PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN LAYANAN JASA TELEKOMUNIKASI BERGERAK (SELULER) DARI IKLAN YANG MEMUAT INFORMASI MENYESATKAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSU.
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN LAYANAN JASA
TELEKOMUNIKASI BERGERAK (SELULER) DARI IKLAN YANG
MEMUAT INFORMASI MENYESATKAN BERDASARKAN UNDANGUNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN
KONSUMEN DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2002
TENTANG PENYIARAN
ABSTRAK
FARISAH SABRINA AWANIS
110110100073
Iklan yang ditayangkan di media televisi merupakan salah satu bentuk
penyampaian informasi mengenai barang dan atau jasa dari pelaku usaha kepada
konsumennya. Banyaknya iklan yang disiarkan terkadang memberikan suatu informasi
yang tidak benar atau tidak sesuai dengan kenyatannya. Iklan yang tidak sesuai tersebut
dapat dikategorikan sebagai iklan yang menyesatkan, yaitu iklan yang memberikan
keterangan yang tidak benar, menyesatkan, dan memberikan janji yang berlebihan untuk
menarik konsumen agar membeli produk, yang pada akhirnya dapat menimbulkan
kerugian bagi konsumen. Permasalahan hukum yang diajukan dalam skripsi ini adalah
bagaimana perlindungan hukum yang diberikan UUPK dan Undang-Undang Penyiaran
atas kerugian dan ketidak puasan akan siaran iklan yang tidak sesuai dan ditayangkan di
media televisi yang menyebabkan kerugian pada konsumen atas siaran iklan yang tidak
sesuai dan cenderung menyesatkan konsumen, dan bagaimana UUPK dan UndangUndang Penyiaran mengatur tentang upaya-upaya hukum apa saja yang dapat dilakukan
oleh konsumen terhadap iklan-iklan yang telah disiarkan yang dapat menyesatkan, dan
mengenai peran BPSK, YLKI, dan KPI untuk mewujudkan perlindungan konsumen
terhadap iklan-iklan yang mengelabui tersebut.
Untuk membahas permasalahan dalam skripsi ini, penulis melakukan pendekatan
secara yuridis normatif, yaitu penelitian yang menitikberatkan pada data kepustakaan atau
data sekunder dengan pendekatan melalui asas-asas hukum dan perbandingan hukum.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis. Analisis data dilakukan secara
analisis kualitatif.
Hasil dari penelitian yang diperoleh menunjukkan, UUPK dan Undang-Undang
Penyiaran sudah memberikan perlindungan tetapi belum memberikan perlindungan
hukum yang tegas atas kerugian yang diderita konsumen akibat dari suatu tayangan iklan
yang menyesatkan. Walaupun UUPK menyatakan bahwa pelaku usaha periklanan
bertanggung jawab sepenuhnya terhadap iklan yang diproduksinya dan segala akibat yang
ditimbulkan oleh iklan tersebut, tetapi tetap saja tidak memudahkan konsumen dalam
menuntut ganti rugi dan masih banyak iklan ditayangkan yang tidak sesuai dengan
Undang-Undang yang berkaitan dengan periklanan.
iv
TELEKOMUNIKASI BERGERAK (SELULER) DARI IKLAN YANG
MEMUAT INFORMASI MENYESATKAN BERDASARKAN UNDANGUNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN
KONSUMEN DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2002
TENTANG PENYIARAN
ABSTRAK
FARISAH SABRINA AWANIS
110110100073
Iklan yang ditayangkan di media televisi merupakan salah satu bentuk
penyampaian informasi mengenai barang dan atau jasa dari pelaku usaha kepada
konsumennya. Banyaknya iklan yang disiarkan terkadang memberikan suatu informasi
yang tidak benar atau tidak sesuai dengan kenyatannya. Iklan yang tidak sesuai tersebut
dapat dikategorikan sebagai iklan yang menyesatkan, yaitu iklan yang memberikan
keterangan yang tidak benar, menyesatkan, dan memberikan janji yang berlebihan untuk
menarik konsumen agar membeli produk, yang pada akhirnya dapat menimbulkan
kerugian bagi konsumen. Permasalahan hukum yang diajukan dalam skripsi ini adalah
bagaimana perlindungan hukum yang diberikan UUPK dan Undang-Undang Penyiaran
atas kerugian dan ketidak puasan akan siaran iklan yang tidak sesuai dan ditayangkan di
media televisi yang menyebabkan kerugian pada konsumen atas siaran iklan yang tidak
sesuai dan cenderung menyesatkan konsumen, dan bagaimana UUPK dan UndangUndang Penyiaran mengatur tentang upaya-upaya hukum apa saja yang dapat dilakukan
oleh konsumen terhadap iklan-iklan yang telah disiarkan yang dapat menyesatkan, dan
mengenai peran BPSK, YLKI, dan KPI untuk mewujudkan perlindungan konsumen
terhadap iklan-iklan yang mengelabui tersebut.
Untuk membahas permasalahan dalam skripsi ini, penulis melakukan pendekatan
secara yuridis normatif, yaitu penelitian yang menitikberatkan pada data kepustakaan atau
data sekunder dengan pendekatan melalui asas-asas hukum dan perbandingan hukum.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis. Analisis data dilakukan secara
analisis kualitatif.
Hasil dari penelitian yang diperoleh menunjukkan, UUPK dan Undang-Undang
Penyiaran sudah memberikan perlindungan tetapi belum memberikan perlindungan
hukum yang tegas atas kerugian yang diderita konsumen akibat dari suatu tayangan iklan
yang menyesatkan. Walaupun UUPK menyatakan bahwa pelaku usaha periklanan
bertanggung jawab sepenuhnya terhadap iklan yang diproduksinya dan segala akibat yang
ditimbulkan oleh iklan tersebut, tetapi tetap saja tidak memudahkan konsumen dalam
menuntut ganti rugi dan masih banyak iklan ditayangkan yang tidak sesuai dengan
Undang-Undang yang berkaitan dengan periklanan.
iv