Materi Pelajaran Terlalu Sulit.

--

/" _

(.

1
17

~o
~

2
18

Jan

Senin
3

4


19

C Peb 0

.

[(OMPAS
Selasa
5
6

20

Mar.

0

Rabu
7

8

C

@
22
23
0 Apr 0 Mei --.0

Kamis
0 Jumat
9
10
11
24

Jun

.


25

Jul

0

o Sabtu
12

o Minggu
14

13

26

27

28


Ags

OSep

15
29

OOkt

ONov

16
30

31

ODes

Materi Pelajaran
Terlalu Soot

Bahasa Daerah untuk Tingkatkan Kecintaan
BANDUNG, KOMPAS

- Pesertadidikmenganggap

materi pelajaran bahasa daerah di sekolah terlalu sulit.
Apalagi,mereka tidak diajak menyenangi materi pelajaran itu, tetapi sekadar dipaksa bisa berbahasa daerah.
"Semakin tinggi tingkatpendidikannya, peserta didik menganggap materi pelajaran bahasa
daerah semakin sulit. Seharusnya, semakin lama dipelajari, bahasa daerah semakin mudah dipelajari," kata Rektor Universitas
Padjadjaran Ganjar Kumia dalam lokakarya ''Wajib Belajar BahasaDaerah di Sekolah" di Aula
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa
Barat, Sabtu (18/7).
Ganjar mengatakan, saat ini
pelajaran bahasa daerah di sekolah masih dianggap sebagai ilmu
yang harus dikuasai peserta didik. Bahasa daerahjuga masih dianggap sekadar alat penilaian
prestasi siswa di kelas.
Pandangan itu dinilai sangat
keliru. Alasannya, esensi materi
bahasa daerah sebenamya dititikberatkan sebagai alat komunikasi dan meningkatkan kecintaan pada kebudayaan daerah ketimbang mengejar nilai akademik. Bila sekadar dipaksa menguasainya, kemungkinan besar
minat peserta didik mempelajarinya akan berkurang.

Ganjar mengharapkan ada terobosan baru dalam pengajaran
bahasa daerah, di antaranya teknik pengajaran, penggunaan teknologi, dan kerja sama dengan
berbagai komunitas dan lembaga
yang bergerak dalam pengem-

"
Guru bisa meningkatkan
minat belajar bahasa daerah lewat praktik kesenian, seperti sandiwara atau
sajak bahasa daerah.
Ganjar Kurnia

bangan bahasa daerah.
"Guru bisa meningkatkan minat belajar bahasa daerah lewat
praktik kesenian, seperti sandiwara atau sajak bahasa 'daerah.
Unpad sudah memulainya dengan perlombaan teka-teki silang Sunda atau pasanggiri kesenian tradisional Sunda," katanya.
Namun, Ganjartidak menampik bila ada kendala lain yang menyurutkan minat peserta didik
menekuni bahasa daerah. Orangtua siswa masih menganggap, bahasa daerah tidak berguna, bahkan membuat siswa tidak menjadi pintar. Ini adalah pandangan

--


- -- K Ii pin 9 Hum Q5 Un p Qd 2 0 0 9"

keliru. Alasannya, beragam penelitian menyebutkan, mempelajari bahasa baru turut mendukung
anak menjadi semakin kreatif
mengerjakan beragam aktivitas.
"Saat ini masih banyak orang
Sunda yang sengaja tidak memperkenalkan bahasa daerah kepada anaknya," tutumya.
Gelar festival
Pembicara lain, budayawan
Wahyu Wibisana, mengatakan,
materi bahasa daerah sekolah di
Jabar masih minim praktik. Padahal, beragam praktik seni, seperti puisi, sajak, dan rampak
kendang, bisa menjadi jembatan
yang baik bagisiswa belajar bahasa daerah.
"Untuk mewujudkan hal ini,
sekolah mungkin bisa menggandeng lembaga-Iembaga bahasa
daerah. Hal ini berguna untuk
mendapatkan teknik pengajaran
atau materi baru tentang bahasa
daerah," kata Wahyu.

Ketua Dewan Pendidikan Jabar Uu Rukmana menyoroti peran pemerintilh daerah dalam
sosialisasi bahasa daerah. Pemda harus aktif menggunakan bahasa daerah dalam lingkungan
kerjanya, seperti dalam pertemuan.
"Perhatian pemdajuga bisa diberikan dalam hal teknis, seperti
meningkatkan minat baca bahasa daerah, di antaranya menyediakan buku bacaan berbahasa
daerah, menggelar pelatihan bahasa daerah, dan menggelar beragam festival atau perlombaan
tradisi daerah," kata Uu. (CHE)