TINJAUAN YURIDIS PERKAWINAN BEDA AGAMA DENGAN CARA MELANGSUNGKAN PERKAWINAN DUA KALI DENGAN AGAMA YANG BERBEDA MENURUT HUKUM ISLAM DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN.
TINJAUAN YURIDIS PERKAWINAN BEDA AGAMA DENGAN CARA
MELANGSUNGKAN PERKAWINAN DUA KALI DENGAN AGAMA
YANG BERBEDA MENURUT HUKUM ISLAM DIKAITKAN DENGAN
UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN
Abstrak
Bagas Ananta
110110110462
Perkawinan merupakan suatu peristiwa penting dalam kehidupan
manusia. Udang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 adalah peraturan yang
mengatur mengenai perkawinan di Indonesia, menurut pasal 2 ayat 1
perkawinan yang sah adalah perkawinan yang dilakukan menurut hukum
masing-masing agama dan kepercayaanya. Oleh karenanya suatu
perkawinan baru dianggap sah apabila sesuai dengan ketentuan pasal
diatas dengan kata lain tidak ada perkawinan diluar hukum masingmasing agama dan kepercayaanya sehingga tidak dimungkinan bagi
pasangan yang memiliki agama yang berbeda untuk melangsungkan
perkawinan. Namun pada realita yang terjadi di masyarakat masih banyak
pasangan beda agama yang dapat melangsungkan perkawinan, salah
satunya dengan cara melangsungkan perkawinan dua kali dengan agama
yang berbeda. Permasalahan tersebut diangkat penulis karena
menimbulkan penyelundupan hukum terhadap larangan perkawinan beda
agama di Indonesia.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode pendekatan
yuridis normatif. Spesifikasi penelitian yang digunakan dalam penelitian
skripsi ini adalah deskriptif analitis. Tahap penelitian dibagi menjadi dua
tahap yaitu penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan, Teknik
pengumpulan data adalah melalui bahan hukum primer, sekunder dan
tersier. Metode yang digunakan dalam menganilisa data adalah dengan
metode yuridis kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa hukum Islam dan
UU Perkawinan melarang terjadinya perkawinan beda agama dengan cara
melangsungkan perkawinan dua kali dengan agama yang berbeda oleh
karenanya maka perkawinan yang terjadi dengan cara diatas dianggap tidak
sah karena melanggar pasal 2 ayat 1 UU Perkawinan yang mengatur
mengenai sahnya suatu perkawinan dan melanggar pasal 8 huruf f UU
Perkawinan yang memuat tentang larangan perkawinan terhadap pasangan
yang dilarang untuk melakukan perkawinan oleh agamanya.
iv