Rumah Sakit , yang menent ukan bahwa rumah sakit bert anggung j awab secara hukum t erhadap semua kerugian yang dit imbulkan at as kelalaian t enaga kesehat an di rumah sakit . Ket ent uan pasal ini menj adi dasar yuridis bagi seseorang unt uk memint a t anggung j awab pi- hak rumah sakit j ika t erj adi kelalaian t enaga kesehat an yang menimbulkan kerugian.

Ket ent uan pasal ini akan dapat menggem- birakan bagi siapa saj a at aupun khususnya pa- sien, sebab j ika seseorang/ pasien menderit a kerugian akibat t indakan kelalaian t enaga kese- hat an akan mendapat gant i rugi. Pengalaman prakt ik t ernyat a t idak mudah menggugat kepa-

da rumah sakit . Namun demikian, ket ent uan t ent ang t anggung j awab rumah sakit ini, seba- gai awal t it ik t erang dasar legalit as bagi ma- syarakat unt uk mendapat kan gant i rugi yang di akibat kan at as t indakan kelalaian t enaga kese- hat an di rumah sakit . Undang-undang Rumah Sakit dibuat dengan t uj uan unt uk mempermu- dah akses masyarakat unt uk mendapat kan pela- yanan kesehat an; dapat memberikan perlin- dungan t erhadap keselamat an pasien, masya- rakat , lingkungan rumah sakit dan sumber daya di rumah sakit ; dan dapat meningkat kan mut u, mempert ahankan st andar pelayanan rumah sa- kit , sert a memberikan kepast ian hukum kepada pasien, masyarakat , sumberdaya manusia ru- mah sakit dan pihak rumah sakit .

UU No. 36 t ahun 2009 t ent ang Kesehat an, mengat ur hal-hal yang berkait an dengan masa- lah kelalaian t enaga kesehat an pada Pasal 29 dan Pasal 58. Pasal 29 menent ukan bahwa da- lam hal t enaga kesehat an diduga melakukan kelalaian dalam menj alankan prof esinya, kela- laian t ersebut harus diselesaikan t erlebih dahu- lu melalui mediasi. Pasal 58 mengat ur, menge- nai hak set iap orang unt uk menunt ut gant i rugi

t erhadap seseorang, t enaga kesehat an, dan/ at au penyelenggara kesehat an yang menimbul- kan kerugian akibat kesalahan at au kelalaian dalam pelayanan kesehat an yang dit erimanya. Berdasarkan ket ent uan t ersebut , t erlihat bah- wa penunt ut an gant i kerugian ini, baik sebagai diakibat kan karena kesalahan (kesengaj aan) at aupun karena kelalaian dalam pelayanan ke- sehat an, dan penunt ut an dit uj ukan kepada se- seorang, t enaga kesehat an maupun kepada pihak penyelenggara kesehat an (rumah sakit ). Sement era it u berdasarkan UU No. 44 Tahun 2009, penunt ut an kerugian hanya dit uj ukan ke- pada pihak rumah sakit , yang diakibat kan seca- ra khusus karena kelalaian t enaga kesehat an di rumah sakit . Dengan demikian dapat dit af sir- kan, bahwa kerugian yang diakibat kan oleh ke- sengaj aan t enaga kesehat an di rumah sakit , maka t idak dapat dilakukan penunt ut an yang dit uj ukan kepada rumah sakit . Pihak rumah sakit t idak akan bert anggung j awab j ika kerugi- an t ersebut karena kesalahan dalam art i kese- ngaj aan t enaga kesehat an di rumah sakit .

Tenaga kesehat an yang melakukan kela- laian dapat disebut dengan melakukan malprak- t ik. Malprakt ik yang dilakukan oleh t enaga ke- sehat an, dapat berupa malprakt ik dibidang me- dik dan malprakt ik medik. Dikat akan melaku- kan Malprakt ik di bidang medik, yait u perbuat - an malprakt ik berupa perbuat an t idak senonoh ( mi sconduct ) yang dilakukan t enaga kesehat an ket ika ia menj alankan prof esinya di bidang me- dik, sedang malprakt ik medik yait u malprakt ik yang berupa adanya kegagalan ( f ai l ur e) dalam memberikan pelayanan medik t erhadap pasien. Di lain pihak, bent uk-bent uk malprakt ik t enaga kesehat an t erdiri malprakt ik kriminal ( cr i mi nal mal pr act i ce), malprakt ik perdat a (ci vi l mal - pr act i ce) dan malprakt ik administ rasi (admi ni s- t r at ive mal pr act i ce). Dari berbagai variasi kela- laian t enaga kesehat an ini, perlu dilakukan pe- nelusuran apakah semua j enis kelalaian t enaga kesehat an akan menj adi t anggung j awab pihak rumah sakit sebagaimana dimaksudkan dalam ket ent uan Pasal 46 UU Rumah Sakit . Dengan ka- t a lain dapat dipert anyakan, bagaimana syarat - syarat kelalaian t enaga kesehat an yang menj adi

Tanggung Jawab Rumah Sakit Terhadap Ker ugian … 507

t anggung j awab pihak rumah sakit sebagaimana dikehendaki UU Rumah Sakit .

Ket ent uan t ent ang rumah sakit bert ang- gungj awab at as kerugian pasien akibat kelalai- an t enaga kesehat an ini, dapat menimbulkan implikasi lebih lanj ut bagi pihak rumah sakit , t enaga kesehat an maupun bagi pasien (masya- rakat ). Rumah sakit perlu menget ahui bent uk kelalaian t enaga kesehat an yang menj adi t ang- gung j awab rumah sakit dan bent uk kelalain t enaga kesehat an yang t idak menj adi t anggung j awab rumah sakit . Implikasi bagi t enaga kese- hat an, yait u t enaga kesehat an t ent unya unt uk t et ap berhat i-hat i dan t idak gegabah walaupun rumah sakit akan bert anggungj awab at as kela- laiannya. Terdapat kelalaian t enaga kesehat an yang t et ap menj adi t anggung j awab t enaga ke- sehat an yang bersangkut an. Implikasi bagi pa- sien (masyarakat ), yait u pasein harus menge- t ahui bahwa t elah t erj adi kelalaian t enaga ke- sehat an yang menimbulkan kerugian baginya. Jika pasien t idak menget ahui t elah t erj adi ke- lalaian t enaga kesehat an yang t elah merugikan dirinya, maka ket ent uan Pasal 46 UU Rumah Sakit t idak dapat direalisasikan.

Berdasar uraian di at as, permasalahan yang akan dibahas dalam art ikel ini adalah me- ngenai syarat -syarat kelalaian t enaga kesehat - an sepert i apa yang menj adi t anggung j awab rumah sakit berdasar Pasal 46 UU Rumah Sakit ; dan implikasi adanya ket ent uan rumah sakit bert anggung j awab hukum at as kerugian pada seseorang yang diakibat kan karena kelalaian t e- naga kesehat an berdasar pada UU Rumah Sakit .

Pembahasan

Rumah sakit merupakan inst it usi pelayan- an kesehat an yang menyelenggarakan pelayan- an kesehat an perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat j a- lan, dan gawat darurat , sebagaimana dapat di- lihat dalam ket ent uan Pasal 1 angka 1 UU No.

44 t ahun 2009 t ent ang Rumah sakit . Dengan demikian kegiat an rumah sakit dilakukan oleh t enaga kesehat an yang t erorganisir sert a pe- nyediaan pelbagai sarana medis dan non medis yang permanen, menyelenggarakan pelayanan medis dan keperawat an secara berkesinam-

bungan, t ermasuk pelayanan diagnosis dan pe- ngobat an pasien. Menurut Crawf ord Morris & Alan Morit z, rumah sakit adalah:

“ a pl ace in whi ch a pat ient r eceive f ood, shel t er , and nur si ng car e whi le r eceiving medi cal or sur gi cal t r eat ment , “ or ” an

i nst it ut ion f or t he r ecept i on, car e and medi cal t r eat ment of t he si ck or wound-

ed, al so t he bui l di ng used or t hat pur po- se” or “ a pl ace wher e medi cine i s pr ac- t i ced by physi ci an” 2

Rumah sakit dibagi berdasarkan pengelo- laannya, dibagi menj adi rumah sakit publik dan rumah sakit privat . Rumah sakit publik dikelola oleh pemerint ah, pemerint ah daerah (propinsi, kabupat en) at aupun yang dikelola oleh Badan hukum yang bersif at nirlaba, sehingga rumah sakit publik dapat disebut sebagai rumah sakit non-komersial. Rumah sakit pemerint ah dise- lenggarakan berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum at au Badan Layanan Daerah. Rumah sakit yang dikelola oleh pemerint ah t i - dak dapat dialihkan menj adir rumah sakit pri- vat (Pasal 20 UU Rumah Sakit ). Rumah sakit pri- vat (swast a) dikelola oleh badan hukum dengan t uj uan prof it yang berbent uk Perseroan Terba- t as at au Persero (Pasal 21 UU Rumah Sakit ), se- hingga rumah sakit privat dapat sebagai rumah sakit yang komersial.

Rumah sakit diklasif ikasikan berdasar f a- silit as dan kemampuan pelayanannya, yait u Rumah sakit umum dan Rumah Sakit khusus. Rumah sakit umum yang t erdiri at as Kelas A, Kelas B, Kelas C, dan Kelas D, sedangkan Ru- mah sakit khusus, t erdiri dari Kelas A, Kelas B, Kelas C. Rumah sakit umum kelas A adalah ru- mah sakit yang mempunyai f asilit as dan ke- mampuan pelayanan medik paling sedikit 4 spe- sialis, 5 spesialis penunj ang medik, 12 spesialis lain dan 13 subspesialis. Rumah sakit umum ke- las B adalah rumah sakit umum yang mempu- nyai f asilit as dan kemampuan medik paling se- dikit 4 spesialis, 4 spesialis penunj ang medik, 8 spesialis dan 2 subspesialis dasar. Rumah sakit umum Kelas C adalah rumah sakit umum yang

2 Lihat dal am Sof wan Dahl an, 2003, Hukum Kesehat an Rambu-Rambu bagi Pr of esi Dokt er , Semar ang: Badan Pener bit Univer sit as Di ponegoro, hl m. 147.

508 Jurnal Dinamika Hukum

Vol . 11 No. 3 Sept ember 2011

mempunyai f asilit as dan kemampuan pelayanan pilan melalui pendidikan di bidang kesehat an medik paling sedikit 4 spesialis dasar, 4 spesia-

yang unt uk j enis t ert ent u memerlukan kewena- lis penunj ang medik. Rumah sakit Umum Kelas

ngan unt uk melakukan upaya kesehat an (Pasal

D adalah rumah sakit umum yang mempunyai

1 angka 6 UU No. 36 t ahun 2009). Berdasar ke-

f asilit as dan pelayanan medik paling sedikit 2 t ent uan Pasal 2 (1) PP No. 32 t ahun 1996 t en- spesialis dasar.

t ang Tenaga Kesehat an dan Pasal 21 UU Kese- Rumah sakit khusus kelas A adalah rumah

hat an, t enaga kesehat an dapat dikelompokkan sakit yang mempunyai f asilit as dan kemampuan

sesuai dengan keahlian dan kualif ikasi yang di- paling sedikit pelayanan medik spesialis dan pe-

miliki, ant ara lain: t enaga medis; t enaga kef ar- layanan medik subspesialis sesuai dengan ke-

masian; t enaga keperawat an; t enaga kesehat an khususan yang lengkap. Rumah sakit khusus B

masyarakat dan lingkungan; t enaga gizi; t enaga adalah rumah sakit khusus yang mempunyai f as-

ket erapian f isik; t enaga ket eknisian medis; dan ilit as dan kemampuan paling sedikit pelayanan

t enaga kesehat an lainnya. Sebagaimana dit en- medik spesialis dan pelayanan medik subspesia-

t ukan dalam Pasal 12 UU Rumah Sakit , di rumah lis sesuai kekhususan yang t erbat as. Rumah sa-

sakit t erdapat t enaga t et ap, yang t erdiri dari kit khusus C adalah rumah sakit khusus yang

t enaga kesehat an dan t enaga non-kesehat an. mempunyai f asilit as dan kemampuan paling se-

Tenaga kesehat an t erdiri: t enaga medis (dokt er dikit pelayanan medik spesialis dan pelayanan

dan dokt er gigi); t enaga penunj ang medis; t e- medik spesialis sesuai kekhususan yang mini-

naga keperawat an; t enaga kef armasian; dan mal.

t enaga manaj emen rumah sakit . Unt uk t enaga Klasif ikasi rumah sakit dapat didasarkan

non-kesehat an, yait u: t enaga administ rasi; t e- pada hubungan rumah sakit dengan t enaga ke- 4 naga kebersihan; dan t enaga keamanan.

sehat an yang bekerj a, dan dihubungkan dengan Tenaga Kesehat an t erdiri dalam kat egori pasien yang dirawat (baik di dalam maupun di

yang dit ent ukan dalam UU Kesehat an dan UU luar rumah sakit ). Maart en Riet ved, mencoba

Rumah Sakit dan t enaga kesehat an yang t erda- menyusun kat egorisasi rumah sakit melihat pola

pat dalam masyarakat (Tenaga kesehat an yang hubungan t ersebut . 3 Per t ama, rumah sakit t er- t erdapat di dalam masyarakat , sepert i: t enaga

buka ( open ziekenhui s), yait u rumah sakit di laborat orium: analis f armasi; analis kimia; ana- mana set iap dokt er secara bebas dan dapat me-

lis kesehat an; assist en ront gen; sarj ana psiko- rawat pasien-pasiennya secara pribadi; kedua,

logi; akupunt uris; homepaat s; orang yang mela- rumah sakit t ert ut up ( gesl ot en zi ekenhui s) yai-

kukan al t er nat ive medi ci ne; t enaga kesehat an t u suat u rumah sakit di mana yang bekerj a di

di bidang perawat an: perawat ; pisiot erapis; pe- sit u adalah t enaga kesehat an, yang t elah diij in-

rawat gigi; t ekniker gigi; sarj ana kesehat an ma- kan oleh rumah sakit , dan ij in t ersebut t ercan-

syarakat ; sarj ana gizi; sarj ana kesehat an ling- t um dalam suat u kont rak ( t oel at i ngscont r act );

kungan dan sarj ana kesehat an sekeselamat an dan ket i ga, rumah sakit t ert ut up mut lak (vol ko-

kerj a. 5 Selain t enaga medis, t erdapat t enaga men gesl ot en ziekenui s): rumah sakit yang ha-

kesehat an yang sangat berperanan di rumah sa- nya memperkerj akan t enaga kesehat an yang

kit yait u perawat . Secara garis besar perawat t elah membuat kont rak kerj a ( ar bei dscont r act )

dengan rumah sakit .

Pembagian st af rumah sakit , dapat pul a dikl asif ikasikan t erdir i t enaga medis, t enaga par amedic dan t enaga non- medis, yang bert anggungj aw ab at as menyel enggar akan

Kelalaian t enaga kesehat an di rumah sakit

pel ayanan medi s di rumah saki t , yait u: t enaga medis: dokt er dan dokt er gigi , spesial i s, sub-spesial is; t enaga

Tenaga kesehat an adalah set iap orang

par amedi s: per awat , bi dan, l abor an, nut r isioni s, ref rak-

yang mengabdikan diri dalam bidang kesehat an

sionis, t eknisi kesehat an, rekam medi s. Tenaga Manage- rial : t enaga administ r asi, keuangan, kepengawaian, l o-

sert a memiliki penget ahuan dan/ at au ket ram-

gist ik, hukum, humas; Tenaga non manageri al (suppor t - i ng): t enaga ki t chen, l aundr y, sanit ari an, di sposal ,

5 wor kshop, gener al ser vi ces, t empat ibadah, r umah duka. Oemar Seno Adj i, 1991, Et i ka pr of essi onal dan Hukum

3 Lihat dal am Soerj ono Soekant o dan Herkut art o, 1987,

Pengant ar Hukum Kesehat an, Bandung: Remaj a Kar ya, Per t anggungj aw aban Pi dana Dokt er Pr of esi Dokt er , Ja- hl m. 139.

kart a: Erl angga, hl m. 75-76.

Tanggung Jawab Rumah Sakit Terhadap Ker ugian … 509

mempunyai peran sebagai berikut : peran pera- maka hal ini t idak t ermasuk ke dalam penger- wat an( car ing r ole/ i ndependent ); peran koordi-

t ian malprakt ik. 7 Let ak perbedaan ant ara mal- nat if ( coor di nat i ve r ol e/ independent ); peran

prakt ik di bidang medik dengan malprakt ik me- t erapeut ik ( t her apeut i c r ol e/ dependent ). Pe-

dik t erdapat unsur kej ahat an at au perbuat an ran perawat an dan peran koordinat if adalah

yang t idak senonoh ( misconduct ) pada malprak- t anggung j awab mandiri, sement ara t anggung

t ik di bidang medik. Dalam malprakt ik medik j awab t erapeut ik adalah mendampingi at au

lebih ke arah adanya kegagalan ( f ai l ur e) dalam membant u dokt er dalam melaksanakan t ugas

memberikan pelayanan medik t erhadap pasien. kedokt eran, yait u diagnosis, t erapi, maupun

Dengan demikian pengert ian malprakt ik di bi- t indakan-t indakan medis.

dang medik pengert iannya lebih luas daripada Tenaga kesehat an yang melakukan kela-

malprakt ik medik. 8

laian sama dengan melakukan malprakt ik. Mal- Menurut t eori at au dokt rin, t indakan mal- prakt ik yang dilakukan oleh t enaga kesehat an,

prakt ik medis (khususnya bagi dokt er), t erdiri dapat berupa malprakt ik medik dan malprakt ik

dari t iga hal. 9 Per t ama, Int ensi onal Pr of esi onal dibidang medik. Malprakt ik di bidang medik,

Mi sconduct , yait u dinyat akan bersalah/ buruk yait u malprakt ik yang dilakukan t enaga keseha-

berprakt ik j ika dokt er dalam berprakt ik mela- t an ket ika ia menj alankan prof esinya di bidang

kukan pelanggaran t erhadap st andar-st andard medik. Dalam hal ini, dapat berupa perbuat an

dan dilakukan dengan sengaj a. Dokt er berprak- yang disengaj a ( i nt ent ional ) sepert i pada mi s-

t ik dengan t idak mengindahkan st andar-st andar conduct t ernt ent u, t indakan kelalaian (negl i -

dalam at uran yang ada dan t idak ada unsure gence), at aupun suat u kekurang mahiran/ ket i-

kealpaan/ kelalaian. Kedua, Negl i gence. at au t i- dak kompet enan yang t idak beralasan ( unr ea-

dak sengaj a/ kelalaian, yait u seorang dokt er sonabl e l ack of ski l l ), yang mengakibat kan lu-

yang karena kelalaiannya (culpa) yang mana ka, at au menderit a kerugian pada pihak yang

berakibat cacat at au meninggalnya pasien. Se- dit angani. 6 Makna malprakt ik medik, menurut

orang dokt er lalai melakukan sesuat u yang se- Wor l d Medi cal Associ at ion, adalah medi cal

harusnya dilakukan sesuai dengan keilmuan ke- mal pr akt i c i nvol ves t he physi cian’ s f ai l ur e t o

dokt eran. Kat egori malprakt ik ini dapat dit un- conf or m t o t he st andar d of car e f or t r eat ment

t ut , at au dapat dihukum, j ika t erbukt i di depan of t he pat i ent ’ s condi t i on, ar l ack of ski l l , or

sidang pengadilan. Ket i ga, Lack of Ski l l , yait u negl i gence i n pr ovi di ng car e t o t he pat ient ,

dokt er melakukan t indakan medis t et api di luar whi ch i s t he di r ect cause of an i nj ur y t o t he

kepent ensinya at au kurang kompet ensinya. pat i ent . Wor l d Medi cal Associat ion mengingat kan t idak semua kegagalan medik adalah malprak-

An inj ur i occurri ng in t he course of medical t reat ment

t ik medik. Jika t erj adi perist iwa buruk t idak

which coul d not be f oreseen and was not t he resul t of

dapat diduga sebelumnya ( unf or eseeabl e) pada

t he l ack of skil l or knowl edge on t he part of t he t reat i ng physi ci an i n unt owar d resul t , f or whi ch t he physician

saat dilakukan t indakan medis yang sesuai st an-

shoul d not bear any l iabil it y. Lihat M. Nasser, 2009,

dar t et api mengakibat kan cedera pada pasien,

“ Penyel esaian Sengket a Medik Mel al ui Madiasi, Makal ah di sampaikan dal am Seminar ” Penegakan hukum Kasus Mal prakt ik Sert a Perl indungan Hukum Bagi Tenaga

Kesehat an dan Pasien” Sabt u, 18 Jul i 2009 di Unsoed

Lingkup mal prakt ik di bi dang medik ini, beranj ak dar i pe-

Purwokert o, hl m. 6.

ngert ian mal prakt ik secar a umum, sebagaimana dal am 8 Lihat Angkasa, “ Mal pr akt ik di bi dang Medik dan Mal prak- Bl ack’ s Law Dict ionar y yang mendef ini sikan mal prakt ik

t ik Medik dal am perspekt if Vikt mol ogi dan Perl indungan sebagai : “ Prof essional misconduct or unreasonabl e l ack

Hukum bagi Pasien (Kor ban Mal prakt ik)” , Makal ah Semi- of skil l or f ail ure of one r endering prof essional ser vi ces

nar Nasional t ent ang Penegakan Hukum Kasus Mal prakt ik t o exercise t hat degree of skil l and l earning commonl y

Sert a Perl indungan Hukum bagi Tenaga Kesehat an dan appl ied under al l t he cir cumst ances in t he communit y by

9 t he average pr udent reput abl e member of t he prof ession Pasien, Unsoed, Purwokert o, 18 Jul i 2009, hl m. 2. Sudj it o bi n At moredj o, 2009, “ Kaj ian Yur idis Mal prakt ik wit h t he resul t of inj ur y, l oss or damage t o t he recipient

(Tanggung Jawab Dokt er , Rumah sakit dan Hak-Hak Pa- of t hose ser vi ces or t o t hose ent it l ed t o rel y upon t hem. ”

sien)” , Makal ah di sampaikan dal am Seminar” Penegakan Bl ack, 1999,

Law Di ct i onar y, Sevent Edit ion, Copy Right hukum Kasus Mal prakt ik Sert a Perl i ndungan Hukum Bagi by West Group Co. 50. West Kel l ogg Boul evard Po. Box

Tenaga Kesehat an dan Pasien” Sabt u, 18 Jul i 2009 di 64526 St . Paul Minn, 55164-526, hl m. 111.

Unsoed Purwokert o.

510 Jurnal Dinamika Hukum

Vol . 11 No. 3 Sept ember 2011

Jika dit inj au dari perspekt if hukum maka ( negat ive act ); menerbit kan surat ket erangan malprakt ik yang dilakukan oleh t enaga kesehat -

dokt er yang t idak benar; membuat vi sum et r e- an, dapat merupakan cr i mi nal mal pr act i ce, ci -

per t um yang t idak benar; memberikan ket era- vi l mal pr act i ce, dan admi ni st r at ive mal pr ac-

ngan yang t idak benar di sidang pengadilan da- t i ce. 10 Suat u perbuat an dapat dikat egorikan cr i -

lam kapasit asnya sebagai ahli. mi nal mal pr act i ce, karena t indakan malprakt ik

Disebut ci vi l mal pr act i ce medi c j ika t idak t ersebut

memenuhi rumusan delik (t indak pi- melaksanakan kewaj iban (ingkar j anj i), yait u dana). Syarat -syarat cr i mi nal mal pr act i ce ada-

t idak memberikan prest asinya sebagaimana lah perbuat an t ersebut (baik posi t i ve act at au

yang t elah disepakat i. Ukuran adanya ci vi l mal - pun negat i ve act ) harus merupakan perbuat an

pr akt i c (malprakt ik perdat a), yait u: adanya ke- t ercela ( act us r eus); dan dilakukan dengan si-

lalaian medik; t indakan medic t anpa perset uj u- kap bat in yang salah ( mens r ea), yait u berupa

an (perbuat an melanggar hukum); t indakan kesengaj aan ( i nt ensional ), kecerobohan (r eck-

t anpa consent ; pelanggaran j anj i (wanpr est a- l essness) at au kealpaan (negl i gence).

si ). 12 Tindakan dokt er yang t ermasuk dikat ego- Cr i mi nal mal pr act i ce medi c merupakan

rikan ci vi l mal pr act i ce ant ara lain: t idak mela- t indakan yang melanggar hukum pidana, se-

kukan ( negat i ve act ) apa yang menurut kesepa- hingga saat ini t enaga kesehat an yang melaku-

kat annya waj ib dilakukan; melakukan ( posit ive kan Cr i mi nal mal pr act i ce medi c, sama dengan

act ) apa yang menurut kesepakat annya waj ib

dilakukan t et api t erlambat ; melakukan sesuat u t i ce medi c dilakukan dengan kesengaj aan at au

melakukan t indak pidana. 11 Cr imi nal mal pr ac-

yang menurut kesepakat an waj ib dilakukan t e- yang dilakukan dengan kealpaan.

t api t idak sempurna; dan melakukan apa yang Cr i mi nal Mal pr act i ce medi c dalam bent uk

menurut kesepakat annya t idak seharusnya dila- kesengaj aan ( i nt ensional ), diat ur dalam KUHP,

kukan.

dapat berupa t indak pidana penipuan (Pasal Dikat akan t erdapat admi nist r at i ve mal - 382 KUHP); t indak pidana pembunuhan yang

pr act i ce j ika dokt er melanggar hukum t at a-usa- berupa eut hanasia (Pasal 344 KUHP); aborsi

ha negara. Perlu diket ahui bahwa dalam rangka (Pasal 348; Pasal 349 KUHP); membuat t idak

melaksanakan pol i ce power (t he power of t he j elas asal usul anak (Pasal 277 KUHP); membu-

st at e t o pr ot ect t he healt h, saf et y, mor al s and ka rahasia j abat an (Pasal 322 KUHP); penghi-

gener al wel f ar e of i t s ci t i zen) yang menj adi naan dan penist aan (Pasal 310 – 321 KUHP); pe-

kewenangannya, pemerint ah berhak menge- malsuan surat (Pasal 267, 268 KUHP). Cr imi nal

luarkan berbagai macam perat uran di bidang mal pr act i ce medi c dalam bent uk kealpaan, ke-

kesehat an; sepert i misalnya t ent ang persyarat - cerobohan, berupa: kelalaian yang menyebab-

an bagi t enaga kesehat an unt uk menj alankan kan kemat ian (Pasal 359 KUHP); kelalaian yang

prof esi medik, bat as kewenangan sert a kewa- menyebabkan luka berat (Pasal 360 KUHP); ke-

j ibannya. Apabila at uran t ersebut dilanggar lalaian wakt u menj alankan j abat an (Pasal 361

maka t enaga kesehat an yang bersangkut an da- KUHP);

pat dipersalahkan. Cont oh t indakan yang dapat Cont oh dari cr i mi nal mal pr act i ce yang si-

dikat egorikan admi ni st r at ive mal pr act i ce ant a-

f at nya sengaj a ( i nt ensi nal ) ant ara lain: melaku- ra lain: menj alankan prakt ik kedokt eran t anpa kan aborsi; melakukan eut hanasia; membocor-

ij in lisensi at au izin; melakukan t indakan medik kan rahasia kedokt eran; t idak melakukan per-

yang t idak sesuai lisensi at au izin yang dimiliki; t olongan t erhadap seseorang yang sedang da-

melakukan prakt ek kedokt eran dengan meng- lam keadaan emergensi meskipun t ahu bahwa

gunakan lisensi at au izin yang sudah kadaluar- t idak ada dokt er lain yang akan menolongnya

sa; dan t idak membuat rekam medik. Menurut perat uran yang berlaku, sese-

orang yang t elah lulus dan diwisuda sebagai

11 Sof wan Dahl an, op. ci t , hl m. 59.

Budi Sampurna, “ Mal prakt ic Medic dan Kel al ai an Medik” , Uni versit as Indonesia, Jakar t a, Int er net , Upl oad 27 Apr il 2009

12 Ibi d.

Tanggung Jawab Rumah Sakit Terhadap Ker ugian … 511

dokt er t idak secara ot omat is boleh melakukan malprakt ik di bidang medik, misalnya: pem- pekerj aan dokt er. Ia harus lebih dahulu meng-

buat an surat palsu (Pasal 263, 267 KUHP); ber- urus lisensi agar supaya memperoleh kewena-

set ubuh dengan wanit a dalam keadaan pingsan ngan unt uk it u. Perlu dipahami bahwa t iap-t iap

at au t idak berdaya (Pasal 286 KUHP); perbuat - j enis lisensi memerlukan basi c science dan

an cabul dengan orang pingsan at au t idak ber- mempunyai bat as kewenangan sendiri-sendiri.

daya (Pasal 290 KUHP); perbuat an cabul yang Tidak dibenarkan melakukan t indakan medik

dilakukan dokt er (Pasal 294 (2) KUHP); abort us melampaui bat as kewenangan yang t elah dit en-

(Pasal 299, 348 KUHP); membuka rahasia (Pasal t ukan.

322 KUHP); eut hanasia (Pasal 344 KUHP); pem- Sepert i t elah diuraikan di at as, malprak-

bunuhan dengan rencana (Pasal 350 KUHP); ke- t ik yang dilakukan t enaga kesehat an t erdiri

alpaan yang menyebabkan kemat ian (Pasal 359 malprakt ik dalam bidang medis dan malprakt ik

KUHP); kealpaan yang menyebabkan luka berat medis. Pembagian j enis-j enis malprakt i yang di

(Pasal 360 KUHP); kelalaian wakt u menj alankan lakukan oleh t enaga kesehat an ini, akan me-

j abat an (Pasal 361 KUHP); pemalsuan (Pasal nent ukan siapa yang bert anggung j awab at as

378 KUHP)

malprakt ik t ersebut . Let ak perbedaan ant ara malprakt ik di bidang medik dengan malprakt ik

Tanggung Jawab Rumah Sakit at as Kelalaian

medik t erdapat unsur kej ahat an at au perbuat -

Tenaga Kesehat an

an yang t idak senonoh ( mi sconduct ) pada mal- Berdasar Kamus besar bahasa Indonesia, prakt ik di bidang medik. Dalam malprakt ik me-

t anggung j awab adalah: “ Keadaan waj ib me- dik lebih ke arah adanya kegagalan ( f ai l ur e)

nanggung segala sesuat unya (kalau t erj adi apa- dalam memberikan pelayanan medik t erhadap

apa boleh dit unt ut , dipersalahkan, diperkara- pasien. Dengan demikian pengert ian malprakt ik

kan dan sebagainya)” . Menurut Bl ack’ s Law Di c- di bidang medik pengert iannya lebih luas dari-

t i onar y, t anggung j awab (l i abi l i t y) mempunyai pada malprakt ik medic. 13 t iga art i, ant ara lain: a n obl i gat ion one i s

Menurut penulis, t enaga kesehat an yang bound i n l aw or j ust i ce t o per f or m; condi t ion melakukan malprakt ik di bidang medik, t et ap

of bei ng r esponsi bl e f or a possi bl e or act ual dipert anggungj awabakan pada t enaga kesehat -

l oss; and, condit ion whi ch cr eat es a dut y t o an t ersebut . Malprakt ik di bidang medik t idak

per f or m an act immedi at el y or i n t he f ut ur e. menyangkut kegagalan dalam memberikan pe-

Pengert ian t anggung j awab mengandung layanan medik, t et api menyangkut adanya per-

unsur–unsur: kecakapan, beban kewaj iban, dan buat an yang t idak senonoh ( mi sconduct ) yang

perbuat an. Seseorang dikat akan cakap j ika su- dilakukan oleh t enaga kesehat an ket ika mela-

dah dewasa dan sehat pikirannya. Bagi badan kukan t ugas. Pada umumnya bent uk malprakt ik

hukum dikat akan cakap j ika dinyat akan t idak di bidang medik merupakan perbuat an melang-

dalam keadaan pailit oleh put usan pengadilan. gar rumusan t indak pidana yang diat ur dalam

Unsur kewaj iban mengandung makna sesuat u hukum pidana. Dalam sist em pemidanaan hu-

yang harus dilakukan, t idak boleh t idak dilaksa- kum pidana dianut asas individual, art inya per-

nakan. Jadi sif at nya harus ada at au keharusan. t anggj awaban pidana dij at uhkan pada individu

Unsur perbuat an mengandung art i segala se- yang melakukan perbuat an pelanggaran hukum

suat u yang dilakukan. Dengan demikian t ang- pidana t ersebut . Ket ent uan dalam hukum pida-

gung j awab adalah: “ Keadaan cakap menurut na berlaku bagi set iap orang pada umumnya,

hukum baik orang at au badan hukum, sert a sehingga t ermasuk t enaga kesehat an yang me-

mampu menanggung kewaj iban t erhadap segala lakukan pelanggaran hukum pidana.

sesuat u yang dilakukan” .

Perbuat an-perbuat an yang dapat dilaku- Penyelenggaraan manaj emen kesehat an kan oleh t enaga kesehat an yang merupakan

di rumah sakit , t erdapat pengelolaan yang ber- kait an dengan t iga hal yang merupakan t ang-

gung j awab rumah sakit secara umum. Tiga hal

Lihat Angkasa, op. ci t , hl m. 2.

512 Jurnal Dinamika Hukum

Vol . 11 No. 3 Sept ember 2011

t ersebut yait u: pengelolaan rumah sakit yang pelayanan kesehat an rumah sakit . Pengelolaan berkait an dengan personalia; pengelolaan ru-

rumah sakit harus selalu mengedepankan nor- mah sakit yang berkait an dengan pelaksanaan

ma-norma t ersebut di at as sesuai dengan st an- t ugas; dan pengelolaan yang berkait an dengan

dar int ernasional yang mengacu pada “ Hospi t al dut y of car e. 14 Oleh karena it u, penyelenggaan

Pat ient ’ s Char t er 1979” yang diperluas dengan kegiat an rumah sakit , t erdapat kegiat an-kegiat -

keberlakuan dengan “ The Decl ar at i on of Li sbon an yang menimbulkan t anggung j awab pengelo-

1981” , yang mengat ur berkait an dengan berba- laan at au manaj emen rumah sakit dan t ang-

gai hak dan kewaj iban pasien dan dokt er at au gung j awab para t enaga prof esional kesehat an

rumah sakit .

di rumah sakit , 15 yang t erdiri: t anggung j awab Saat ini, t ugas, f ungsi dan kewaj iban ser- pengelola rumah sakit ; dan t anggung t enaga

t a penyelenggaraan rumah sakit di Indonesia, kesehat an (dokt er, perawat ).

diat ur dalam UU No. 44 t ahun 2009 t ent ang Ru- Penyelenggaraan

mah Sakit . Tugas rumah sakit adalah memberi- men rumah sakit , harus memperhat ikan mut u

pengelolaan/ manaj e-

kan pelayanan kesehat an perorangan secara pelayanan kesehat an dalam deklarasi int erna-

paripurna (Pasal 4). Dengan adanya t ugas ru- sional t ent ang

human r i ght dan soci al wel f ar e mah sakit t ersebut , maka selanj ut nya f ungsi ru- (Piagam PBB 1945 dan Uni t ed Decl ar at ion Hu-

mah sakit di Indonesia dit ent ukan, sebagai be- man Ri ght 1948) dan dikembangkan dalam Dec-

rikut . Per t ama, menyelenggarakan pelayanan l ar at ion of Hel si nki 1964, yang kemudian di-

pengobat an dan pemulihan kesehat an sesuai sempurnakan dan diperbaharui oleh hasil kong-

dengan st andar pelayanan rumah sakit ; kedua, res “ The 29” of Wor l d Medi cal Assembl y, Tokyo

pemeliharaan dan peningkat an kesehat an per- 1975” yang dikenal dengan nama Helsinki Baru

orangan melalui pelayanan kesehat an yang pa- 1976. Penyelenggaran kegiat an manaj emen ru-

ripurna t ingkat kedua dan ket iga sesuai dengan mah sakit , sej ak t ahun 1976 harus melaksana-

ket i ga, penyelenggaraan kan dasar f ilosof i hukum dan dokt rin pengem-

kebut uhan medis;

pendidikan dan pelat ihan sumber daya manusia bangan “ St andar prof esi dan akredit asi pelaya-

dalam rangka peningkat an kemampuan dalam nan kesehat an” . 16 Berdasarkan kesepakat an

pemberian pelayanan kesehat an; dan keempat , PBB, UDHR, Helsinki, WMA, Tokyo 1975, mana-

penyelenggaraan penelit ian dan pengembangan j emen rumah sakit harus memiliki lima norma

sert a penapisan t eknologi bidang kesehat an moral yang asasi, yait u: t he r i ght t o i nf or ma-

dalam rangka peningkat an pelayanan kesehat an t i on; t he r i ght t o sel f det er mi nat ion; t he r i ght

dengan memperhat ikan et ika ilmu penget ahuan t o heal t h car e; t he r i ght t o pr ot ect of pr ivacy;

bidang kesehat an (Pasal 5). t he r i ght t o second opi ni on.

Sehubungan dengan t ugas dan f ungsi ru- Kelima norma kesehat an t ersebut men-

mah sakit t ersebut , maka rumah sakit mempu- j adi t anggung j awab waj ib bagi manaj emen ru-

nyai kewaj iban-kewaj iban, yait u hal-hal yang mah sakit dan bersif at hakiki yang menj adi nilai

harus diperbuat at au sesuat u hal yang harus norma pelayanan kesehat an di rumah sakit .

dilaksanakan. Kewaj iban t erdiri kewaj iban sem- Hubungan rumah sakit dan pasien sert a dokt er

purna dan kewaj iban t idak sempurna. Kewaj ib- sudah menj adi st andar Int ernasionl yang t er-

an sempurna yait u kewaj iban yang selalu di- cakup dalam “ Hospit al Pat ient ’ s Char t er 1979,

kait kan dengan hak orang lain, sedangkan ke- yang di dalamnya t ediri dari t iga norma mo-

waj iban t idak sempurna adalah kewaj iban yang ral, yait u: menghormat i pasien; st andar prof e-

t idak t erkait dengan hak orang lain. Kewaj iban si; dan f ungsi dan t anggung j awab sosial unt uk

sempurna dasarnya adalah kewaj iban, dan ke- waj iban t idak sempurna dasarnya adalah moral.

Husein Kerl aba, 1993, Segi -Segi Et i s dan Yur i di s Inf or med

Dari aspek hukum, kewaj iban adalah segala

15 Concent , Jakar t a: Pust aka Si nar Har apan, hl m. 97. Perhat ikan Nusye Kl Jayant i, 2009, Penyel esai an Hukum dal am Mal apr akt i k Kedokt er an, Yogyakart a: Pust aka 16 Yust i si a, hl m. 24. Ibi d. , hl m. 25.

Tanggung Jawab Rumah Sakit Terhadap Ker ugian … 513

bent uk beban yang diberikan at au dit ent ukan memberlakukan seluruh lingkungan rumahsakit oleh hukum kepada orang at au badan hukum. 17 sebagai kawasan t anpa rokok.

Kewaj iban rumah sakit di Indonesia, t elah Berdasarkan UU Rumah sakit , rumah sakit dit ent ukan dalam Pasal 29 UU Rumah Sakit , ya-

bert anggung j awab t erhadap semua kerugian it u: memberikan inf ormasi yang benar t ent ang

yang menimpa seseorang sebagai akibat dari pelayanan rumah sakit kepada masyarakat ;

kelalaian t enaga kesehat an di rumah sakit , se- memberikan pelayanan kesehat an yang aman,

bagaimana dit ent ukan pada Pasal 46 Undang- bermut u, ant i diskriminasi, dan ef ekt if dengan

Undang No. 44 t ahun 2009. Ket ent uan Pasal 46 mengut amakan kepent ingan pasien sesuai de-

ini menj adi dasar yuridis bagi seseorang unt uk ngan st andar pelayanan rumah sakit ; memberi-

memint a t anggung j awab pihak rumah sakit kan pelayanan gawat darurat kepada pasien se-

j ika t erj adi kelalaian t enaga kesehat an yang suai dengan kemampuan pelayanannya; berpe-

menimbulkan kerugian. Berdasarkan rumusan ran akt if dalam memberikan pelayanan keseha-

Pasal 46 t ersebut , dapat dit af sirkan beberapa t an pada bencana, sesuai dengankemampuan

hal. Per t ama, rumah sakit bert anggung j awab pelayanannya; menyediakan sarana dan pelaya-

t erhadap kerugian, sebat as akibat dari kelalai- nan bagi masyarakat t idak mampu at au miskin;

an t enaga kesehat an di rumah sakit ; kedua, melaksanakan f ungsi sosial ant ara lain dengan

rumah sakit t idak bert anggung j awab semua memberikan f asilit as pelayanan pasien t idak

kerugian seseorang, j ika t ernyat a t erbukt i t idak mampu/ miskin, pelayanan gawat darurat t anpa

ada t indakan kelalaian dari t enaga kesehat an di uang muka, ambulan grat is, pelayanan korban

rumah sakit ; ket i ga, rumah sakit t idak bert ang- bencana dan kej adian luar biasa, at au bakt i so-

gung j awab t erhadap t indakan kesengaj aan t e- sial bagi misi kemanusiaan; membuat , melak-

naga kesehat an yang menimbulkan kerugian se- sanakan, dan menj aga st andar mut u pelayanan

seorang bukan menj adi t anggung j awab rumah kesehat an di Rumah Sakit sebagai acuan dalam

sakit ; dan keempat , rumah sakit bert anggung melayani pasien; menyelenggarakan rekam me-

j awab t erhadap t indakan kelalain t enaga kese- dis; menyediakan sarana dan prasarana umum

hat an, j ika kelalaian t ersebut dilakukan dan yang layak ant ara lain sarana ibadah, parkir,

t erj adi di rumah sakit .

ruang t unggu, sarana unt uk orang cacat , wanit a Lebih lanj ut unt uk menent ukan sej auh- menyusui, anak-anak, lanj ut usia; melaksana-

mana t anggung j awab rumah sakit t erhadap kan sist em ruj ukan; menolak keinginan pasien

t indakan kelalaian t enaga kesehat an di rumah yang bert ent angan dengan st andar prof esi dan

sakit , secara t eorit ik dilihat dari pelbagai as- et ika sert a perat uran perundang-undangan;

pek, sepert i: Pola hubungan t erapeut ik; Pola memberikan inf ormasi yang benar, j elas dan

hubungan kerj a t enaga kesehat an di rumah sa- j uj ur mengenai hak dan kewaj iban pasien;

kit ; Rumah sakit sebagai korporasi; dan Jenis menghormat i dan melindungi hak-hak pasien;

malprakt ik yang dilakukan oleh t enaga kesehat - melaksanakan et ika rumah sakit ; memiliki sis-

an. Sat u persat u akan diuraian t ent ang aspek- t em pencegahan kecelakaan dan penanggulang-

aspek yang menj adi dasar pemikiran rumah sa- an bencana; melaksanakan program pemerint ah

kit bert anggung j awab at as kelalaian t enaga di bidang kesehat an baik secara regional mau

kesehat an di rumah sakit .

pun nasional; membuat daf t ar t enaga medis Dasar pembenaran/ relevansi rumah sakit yang melakukan prakt ik kedokt eran at au ke-

bert anggung j awab at as kelalaian t enaga kese- dokt eran gigi dan t enaga kesehat an lainnya;

hat an (khususnya dokt er), dapat pula dilihat menyusun dan melaksanakan perat uran int ernal

dari aspek kondisi hubungan t erapet ik (hubung- Rumah Sakit ( hospit al by l aws); melindungi dan

an kepent ingan medis) ant ara pasien dengan memberikan bant uan hukum bagi semua pet u-

rumah sakit . Pola hubungan t erapet ik di rumah gas Rumah Sakit dalammelaksanakan t ugas; dan

sakit , dapat dalam bent uk hubungan pasien dan

rumah sakit ; pola hubungan pasien dan dokt er;

Marwan dan Ji mmy, 2009,

Kamus Hukum: Di ct i onar y Of

l aw Compl et e Edi t i on, Sur abaya: Real it y Publ isher.

514 Jurnal Dinamika Hukum Vol . 11 No. 3 Sept ember 2011

Jika pola hubungan t erapet ik ant ara pa- sien dan rumah sakit , maka kedudukan rumah sakit sebagai pihak yang memberikan prest asi, sement ara dokt er hanya berf ungsi sebagai empl oyee (sub-ordinat e dari rumah sakit ) yang bert ugas melaksanakan kewaj iban rumah sakit . Dalam bahasa lain, kedudukan rumah sakit ada- lah sebagai principal dan dokt er sebagai agent . Sedangkan pasien berkedudukan adalah sebagai pihak yang waj ib memberi kont raprest asi. Hu- bungan sepert i ini biasanya berlaku bagi rumah sakit milik pemerint ah yang dokt er-dokt ernya digaj i secara t et ap dan penuh, t idak didasarkan at as j umlah pasien yang t elah dit angani at au- pun kualit as sert a kuant it as t indakan medi k yang dilakukan dokt er. Dengan adanya pola hu- bungan t erapet i ini (hubungan pasien–rumah sa- kit ), maka j ika t erdapat kerugian yang diderit a oleh pasien karena kelalaian dokt er (t enaga ke- sehat an), maka dalam hal ini rumah sakit yang bert anggung j awab.

Pola hubungan pasien-dokt er t erj adi j ika pasien sudah dalam keadaan berkompet en dan dirawat di rumah sakit yang dokt er-dokt ernya bekerj a bukan sebagai empl oyee, t et api seba- gai mit ra ( at t endi ng physi ci an). Pola sepert i ini menempat kan dokt er dan rumah sakit dalam kedudukan yang sama deraj at . Dokt er sebagai pihak yang waj ib memberikan prest asi, sedang- kan f ungsi rumah sakit hanyalah sebagai t empat yang menyediakan f asilit as (t empat t idur, ma- kan minum, perawat / bidan sert a sarana medic dan non-medik). Konsepnya seolah-olah rumah sakit menyewakan f asilit asnya kepada dokt er yang memerlukannya. Pola sepert i ini banyak dianut oleh rumah sakit swast a di mana dokt er- nya mendapat kan penghasilan berdasarkan j umlah pasien, kuant it as dan kealit as t indakan medic yang dilakukan. Jika dalam sat u bulan t idak ada pasien pun yang dirawat maka bulan it u dokt er t idak menghasilan apa-apa. Dengan pola hubungan pasien–dokt er, j ika ada kelalai- an dokt er (t enaga kesehat an) yang menyebab- kan kerugian pada pasien, maka dokt er (t enaga kesehat an) yang bert anggung j awab, dan bukan menj adi t anggung j awab rumah sakit .

Ada beberapa macam pola yang berkem- bang dalam kait annya dengan hubungan kerj a

ant ara t enaga kesehat an (dokt er) dan rumah sakit ant ara lain: dokt er sebagai t enaga kerj a ( empl oyee); dokt er sebagai mit ra (at t endi ng physi ci an); dokt er sebagai i ndependent con-

t r act or . 18 Masing-masing dari pola hubungan kerj a t ersebut akan sangat menent ukan apakah rumah sakit harus bert anggung j awab at au t idak t erhadap kerugian yang disebabkan oleh kesalahan dokt er sert a sej auh mana t anggung j awab/ gugat yang harus dipikul. Mengenai dok- t er sebagai employee dan dokt er sebagai at t en- di ng physi ci an sudah cukup disinggung di bagian depan. Sepert i t elah disinggung di at as t ent ang pola hubungan t erapet ik, j ika hubungan kerj a dokt er sebagai employee, maka j ika t erj adi ke- rugian pada pasien karena t indakan dokt er, pi- hak rumah sakit yang bert anggung j awab. De- mikian pula j ika dokt er sebagai at t endi ng phy- si ci an, j ika ada kelalaian dokt er (t enaga kese- hat an) yang menyebabkan kerugian pada pa- sien, maka dokt er (t enaga kesehat an) yang ber- t anggung j awab, dan bukan menj adi t anggung j awab rumah sakit .

Unt uk menj elaskan t ent ang dokt er seba-

gai