SUKU BUNGA TURUN INVESTASI SYARIAH NAIK

SUKU BUNGA TURUN, INVESTASI SYARIAH NAIK1.
Oleh: Ai Nur Bayinah
Direktur Eksekutif SIBER-C (SEBI Islamic Business & Economics Research Center)

Pasca pengumuman penurunan suku bunga acuan dari bank sentral, pesona investasi beralih ke syariah.
Apalagi saat ini bank BUMN ditarget tidak boleh memberikan lebih dari 8 persen. Dalam rangka
mendorong aktivitas ekonomi yang lebih baik, memperlancar arus barang dan jasa, dan mengendalikan
inflasi. Kebijakan ini gayung bersambut dengan tawaran produk syariah yang dinilai lebih menjanjikan.
Mulai dari pertimbangan imbal hasil, hingga kontribusi untuk turut mendukung pembangunan
sebagaimana yang diinginkan pemerintah. Instrumen tersebut meliputi:

Sukuk
Pada penerbitan kali ini, total permintaan sukuk ritel terbaru seri SR-008 diprakirakan lebih tinggi 72%
dari target. Capaian ini tertinggi sepanjang sejarah sukuk ritel di Indonesia, melampaui target tahun
sebelumnya Rp21,97 triliun. Dengan imbal hasil lebih tinggi 5 bps dari seri sebelumnya, dan 105 bps
dibanding BI Rate. Juga masih lebih tinggi bila dibandingkan yield SUN 3 tahun yang berkisar antara
7,7%-7,8%. Apalagi disinyalir yield obligasi juga akan turun mengikuti suku bunga. Dirjen Pengelolaan
Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementrian Keuangan yakin kemungkinan upsize Rp30 triliun tercapai.

Saving Sukuk


1

Telah dipublikasi pada Kolom Majalah Stabilitas. Edisi 117. 16 Maret s/d 15 April 2016. ISSN 2088-6411. Dengan
judul Mo e tu I vestasi “yariah .

Selain sukuk ritel, wahana lainnya yang akan ditawarkan di tahun ini adalah Sukuk tabungan. Produk
yang rencananya terbit kuartal III 2016 ini, memiliki jangka waktu hanya 2 tahun, serta tidak dapat
diperjualbelikan (non tradable), namun bisa dijual kembali dalam waktu 1 tahun. Kelebihan lain
instrumen ini berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.19 tahun 2015, juga bisa dicairkan
oleh ahli waris dan dilakukan sebelum tanggal jatuh tempo.

Reksa dana Sukuk
Turunan lain dari sukuk yang tahun ini juga direncanakan selesai aturannya adalah reksa dana sukuk.
Dengan kelebihan dari sisi likuiditas berupa tenor 2 tahun, instrumen ini memberikan daya tarik
tersendiri dan diyakini akan menjadi penggerak berkembangnya pasar modal syariah di Indonesia.
Mengacu pada kebutuhan tersebut, OJK sedang menyempurnakan regulasi sebelumnya yang
menggunakan POJK No. 19/POJK.4/2015 tentang penerbitan dan persyaratan reksa dana syariah.
Terutama soal pertimbangan pricing dan timing yang tepat. Agar penyerapan sukuk baik pemerintah
maupun korporasi juga bisa dimiliki pula oleh investor ritel.


Destinasi Lain Reksa dana Syariah Offshore
Selain sukuk, instrumen mempesona lainnya adalah destinasi investasi pada reksa dana syariah offshore.
Menyusul terbitnya izin OJK terhadap pembelian produk reksa dana berbasis efek asing (offshore) di
Indonesia Nomor 19/POJK.4/2015 (10/11/2015) sejumlah manajer investasi berbondong mengeluarkan
produk baru. Beleid terbaru ini memperbolehkan penempatan di luar negeri hingga 100% asing yang
termasuk dalam multilateral memorandum of understanding. Bila sebelumnya hanya bisa maksimal 15%
dari komponen investasinya, seperti ditawarkan oleh CIMB (11/9/2007).

Saat ini sedikitnya terdapat 3 manajer investasi yang secara berturut-turut pada Februari lalu
menawarkan produk anyar ini. Yakni PT BNP Paribas Investment Partner, PT Schroder Investment
Management Indonesia (Schroders Indonesia), dan PT Manulife Asset Management Indonesia (MAMI).
Dengan produk masing-masing bernama BNP Paribas Cakra Syariah USD (15/2/2016), Schroder Global
Sharia Equity Fund (16/2/2016), dan Manulife Saham Syariah Asia Pasifik dollar AS (MANSYAF)
(17/2/2016) dan target dana kelolaan (asset under management) 50-200 juta dollar AS.
Menyasar masyarakat menengah atas (affluent) yang memiliki animo tinggi untuk produk berbasis
dollar. Instrumen ini diprediksi memberikan pertumbuhan lebih tinggi dari 7% per tahun. Dengan
Penyertaan awal minimal 10.000 dollar AS dan top up minimal 100 dollar AS.
Banyak benefit yang diberikan instrumen ini. Bagi investor, mereka tidak perlu mencari produk luar
negeri sendiri, cukup akses dari Indonesia. Bahkan manajer investasi (MI) kecil bisa ikut andil dengan
dana kelolaan minimal 10 miliar rupiah. Lebih rendah 15 miliar rupiah dari aturan sebelumnya. Apalagi

bagi MI yang memliki jaringan internasional. Hal ini menjadi awal langkah yang cukup baik untuk
tumbuh dan bersaing dengan Negara lain. Dengan memanfaatkan peluang investasi yang ada pada
beragam saham syariah di berbagai Negara kawasan asia pasifik dan menggunakan Dow Jones Islamic
Market World Index (DJIMWI) sebagai acuan, dipastikan hanya perusahaan yang memenuhi prinsip
syariah dengan perilaku bertanggungjawab yang akan dipilih.
Demikian pula bagi regulator. Hal ini sangat menguntungkan, karena lalu lintas pasar modal dan devisa
lebih jelas dan terdeteksi. Sehingga target untuk memperkuat dan memperbesar pangsa pasar pasar
modal syariah di Indonesia menjadi lebih mudah. Sebab sebagaimana hasil

riset sebuah firma

keuangan, jumlah orang superkaya di Indonesia (High Net Worth Individual – HNWI), yang menjadi
target produk ini, tumbuh pesat 15,4% menjadi 47 ribu orang pada 2014. Dengan kekayaan mencapai
157 miliar dollar AS (Capgemini, 2014).

Jika mengacu pada data LPS (Desember, 2014) jumlah simpanan dengan nominal Rp2-5 miliar naik
7,81% dari tahun sebelumnya. Bahkan simpanan lebih dari Rp5 miliar, juga terus mengalami
peningkatan dan setara 47% dari total simpanan. Jelas, nasabah kaya dengan simpanan minimal Rp100
juta yang menjadi syarat penyertaan awal pada produk reksa dana offshore, yang juga menjadi rebutan
private banking dengan layanan wealth management ini sangatlah menjanjikan. Sehingga fokus pada

nasabah tajir tersebut merupakan strategi menarik. Apalagi 70% dari nasabah tersebut cenderung
menempatkan dananya berbentuk deposito dan rekadana.